satu kemudian fakta sosial lain yang muncul. Sehingga dari fakta tersebut dapat ditarik kesimpulan perubahan masyarakat secara menyeluruh.
2. Perkembangan Sosiologi di Indonesia
Sosiologi di Indonesia sebenarnya telah berkembang sejak zaman dahulu. Walaupun tidak mempelajari sosiologi sebagai ilmu pengetahuan, para pujangga dan
tokoh bangsa Indonesia telah banyak memasukkan unsur-unsur sosiologi dalam ajaran- ajaran mereka. Sri Paduga Mangkunegoro IV, misalnya, telah memasukkan unsur tata
hubungan manusia pada berbagai golongan yang berbeda intergroup relation dalam ajaran Wulang Reh.
Dari uraian tersebut terlihat bahwa sosiologi di Indonesia pada awalnya, yakni sebelum perang dunia ke II hanya di anggap sebagai ilmu pembantu bagi ilmu-ilmu
pengetahuan lainnya. Dengan kata lain, sosiologi belum di anggap cukup penting untuk di pelajari dan di gunakan sebagai ilmu pengetahuan, yang terlepas dari ilmu-ilmu
pengetahuan yang lain. Secara formal, sekolah tinggi hukum Rechts Shoge School di jakarta pada
waktu itu menjadi satu-satunya lembaga perguruan tinggi yang mengajarkan mata kuliah sosiologi di indonesia walaupun hanya sebagai pelengkap mata kuliah ilmu hukum.
Namun, seiring perjalanan waktu, mata kuliah tersebut kemudian di tiadakan dengan alasan bahwa pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat beserta proses-proses
yang terjadi di dalamnya tidak di perlukan dalam pelajaran hukum. Dalam perdagangan mereka, yang perlu di ketahui adalah perumusan peraturannya dan sistem-sistem untuk
menafsirkannya. Sementara, penyebab terjadinya sebuah peraturan dan tujuan sebuah peraturan dianggap tidaklah penting.
Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945, sosiologi di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Adalah Soenaryo Kolopaking yang
pertama kali memberikan kuliah sosiologi dalam bahasa Indonesia pada tahun 1948 di akademi ilmu politik Yogyakarta sekarang menjadi Fakultas ilmu Sosial dan Politik
UGM. Akibatnya, sosiologi mulai mendapat tempat dalam insan akademi di Indonesia apalagi setelah semakin terbukanya kesempatan bagi masyarakat Indonesia untuk
menuntut ilmu di luar negeri sejak tahun 1950. Banyak para pelajar Indonesia yang khusus memperdalam sosiologi di luar negeri, kemudian mengajarkan ilmu itu di
Indonesia. Buku sosiologi dalam bahasa Indonesia pertama kali di terbitkan oleh Djody
Gondokusumo dengan judul Sosiologi Indonesia yang memuat beberapa pengertian mendasar dari sosiologi. kehadiran buku ini mendapatkan sambutan baik dari golongan
terpelajar di Indonesia mengingat situasi revolusi yang terjadi saat itu. Buku ini seakan mengobati kehausan mereka akan ilmu yang dapat membantu mereka dalam usaha
memahami perubahan-perubahan yang terjadi demikian cepat dalam masyarakat
Indonesia saat itu. Selepas itu, muncul buku sosiologi yang di terbitkan oleh Bardosono yang merupakan sebuah diklat kuliah sosiologi yang di tulis oleh seorang mahasiswa.
Selanjutnya bermunculan buku-buku sosiologi baik yang tulis oleh orang Indonesia maupun yang merupakan terjemahan dari bahasa asing. Sebagai contoh, buku
Social Changes in Yogyakarta karya Selo Soemardjan yang terbit pada tahun 1962. Tidak kurang pentingnya, tulisan-tulisan tentang masalah-masalah sosiologi yang
tersebar di berbagai majalah, koran, dan jurnal. Selain itu, muncul pula Fakultas Ilmu Sosial dan Politik diberbagai Universitas di Indonesia dimana sosiologi mulai di pelajari
secara lebih mendalam bahkan pada beberapa Universitas, di dirikan jurusan sosiologi yang di harapkan dapat mempercepat dan memperluas perkembangan sosiologi di
Indonesia.
E. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran