PELAKSANAAN PROGRAM USAHA EKONOMI PRODUKTIF OLEH BINA KELUARGA LANSIA (BKL) MUGI WARAS DUSUN BLENDUNG, DESA SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA.

(1)

i

PELAKSANAAN PROGRAM USAHA EKONOMI PRODUKTIF OLEH BINA KELUARGA LANSIA (BKL) MUGI WARAS DUSUN BLENDUNG, DESA

SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, DIY

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh : Vivien Famusta NIM 13102241027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

PELAKSANAAN PROGRAM USAHA EKONOMI PRODUKTIF OLEH BINA KELUARGA LANSIA (BKL) MUGI WARAS DUSUN BLENDUNG, DESA

SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA Oleh:

Vivien Famusta NIM 13102241027

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan: (1) Pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta; (2) Manfaat pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras; (3) Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh Bina Keluarga Lansia (BKL) Mugi Waras.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek penelitian adalah pengurus, anggota dan keluarga anggota. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk menjelaskan keabsahan data adalah dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras mencakup perencanaan dan pelaksanaan, tahap perencanaan meliputi identifikasi kebutuhan, latarbelakang program, tujuan, tahap perencanaan, sumber daya manusia, jenis usaha, anggaran dan fasilitas. Pelaksanaan meliputi proses pelaksanaan kegiatan simpan pinjam, waktu pertemuan, sarana prasarana, kegiatan selama pertemuan, sistem peminjaman modal, dan tindak lanjut; (2) Manfaat pelaksanaan program usaha ekonomi produktif dirasakan oleh lansia yang menjadi anggota UEP, organisasi BKL serta keluarga anggota BKL Mugi Waras yang aktif mengikuti kegiatan simpan pinjam: (3) Faktor penghambat antara lain faktor internal usaha yang ditekuni anggota, kekurangan modal, keterlambatan dalam mengangsur dan melunasi (keterbatasan pinjaman), kurangnya pendampingan pengurus, serta kurangnya relasi untuk pemasaran; faktor pendukung yaitu semangat dan kemauan anggota untuk mengikuti setiap kegiatan dan menjalankan usaha serta pekerjaannya dengan baik. Serta adanya keterlibatan aktif anggota keluarga, pengurus, sesama anggota serta kepedulian dinas terkait untuk tetap mendukung pekerjaan dan usaha anggota UEP di dusun Blendung.


(3)

iii

PROGRAM EXECUTION PRODUCTIVE ECONOMIC BUSINESS BY FAMILY DEVELOPMENT ELDERLY MUGI WARAS IN HAMLET

BLENDUNG, VILLAGE SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA

By: Vivien Famusta NIM 13102241027

ABSTRACT

This study aims to described : (1) The implementation of the program productive economic undertakings by Family Development Elderly Mugi Waras Hamlet Blendung, Village Sumbersari, Subdistrict Moyudan, Regency Sleman Yogyakarta. (2) Benefits the implementation of the program productive economic undertakings by Family Development Elderly Mugi Waras. (3) Factors barrier and supporters the implementation of the program productive economic undertakings by Family Development Elderly Mugi Waras.

This research used a qualitative approach through the subject of study was the manager , members and family members. The data collection was done to technique interview , observation and documentation. Techniques used in the analysis data is reduction data, display data, and conclusion. Techniques used to explain the validity of data is using triangulation sources and triangulation technique.

The research results show: (1) The implementation of the program productive economic undertakings by Family Development Elderly Mugi Waras Includes planning and implementation, the planning stages covering identification needs , background program , the purpose , the planning stages , human resources , types of businesses , budget and facilities .The implementation of the covering the implementation of the activity savings and loan , time of the meetings , of infrastructures , during a meeting activities , lending system capital , and follow-up; (2) Benefits the implementation of the program productive economic undertakings perceived by elderly who are members of productive economic undertakings, organization Family Development Elderly and their families a member of Family Development Elderly Mugi Waras active follow savings and loans activities; (3) Factors barrier among others the internal factor business ditekuni members , a lack of capital , delays in mengangsur and pay off ( limitations of loans), the lack of assistance committee, and the lack of relation to marketing. By factors in support that is spirit and volition members to follow any activity and run businesses and his job with good as well as an active engagement family members, the, a fellow member and concern to the related departments will continue to support of members productive economic undertakings in Hamlet Blendung.


(4)

(5)

(6)

(7)

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Atas Karunia Allah SWT

Saya persembahkan karya tulis ini kepada:

1. Orang tuaku tercinta Bapak Faizin Zaed dan Ibu Mushalikah yang selalu memberikan semangat, cinta dan kebahagiaan yang tiada henti.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta. 3. Jurusan Pendidikan Luar Sekolah


(8)

viii MOTTO

Man Jadda Wa Jadda

“Barang Siapa yang bersungguh-sungguh, maka akan mendapatkannya”

(Terjemahan QS. Al-Maidah: 15-16)

“Orang lanjut usia yang berorientasi pada kesempatan adalah orang muda yang tidak pernah menua, tetapi pemuda yang berorientasi pada

keamanan, telah menua sejak muda” (Mario Teguh)


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh Bina Keluarga Lansia Mugi Waras Moyudan Sumbersari Sleman DIY. Penulis menyadari bahwa karya ini tidak akan terwujud tanpa adanya bimbingan, saran, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Sutrisna Wibawa, M.Pd sebagai Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memimpin Universitas Negeri Yogyakarta yang terus berkomitmen mewujudkan nuansa kampus yang bertakwa, mandiri dan cendekia.

2. Dr. Haryanto, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan beserta staff yang telah berjasa memberikan sarana dan fasilitas untuk menjalankan studi dan menyelesaikan tugas akhir skripsi.

3. Bapak Lutfi Wibawa M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah dan Sekretaris Jurusan yang telah mendukung dan mengarahkan dalam melakukan penelitian hingga penyusunan skripsi.

4. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan dengan sabar dan ikhlas.

5. Ibu Dr. Puji Yanti Fauziah, M. Pd selaku Dosen pembimbing, dengan kesabaran dan inspirasi dari beliau yang sungguh berkesan dan banyak menginspirasi untuk penulisan skripsi ini.

6. Bapak Hiryanto, M.Pd., dosen pendamping akademik yang telah membantu serta memberikan bimbingan dan dorongan positif selama masa studi.


(10)

(11)

xi

DAFTAR ISI

SAMPUL... i

ABSTRAK ...ii

ABSTRACT ... iii

SURAT PERNYATAAN ...iv

LEMBAR PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR...ix

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ...xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 10

E. Tujuan... 11

F. Manfaat... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 13

B. Kajian Tentang Bina Keluarga Lansia (BKL)... 24

C. Kajian tentang Lansia ... 28


(12)

xii

2. Karakteristik Lansia ... 31

3. Tugas Perkembangan Lansia... 32

D. Penelitian Yang Relevan ... 36

E. Pertanyaan Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian... 40

B. Objek dan Subjek Penelitian... 41

D. Teknik Pengumpulan Data ... 45

F. Teknik Analisis Data... 48

G. Keabsahan Data ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Bina Keluarga Lansia Mugi Waras... 53

B. Hasil Penelitian ... 59

1. Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 59

a. Perencanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 59

b. Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 71

2. Manfaat Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 80

a. Manfaat untuk Lansia ... 80

b. Manfaat untuk BKL Mugi Waras... 82

c. Manfaat untuk Keluarga ... 83

3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pelaksanaan Program ... 85

a. Faktor Penghambat... 85

b. Faktor Pendukung ... 89

C. Pembahasan ... 90

1. Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 90

a. Perencanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 90


(13)

xiii

2. Manfaat Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif ... 101

a. Manfaat untuk Lansia ... 101

b. Manfaat untuk BKL Mugi Waras... 102

c. Manfaat untuk Keluarga ... 103

3. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pelaksanaan Program ... 105

a. Faktor Penghambat... 106

b. Faktor Pendukung ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 109

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA ... 113


(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia... 1

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pralansia, Lansia Muda, Menengah, dan Lanjut DIY yang Masih Aktif Bekerja... 4

Tabel.3 Sumber Data Penelitian (key informan)... 42

Tabel 4. Sumber Data Penelitian (informan pendukung... 43

Tabel 5. Sumber Data Penelitian (informan pendukung)... 44

Tabel 6. Proses Kegiatan Pengumpulan Data ... 44

Tabel 7. Instrumen Penelitian…………... 48

Tabel 8. Kepengurusan BKL Mugi Waras………... 55

Tabel 9. Jumlah Lansia di Dusun Blendung…………... 56

Tabel 10. Program BKL Mugi Waras………... 57

Tabel 11. Sarana Prasarana BKL Mugi Waras... 58

Tabel 12. Jenis Usaha Anggota BKL Mugi Waras... 67


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Grafik Persentase Pralansia, Lansia Muda, Menengah dan

Lanjut yang Bekerja Per Kabupaten/Kota di DIY... 4 Gambar 2. Enam Pertanyaan dalam Perencanaan... 14 Gambar 3. Teknik Analisis Data Miles & Huberman... 51


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Observasi... 117

Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi... 118

Lampiran 3. Pedoman Wawancara... 119

Lampiran 4. Catatan Lapangan... 124

Lampiran 5 Catatan Wawancara... 135

Lampiran 6 Reduksi Data... 169

Lampiran 7 Data Anggota... 192

Lampiran 8 Foto Kegiatan... 196


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan meningkatnya kualitas kesejahteraan dan kesehatan masyarakat turut berpengaruh terhadap meningkatnya angka harapan hidup di Indonesia. Hal ini juga memberikan kontribusi terhadap tingginya angka populasi lansia di Indonesia yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik, diterbitkan hasil data angka harapan hidup penduduk Indonesia yang dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang dapat digambarkan melalui tabel 1 berikut ini:

Table 1. Angka Harapan Hidup Penduduk Indonesia

1995-2000 2000-2005 2005-2010 2010-2015

66,1 tahun 67,8 tahun 69,1 tahun 70,1 tahun (Sumber: https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1517)

Lansia merupakan masa tua atau yang biasa disebut dengan usia lanjut dengan rentang usia 60 tahun ke atas. Pada masa ini seseorang akan mengalami penurunan fungsi fisik maupun kognitif. Menurut Argyo Demartoto (2007:15), karakteristik seseorang dikatakan lanjut usia pada umumnya ditandai oleh gejala-gejala fisik. Namun, saat yang bersangkutan menyadari bahwa proses tersebut sudah mulai ada pada dirinya, tanggapannya dapat berbeda-beda. Gejala- gejala fisik tersebut antara lain:


(18)

2

2. Waktu orang lanjut usia lekas capai

3. Waktu orang lanjut usia rambutnya mulai menipis dan beruban. 4. Waktu orang lanjut usia mulai kehilangan kerampingan badannya 5. Waktu penghasilan orang usia lanjut mulai menurun, dan

sebagainya

Seiring dengan bertambahnya usia seseorang, akan memberikan pengaruh dan perubahan terhadap perkembangan aspek biologis, ekonomi, maupun sosial. Apabila seseorang memasuki usia 60 tahun keatas yang merupakan masa akhir dari penuaan, maka dilihat dari segi ekonomi lansia cenderung dianggap sebagai beban keluarga.

Tingginya angka lansia di Indonesia menjadi salah satu pekerjaan rumah untuk pemerintah turut aktif mensejahterakan lansia dan menjadikan lansia sebagai individu yang aktif, mandiri, dan sejahtera melalui program-program lansia yang sampai saat ini masih gencar di perkenalkan dan dilaksanakan di berbagai daerah di Indonesia. Menurut Sri Iswanti Mahmudi (2000:63), mengemukakan penuaan yang sukses tergantung dari bagaimana lanjut usia merasakan kepuasan dalam melakukan suatu aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Berdasarkan data hasil survei sosial ekonomi nasional tahun 2014, di Indonesia jumlah rumah tangga lansia sebanyak 16,08 juta rumah tangga atau 24,50 persen dari seluruh rumah tangga di Indonesia. Nilai rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71 menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13 orang lansia.


(19)

3

Tidak semua dari total lansia yang ada di Indonesia masuk ke dalam data rasio ketergantungan karena dari sisi kegiatan ekonomi lansia, data sakernas 2014 memperlihatkan sebesar 47,48 persen lansia masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya (BPS, 2015: vii-ix). Berdasarkan data yang diperoleh melalui Laman Tribun Jogja yang terbit pada tanggal 8 Mei 2016, Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah yang terkenal akan ketentraman, gotong royong, dan kebersamaan yang tinggi menjadi tujuan masyarakat untuk menikmati hari-hari di usia lanjut. Data pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta menunjukkan bahwa dari popularitas masyarakat di Daerah Istimewa Yogyakarta, sebesar 3,6 juta orang, sekitar 14,68% atau 528.480 merupakan usia lanjut. Semakin tinggi angka lansia menunjukkan semakin tinggi pula angka harapan hidup suatu tempat. Hal ini memberikan pengaruh positif dalam bidang kesehatan terutama dalam pelayanan kesehatan yang semakin baik. Tingginya angka lansia memberikan pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan masing-masing lansia yang diamati dari aspek kesehatan, kepedulian keluarga, kebahagiaan lansia, serta terpenuhinya kebutuhan ekonomi lansia. Di Daerah Istimewa Yogyakarta masih banyak dijumpai lansia yang aktif bekerja di usia senjanya dikarenakan berbagai faktor, diantaranya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, membantu menambah penghasilan keluarga, keinginan untuk mandiri, dan untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan-kegiatan positif yang bermanfaat, Hal ini didukung dengan data BPS tahun 2014 yang tersaji dalam tabel 2 dan gambar 1 berikut ini;


(20)

4

Tabel 2. Jumlah dan Persentase Pralansia, Lansia Muda, Menengah, dan Lanjut DIY yang Masih Aktif Bekerja

Daerah Pralansia 45-59

Lansia Muda

60-69

Lansia 70-79

Lansia 80+

Bantul 85% 75% 54% 30%

Gunungkidul 94% 90% 75% 46%

Kulonprogo 84% 67% 42% 22%

Sleman 82% 75% 57% 33%

Kota Yogyakarta

78% 65% 44% 25%

DIY 87% 81% 63% 36%

(Sumber: http://dinsos.jogjaprov.go.id/kajian-penyajian-data-lanjut- usia/)

(Sumber: http://dinsos.jogjaprov.go.id/kajian-penyajian-data-lanjut- usia/) Gambar 1.

Grafik Persentase Pralansia, Lansia Muda, Menengah dan Lanjut yang Bekerja Per Kabupaten/Kota di DIY

Meskipun sudah tidak masuk usia produktif, lansia yang masih sehat secara fisik masih bisa melakukan kegiatan-kegiatan positif yang akan meningkatkan kualitas hidup serta kesejahteraan diri sendiri dan keluarga. Berdasarkan analisa lebih lanjut yang diperoleh melalui data BPS tahun 2014,


(21)

5

data pra lansia dan lansia miskin yang masih aktif bekerja berdasarkan jenis usaha menunjukkan perbedaan jenis usaha berdasarkan sebaran geografis di Kabupaten Sleman sekitar 50% lansia bekerja di bidang pertanian, tanaman, padi, palawija dan sebagian kecil bekerja di bidang industri pengolahan dan perdagangan. Kesuburan tanah di daerah Sleman Yogyakarta, menjadi salah satu faktor tingginya angka lansia yang bekerja di sektor pertanian dan palawija. Akan tetapi hal ini diimbangi pula dengan lansia yang tertarik untuk bekerja di bidang industri pengolahan dan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Suatu tata kehidupan dan penghidupan lansia yang diliputi rasa keselamatan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan bagi lanjut usia untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan mental yang baik bagi diri sendiri dan untuk keluarga serta masyarakat pada umumnya dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia sesuai dengan pancasila (Argyo Demartoto, 2007:32). Salah satu upaya nyata untuk meningkatkan kesejahteraan terhadap lansia adalah meningkatkan investasi sosial lanjut usia. Investasi sosial diberikan dalam bentuk pemberian tambahan modal usaha kepada para lanjut usia yang produktif, sehat, dan aktif (Modul Pendampingan Pelayanan Sosial Lanjut Usia, 2014 : 89). Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Model Perlindungan Perempuan Lanjut Usia Responsif Gender, pelayanan sosial di luar panti adalah pelayanan sosial yang


(22)

6

ditujukan kepada lansia yang berbasiskan keluarga, masyarakat, maupun organisasi sosial. Lansia yang menjadi sasaran tetap tinggal bersama keluarga masing-masing, tidak ditampung dalam suatu asrama atau panti. Jenis layanan di luar panti meliputi:

(1) Home Care (pendampingan dan perawatan lansia di rumah), yaitu pelayanan terhadap lansia yang tidak potensial yang berada di lingkungan keluarga: pemberian bantuan pangan, bantuan kebersihan, perawatan kesehatan, pendampingan, rekreasi, konseling dan rujukan;

(2) Foster Care, yaitu pelayanan kepada lansia terlantar melalui keluarga orang lain atau keluarga pengganti. Bentuk layanan sama dengan home care, yaitu pemberian bantuan pangan, bantuan kebersihan, perawatan kesehatan, pendampingan, rekreasi, konseling dan rujukan; dan

(3) Day Care Services (pelayanan harian), yaitu pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia yang bersifat sementara, dilaksanakan pada siang hari di dalam maupun di luar panti pada waktu tertentu.

Untuk lansia yang berada di luar panti, selain diberikan berbagai jenis layanan juga terdapat beberapa program layanan yang lebih bersifat pemberdayaan, yaitu:

1. Bantuan Paket Usaha Ekonomis Produktif (UEP), yaitu bantuan yang diberikan kepada lansia kurang mampu yang masih potensial secara perorangan dengan didahului pemberian bimbingan sosial dan keterampilan;

2. Bantuan Kelompok Usaha Bersama (KUBE), yaitu paket bantuan secara kelompok (1 kelompok berjumlah 5–10 orang) dengan didahului bimbingan pengembangan usaha; dan

3. Pembinaan Usaha Ekonomis Produktif, yaitu bantuan yang diberikan kepada pralansia dalam rangka penyiapan memasuki masa tua.

Melalui usaha ekonomi produktif, diharapkan lansia mampu melakukan kegiatan positif melalui usaha yang akan memberikan dampak positif terhadap keberlangsungan dirinya sendiri serta lingkungan sekitar yang bertujuan mengurangi angka ketergantungan lansia itu sendiri. Selain


(23)

7

berpengaruh terhadap peningkatan kesejahteraan lansia dalam lingkup ekonomi, kemandirian lansia melalui kesibukan usaha juga akan turut berkontribusi memberikan nilai positif terhadap kesehatan, psikologis, serta kehidupan sosialnya. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) membentuk kelompok yang dipusatkan untuk lansia yaitu Bina Keluarga Lansia (BKL). BKL adalah wadah kegiatan lansia dan keluarga yang memiliki salah satu anggota keluarga lansia yang sudah tersebar di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan adanya BKL di masyarakat dapat menjadi perantara untuk pemberdayaan lansia (Direktorat Bina Ketahanan Keluarga Lansia dan Rentan, Kelompok Bina Keluarga Lansia (Jakarta: BKKBN:2015)).

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi yang memiliki kebijakan program untuk lansia yaitu Bina Keluarga Lansia (BKL). Ada beberapa BKL yang tersebar di DIY, antara lain Kota Yogyakarta, Bantul, Sleman, Gunungkidul, dan Kulon Progo. Salah satu BKL yang aktif dalam bidang usaha ekonomi produktif yang berada di Yogyakarta adalah BKL Mugi Waras tepatnya berada di Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman. Adapun bentuk apresiasi dari Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Fasli Jalal kepada BKL Mugi waras dalam kunjungannya yang termuat dalam berita harian online


(24)

8

"Di tempat ini lansia tidak merasa berhenti, tetap produktif, tetap sehat, tetap optimistis membimbing dan membantu anak cucu dan melihat aktivitas mereka. Pengalaman yang dialami lansia menjadi kebanggaan untuk diceritakan kepada anak cucu, menuntun dan menginpirasi anak cucu. Orang tua berada di tengah memperhatikan kebutuhan bapak ibunya (lansia) dan memperhatikan anak-anaknya. Kemudian dimensi emosional (merasa kesepian) sehingga diperlukan kegiatan pertemuan rutin, dimensi keterampilan yakni pertemuan para lansia untuk melakukan kegiatan produktif baik yang bisa dijual maupun untuk sekedar hobi, pengalaman bisa digunakan untuk ditularkan kepada orang lain.”

Keaktifan, semangat, dan optimisme dari lansia untuk tetap produktif dan mandiri pada usia senja di BKL Mugi Waras menjadi daya tarik tersendiri untuk dilakukannya penelitian terutama dalam bidang usaha ekonomi produktif lansia. Jenis usaha ekonomi produktif lansia BKL Mugi Waras diantaranya adalah home industri yang sifatnya per individu antara lain pertanian, perikanan, anyaman, pembuatan tempe, pembuatan kasur dari kapas, aneka makanan, bros dari bahan dasar kapas, minuman, kerajinan, dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaannya, dijumpai beberapa masalah yang di hadapi anggota usaha ekonomi BKL Mugi Waras antara lain masalah modal, pendampingan, dan pemasaran. Dalam pelaksanaannya, beberapa lansia masih sering mengalami kekurangan modal yang di sebabkan adanya pembatasan dan pembagian rata modal kepada seluruh anggota, adapun kurangnya pendamping menyebabkan kurangnya skill lansia dalam mengembangkan usahanya , dan yang terakhir adalah masalah dalam pemasaran menyebabkan kurang maksimalnya penjualan hasil produk.


(25)

9

Berdasarkan uraian tersebut, perlu dilakukan penelitian tentang Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Yogyakarta.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Lansia lebih dianggap sebagai beban keluarga maupun masyarakat sekitar. 2. Nilai rasio ketergantungan lansia sebesar 12,71 menunjukkan bahwa setiap

100 orang penduduk usia produktif harus menanggung sekitar 13 orang lansia.

3. Berdasarkan data sakernas 2014 memperlihatkan bahwa sebesar 52,52 persen lansia tidak bekerja dan bergantung dengan keluarga.

4. Pralansia dan lansia miskin yang masih aktif bekerja di Kabupaten Sleman sekitar 50% lansia bekerja di bidang pertanian, tanaman padi dan palawija, sebagian kecil bekerja di bidang industri pengolahan dan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya

5. Beberapa masalah yang dihadapi BKL Mugi Waras dalam pelaksanaan usaha ekonomi produktif, yaitu masalah modal, pendampingan, dan pemasaran.


(26)

10 C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini dibatasi pada studi tentang Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

D. Rumusan Masalah

Berpijak dari identifikasi masalah dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman ?

2. Apa manfaat dari pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman?

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat dalam pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman ?


(27)

11 E. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan :

1. Pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

2. Manfaat dari pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

3. Faktor penghambat dan faktor pendukung pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

F. Manfaat 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini akan menambah referensi pustaka penelitian pendidikan khususnya yang berhubungan dengan program usaha ekonomi produktif lansia

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman dan mengetahui secara langsung situasi dan kondisi yang nantinya akan menjadi bidang garapan kedepannya, terutama pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia.


(28)

12 b. Bagi Lembaga

Dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi usaha ekonomi produktif lansia yang berada di bawah naungan Dinas Sosial Daerah Istimewa Yogyakarta guna meningkatkan kualitas dalam penyelenggaraan program usaha ekonomi produktif lansia.

c. Bagi Lansia

Dapat berguna sebagai bahan masukan kemanfaatan mengikuti program usaha ekonomi produktif agar tercipta lansia berhasil di masa tua. d. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan untuk merancang pelaksanaan program usaha ekonomi produktif lansia.


(29)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif Pelaksanaan merupakan salah satu bagian dari manajemen program. Pelaksanaan atau yang biasa disebut dengan penggerakan merupakan suatu keseluruhan usaha, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota organisasi agar mau dan ikhlas bekerja dengan sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi dengan efisien, efektif dan ekonomis (Siagiaan, 2007:95). Sependapat, Didin Kurniadin dan Imam Machali (2013: 287), pelaksanaan merupakan salah satu fungsi manajemen yang berhubungan dengan aktivitas manajerial dalam pelaksanaan tugas execution. Pelaksanaan atau penggerakan (actuating), adalah tindakan memulai, memprakarsai, memotivasi, dan mengarahkan, serta mempengaruhi para pekerja mengerjakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan organisasi.

Menurut Terry (1977) dalam buku Manajemen Pendidikan (2013:287-288), pelaksanaan merupakan tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok mau dan berusaha sekuat tenaga untuk mencapai tujuan organisasi dan tujuan para anggota yang menyebabkan para anggota mau untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam melaksanakan suatu program , perencanaan turut berpengaruh besar terhadap pelaksanaan suatu program, hal ini karena perencanaan dan pelaksanaan merupakan satu kesatuan yang saling mengikat. Adapun pengertian dari perencanaan merupakan tindakan


(30)

14

menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakan, apa harus dikerjakan dan siapa yang mengerjakannya. Perencanaan sering disebut juga sebagai jembatan yang menghubungkan kesenjangan atau jurang antara antara keadaan masa kini dan keadaan yang diharapkan terjadi pada masa yang akan datang (Fatah, 2009: 49). Pendapat lain disampaikan oleh Siagian (2007: 36-38), perencanaan merupakan usaha sadar dan pengambilan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam menyusun suatu rencana adalah dengan mengatakan bahwa perencanaan berarti mencari dan menemukan jawaban terhadap enam pertanyaan, yaitu digambarkan dalam Gambar.2 berikut ini:

Pertanyaan

Gambar.2 Enam dalam Perencanaan

PERENCANAAN

BILAMANA

MENGAPA

DIMANA

SIAPA

BAGAIMANA


(31)

15

Disampaikan oleh Syukur (1987:40) kaitannya dengan pelaksanaan merupakan usaha atau aktivitas yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang sudah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapinya semua kebutuhan seperti alat-alat yang dibutuhkan, siapa yang melaksanakan, tempat pelaksanaannya dan bagaimana cara melaksanakan, kemudian setelah program dan kebijaksanaan ditetapkan atas pengambilan keputusan suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah langkah strategis, kebijaksanaan maupun operasional menjadi nyata guna mencapai sasaran dari program yang sudah ditetapkan di awal. Pelaksanaan merupakan aktivitas-aktivitas atau eksekusi dari suatu program di suatu organisasi yang didasarkan pada suatu perencanaan yang sudah dirancang dan ditetapkan sebelumnya.

Program dapat diartikan sebagai kegiatan yang disusun secara terencana dan memiliki tujuan, sasaran, isi dan jenis kegiatan, pelaksana kegiatan, proses kegiatan, waktu, fasilitas, alat-alat, biaya dan sumber- sumber pendukung lainnya. Dalam buku Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah, secara lebih luas program merupakan kegiatan yang sistemik yaitu kegiatan yang memiliki komponen, proses dan tujuan program. Berdasarkan sub sistem pendidikan luar sekolah maka komponen-komponen program program terdiri dari:


(32)

16

a. Masukan lingkungan (environmental input) b. Masukan sarana (instrumental input) c. Masukan mentah (raw input)

d. Masukan lain (other input)

Adapun tujuan program mencakup tujuan antara (intermediate goal) yaitu keluaran (output) dan tujuan akhir (final goal) yaitu pengaruh atau dampak (outcome) program pendidikan (Sudjana, 2008: 4). Menurut Arikunto dan Safruddin (2007: 2-5), secara umum, ‘’program’’ dapat diartikan sebagai ‘’rencana’’. Program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu:

1. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan

2. Terjadi dalam waktu yang relatif lama, bukan tunggal tetapi jamak berkesinambungan, dan

3. Terjadi dalam organisasi yang melibatkan sekelompok orang.

Lebih lanjut, sebuah program bukan hanya kegiatan tunggal yang dapat diselesaikan dalam waktu singkat, tetapi merupakan kegiatan yang berkesinambungan karena melaksanakan suatu kebijakan. Oleh karena itu sebuah program dapat berlangsung dalam kurun waktu relatif lama. Pengertian program merupakan sebuah sistem, yaitu rangkaian kegiatan yang dilakukan


(33)

17

bukan hanya satu kali tetapi berkesinambungan. Pelaksanaan program selalu terjadi di dalam suatu organisasi yang artinya harus melibatkan sekelompok orang. Program merupakan suatu sistem. Sedangkan sistem adalah suatu kesatuan dari beberapa bagian atau komponen program yang saling kait-mengait dan bekerjasama satu dengan lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem. Dengan begitu, program terdiri dari komponenkomponen yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka mencapai suatu tujuan.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Tjokromindjojo (1987: 19), program merupakan cara untuk memilih dan menghubungkan dalam merumuskan tindakan yang kita anggap perlu untuk mencapai hasil yang diinginkan. Program pembangunan yang baik setidaknya harus memiliki ciri – ciri sebagai berikut:

a. Tujuan yang dirumuskan

b. Penentuan peralatan yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut

c. Suatu kerangka kebijakan yang konsisten dan proyek-proyek yang saling terkait untuk mencapai tujuan program seselektif mungkin

d. Pengukuran dengan ongkos-ongkos yang diperkirakan dan keuntungan keuntungan yang di harapkan akan dihasilkan program tersebut

e. Hubungan dengan kegiatan-kegiatan lain dalam usaha pemerintah dan program pembangunan lainnya


(34)

18

f. Berbagai upaya dibidang manajemen, termasuk penyediaan tenaga, pembiayaan dan lain-lain untuk melaksanakan program tersebut.

Dalam pelaksanaan program, terdapat tiga unsur mutlak dan penting, oleh karena itu dalam melaksanakan suatu program diperlukan unsur-unsur yang akan berpengaruh. Menurut Syukur (1987) dalam Fita Istiani (2013), unsur –unsur tersebut terdiri dari;

1. Adanya program (kebijakan) yang dilaksanakan

2. Target group, yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut dalam bentuk perubahan dan peningkatan

3. Unsur pelaksana (implementator) baik organisasi maupun perorangan yang bertanggung jawab dalam pengelolaan.

Program merupakan suatu sistem yang kegiatannya berkesinambungan dan didasarkan pada suatu kebijakan dan melibatkan suatu anggota kelompok serta terdiri dari komponen yang saling melengkapi guna mencapai suatu tujuan.

Dalam meningkatkan taraf perekonomian masyarakat, pemerintah mencanangkan beberapa kebijakan program perekonomian untuk masyarakat, diantaranya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk menanggulangi masalah-masalah kemiskinan, pengangguran, dan peningkatan angka produkifitas masyarakat. Program dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat ini dikembangkan dibeberapa wilayah di Indonesia


(35)

19

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi, sehingga masyarakat dapat mencapai kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya sendiri dan orang-orang disekitarnya. Salah satu cara dalam mengentaskan kemiskinan di masyarakat dapat melalui program usaha ekonomi produktif yang sasarannya merupakan kelompok–kelompok masyarakat yang belum berdaya. untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Pedoman Kelompok Usaha Bersama Tahun 2011, tentang usaha ekonomi produktif (UEP) disebutkan bahwa usaha ekonomi produktif merupakan serangkaian kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi, meningkatkan kemampuan usaha ekonomi, meningkatkan produktivitas kerja, meningkatkan penghasilan, tabungan dan menciptakan kemitraan usaha yang saling menguntungkan.

Adapun anggaran yang digunakan dalam usaha ekonomi produktif berasal dari bantuan pemerintah yang berada dibawah naungan dinas sosial, dimana bantuan tersebut bersifat sementara dan ditujukan untuk masyarakat miskin yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kemandirian masyarakat. Sehingga dalam pelaksanaannya dilakukan pendampingan oleh dinas sosial dan pihak-pihak terkait untuk meningkatkan perkembangan usaha ekonomi tersebut.

Berdasarkan Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Tahun 2005–2025, dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif melalui UKM dan Koperasi


(36)

20

diarahkan untuk menjadi pelaku ekonomi yang berdaya saing melalui perkuatan kewirausahaan dan peningkatan produktivitas yang didukung dengan upaya peningkatan adaptasi terhadap kebutuhan pasar, pemanfaatan hasil inovasi dan penerapan teknologi. Pengembangan UKM menjadi bagian integral di dalam perubahan struktur yang sejalan dengan modernisasi agribisnis dan agroindustri, khususnya yang mendukung ketahanan pangan, serta perkuatan basis produksi dan daya saing industri melalui pengembangan rumpun industri, percepatan alih teknologi, dan peningkatan kualitas SDM. Sementara itu, pengembangan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan. Koperasi berkembang semakin luas menjadi wahana yang efektif dalam menciptakan efisiensi kolektif para anggota koperasi, baik produsen maupun konsumen, sehingga menjadi pelaku ekonomi yang mampu mendukung upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global, Undang Undang Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil, yang hanya mengatur usaha kecil perlu diganti, agar usaha mikro, kecil, dan menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha; Menurut Undang-undang No.20 tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil dan menengah menyebutkan bahwa,

“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha


(37)

21

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.”

Menurut Hardiati (2009: 7), kegiatan kerja ekonomi produktif merupakan suatu kegiatan keterampilan usaha dan terampil kerja. Kegiatan ini dilaksanakan untuk memperoleh penghasilan. Penghasilan yang diperoleh dari hasil kerjanya dapat digunakan Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa usaha ekonomi produktif adalah program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia guna mengatasi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam bidang ekonomi, yang bertujuan meningkatkan keterampilan, pendapatan, produktivitas, mitra kerja serta kemandirian masyarakat di bidang perekonomian melalui kegiatan kewirausahaan dan usaha lainnya yang dilakukan melalui suatu kelompok di masyarakat.

Dalam prinsipnya lansia mampu aktif dalam setiap kegiatan dihari tua. Pemikiran tersebut disebabkan oleh lingkungan sosial yang kurang mampu memberikan ruang partisipasi untuk mengaktualisasikan potensi serta pengalamannya yang diperolehnya dari perjalanan hidupnya (Abbas, 2009: 37). Lansia yang masih aktif bekerja tidak terlepas dari makna produktif, menurut Akhmad Purnama dan Lidia Nugrahaningsih (2015: 27), usaha ekonomi produktif merupakan suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu, berupa hal baru yang didapat dari membaca, benda, tulisan, dan hal baik lainnya.


(38)

22

Sependapat dengan pengertian usaha ekonomi produktif, dapat di peroleh tujuan dari adanya program Usaha Ekonomi Produktif yang bertumpu pada Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor Per-19/PB/2005 yaitu;

a) Meningkatkan kemampuan dalam mengakses sumber daya ekonomi b) Meningkatkan kemampuan usaha ekonomi

c) Meningkatkan produktivitas kerja

d) Meningkatkan penghasilan dan menciptakan kemitraan usaha yang e) saling menguntungkan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia, disebutkan bahwa:

(1) Penguatan usaha ekonomis produktif melalui pendekatan kelembagaan sebagai investasi sosial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf c yaitu penguatan usaha ekonomis produktif melalui pendekatan kelembagaan sebagai investasi sosial, merupakan bantuan yang diberikan kepada lanjut usia potensial yang kurang mampu.

(2) Penguatan usaha ekonomis produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan kepada perorangan melalui LKS dengan pendampingan, yang didahului dengan bimbingan sosial dan keterampilan.

(3) Penguatan usaha ekonomis produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa pemberian paket bantuan usaha ekonomis produktif.


(39)

23

Berdasarkan Modul Pengembangan Ekonomi Produktif Bagi Lansia oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, Usaha Ekonomi Produktif BK adalah kegiatan produktif lansia di bidang ekonomi yang dapat menghasilkan pendapatan untuk dirinya. Kegiatan ekonomi yang dilakukan diupayakan sebagai perpaduan dengan kegiatan rekreatif.

Sedangkan menurut Buku Pengangan Kader Tentang Lansia Tangguh Dengan Tujuh Dimensi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015, berbagai peluang dalam pengembangan industri dan usaha ekonomi produktif dapat dilakukan lansia melalui berbagai bidang: a) Bidang ekonomi kreatif, misalnya batik dan berbagai bentuk kesenian lain. b) Bidang konsumsi barang, misalnya meubel (meja, kursi, lemari).

c) Bidang kesehatan dan pengobatan tradisional, misalnya jamu dan pijat. d) Bidang wisata dan kuliner.

e) Bidang industri rumah tangga.

f) Bidang bisnis sosial pengasuhan anak dan atau lansia rentan.

Dengan beberapa definisi, dapat disimpulkan pengertian dari pelaksanaan program usaha ekonomi produktif, yaitu aktivitas-aktivitas atau eksekusi dari suatu sistem yang kegiatannya berkesinambungan dan didasarkan pada suatu kebijakan dan melibatkan anggota kelompok serta terdiri dari komponen yang saling melengkapi guna mencapai suatu tujuan melalui beberapa tahapan antara lain wujud kegiatan, sasaran, waktu, sarana prasarana,


(40)

24

sistem yang berjalan, serta tindak lanjut yang akan memberikan pengaruh untuk masing-masing anggota dan keluarga dari kelompok masyarakat di suatu organisasi yang didasarkan pada suatu perencanaan yang sudah dirancang dan ditetapkan sebelumnya.

B. Kajian Tentang Bina Keluarga Lansia (BKL)

Dalam rangka memaksimalkan peningkatan kesejahteraan lansia, diperlukan peran keluarga yang turut berpartisipasi aktif mendampingi aktivitas lansia di masa senjanya. Dimana peran keluarga sangatlah penting di dalam memberdayakan lansia, karena keluargalah orang terdekat dari lansia itu sendiri, baik anak, menantu maupun cucu bahkan adik atau kakak lansia itu sendiri. Menurut Rahardjo (2014: 6), kelompok bina keluarga lansia dapat memberikan kontribusi terhadap terwujudnya lansia tangguh dan berjalan secara berlanjut apabila memiliki mekanisme kerja yang dipahami dan disepakati oleh anggota kelompok. Mekanisme kerja yang jelas dapat dijadikan sebagai acuan dan dioperasionalkan dalam mencapai tujuan kelompok. Pokok-pokok kegiatan kelompok BKL/Kader, antara lain:

1) Kegiatan utama dilakukan pada kelompok BKL/kader meliputi: penyuluhan, temu keluarga, kunjungan rumah, rujukan, pencatatan dan pelaporan, serta monitoring dan evaluasi.

2) Kegiatan pengembangan antara lain:

a) Bina kesehatan fisik antara lain olahraga, senam, penyediaan makanan tambahan;


(41)

25

b) Bina sosial dan lingkungan antara lain rekreasi, bina lingkungan; c) Bina rohani/spiritual melalui kegiatan keagamaan, sosial

kemasyarakatan;

d) Bina peningkatan pendapatan usaha ekonomi produktif melalui UPPKS UKM, Koperasi, dan lain-lain.

Menurut Sri Iswanti, Ariyadi Warsito, dan Kartika Nur Fathiyah tahun 2012 dalam Identifikasi Potensi Ekonomi Produktif Para Lansia Penghuni Panti Werda, sesungguhnya masa lansia adalah masa yang memiliki rentang hidup paling panjang. Berbagai penurunan fisik maupun psikis yang dialami lansia hendaknya dapat disikapi secara bijaksana sehingga lansia merasa berarti meskipun memiliki keterbatasan keterbatasan. Dari sisi ekonomi, produktiitas lansia dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi-potensi yang dimilikinya untuk meningkatkan pendapatan lansia. Lansia yang produktif secara ekonomi menjadikan lansia meskipun mengalami berbagai penurunan secara fisik maupun psikis namun merasa puas dengan kondisi dirinya karena dapat menjadikan kegiatan ekonomi sebagai mata pencaharian sekaligus aktivitas untuk mengisi masa tua. Pada akhirnya para lansia merasa bermakna, berarti, sekaligus dapat menambah pendapatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup lansia sehari-hari atau memberi sesuatu (wuwur) kepada anak cucunya.

Berdasarkan Modul Pembinaan Sosial Kemasyarakatan Bagi Lansia oleh Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional


(42)

26

Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013, Bina Keluarga Lansia (BKL) adalah kelompok kegiatan (Poktan) keluarga yang mempunyai lansia yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keluarga yang memiliki lansia dan lansia itu sendiri untuk meningkatkan kualitas hidup lansia dalam rangka meningkatkan kesertaan, pembinaan, kemandirian ber-KB bagi PUS anggota kelompok kegiatan.

Sedangkan menurut Buku Pengangan Kader Tentang Lansia Tangguh Dengan Tujuh Dimensi oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2015, Lansia tangguh adalah seseorang atau kelompok lansia yang sehat (secara fisik, sosial, dan mental), mandiri, aktif, dan produktif. Lansia potensial adalah warga lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan atau jasa.


(43)

27 Tujuh dimensi lansia tangguh terdiri dari: 1. Spiritual

2. Intelektual 3. Fisik 4. Emosional

5. Sosial Kemasyarakatan 6. Professional Vokasional 7. Lingkungan

Kaitannya dengan pelaksanaan program untuk lansia, tidak terlepas dari faktor penghambat dan pendukung yang secara tidak langsung terdapat pada Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang asas, arah, dan tujuan serta tugas dan tanggung jawab kesejahteraan lanjut usia, yaitu:

a) Pasal 4

Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan masa produktif. terwujudnya kemandirian dan kesejahteraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b) Pasal 7

Pemerintah bertugas mengarahkan. membimbing. dan menciptakan suasana yang menunjang bagi terlaksananya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.


(44)

28 c) Pasal 8

Pemerintah, masyarakat, dan keluarga bertanggungjawab atas terwujudnya upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia.

Dari penjelasan beberapa pengertian dari berbagai sumber di atas dapat disimpulkan, bina keluarga lansia atau BKL merupakan wadah atau organisasi untuk berkegiatan lansia dan keluarga yang memiliki lansia yang oleh dicanangkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) dan bertujuan untuk mensejahterakan lansia melalui program program pemberdayaan, ekonomi produktif, tatacara perawatan dan pengasuhan lansia sehingga tercipta lansia sejahtera, mandiri, produktif, semangat dan berdaya.

C. Kajian tentang Lansia 1. Pengertian Lansia

Menurut Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 memberikan definisi lansia sebagai berikut :

a) Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas.

b) Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang dan/atau jasa, c) Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari


(45)

29

Menurut Hurlock (1980: 380), usia tua merupakan periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu periode di mana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Bourke (2012: 17), menggolongkan lansia pada masa penuaan, yaitu proses yang kompleks , sulit diprediksi, dan memiliki banyak segi. Banyak orang tidak menanti-nantikan saat menjadi tua karena proses itu bisa menjadi proses yang menyedihkan, sepi, dan menyakitkan.

Jahja (2011: 311), mendefinisikan usia lanjut (60 sampai meninggal) atau masa tua sebagai periode penutup dalam rentang hidup seseeorang, yaitu suatu masa dimana seseorang telah “ beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Sedangkan menurut Mahmudi (2000: 45), masa lanjut usia sering di sebut masa dewasa akhir, sering disebut juga masa tua atau masa kematangan akhir. Pada masa-masa yang lalu periode ini kurang di perhatikan dibandingkan periode yang lain, perhatian utama di tujukan pada masa balita dan remaja.

Menurut Purnama (2009: 5) merupakan tahapan paling akhir dalam perjalanan hidup manusia. Proses menua tersebut selain merupakan proses perkembangan yang terus berlangsung hingga akhir hidup manusia, yang ditandai dengan adanya kemunduran fisik dan psikis. Sulistyo (2006: 12), sesungguhnya usia lanjut merupakan proses alami. Umur manusia sebagai makhluk hidup terbatas oleh suatu peraturan alam. Semua orang akan


(46)

30

mengalami proses menjadi tua dan masa tua. Pendapat tersebut didukung dengan pendapat Padmiati dan Gutomo (2007: 9), proses menua memang bukan sekedar survival of life, karena dalam proses ini selalu terjadi kemunduran baik fisiologis maupun psikologis yang berlangsung secara alamiah. Menurunnya kondisi lansia dari berbagai aspek juga didukung penelitian dari Siti Rohmah Nurhayati dalam Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 17, No. 1 (2012:43-44) yang berjudul ‘’Dukungan Sosial dan Strategi Coping Para Lansia’’, yaitu lansia Usia lanjut adalah suatu fase yang pasti akan dialami oleh semua orang yang dikaruniai usia panjang, yang mana terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Proses penuaan yang terjadi pada lansia tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan, karena dengan semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun sehingga dapat berakibat buruk pada kesehatan. Menurut Purnama dan Nugrahaningsih (2015: 9), masa lanjut usia merupakan tahapan paling akhir dalam perjalanan hidup manusia. Proses menua tersebut selain merupakan proses perkembangan yang terus berlangsung hingga akhir hidup manusia, juga ditandai dengan adanya kemunduran secara fisik dan psikis.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai umur 60 tahun ke atas dan menjadi salah satu tanda bahwa seseorang telah mencapai batas-batas akhir proses perkembangan yang ditandai dengan kemunduran fisik dan psikis.


(47)

31 2. Karakteristik Lansia

Menurut Jahja (2011: 311), dalam rentang kehidupan seseorang, usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek ini menentukan, apakah pria atau wanita usia lanjut akan mulai melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Ciri-ciri usia lanjut cenderung menuju dan membawa penyesuaian diri yang buruk daripada yang baik dan kepada kesengsaraan daripada kebahagiaan.

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Rita Eka Izzaty dkk (2013: 172) menyatakan bahwa lansia ditandai oleh kemunduran biologis yang terihat dari gejala kemunduran fisik, antara lain:

a. Kulit mulai mengendur dan pada wajah timbul keriput serta garis-garis yang menetap.

b. Rambut mulai beruban dan menjadi putih. c. Gigi mulai tanggal.

d. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang. e. Mudah lelah.

f. Gerakan menjadi lamban.

g. Ketrampilan tubuh menjadi menghilang, terjadi timbunan lemak terutama dibagian perut dan pinggul.

Hurlock (1980: 380) mengemukakan, terdapat beberapa ciri usia lanjut yang ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Keliat (1999) yang


(48)

32

dikutip Maryam dkk (2008: 33), adapun karakteristik yang di miliki lansia sebagai berikut ;

1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai pasal 1 ayat (2) UU No.13 tentang Kesehatan)

2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif

3) Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pada dasarnya lansia memiliki karakteristik, diantaranya mengalami kemunduran fisik, mengalami kemunduran psikologis dan meningkatnya ketergantungan dengan orang sekitar.

3. Tugas Perkembangan Lansia

Menurut Izzaty dkk (2013: 169), pada usia lanjut seseorang tidak berarti bebas dari tugas perkembangan. Tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah tugas yang sesuai dengan tahapan usianya. Tugas- tugas perkembangan itu antara lain:

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan kemunduran dan berkurangnya pendapatan. c. Menyesuaikan diri atas kematian pasangannya.

d. Menjadi anggota kelompok sebaya.


(49)

33

f. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. g. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara fleksibel.

Sependapat dengan penjelasan diatas, Menurut Melly (1985) yang dikutip oleh Mahmudi (2000: 68-69), tugas perkembangan lanjut usia antara lain:

1) Menyesuaikan diri pada keadaan menurunnya kemampuan atau kekuatan fisik dan kesehatan.

2) Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan. 3) Menyesuaikan diri dengan meninggalnya pasangan hidup.

4) Membangun hubungan aktif dengan salah satu kelompok sosial yang sesuai dengan umurnya.

5) Berusaha menemukan dan memberikan bantuan sosial sebagai warga negara.

6) Berusaha menemukan dan memberikan bantuan sosial sebagai warga negara.

7) Menyusun bentuk dan cara hidup yang disesuaikan dengan keadaan fisik mereka.

Pendapat lain juga dikemukakan oleh Jahja (2011: 318), mengemukakan bahwa sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada kehidupan orang lain. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang pernah dilakukan di dalam maupun di luar rumah. Bagi beberapa orang berusia


(50)

34

lanjut, kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut kegiatan sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun.

Menurut Hurlock (1980: 385), sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang daripada orang lain. Havighrust dalam buku Psikologi Perkembangan (Hurlock: 1980) menyampaikan, tugas – tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan pada masa tua terdiri dari;

a. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan. b. Menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya income

(penghasilan) keluarga.

c. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup. d. Membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia. e. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan. f. Menyesuaikan diri dengan pern sosial secara luwes.

Menurut Maryam dkk (2008: 40-41), apabila seseorang pada tahap tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka pada usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap perkembangan sebelumnya seperti olahraga, mengembangkan hobi bercocok tanam, dan lain-lain. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut:


(51)

35

1) Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun 2) Mempersiapkan diri untuk pensiun

3) Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya 4) Mempersiapkan kehidupan baru

5) Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai

6) Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangannya

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa lanjut usia memiliki tugas perkembangan, yaitu;

a. Menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri sendiri.

b. Menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar

c. Membuat hubungan yang bersahabat dengan orang seusianya

d. Mempersiapkan diri untuk belajar ikhlas dengan berbagai kemungkinan yang akan terjadi di masa yang akan datang

e. Membentuk mental dan beradaptasi dengan perubahan yang signifikan terhadap perubahan fisik yang semakin menurun.


(52)

36 D. Penelitian Yang Relevan

1.Pelaksanaan Program Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso (Tika Kumalasari. 2015. Universitas Negeri Yogyakarta)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan program peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia di Panti Sosial Tresna Werdha Abiyoso dimulai dengan persiapan dan pelaksanaan. Tahap persiapan meliputi tempat, materi, jenis program kegiatan, dan waktu pelaksanaan sedangkan tahap pelaksanaan menggunakan metode ceramah dan praktik. Upaya untuk peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia melalui program eksistensi diri, sosialisasi, komunikasi sosial, serta aktualisasi diri, Upaya untuk meningkatkan kualitas program yaitu kegiatan unggulan program peningkatan komunikasi sosial dalam bentuk bimbingan sosial kecil dan besar. Dampak program peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia terdiri dari dampak eksistensi diri, sosialisasi, komunikasi sosial, aktualisasi diri. Faktor pendukung yaitu adanya kerjasama dari berbagai instansi, dana, prasarana yang memadai, serta program keagamaan. Faktor penghambat yaitu lanjut usia yang susah di atur, kurangnya komunikasi dengan keluarga lanjut usia dalam pelaksanaan program kegiatan.

Penelitian yang relevan diatas, berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif Oleh Bina Keluarga Lansia . Disini kesamaan objek sebagai dasar penelitian yaitu


(53)

37

terkait pelaksanaan program dan subjek terkait dengan lansia. Adapun perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan terdapat pada jenis program penelitian yaitu program peningkatan kesejahteraan sosial dan program usaha ekonomi produktif.

2. Identifikasi Potensi Ekonomi Produktif Para Lansia Penghuni Panti Werda. (Penelitian Sri Iswanti, Ariyadi Warsito, dan Kartika Nur Fathiyah. 2012. Universitas Negeri Yogyakarta).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia di panti wreda memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan untuk kegiatan ekonomi produktif, akan tetapi di lapangan potensi ekonomi yang mengarah produktif belum teraktualisasi karena ketakutan pengelola bahwa aktivitas ekonomi produktif bahwa semakin mempercepat penurunan lansia dan ketakutan menyalahi aturan yang ada. Temuan lain adalah ada perbedaan pengelolaan antara panti yang berstatus negeri dengan yang berstatus swasta. Panti yang berstatus negeri pengembangan minat penghuni cenderung optimal karena pendanaan yang banyak ditopang dana dari pemerintah, sedangkan di swasta pengembangan minat maupun potensi lansia cenderung agak terabaikan karena dana lebih banyak ke operasional pemenuhan kebutuhan sehari-hari lansia.

Penelitian yang relevan diatas, berkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan mengenai pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh bina keluarga lansia (BKL) yang sasaran utamanya adalah lansia. Disini


(54)

38

kesamaan subjek sebagai dasar penelitian yaitu mengenai program usaha ekonomi produktif dan lansia. Adapun perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan yaitu terdapat pada objek penelitian antara lain pelaksanaan program dan identifikasi potensi.

E. Pertanyaan Penelitian

Untuk mempermudah dalam mengarahkan proses pengumpulan data dan informasi mengenai aspek yang akan diteliti, maka pertanyaan penelitian merinci pada:

1. Bagaimana Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman ?

a. Perencanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh Lansia di BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman

b. Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh Lansia di BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman

2. Apa manfaat dari Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman?

a. Manfaat untuk Lansia


(55)

39 c. Manfaat untuk Keluarga

3. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat program Usaha Ekonomi Produktif Lansia oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman ?

a. Faktor Penghambat b. Faktor Pendukung


(56)

40 BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif juga diartikan sebagai kegiatan mengamati orang dalam lingkungannya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti mampu menghasilkan data yang bersifat deskriptif guna mengungkap sebab dan proses terjadinya di lapangan (Nasution, 1988: 5). Menurut Moleong (2012: 6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan baik secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah

Menurut Sugiyono (2011: 13), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan data), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif karena penelitian ini menyajikan,


(57)

41

melukiskan atau menggambarkan data secara deskriptif tentang “Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman Yogyakarta” guna memberikan gambaran riil tentang situasi sebenarnya.

B. Objek dan Subjek Penelitian

Penelitian ini menggunakan objek berupa pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

Penentuan subjek penelitian dilaksanakan dengan teknik pengambilan sampel secara bertujuan (purposive sampling). Menurut Sugiyono (2010: 300) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Peneliti menentukan secara mandiri subyek penelitian yang akan digunakan untuk mencari informasi yang terkait dengan penelitian. Pemilihan subyek penelitian ini dipilih berdasarkan keterlibatan subyek pada pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras sehingga mampu memberikan informasi dan berbagai data yang valid dan dapat diakui kebenarannya. Sumber data dalam penelitian ini terdapat dua informan, yaitu sumber informasi (key informan) dan informan pendukung. Sumber informasi (key informan) dalam penelitian ini adalah pengurus usaha ekonomi produktif BKL Mugi Waras, sedangkan informan pendukung dalam penelitian ini adalah lansia anggota BKL yang aktif dalam pelaksanaan program usaha ekonomi produktif dan keluarga lansia anggota UEP.


(58)

42

Dalam penelitian ini peneliti membuat beberapa kriteria yang harus dipenuhi oleh pengurus agar dapat menjadi informan yang dapat memberikan informasi secara rinci dan valid. Beberapa kriteria dalam penentuan pengurus informan kunci sebagai berikut:

1. Merupakan pengurus yang aktif

2. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan program usaha ekonomi produktif di BKL Mugi Waras

3. Terlibat dalam kepengurusan minimal 3 tahun terakhir 4. Latar belakang minimal SMP.

Penentuan pengurus sebagai informan secara rinci dapat dilihat dalam tabel 3:

Tabel 3. Sumber Data Penelitian (key informan)

No Nama Status Jabatan Partisipasi

Dalam Pelaksanaan Program Keterlibatan Dalam Kepengurusan Pendidikan Terakhir Memenuhi Kriteria

1 DJ Aktif Ketua Berpartisipasi 6 tahun Sejak

2011

SGSLP Memenuhi

2 SW Aktif Bendahara Berpartisipasi 6 tahun Sejak

2011

SMA Memenuhi

Dalam pemilihan anggota sebagai informan pendukung juga menggunakan teknik purposive sampling yaitu memilih informan dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Beberapa kriteria anggota UEP yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

1. Merupakan anggota yang aktif 2. Usia minimal 60 tahun


(59)

43

3. Turut berpartisipasi dalam pelaksanaan program usaha ekonomi produktif 4. Terlibat dalam pelaksanaan program minimal 1 tahun terakhir

5. Latar belakang pendidikan minimal SD/SR.

Penentuan pengurus sebagai informan secara rinci dapat dilihat dalam tabel 4:

Tabel 4. Sumber Data Penelitian (informan pendukung)

Nama Usia Status Jabatan Partisipasi

Dalam Pelaksanaan Program Keterlibatan Dalam Kepengurusan Pendidikan Terakhir Memenuhi Kriteria

SP 78

tahun

Aktif Anggota Berpartisipasi 6 tahun Sejak 2011

SR/SD Memenuhi

SD 80

tahun

Aktif Anggota Berpartisipasi 6 tahun Sejak 2011

SR/SD Memenuhi

BA 68

tahun

Aktif Anggota Berpartisipasi 3 tahun sejak 2014

SPG Memenuhi

NG 70

tahun

Aktif Anggota Berpartisipasi 2 tahun sejak 2014

SGSLP Memenuhi

Selain itu informan dalam penelitian ini adalah keluarga lansia anggota UEP yang turut merasakan kebermanfaatan adanya pelaksanaan program UEP untuk lansia di BKL Mugi Waras. Pemilihan salah satu anggota keluarga lansia yang aktif dalam pelaksanaan program sebagai informan menggunakan teknik purposive sampling. Beberapa kriteria yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut:

1. Usia maksimal 45 tahun

2. Merupakan anggota keluarga lansia yang aktif dalam pelaksanaan program UEP

3. Berpartisipasi aktif dalam membantu kegiatan lansia sehari-hari 4. Tinggal satu rumah dengan lansia


(60)

44

Penentuan salah satu anggota keluarga dari lansia yang aktif mengikuti kegiatan UEP sebagai informan secara rinci dapat dilihat dalam tabel 5:

Tabel 5. Sumber Data Penelitian (informan pendukung) No Nama Umur Status Partisipasi

terhadap lansia

Tinggal Serumah

Memenuhi Kriteria

1 SS 38

tahun

Anak lansia/anggota

Aktif Serumah Memenuhi

2 EF 29

tahun

Menantu dari lansia/anggota

Aktif Serumah Memenuhi

C. Setting Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu mulai dari bulan maret sampai dengan bulan april 2017. Adapun proses kegiatan dapat dirinci sebagai berikut.

Tabel 6. Proses Kegiatan Pengumpulan Data

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Observasi dan Pengamatan Desember

2 Tahap Penyusunan Proposal Januari – Februari

3 Tahap Perizinan Maret

4 Tahap Pengumpulan Data Maret – April

5 Tahap Analisis Data April – Mei

6 Penyusunan Laporan Mei


(61)

45 2. Tempat penelitian

Penelitian mengenai pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras di lakukan di Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Yogyakarta. Alasan lokasi tersebut dijadikan lokasi penelitian karena lansianya yang sehat, produktif, semangat, serta mandiri, selain itu adalah keterbukaan organisasi lansia dan masyarakat sehingga memungkinkan peneliti memperoleh kelancaran dalam menperoleh data serta melaksanakan penelitian

Beberapa prestasi yang di dapatkan oleh BKL Mugi Waras menjadi alasan lain dalam pemilihan lokasi penelitian, dimana BKL Mugi Waras pernah mendapat apresiasi dari Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Fasli Jalal dalam kunjungannya terkait lansia BKL Mugi Waras yang tidak merasa berhenti, tetap produktif, tetap sehat, tetap optimistis membimbing dan membantu anak cucu dan melihat aktivitas mereka. Prestasi lain yang di dapatkan oleh BKL Mugi Waras adalah aktif menjuarai berbagai kegiatan dan perlombaan lansia antara lain Juara 1 Terbaik Kegiatan Seleksi/ Penilaian Bina Keluarga Lansia Tingkat DIY Tahun 2014 serta Juara 2 Kelompok BKL Tingkat Nasional Tahun 2014.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengumpulkan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi (Suharsimi Arikunto, 2010). Untuk memperoleh data terkait Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras di lakukan di Dusun


(62)

46

Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman digunakan pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Nasution (2003: 58) observasi tidak hanya mencatat suatu kejadian atau peristiwa, akan tetapi juga segala sesuatu atau sebanyak mungkin hal-hal yang diduga ada kaitannya. Berdasarkan penjelasan diatas, maka peneliti berperan aktif melakukan observasi terkait dengan pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman Yogyakarta.

2. Wawancara

Menurut Moleong (2012: 186), wawancara merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Untuk memperoleh data yang valid, peneliti menggunakan teknik wawancara dengan subjek yang terlibat dalam proses atau kegiatan yang berlangsung dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan fokus penelitian terkait perencanaan program, pelaksanaan program, manfaat serta faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras.


(63)

47 3. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang telah berlalu. Dokumentasi ini dapat berbentuk tulisan, gambar atau karya – karya monumental dari yang bersangkutan (Sugiyono, 2011: 329). Peran dokumentasi adalah sebagai pendukung dari kelengkapan data yang diperoleh berdasarkan wawancara dan dokumentasi diantaranya dokumentasi administrasi, foto – foto kegiatan, sarana prasarana, serta catatan peristiwa selama kegiatan yang dapat membantu peneliti menggambarkan kondisi riil di lapangan.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Sugiyono (2011: 306-307), peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri yang dibantu dengan pedoman wawancara, pedoman observasi dan dokumentasi.


(64)

48

Tabel 7. Teknik Pengumpulan Data

Pelaksanaan Program Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras Dusun Blendung Desa Sumbersari Kecamatan Moyudan Kabupaten Sleman.

No Aspek Sub Aspek Sumber Data Teknik

1. Profil usaha

ekonomi produktif BKL Mugi Waras

a. Letak geografis b. Sejarah berdiri c. Visi dan misi d. Struktur organisasi e. Program kerja f. Jenis usaha

g. Sumberdaya manusia

Pengurus UEP, anggota UEP

wawancara, dokumentasi observasi

2. Pelaksanaan program,

a. Perencanaan b. Pelaksanaan

Pengurus UEP, anggota UEP

wawancara, dokumentasi, observasi 3. Manfaat program

UEP

a. Lansia b. Keluarga c. Organisasi BKL

Mugi Waras

Pengurus UEP,

anggota UEP

keluarga lansia anggota UEP

wawancara, observasi

4. Faktor penghambat

dan pendukung

program

a. Faktor penghambat b. Faktor

pendukung

Pengurus UEP, anggota UEP

wawancara, observasi

F. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data berupa analisis deskriptif kualitatif. Analisis dilakukan setelah semua data sudah terkumpul melalui pengamatan yang sudah di tulis dalam catatan lapangan, wawancara dengan responden, observasi dan dokumentasi. Menurut Miles dan Huberman (2007: 15-21) teknik analisis data dijelaskan melalui beberapa langkah, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan.


(65)

49 1) Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan. Data tersebut terdiri dari dua aspek, yaitu deksripsi dan refleksi. Catatan deskripsi adalah data yang berisi tentang apa yang dilihat, dirasakan, dan disaksikan serta dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dan penafsiran dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai di lapangan. Sedangkan catatan refleksi memuat kesan, komentar, tafsiran oleh peneliti tentang temuan yang dijumpai di lapangan dan merupakan bahan rencana pengumpulan untuk tahap berikutnya.

2) Reduksi Data (Data Reduction)

Reduksi data diartikan sebagai proses memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, dan mengabstrakan data hasil penelitian. Menurut Sugiyono (2011: 338) reduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok, memfokuskan pada hal – hal yang penting, dicari tema dan polanya dan menyisihkan yang tidak perlu. Peneliti secara umum dalam hal ini melakukan seleksi terhadap data – data yang dilakukan secara manual.

3) Penyajian data (Data Display)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data (display data). Miles dan Huberman menyatakan bahwa yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Penyajian data akan mempermudah peneliti dalam melihat hasil penelitian.


(66)

50

4) Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing)

Langkah berikutnya setelah display data, menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti –bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya, tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti – bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Sugiyono, 2011: 345). Proses menyimpulkan merupakan proses yang membutuhkan pertimbangan yang matang agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan dan menyimpulkan data.


(67)

51

Gambar 3. Teknik Analisis Data Miles & Huberman (Sumber: Miles & Huberman, 2007)

.

Pengumpulan data

Reduksi data

Penyajian data

Kesimpulan – kes impulan : penarikan


(68)

52 G. Keabsahan Data

Selanjutnya, setelah data dapat dikumpulkan tahap berikutnya yaitu dilakukan pengujian terhadap keabsahan data dengan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda – beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama (Sugiyono, 2011: 330). Saat melakukan pengumpulan data dengan triangulasi maka disaat yang sama peneliti sekaligus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai pengumpulan data dan sumber data. Teknik keabsahan data pada penelitian ini adalah menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber data. Dalam penelitian ini triangulasi dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengamatan dan mengecek informasi data hasil yang diperoleh dari:

1. Wawancara dengan hasil observasi, dan juga sebaliknya

2. Membandingkan hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang berkaitan dengan penelitian

3. Membandingkan apa yang disampaikan melalui wawancara oleh pengurus UEP, anggota UEP, dan keluarga anggota UEP.


(69)

53 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Bina Keluarga Lansia Mugi Waras

1. Gambaran Umum Organisasi Bina Keluarga Lansia Mugi Waras a. Sejarah berdirinya Bina Keluarga Lansia Mugi Waras

Bina Keluarga Lansia Mugi Waras berdiri pada tanggal 4 April 2012 yang diresmikan dengan surat tugas dari Kepala Desa Sumbersari, Nomor 441/025/2012. Nama Mugi Waras di ambil dari arti jawa yaitu, ‘’Mugi’’ yang berarti semoga dan waras yang memiliki arti sehat. Apabila digabungkan akan menjadi “semoga sehat”. Pemberian nama ‘’Mugi Waras’’ merupakan sebuah harapan agar lansia-lansia di Dusun Blendung selalu sehat. Kelahiran Bina Keluarga Lansia Mugi Waras didorong oleh kebutuhan lansia untuk produktif yang diharapkan akan membawa dampak positif untuk lansia dari segi fisik, psikologis maupun ekonomi. Harapannya dengan adanya BKL Mugi Waras mampu meningkatkan kesehatan, semangat, kemandirian, dan kebahagiaan lansia. Bina Keluarga Lansia Mugi Waras menjadi wadah energi dan sosialisasi lansia di Dusun Blendung Desa Sumbersari Moyudan Sleman Yogyakarta.


(70)

54 b. Bentuk dan Nama Lembaga

Bentuk : BKL (Bina Keluarga Lansia) dan Yandu Lansia (Pelayanan Terpadu Lanjut Usia)

Nama : ‘’Mugi Waras’’

Alamat : Padukuhan Blendung, Desa Sumbersari, Kecamatan Moyudan, Kabupaten Sleman DIY

c. Landasan Hukum Pendirian BKL Mugi Waras:

1. Undang-undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

2. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga

3. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 85/PER/F5/2012 tentang Pedoman Pembinaan Ketahanan Keluarga Lansia.

d. Tujuan

Tujuan utama dari adanya BKL Mugi Waras adalah untuk meningkatkan kesejahteraan lansia melalui kepedulian dan peran lansia yang sehat, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mandiri, produktif, dan bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat.

e. Visi dan Misi Bina Keluarga Lansia Mugi Waras 1. Visi


(1)

195

43 Ponijo Kartowijoyono Laki-laki 88 tahun Islam 44 Agus Rudi H Ngatijo Laki-laki 63 tahun Islam 45 Tri Cahyono Siswo Wiyono Laki-laki 66 tahun Islam 46 Anam

Nurjiyanto

Daliul Perempuan 72 tahun Katolik

47 Sunartoyo Kariyowiyono Laki-laki 86 tahun Islam 48 Suharjo Trisno Sunanto Laki-laki 76 tahun Islam 49 Taryanto Mardi Utomo Perempuan 61 tahun Islam 50 Eko Paryanto Muji Harjono Laki-laki 67 tahun Islam Muji Sarjiyem Perempuan 64 tahun Islam 51 Sigit Raharjo Paikam Perempuan 64 tahun Katolik 52 Haryadi Tukimun Laki-laki 71 tahun Islam

Sukini Perempuan 70 tahun Islam 53 Suliyati Suliyati Perempuan 64 tahun Islam 54 Haryanti Haryanti Perempuan 64 tahun Islam Sumber: Buku Daftar Anggota BKL Mugi Waras


(2)

196 Lampiran 8. Foto Kegiatan

(Pertemuan Rutin Kegiatan Usaha Ekonomi Produktif oleh BKL Mugi Waras)

( Salah satu usaha membuat kasur, bantal, dan guling oleh anggota UEP Bina Keluarga Lansia Mugi Waras)


(3)

197

(Pameran dan Sosialisasi Lembaga DPD RI dan Penyerapan Aspirasi)


(4)

198

(Lansia BKL Mugi Waras yang menjadi anggota Usaha Ekonomi Produktif)

(Kegiatan dalam pertemuan rutin program usaha ekonomi produktif oleh BKL Mugi Waras)


(5)

199


(6)

200 Lampiran 9 Surat Ijin Penelitian


Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PENDAMPINGAN KELOMPOK DALAM PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DI KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG.

0 1 23

PERAN PEKERJA SOSIAL DALAM PENDAMPINGAN DESA MANDIRI DAN PRODUKTIF DI DUSUN GAMPLONG 1 DESA SUMBER RAHAYU KECAMATAN MOYUDAN KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA.

3 17 234

TENUN RAINBOW SETAGEN KOMUNITAS DREAMDELION YOGYAKARTA DI DUSUN SEJATI DESA, SUMBERARUM, MOYUDAN, SLEMAN, YOGYAKARTA.

2 14 334

PEMBERDAYAAN KELUARGA MELALUI KELOMPOK USAHA BERSAMA (KUBE) SRIKANDI DI DUSUN GAMOL, DESA BALECATUR, GAMPING, SLEMAN, YOGYAKARTA.

0 3 184

EFEKTIVITAS PROGRAM BINA KELUARGA LANSIA (BKL) DALAM MEMBINA LANSIA DI KECAMATAN GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA

0 0 5

HUBUNGAN POLA MAKAN FAST FOOD DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA USIA PRODUKTIF DI DUSUN TEGAL NGIJON SUMBER AGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA

0 2 12

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERASAAN KESEPIAN PADA USIA LANJUT DI PADUKUHANTIWIR SUMBERSARI MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Perasaan Kesepian pada Usia Lanjut di Padukuhan Tiwir Sumbersari Moyudan Slema

0 0 13

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEJADIAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DUSUN KRODAN MAGUWOHARJO DEPOK SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kejadian Insomnia pada Lansia di Dusun Krodan Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta Tahu

0 0 19

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DUSUN CELUNGAN SUMBERAGUNG MOYUDAN SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada Lansia di Dusun Celungan Sumberagung Moyidan Sleman Yogyakarta -

0 0 12

ANALISIS KOMPARATIF USAHA TANI IKAN PENGGUNA PAKAN ALAMI, ALTERNATIF, DAN PELET DI DESA SUMBERSARI, MOYUDAN, SLEMAN

0 0 119