34 kesatuan menjadi sangat penting untuk lebih ditonjolkan karena kemajemukan
bangsa dan negara. Tawuran antar warga, tawuran antar etnis, dan bahkan tawuran antar mahsiswa, masih menjadi fenomena yang terjadi dalam kehidupan kita.
Perbedaan jumlah dan jenis pilar karakter tersebut juga dapat terjadi karena pandangan dan pemahaman yang berbeda terhadap pilar-pilar tersebut. Sebagai
contoh, pilar cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya tidak ditonjolkan, karena ada pandangan dan pemahaman bahwa pilar tersebut telah tercermin ke dalam pilar-
pilar yang lainnya. Pengertian karakter ini banyak dikaitkan dengan pengertian budi pekerti,
akhlak mulia, moral, dan bahkan dengan kecerdasan ganda multiple intelligence. Berdasarkan pilar yang disebutkan oleh Suyanto, pengertian budi pekerti dan
akhlak mulia lebih terkait dengan pilar-pilar sebagai berikut, yaitu cinta Tuhan dan segenap ciptaannya, hormat dan santun, dermawan, suka tolong
menolongkerjasama, baik dan rendah hati. Itulah sebabnya, ada yang menyebutkan bahwa pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti atau
akhlak mulia PLUS.
B. Kerangka Berfikir
Pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara individu dan masyarakat, dan dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik.
Kesadaran itu dibutuhkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir. Jalan menuju kematangan itu dapat dilalui berbagai cara, antara lain melalui
proses pendidikan formal, informal dan nonformal.
35 Keberadaan majelis ta
’
lim sebagai salah satu lembaga pendidikan nonformal yang merupakan salah satu alternatif untuk menangkal pengaruh negatif terhadap
keagamaan. Di samping itu majelis ta
’
lim sebagai tempat pendidikan agama berlangsung, yang merupakan sarana efektif untuk membina ,memberdayakan dan
mengembangkan ajaran agama Islam dalam upaya membentuk manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Usaha masyarakat untuk mencapai sebuah kedewasaaan dan kemandirian sering dilakukan di luar pendidikan formal yang secara otomatis telah mendukung
berbagai teori yang didapat dari pendidikan formal, salah satunya adalah penyelenggaraan pengajian. Adapun tujuan utamanya adalah lahirnya masyarakat
yang dinamis serta berkarakter. Pembentukan sebuah masyarakat baru tidak terjadi begitu saja, akan tetapi
memerlukan sebuah tahapan yang didasari dengan perencanaan yang matang yang serta manajemen yang baik, melalui majelis ta’lim diharapkan mampu menjadi
wadah pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan karakter, karena di dalam penyelenggaraan majelis ta’lim berupa pembentukan perilaku, tidak hanya
bersifat transfer of knowledge saja untuk itu ilmu harus diberikan untuk memperbaiki amal perbuatan buka sekedar informasi.
Dalam konteks seperti ini lembaga pengajian mempunyai peranan yang sangat penting guna menciptakan pola pikir, sikap dan tingkah laku yang sesuai
dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Majelis ta’lim IPPS yang berada di desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Sleman mempunyai peran
seperti itu. Majelis ini merupakan salah satu kelompok pengajian yang pada
36 perkembangannya dari waktu ke waktu anggota jama’ah semakin banyak
sehingga pengaruhnya terhadap masyarakat pun semakin meluas. Aktivitas majelis ta’lim ini bergerak dalam bidang keagamaan, social
kemasyarakatan, dan social budaya. Dalam bidang keagamaan majelis ini menyelanggarakan pengajian rutin setiap minggu dan pengajian setiap hari raya
Islam, adapun dalam bidang social kemasyarakatan usaha – usaha yang dilakukan majelis ini adalah melakukan kegiatan untuk meningkatkan ukuwah islamiyah.
Sedangkan dalam bidang social budaya yaitu berusaha untuk meluruskan adat atau budaya yang melenceng dari ajaran-ajaran islam.
Dalam melaksanakan semua aktifitas tersebut dibutuhkan sebuah pengelolaan yang baik guna mencapai tujuan. Secara jelasnya pengelolaan
bertujuan menata, mengatur, dan mengelola segala sesuatu yang berkenaan atau berkaitan dengan kegiatan pendidikan agar mendukung upaya pencapaian tujuan
secara normative, efektif dan efisien. Pengelolaan yang baik mencakup beberapa fungsi dasar yaitu POAC Planning, Organizing, Actuating, Controlling.
Sudjana 1992 : 38. Mengemukakan bahwa manajemen pendidikan luar sekolah terdiri atas enam fungsi yang berurutan yaitu : Perencanaan, Pengorganisasian,
Penggerakan, Pembinaan, Penilaian, dan Pengembangan, itu semua merupakan rangkaian untuk mencapai tujuan lembaga penyelenggara pendidikan luar sekolah
yaitu majelis ta’lim. Tetapi selama ini majelis ta’lim IPPS dirasa hanya sekedar pertemuan yang
rutin dilakukan tanpa adannya sebuah manajemen yang baik guna mencapai tujuan - tujuan suatu organisasi. Telihat bahwa pengelolaan yang dijalankan oleh
37 majelis ta’lim hanya sekedar ada dan berjalan, kesemuanya itu bisa dilihat dari
kegiatan yang diselenggarakan oleh majelis ta’lim IPPS dari tahun ketahun sama, tanpa perumusan pencapaian tujuan yang jelas.
Diharapkan dengan adannya pengelolaan yang baik maka tujuan utama dari majelis ta’lim yaitu sebagai wadah pemberdayaan masyarakat menuju pendidikan
karakter pun tercapai, kesemuanya itu dapat dilihat dari pola perilaku masyarakat melalui kehidupan sehari-hari, diharapkan masyarakat menjadi berkarakter sesuai
dengan tujuan yang diharapkan oleh majelis ta’lim IPPS.
Gambar 2. Kerangka Berfikir Majelis Ta’lim
Masyarakat Pengelolaan
Wadah Pemberdayaan Menuju Pendidikan Tujuaan
38
C. Pertanyaan Penelitian