Pengertian pendidikan karakter Kajian Teoritik 1. Kajian tentang Pengelolaan

31 keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan. 3 Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian Ambar Teguh S, 2004 : 83.

5. Kajian tentang Pendidikan Karakter a. Pengertian karakter

Menurut bahasa, karakter adalah tabiat atau kebiasaan. Sedangkan menurut ahli psikologi, karakter adalah sebuah sistem keyakinan dan kebiasaan yang mengarahkan tindakan seorang individu. Karena itu, jika pengetahuan mengenai karakter seseorang itu dapat diketahui, maka dapat diketahui pula bagaimana individu tersebut akan bersikap untuk kondisi-kondisi tertentu. Menurut Wynne yang dikutip Ratna Megawangi 2009, istilah karakter diambil dari bahasa Yunani yang berarti ‘to mark’ menandai. Istilah ini lebih fokus pada tindakan atau tingkah laku. Wynne mengatakan bahwa ada dua pengertian tentang karakter, yaitu : 1 menunjukkan bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan karakter mulia. 2 istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ a person of character apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral Suparlan, 2010 Pendidikan Karakter dan Kecerdasan. www.Suparlan.com Diakses Kamis 10 Maret 2012 Pukul 20.00 WIB Dilihat dari sudut pengertian, ternyata karakter dan akhlak tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Keduanya didefinisikan sebagai suatu tindakan yang terjadi tanpa ada pemikiran lagi karena sudah tertanam dalam pikiran, dan dengan kata lain, keduanya dapat disebut dengan kebiasaan.

b. Pengertian pendidikan karakter

Secara sederhana pendidikan berkarakter adalah segala sesuatu yang anda lakukan yang mempengaruhi karakter anak-anak yang anda ajar. Namun secara 32 lebih fokus, kita lihat seperti yang diutarakan Thomas Lickona dalam Darmiyati Zuhdi, 2011 ; 471 mengenai definisi Pendidikan Berkarakter, bahwa “pendidikan berkarakter adalah usaha sengaja untuk membantu orang memahami, peduli, dan bertindak berdasarkan nilai-nilai etika inti.” Dalam bukunya, Educating for Character, Thomas Lickona menegaskan bahwa “Ketika kita berpikir tentang jenis karakter yang kita inginkan bagi anak-anak kita, jelas bahwa kita ingin mereka bisa menilai apa yang benar, peduli secara mendalam tentang apa yang benar, dan kemudian melakukan apa yang mereka yakini untuk menjadi benar - bahkan dalam menghadapi tekanan dari luar dan godaan dari dalam” Apa yang dikemukan dalam model T Lickona adalah bahwa hal itu menggambarkan proses perkembangan yang melibatkan pengetahuan, perasaan, dan tindakan, dan dengan demikian menyediakan dasar yang terpadu untuk struktur yang koheren dan komprehensif. Ini memberitahu kita bahwa kita perlu terlibat dalam kegiatan anak-anak kita yang membuat mereka berpikir kritis tentang pertanyaan- pertanyaan moral dan etika, mengilhami mereka untuk menjadi berkomitmen untuk tindakan moral dan etika, dan memberi mereka banyak kesempatan untuk mempraktekkan perilaku moral dan etika. Para pengiat pendidikan karakter mencoba melukiskan pilar-pilar penting dalam pendidikan karakter meliputi 9 sembilan pilar yang saling kait-mengait, yaitu: a responsibility tanggung jawab, b respect rasa hormat, c fairness keadilan, d courage keberanian, e honesty kejujuran, f citizenship kewarganegaraan, g self-discipline disiplin diri, h caring peduli, dan i perseverance ketekunan. 33 Dijelaskan bahwa nilai-nilai dasar kemanusian yang harus dikembangkan melalui pendidikan bervariasi antara lima sampai sepuluh aspek. Di samping itu, pendidikan karakter memang harus mulai dibangun di rumah home, dan dikembangkan di lembaga pendidikan sekolah school, bahkan diterapkan secara nyata di dalam masyarakat community dan bahkan termasuk di dalamnya adalah dunia usaha dan dunia industri bussiness. Berkenaan dengan pengertian karakter, dalam tulisan di laman Mandikdasmen, Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Suyanto, Ph.D. menjelaskan sebagai berikut. Karakter adalah “cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara”. Lebih lanjut, Suyanto dalam Darmiyati Zuhdi, 2011 : 29-30 juga menyebutkan sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal manusia, yang kelihatan sedikit berbeda dengan sembilan pilar yang telah disebutkan di atas. Sembilan pilar karakter itu adalah : Cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya, kemandirian dan tanggungjawab, kejujuranamanah, hormat dan santun, Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royongkerjasama, percaya diri dan pekerja keras, kepemimpinan dan keadilan, baik dan rendah hati, dan, toleransi, kedamaian, dan kesatuan. Jumlah dan jenis pilar yang dipilih tentu akan dapat berbeda antara satu daerah atau sekolah yang satu dengan yang lain, tergantung kepentingan dan kondisinya masing-masing. Sebagai contoh, pilar toleransi, kedamaian, dan 34 kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan bangsa dan negara. Tawuran antar warga, tawuran antar etnis, dan bahkan tawuran antar mahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita. Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai contoh, pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar- pilar yang lainnya. Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti, akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda multiple intelligence. Berdasarkan pilar yang disebutkan oleh Suyanto, pengertian budi pekerti dan akhlak mulia lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai berikut, yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaannya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong menolongkerjasama, baik dan rendah hati. Itulah sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti atau akhlak mulia PLUS.

B. Kerangka Berfikir

Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara individu dan masyarakat, dan dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran itu dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir. Jalan menuju kematangan itu dapat dilalui berbagai cara, antara lain melalui proses pendidikan formal, informal dan nonformal.