Akuntansi Perbankan 002

(1)

AKUNTANSI PENANAMAN DANA BANK

Bank merupakan lembaga perantara yang menghimpun dana dan menempatkannya dalam bentuk aktiva produktif misalnya kredit. Penempatan dalam bentuk kredit akan memberikan kontribusi pendapatan bunga bagi bank. Kontribusi pendapatan bunga kredit di Indonesia masih mendominasi pendapatan bank dibanding dari fee based income.

Penanaman dana bank meliputi penanaman dana dalam alat likuid atau kas, penanaman dana pada lembaga keuangan, penanaman dana dalam bentuk perkreditan dan penanaman dana dalam aktiva tetap.Penanamandana bank yang

harusdilakukanbertujuanuntukmenciptakanpendapatan bank melaluipenciptaanaktivaproduktif yang menghasilkan.

Besarnyapenempatandanaharusselaludiperhitungkanolehtiap bank agar pendapatan yang dihasilkandapatmembayarbiayadana yang telahdipergunakan, menutupikebutuhan biayaoperasionalatau overhead, resiko yang diperhitungkan, dansejumlah margin ataulaba yang dikendaki.

Jenis penanaman dana antara lain: remise atau pengiriman uang antar cabang dalam bentuk suatu bank, penanaman pada bank lain dalam bentuk giro, deposito berjangka , call money, deposito deposits on call, surat berharga, serta penanaman dana dalam bentuk kredit. 1. KAS DAN BANK

Dalam penanaman dana kas untuk tujuan operasional harus diperhatikan dasar kebutuhan dana rata-rata uang tunai setiap hari. Sedangkan penanaman dana kas ke bank lain harus memperhatikan syarat minimum yang harus dipelihara oleh bank (5% dari dana masyarakat yang dimiliki oleh bank), sehingga terjada likuiditasnya.

Berkenaandengansyarat minimum alat likuid yang harus ada, semua bank diwajibkan untuk mempertahankan saldo giro minimal di Bank Indonesia sebesar lima persen dari dana masyarakat yang dimiliki. Oleh sebab itu, setiap bank harus memiliki informasi akuntansi yang akurat akan posisi dana masyarakat. Tujuan dari memelihara minimum alat likuid ini adalah selain untuk memelihara likuiditas juga untuk menghindari terjadinya over atau under liquid, memanfaatkan kelebihan dana untuk dapat disalurkan kepada aktiva yang dapat menciptakan pendapatan.


(2)

Tujuan penanaman uang kas  Untuk kegiatan operasional  Untuk memelihara likuiditas

 Untuk menghindari terjadinya over/underliquid  Untuk memanfaatkan kelebihan dana

 Pendapatan 1.1. Remise

Remise adalah pengiriman uang secara fisik dari satu bank ke bank lain atau dari satu cabang kecabang lainnya. Lazimnya remise dilakukan antar cabang suatu bank.

Akuntansi remise:

a. Saat pengiriman uang fisik ke cabang D: RAK- Cabang

K: Kas b. Saat menerima uang fisik dari cabang

D: Kas K: RAK- Cabang

Sebagaicontoh Bank Omega-Jakarta mengirimuangsecarafisiksebesarRp500.000.000 tunaikepada Bank Omega-Bandung disebabkankebutuhanalatlikuid di cabangtersebut. Oleh Bank Omega-Jakarta akandibukukan:

RAK – Cabang Bandung Rp 500.000.000

Kas Rp 500.000.000

Oleh Bank Omega-Bandung, setelahmenerimauangsecarafisiktersebutakandibukukan:

Kas Rp 500.000.000

RAK-Cabang Jakarta Rp 500.000.000 1.2. Penanaman Alat Likuit dalam Rekening Bank Lain Akuntansi penanaman pada bank lain:

1. Saat penanaman

D: Bank lain-deposito D: Bank lain- Call money

K: BI- Giro

Sebagaicontoh, apabila Bank Omega-Jakarta membelidepositoberjangka Bank ABC


(3)

Omega-Jakarta menempatkansebagiandananyapada Bank XYZ-Jakarta untukcall money sebesarRp 400.000.000 dengansukubungasebesar 30% setahun,danadapatditariksewaktu-waktu. Bank Omega jugamenempatkanuangnyapada Bank RST-Jakartadalambentukdeposits on call sebesarRp 450.000.000 sukubunga 26% setahun,jangkawaktu 2 bulan.

Pembayarankepadalembagakeuangantersebutdiatasdilakukanatasbebanrekeninggiro Bank Omega-Jakarta pada Bank Indonesia.

Oleh Bank Omega-Jakarta dibukukansebagaiberikut :

Bank-Bank Lain-DepositoBerjangka-Rekening Bank ABC-Jakarta Rp 200.000.000 Bank-Bank Lain-Call Money- RekeningBank XYZ Jakarta Rp 400.000.000 Bank-Bank Lain-Deposits On Call-Rekening Bank RST-Jakarta Rp 450.000.000

Bank Indonesia Rp 1.050.000.000

2. Saat penerimaan bunga: D: Bank lain-deposito

K: pendapatan bunga-deposito

Bank Lain -Giro-Rekening Bank ABC Rp 4.000.000 Bank Lain-Giro- Rekening Bank XYZ Rp 10.000.000 Bank Lain-Giro-Rekening Bank RST Rp 9.750.000

PendapatanBungaPenempatan Rp 4.000000 DepositoBerjangkaPendapatanBungaPenempatan-Call Money Rp 10.000.000 PendapatanBungaPenempatan-Deposits On Call Rp 9.750.000 2. SURATBERHARGA

Surat berharga adalah surat pengakuan utang, wesel, obligasi, sekuritas kredit, atau setiap deveratifnya, atau kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang.

StandarAkuntansiKeuanganmengaturperlakuanakuntansiuntuksurat-suratberharga yang segeradapatdijualmerupakanbentukpenyertaansementaradalam rangkapemanfaatandana yang tidakdapatdigunakan. Karenasifatnya yang sementaraini,

pernyataaniniharusmempunyaisifatsebagaiberikut:

1. Mempunyaipasarandandapatdiperjualbelikandengansegera. 2.

Dimaksudkanuntukdijualdalamjangkawaktudekatbilaterdapatkebutuhandanauntukkegiatanum umperusahaan.


(4)

Berbedadenganpenyertaanjangkapanjang yang tujuannyaadalahuntukmenguasaiperusahaan lain,

padapenyertaansementarainidimaksudkanhanyalah untukpemanfaatandanaberlebih yang belumdapatdisalurkankedalamsektor yang menguntungkan yang menjadiusahautamasuatu bank.

AkuntansiSuratBerharga

Akuntansiuntuksuratberhargameliputipembelian, penjualan, penilaian,dansegi-segikhusussepertipengungkapan (disclosure) danlainnya.

AkuntansiPembeliaanSuratBerharga

Pembeliaansetiapjenissuratberharga yang dilakukanolehsuatu bank

harusdicatatmenuruthargabeli yang telahdisetujuidenganpenjualandansemuabiaya-biayayangterjadidalamtransaksipembeliaantersebut, sepertikomisi broker

danlainnyaakantermasukdantercatatdalamhargabelisuratberharga. Karenaterdapatberbagaijenissuratberharga yang dimilikiolehsuatu bank, perlupenjelasanlebihlanjutmengenaitatacaraakuntansipembeliannya.

Akuntansi Surat berharga : a. Pembelian

Kasus: Pada tanggal 31 Juli Bank Mega membeli selembar obligasi PT Jasa marga yang berjangka waktu 10 tahun dengan nilai nominal 10 juta pada kurs sebesar 98% dan suku bunga sebesar 15% setahun dibayarkan setiap tanggal 1 Juni dan 1 Desember.

Surat Berharga – Obligasi Rp 10.000.000 Pendapatan Bunga Obligasi Rp 250.000

Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan Rp 200.000 Kas Rp 10.050.000 b. Pembayaran bunga tanggal 1 Desember

Kas Rp 750.000 Pendapatan Bunga Obligasi Rp 750.000


(5)

Pada tanggal 31 Desember obligasi harus disajikan di neraca dan diamortisasi dari pendapatan yang ditangguhkan.

Pendapatan Premi Obligasi yang ditangguhkan Rp 10.000 Pendapatan Premi Obligasi Rp 10.000 c. Penjualan

Surat berharga yang hendak dijual memiliki harga pokok yang dapat dihitung dengan metode FIFO atau metode rata (terutama apabila terdapat lebih dari satu macam surat berharga obligasi atau portfolio.

Kasus : Obligasi Jasa Marga tersebut dijual setelah 8 bulan dimiliki atau pada tanggal 1 Maret dengan harga 101,

Pencataan untuk pengalokasian terakhir premi obligasi dengan ayat jurnal : Pendapatan Premi yang ditangguhkan Rp 3.333

Pendapatan premi obligasi Rp 3.333 Pencatatan penjualan obligasi dicatat dengan ayat jurnal sebagai berikut:

Kas Rp 10.475.000 Pendapatan Premi Obligasi Yang ditangguhkan Rp 186.667

Pendapatan premi obligasi Rp 186.667 Surat berharga Obligasi Rp 10.000.000 Pendapatan Bunga Obligasi Rp 375.000 Keuntungan dari Penjualan surat berharga Rp 100.000 d. Penilaian Surat Berharga Pasar Uang

Kasus: Bank Omega membeli Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dengan nominal Rp 500 juta dengan suku bunga 12% setahun. Bunga SBI diterima di muka dan jangka waktu selama 2 bulan. Pembayaran dilakukan atas beban rekening giro pada Bank Indonesia.


(6)

Saat pembelian :

Surat berharga – SBI Rp 500.000.000 Pedapatan bunga SBI yang belum diamortisasi Rp 10.000.000 BI- Giro Rp 490.000.000

Pada akhir bulan pertama setelah pembelian SBI dilakukan pengalokasian pendapatan bunga SBI sbb:

Pendapatan Bunga SBI yang belum diamortisasi Rp 5.000.000 Pendapatan Bunga SBI Rp 5.000.000 Penyajian SBI dalam Neraca setelah akhir bulan pertama:

BI-Giro Rp 500.000.000 Pendapatan Bunga SBI yang belum diamortisasi Rp 5.000.000 Surat berharga –SBI Rp 500.000.000 Pendapatan bunga SBI Rp 5.000.000 Penilaian Terhadap surat berharga yang dimiliki dalam bentuk portfolio harus dinilai berdasarkan harga riil:

1. Sebesar harga perolehan (cost)

2. Sebesar harga terendah antara cost dan market (COMWIL).

Apabila terjadi selisih harga diakui sebagai kerugian penurunan nilai SB. dengan mengkredit perkiraan surat berharga yang bersangkutan “Penyisihan untuk penurunan nilai surat berharga”.

Kasus:

Bank Omega memiliki portfolio surat berharga sebesar harga perolehan Rp 125.000.000dan kemudian setealh dilakukan penilaian harga pasar bernilai Rp 115.000.000, maka kerugian ini akan dibukukan dengan ayat jurnal sbb:


(7)

Penyisihan untuk Penurunan nilai surat berharga Rp 10.000.000 Sehingga nialai surat berharga setelah penurunan nilai adalah sbb:

Surat berharga Rp 125.000.000 Dikurangi: Penyisihan untuk penurunan nilai suara berharga Rp 10.000.0000 Surat berharga, bersih Rp 115.000.000 3. KREDIT YANG DIBERIKAN

Aktiva produktif yang sangat diandalkan oleh bank yang menghasilkan pendapatan besar adalah debitur/kredit.Akuntansi untuk kredit ini harus dilakukan dengan cermat agar mampu memberikan informasi yang efektif kepada manajemen.

Jenis kredit menurut penggunaannya : a. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai investasi suatu usaha, misalnya kredit untuk pembangunan pabrik, pembelian mesin, dan penyiapan

infrastruktur lainnya. b. Kredit Modal Kerja

Yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membiayai modal kerja usaha, misalnya untuk pembelian barang dagangan.

c. Kredit Konsumsi

Yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan konsumsi. Kredit ini sering disebut juga personal loan. Misalnya kredit untuk pembelian kendaraan, kredit untuk pendidikan.

Jenis kredit menurut jangka waktunya a. Kredit jangka pendek

Yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun, namun termasuk kredit tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun. b. Kredit jangka panjang

Yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari tiga tahun. Misalnya kredit produktif, kredit perumahan, kredit kendaraan.


(8)

Akuntansi kredit meliputi beberapa prosedur: a. Persetujuan dan pemberian pagu kredit

Saat persetujuan kredit dicatat:

K: Rek.Admin rupiah-kredit yg disetujui

Kasus: Bank Omega–Jakarta telah menyetujui pemberian kredit investasi kepada PT Pizzaria sebesar Rp 250.000.000 untuk rencana expansi usaha dengan suku bunga sebesar Rp 1.500.000, biaya materai dan lainnya Rp 50.000, biaya notariat pada notary Andi sebesar Rp 5.000.000 dibebankan dan dibayar lansung oleh calon nasabah pada bank Omega-Jakarta. Oleh Bank Jakarta komitmen ini dicatat:

K: Rek. Administrasi-Kredit yang telah disetujui Rp 250.000.000 Sedangkan untuk perhitungan provisi kredit dicatat:

D: Giro – debitur

K: Pendapatan provisi kredit

Giro-Rekening PT Pizaria Rp 6.550.000

Pendapatan Provisi Kredit Rp 1.500.000 Persediaan Formulir Berharga Rp 50.000 Giro – Rekening Tn Andi Rp 5.000.000 b. Penarikan cek oleh nasabah/debitur

Setiap terjadi penarikan oleh debitur dibukukan dalam rekening efektif D: Debitur

K: BI – Giro

Kasus : PT Pizzaria menarik selembar cek debitur yang telah disetujui sebesar Rp 35.000.000 kepada Pt MNA, kemudian cek disetorkan ke Bank Omega – Jakarta untuk keuntungan PT MNA, nasabah Bank ABC – Jakarta melalui kliring. Oleh Bank Omega Jakata dibukukan:

Debitur-Rekening PT Pizzaria Rp 35.000.000 Bank Indonesia-Giro Rp 35.000.000 Dan dicatat pada rek.Administratif :

D: Rek. Adm.rupiah – kredit yg disetujui Rp 35.000.000 c. Pembebanan bunga pada debitur

Besarnya bunga dihitung dari lamanya hari outstanding kredit . Pengakuan pendapatan bunga dilakukan:


(9)

D: Debitur tunggakan bunga K: Pendapatan bunga debitur

2. Cash basis (saat penerimaan): bila debitur merupakan non-performing loan: D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur

Kasus:Sampai akhir bulan PT Pizzaria tidak melakukan mutasi lagi. Maka pencatan bunganya sbb (bunga 28%/tahun) :

1. Accrual basis (saat jatuh tempo)

Debitur Tunggakan Bunga- Rekening PT Pizzaria Rp 816.667 Pendapatan Bunga Debitur Rp 816.667 2. Cash basis (saat penerimaan)

D: Rek.Admin-tunggakan bunga debitur Rp 816.667

d. Pelunasan pokok pinjaman

Pelunasan pokok pinjaman. Pada saat pelunasan kredit dicatat: D: Kas

K: Debitur- rek.debitur Koletibilitas meliputi:

 Lancar(standar)

 Kurang lancar (sub-standar)  Diragukan (doubtful)  Macet (uncollectible) e. Wanprestasi pembayaran

Bila terjadi wanpestasi dalam pelunasan pokok, maka pencatatnya harus dipisah kan dari debitur yang masih aktif

D: Debitur tunggakan pokok K: Debitur – Rek. debitur

Praktek kredit yang berjalan saat ini harus membeda-bedakan berdasarkan kolektibilitasnya. Kolektibilitas terdiri dari :

1. Lancar :

Bilanasabah ybs tidak pernah melakukan penunggakan (bayar tepat waktu). 2. Kurang lancar :

Nasabahtelah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman (<dari 6 bulan)


(10)

Nasabahtelah menungggak pelunasan bunga atau pokok pinjaman >dari 6 bulan)

4. Macet: diragukan :

Nasabahtelah tidak mampu lagi melunasi kewajibannya baik bunga ataupunpokok.

Tujuannya untuk memberikan informasi kepada manajemen dalam mengambil keputusan.

f. Penilaian debitur pada neraca

 Penilaian debitur pada neraca dilakukan atas dasar kolektibilitas debitur yang outstanding

 Penyisihan dibebankan ke ikhtisar laba-rugi dalam rek.Biaya penyisihan debitur diragukan

D: Biaya debitur ragu

K: Penyisihan debitur diragukan

Saldo debitur Bank Omega –Jakarta sebesar Rp 20.000.000.000 terdiri dari : Kolektibilitas I Rp 18.000.000.000

Kolektibilitas II Rp 2.000.000.000

Penyisihan debitur ragu-ragu :

Kolektibilitas I = 1% (Rp 18.000.000.000*50%) = Rp 90.000.000 Kolektibilitas II = 5% (Rp 2.000.000.000*50%) = Rp 50.000.000 Besarnya penyisihan debitur:

Biaya Debitur ragu Rp 140.000.000 Penyisihan Debitur diragukan Rp 140.000.000

Dengan demikian rekening debitur disajikan dineraca :

Debitur (pokok) Rp 20.000.000.000 Penyisihan Debitur Ragu Rp 140.000.000 Bersih Rp 19.860.000.000


(11)

Kartu kredit (Credit Card) yaitu fasilitas/kredit yang diberikan oleh bank yang penarikannya dilakukan melalui pembayaran transaksi jasa dan perdagangan serta penarikan tunai (Cash Advance) sampai dengan jumlah tertentu sesuai dengan batas/limit yang

ditentukan oleh bank.

Kartu kredit merupakan alat pembayaran yang memiliki prinsip “ buy now pay later” , dimana pada saat transaksi kewajiban pemegang kartu (card holder) ditalangi terlebih dahulu oleh penerbit kartu kredit. Pemegang kartu dapat melunasi pembayaran berdasarkan waktu yang disepakati antara pemegang kartu dan penerbit.

Pemegang kartu kredit (card holder) akan diberikan kredit limit, sehingga

penggunaan kartu kredit tidak boleh melebihi limit yang telah ditetapkan oleh bank penerbit (issuer). Kartu kredit yang telah disetujui dapat digunakan untuk transaksi dengan pihak merchant. Card holder cukup menunjukkan kartu kredit dan kemudian akan digesekkan pada mesin tertentu untuk mengetahui kebenaran kartu kredit dan pihak card holder langsung menandatanganinya. Penggunaan kartu kredit ini bisa dilakukan dimana saja pada tempat yang telah menjalin kerja sama dengan bank penerbit kartu kredit. Merchant adalah pihak yang menyediakan barang dan jasa, contoh: hotel, supermarket, toko sepatu, mini market, dan sebagainya.

Pada akhir bulan tertentu, card holder akan mendapat tagihan dari bank dan

kemudian card holder membayarnya. Bank memperhitungkan besar tagihan yang terdiri dari nilai pokok penggunaan kartu kredit dan bunga. Pembayaran ini bisa dilakukan secara angsuran, secara total atau dengan jumlah minimum tertentu yang ditentukan bank.

Mekanisme Transaksi Kartu Kredit Tanpa Acquirer

2 1

6 7 8 5

3 4 Keterangan:

Bank Penerbit

Merchant Card Holder


(12)

1. Perjanjian antara bank penerbit dengan pihak merchant mengenai penggunaan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank yang bersangkutan.

2. Kartu kredit disetujui dan card holder setuju dengan segala ketentuan kartu kredit yang berlaku di bank yang bersangkutan.Card holder diberikan kartu kredit.

3. Card holder melakukan transaksi dengan merchant, misalnya membeli barang, membeli jasa hotel, dan sebagainya. Card holder membayar kepada merchant atas pembelian barang dan jasa dengan menunjukkan kartu kredit dan menandatangani slip atau langsung dilayar.

4. Merchant menyerahkan barang atau memberikan jasa kepada card holder. 5. Merchant melakukan tagihan pada bank.

6. Bank mengirikan slip tagihan yang dibuat untuk card holder.

7. Card holder melakukan pembayaran, dapat menggunakan fasilitas ATM atau pendebetan giro, tabungan secara langsung atau secara tunai.

8. Diskon diberikan kepada merchant.

5. PENYERTAAN

Penyertaan merupakan salah satu kegiatan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu bank. Penyertaan ini dilakukan kepada perusahaan lain khususnya pada lembaga keuangan. Contoh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek, atau pada aktiva jangka panjang.Penyertaan bertujuan untuk memperoleh pendapatandan memelihara likuiditas bank.

Bentuk pecatatan penyertaan :

1. Cost Method (Tidak memiliki pengaruh signigfikan)

Contoh: Apabila Bank ABC membeli 10.000 lembar saham PT Bank PQR @ Rp. 15.000 yang dibayarkan dengan cek giro bank lain, dan penyertaan tersebut mencerminkanpenyertaan Bank ABC dengan harga pangsa 16%. Pengeluaran tunai atas biaya untuk pembelian saham tersebut sebesar Rp. 200.000, maka dengan menggunakan cost method transaksi ini dicatat sbb:

D : Penyertaan PT Bank PQR Rp. 15.200.000 K: Bank-bank lain – Giro Rp. 15.000.000


(13)

Apabila kemudian PT Bank PQR membagi deviden secara tunai sebesar Rp. 1.500 untuk setiap lembar saham, maka akun yang muncul yang akan dicatat oleh Bank ABC adalah sbb:

D: Kas Rp. !.500.000

K: Pendapatan lainnya Rp. 1.500.000

2. Equity Method (Memiliki pengaruh signifikan)

Contoh: Jika Bank ABC membeli saham PT Bank XYZ sebanyak 2000 lembar yang mencerminkan pangsa sebesar 35% yang dibayar @ Rp. 18.000 tunai ditambah dengan biaya Rp. 350.000, maka jika dicatat akun yang muncul adalah:

D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp. 36.530.000

K: Kas Rp. 36.530.000

Apabila di akhir tahun PT Bank XYZ mengumumkan laba sebesar Rp. 210.000.000, maka dicatat oleh Bank ABC sbb:

D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp. 73.500.000

K: Pendapatan lainnya Rp.73.500.000

Laba: 35% x Rp. 210.000.000 = Rp. 73.500.000

Jika sebulan kemudian mendapat deviden Rp. 3.000/lembar, maka oleh Bank ABC akan dicatat sbb:

D: Kas Rp. 12.000.000

K: Penyertaan – Bank XYZ Rp. 12.000.000

Apabila setahun kemudian Bank XYZ menderita kerugian sebesar Rp. 120.000.000, maka Bank ABC akan mencatatnya sbb:

D: Beban kerugian lainnya Rp. 42.000.000 K: Penyertaan – PT Bank XYZ Rp. 42.000.000


(14)

Pangsa kerugian = 35% x Rp. 120.000.000 = Rp. 42.000.000

6. AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasional bank, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal bank dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh aktiva tetap adalah gedung, tanah, kantor, kendaraan.

Ciri –ciri aktiva tetap berwujud :

a. Berwujud fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat dipegang atau diraba, karena fisiknya ada.

b. Dibeli untuk dipakai bukan untuk dijual kembali. Artinya aktiva tetap yang dibeli oleh perusahaan dimaksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk

diperjual belikan.

c. Mempunyai masa manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun. Artinya aktiva-aktiva itu dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

Yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain: a. Tanah (Land)

b. Bangunan (Building) c. Mesin-mesin (Machinery) d. Peralatan (Equipment)

Aktiva tetap selalu dicatat sebesar nilai perolehnya (cost) yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva itu sipa pakai dan dapat dipergunakan.

Jurnal nilai perolehan tanah:

Land Rp. xxx

Cash Rp. Xxx

Misalnya: dibeli sebidang tanah secara tunai dengan harga Rp. 50.000.000, biaya balik nama Rp. 1.000.000, maka jurnalnya :


(15)

Land Rp. 51.000.000

Cash Rp. 51.000.000

6.1 Masalah-Masalah Akuntansi Untuk Aktiva Tetap

Secara garis besar masalah-masalah akuntansi aktiva tetap dapat digolongkan menjadi 4, yaitu:

1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara sbb: a. Dibeli secara tunai

Bila suatu aktiva tetap dibeli secara tunai, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar uang yang dibayarkan.

b. Dibeli secara kredit

Bila suatu aktiva tetap dibeli secara kredit, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunainya. Sedangkan bunga yang dibayar dari sisa cicilan tidak menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat dalam Interest Expense.

2. Biaya selama aktiva tetap dipakai 3. Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya depresiasi aktiva tetap: a. Nilai perolehan aktiva tetap (Cost)

b. Nilai residu (Salvage Value) c. Umur ekonomis (Useful Life) d. Metode penyusutan (Depreciation) 4. Pelepasan aktiva tetap

6.2 Pertukaran aktiva tetap (Exchange of Fixed Assets)

Bila suatu aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap lain maka ada kemungkinan ada pertukaran tersebut:

a. Ditukar dengan akiva sejenis, didalam pertukaran aktiva yang sejenis (fungsinya sama), misalnya mobil Toyota ditukar dengan mobil Mitsubisi, maka perlakuan akuntansi terhadap laba dan ruginya berbeda. Jika rugi maka harus dicatat, sedangkan jika laba maka harus ditangguhkan pecatatannya, laba tersebut mengurangi laba pasar aktiva yang baru.

b. Ditukar dengan aktiva tidak sejenis (berbeda fungsinya). Misalnya mobil dengan komputer, jika pertukaran aktiva tetap tersebut dilakukan maka perlakuan terhadap rugi atau laba berbeda dengan pertukaran yang sejenis. Perlakuan baik rugi ataupun laba didalam pertukaran ini ke dua-duanya diakui dan harus dicatat.


(16)

Pada prinsipnya pertukaran aktiva tetap terdapat dua jurnal seperti dalam penjualan aktiva tetap, yaitu:

1. Jurnal depresiasi dari tanggal 1 januari ke tanggal pertukaran.

2. Jurnal pertukaran aktiva tetap tersebut dengan terlebih dahulu menghitung besarnya akumulasi depresiasi.

7. AKTIVA LAINNYA

Aktiva lain –lain dapat disebut juga dengan harta lainnya atau other assets. Aktiva lain –lain memiliki beberapa pengertian, yaitu:

Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta ( asset) diatas baik dalam bentuk asset tetap, asset investasi, asset tak berwujud dan asset lancar. Contoh mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan yang sah, dll

Aktiva lain –lain adalah aktiva yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan aktiva perusahaan yang memiliki umur lebih dari 1 tahun, tetapi tidak sepenuhnya memenuhi syarat seperti aktiva tetap berwujud.

Aktiva lain – lain adalah aktiva yang memiliki umur relative tetap tetapi tidak digunakan untuk operasional perusahaan sehari – hari. Contohnya bangunan dalam proses, uang jaminan dari pelanggan.

7.1 Aktiva yang tidak dapat dipakai

Aktiva tetap yang tidak digunakan adalah aktiva tetap yang tidak dapat dihentikan dari penggunaan aktif (operasional) dan ditahan untuk dilepaskan. Contoh aktiva tidak dapat dipakai, yaitu:

Aktiva tetap tidak berwujud

Istilah aktiva tetap tidak berwujud digunakan untuk mewujudkan aktiva – aktiva yamg umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Pada umumnya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak – hak yang dimiliki dan dapat digunakan lebih dari satu tahun.

Aktiva seperti ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba. Yang termasuk dalam pengertian aktiva tetap tidak berwujud adalah patent, hak cipta, merk dagang, leasehold, goodwill dan lain – lain.


(17)

Aktiva tetap tidak berwujud yang memiliki catatan dalam rekening sebesar harga perolehannya. Harga perolehan isi tergantung pada cara perolehan aktiva tetap tidak berwujud. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar jumlah uang yang dikeluarkan dalam pembeliannya. Jika aktiva tetap tidak berwujud diperoleh dari penukaran dengan aktiva maka harga perolehannya sebesar harga pasar aktiva yang dipakai sebagai penukar.

Apabila aktiva tidak berwujud diperoleh tanpa ada pengeluaran maka tidak diperbolehkan untuk menyantumkan aktiva tidak berwujud dalam neraca.


(1)

1. Perjanjian antara bank penerbit dengan pihak merchant mengenai penggunaan kartu kredit yang diterbitkan oleh bank yang bersangkutan.

2. Kartu kredit disetujui dan card holder setuju dengan segala ketentuan kartu kredit yang berlaku di bank yang bersangkutan.Card holder diberikan kartu kredit.

3. Card holder melakukan transaksi dengan merchant, misalnya membeli barang, membeli jasa hotel, dan sebagainya. Card holder membayar kepada merchant atas pembelian barang dan jasa dengan menunjukkan kartu kredit dan menandatangani slip atau langsung dilayar.

4. Merchant menyerahkan barang atau memberikan jasa kepada card holder. 5. Merchant melakukan tagihan pada bank.

6. Bank mengirikan slip tagihan yang dibuat untuk card holder.

7. Card holder melakukan pembayaran, dapat menggunakan fasilitas ATM atau pendebetan giro, tabungan secara langsung atau secara tunai.

8. Diskon diberikan kepada merchant.

5. PENYERTAAN

Penyertaan merupakan salah satu kegiatan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu bank. Penyertaan ini dilakukan kepada perusahaan lain khususnya pada lembaga keuangan. Contoh Sertifikat Bank Indonesia (SBI), commercial paper, kredit jangka pendek, atau pada aktiva jangka panjang.Penyertaan bertujuan untuk memperoleh pendapatandan memelihara likuiditas bank.

Bentuk pecatatan penyertaan :

1. Cost Method (Tidak memiliki pengaruh signigfikan)

Contoh: Apabila Bank ABC membeli 10.000 lembar saham PT Bank PQR @ Rp. 15.000 yang dibayarkan dengan cek giro bank lain, dan penyertaan tersebut mencerminkanpenyertaan Bank ABC dengan harga pangsa 16%. Pengeluaran tunai atas biaya untuk pembelian saham tersebut sebesar Rp. 200.000, maka dengan menggunakan cost method transaksi ini dicatat sbb:

D : Penyertaan PT Bank PQR Rp. 15.200.000 K: Bank-bank lain – Giro Rp. 15.000.000


(2)

Apabila kemudian PT Bank PQR membagi deviden secara tunai sebesar Rp. 1.500 untuk setiap lembar saham, maka akun yang muncul yang akan dicatat oleh Bank ABC adalah sbb:

D: Kas Rp. !.500.000

K: Pendapatan lainnya Rp. 1.500.000

2. Equity Method (Memiliki pengaruh signifikan)

Contoh: Jika Bank ABC membeli saham PT Bank XYZ sebanyak 2000 lembar yang mencerminkan pangsa sebesar 35% yang dibayar @ Rp. 18.000 tunai ditambah dengan biaya Rp. 350.000, maka jika dicatat akun yang muncul adalah:

D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp. 36.530.000

K: Kas Rp. 36.530.000

Apabila di akhir tahun PT Bank XYZ mengumumkan laba sebesar Rp. 210.000.000, maka dicatat oleh Bank ABC sbb:

D: Penyertaan PT Bank XYZ Rp. 73.500.000

K: Pendapatan lainnya Rp.73.500.000

Laba: 35% x Rp. 210.000.000 = Rp. 73.500.000

Jika sebulan kemudian mendapat deviden Rp. 3.000/lembar, maka oleh Bank ABC akan dicatat sbb:

D: Kas Rp. 12.000.000

K: Penyertaan – Bank XYZ Rp. 12.000.000

Apabila setahun kemudian Bank XYZ menderita kerugian sebesar Rp. 120.000.000, maka Bank ABC akan mencatatnya sbb:

D: Beban kerugian lainnya Rp. 42.000.000 K: Penyertaan – PT Bank XYZ Rp. 42.000.000


(3)

Pangsa kerugian = 35% x Rp. 120.000.000 = Rp. 42.000.000

6. AKTIVA TETAP

Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasional bank, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal bank dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Contoh aktiva tetap adalah gedung, tanah, kantor, kendaraan.

Ciri –ciri aktiva tetap berwujud :

a. Berwujud fisik artinya aktiva-aktiva tersebut dapat dilihat dan dapat dipegang atau diraba, karena fisiknya ada.

b. Dibeli untuk dipakai bukan untuk dijual kembali. Artinya aktiva tetap yang dibeli oleh perusahaan dimaksudkan untuk kegiatan operasi perusahaan dan bukan untuk

diperjual belikan.

c. Mempunyai masa manfaat atau umur ekonomis lebih dari satu tahun. Artinya aktiva-aktiva itu dapat digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

Yang termasuk dalam aktiva tetap antara lain: a. Tanah (Land)

b. Bangunan (Building) c. Mesin-mesin (Machinery) d. Peralatan (Equipment)

Aktiva tetap selalu dicatat sebesar nilai perolehnya (cost) yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan sampai aktiva itu sipa pakai dan dapat dipergunakan.

Jurnal nilai perolehan tanah:

Land Rp. xxx

Cash Rp. Xxx

Misalnya: dibeli sebidang tanah secara tunai dengan harga Rp. 50.000.000, biaya balik nama Rp. 1.000.000, maka jurnalnya :


(4)

Land Rp. 51.000.000

Cash Rp. 51.000.000

6.1 Masalah-Masalah Akuntansi Untuk Aktiva Tetap

Secara garis besar masalah-masalah akuntansi aktiva tetap dapat digolongkan menjadi 4, yaitu:

1. Penentuan harga perolehan aktiva tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara sbb: a. Dibeli secara tunai

Bila suatu aktiva tetap dibeli secara tunai, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar uang yang dibayarkan.

b. Dibeli secara kredit

Bila suatu aktiva tetap dibeli secara kredit, maka nilai aktiva tersebut dicatat sebesar harga tunainya. Sedangkan bunga yang dibayar dari sisa cicilan tidak menambah nilai aktiva yang dibeli melainkan dicatat dalam Interest Expense.

2. Biaya selama aktiva tetap dipakai 3. Depresiasi (penyusutan) aktiva tetap

Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya depresiasi aktiva tetap: a. Nilai perolehan aktiva tetap (Cost)

b. Nilai residu (Salvage Value) c. Umur ekonomis (Useful Life) d. Metode penyusutan (Depreciation) 4. Pelepasan aktiva tetap

6.2 Pertukaran aktiva tetap (Exchange of Fixed Assets)

Bila suatu aktiva tetap ditukar dengan aktiva tetap lain maka ada kemungkinan ada pertukaran tersebut:

a. Ditukar dengan akiva sejenis, didalam pertukaran aktiva yang sejenis (fungsinya sama), misalnya mobil Toyota ditukar dengan mobil Mitsubisi, maka perlakuan akuntansi terhadap laba dan ruginya berbeda. Jika rugi maka harus dicatat, sedangkan jika laba maka harus ditangguhkan pecatatannya, laba tersebut mengurangi laba pasar aktiva yang baru.

b. Ditukar dengan aktiva tidak sejenis (berbeda fungsinya). Misalnya mobil dengan komputer, jika pertukaran aktiva tetap tersebut dilakukan maka perlakuan terhadap rugi atau laba berbeda dengan pertukaran yang sejenis. Perlakuan baik rugi ataupun laba didalam pertukaran ini ke dua-duanya diakui dan harus dicatat.


(5)

Pada prinsipnya pertukaran aktiva tetap terdapat dua jurnal seperti dalam penjualan aktiva tetap, yaitu:

1. Jurnal depresiasi dari tanggal 1 januari ke tanggal pertukaran.

2. Jurnal pertukaran aktiva tetap tersebut dengan terlebih dahulu menghitung besarnya akumulasi depresiasi.

7. AKTIVA LAINNYA

Aktiva lain –lain dapat disebut juga dengan harta lainnya atau other assets. Aktiva lain –lain memiliki beberapa pengertian, yaitu:

Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta ( asset) diatas baik dalam bentuk asset tetap, asset investasi, asset tak berwujud dan asset lancar. Contoh mesin rusak, uang jaminan, harta yang masih dalam proses kepengurusan yang sah, dll

Aktiva lain –lain adalah aktiva yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan aktiva perusahaan yang memiliki umur lebih dari 1 tahun, tetapi tidak sepenuhnya memenuhi syarat seperti aktiva tetap berwujud.

Aktiva lain – lain adalah aktiva yang memiliki umur relative tetap tetapi tidak digunakan untuk operasional perusahaan sehari – hari. Contohnya bangunan dalam proses, uang jaminan dari pelanggan.

7.1 Aktiva yang tidak dapat dipakai

Aktiva tetap yang tidak digunakan adalah aktiva tetap yang tidak dapat dihentikan dari penggunaan aktif (operasional) dan ditahan untuk dilepaskan. Contoh aktiva tidak dapat dipakai, yaitu:

Aktiva tetap tidak berwujud

Istilah aktiva tetap tidak berwujud digunakan untuk mewujudkan aktiva – aktiva yamg umurnya lebih dari satu tahun dan tidak mempunyai bentuk fisik. Pada umumnya aktiva tetap tidak berwujud merupakan hak – hak yang dimiliki dan dapat digunakan lebih dari satu tahun.

Aktiva seperti ini mempunyai nilai karena diharapkan dapat memberikan sumbangan pada laba. Yang termasuk dalam pengertian aktiva tetap tidak berwujud adalah patent, hak cipta, merk dagang, leasehold, goodwill dan lain – lain.


(6)

Aktiva tetap tidak berwujud yang memiliki catatan dalam rekening sebesar harga perolehannya. Harga perolehan isi tergantung pada cara perolehan aktiva tetap tidak berwujud. Jika diperoleh dari pembelian maka harga perolehannya sebesar jumlah uang yang dikeluarkan dalam pembeliannya. Jika aktiva tetap tidak berwujud diperoleh dari penukaran dengan aktiva maka harga perolehannya sebesar harga pasar aktiva yang dipakai sebagai penukar.

Apabila aktiva tidak berwujud diperoleh tanpa ada pengeluaran maka tidak diperbolehkan untuk menyantumkan aktiva tidak berwujud dalam neraca.