Teknik Penanaman Nilai-Nilai Keagamaan pada Madrasah dalam

yang demikian, melakukan sindiran-sindiran dan menerangkan akibat dari tidak melaksanakan kegiatan keagamaan yang telah diadakan oleh MTsN Tunggangri, melakukan komunikasi secara terbuka dengan siswa, menerangkan manfaat dari kegiatan tersebut bagi diri siswa sendiri dan terus diulang dalam berbagai kesempatan, seperti saat di kelas, saat upaupaya atau saat berbiupaya santai waktu sarapan di kantin. Teknik semacam ini disebut dengan teknik tahap transaksi nilai, yaitu Suatu tahap pendidikan nilai dengan jalan melakukan komunikasi dua arah, atau interaksi antara siswa dengan guru yang bersifat interaksi timbal balik. Kalau pada tahap transformasi interaksi masih bersifat satu arah, yakni guru yang aktif, maka dalam transaksi ini guru dan siswa sama-sama bersifat aktif. Tekanan dari tahap ini masih menampilkan sosok fisiknya daripada sosok mentalnya. Dalam tahap ini guru tidak hanya menginformasikan nilai yang baik dan buruk, tetapi juga terlihat untuk melaksanakan dan memberikan contoh amalan yang nyata, dan siswa diminta untuk memberikan tanggapan yang sama, yakni menerima dan mengamalkan nilai tersebut. 188 Selanjutnya, para guru dan staf ikut melaksanakan kegiatan keagamaan yang ada di madrasah ini, guru dengan sadar diri meminta maaf terlebih dahulu apabila melakukan kesalahan tertentu kepada siswa, dan guru menampilkan kepribadian yang mulia, baik dalam tutur kata, berpakaian, tingkah laku dan melaksanakan kegiatan keagamaan serta menjunjung tinggi akhlak mulia. Hal ini merupakan interaksi kedua individu yang berbeda dalam bentuk kepribadian, dimana guru menampilkan kepribadian yang menjunjung tinggi akhlak mulia yang 188 Ibid., 106. nantinya akan dilihat siswa dan diterima sebagai nilai yang akan diterapkan dalam dirinya. Tahap ini disebut tahap transinternalisai, Tahap ini jauh lebih dalam dari sekedar transaksi. Dalam tahap ini penampilan guru dihadapan siswa bukan lagi sosoknya, tetapi lebih pada sikap mentalnya kepribadiannya. Demikian pula sebaliknya, siswa merespon kepada guru bukan hanya gerakan atau penampilan fisiknya saja, melainkan sikap mental dan kepribadiannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dalam transinternalisasi ini adalah komunikasi dua kepribadian yang masing-masing terlibat secara aktif. 189 Pada tahap ini terdiri dari lima tingkatan mulai dari yang sederhana sampai kompleks, yaitu f Menyimak receiving , ialah kegiatan siswa untuk bersedia menerima adanya stimulus yang berupa nilai-nilai baru yang dikembangkan dalam sikap afektifnya; 190 Yang diwujudkan dalam kesediaan siswa untuk menerima pelajaran yang diberikan oleh guru PAI di dalam kelas. g Menanggapi responding , yakni kesediaan siswa untuk merespon nilai-nilai yang ia terima dan sampai ke tahap memiliki kepuasan untuk merespon nilai tersebut; 191 Yang diwujudkan dalam kebersediaan siswauntuk melakukan kegiatan- kegiatan keagamaan yang telah dirancang dengan rapi di MTsN Tunggangri dan MTsN Tulungagungini. h Memberi nilai valuing , yakni sebagai kelanjutan dari aktivitas merespon nilai menjadi siswa mampu memberikan makna baru terhadap nilai-nilai yang muncul dengan kriteria nilai-nilai yang diyakini kebenarannya; 192 189 Ibid., 106. 190 Ibid., 106. 191 Ibid., 106. 192 Ibid., 106. Yang dapat dilihat dari sadarnya siswa akan kegiatan-kegiatan keagamaan yang telah dijalani dengan melakukannya secara sungguh-sungguh dan menghayatinya. i Mengorganisasi nilai organisasi of value , ialah aktivitas siswa untuk mengatur berlakunya system nilai yang diyakini sebagai kebenaran dalam laku kepribadiannya sendiri, sehingga ia memiliki satu sistem nilai yang berbeda dengan yang lain; dan Yang dapat dilihat dari munculnya nilai-nilai illahiyah dan insaniyah yang timbul dari dalam diri siswa setelah melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang ada di madrasah ini. j Karakteristik nilai characterization by a value or value complex , yakni dengan membiasakan nilai-nilai yang benar yang diyakini, dan yang telah diorganisir dalam laku pribadinya sehingga nilai tersebut sudah menjadi watak kepribadiannya. Dengan demikian nilai tersebut tidak dapat dipisahkan lagi dari kehidupannya. Nilai yang sudah mempribadi inilah yang dalam Islam disebut dengan kepercayaankeimanan yang istikomah, yakni keimanan yang sulit digoyahkan oleh kondisi apapun. 193 Kemudian, yang terakhir nilai-nilai keagamaan tersebut melekat dalam diri siswa. Hal ini dapat dilihat dari keengganan siswa untuk meninggalkan kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut setelah sampai di rumah dan diharapkan nilai-nilai tersebut tidak akan luntur oleh waktu dan umur yang dilalui oleh siswa MTsN Tunggangri. Kesemua tahap penanaman nilai-nilai keagamaan tersebut disebut dengan teknik internalisasi. Dimana teknik ini merupakan, Teknik penanaman nilai yang sasarannya sampai pada tahap kepemilikan nilai yang menyatu ke dalam kepribadian siswa, atau sampai pada taraf karakterisasi atau mewatak. 194 193 Ibid., 106. 194 Ibid., 106. Penanaman nilai-nilai keagamaan inipun berpengaruh pula terhadap prestasi belajar PAI para siswa di MTsN Tunggangri dan MTsN Tulungagungini. Dimana prestasi belajar PAI tidak hanya melulu menyangkut pengetahuan kognitif, akan tetapi juga menyangkut pengetahuan psikomotorik dan afektif.

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Kesimpulan

Berdasarkan paparan data dan analisis yang telah penulis sampaikan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: a Nilai-nilai keagamaan yang ditanamkan pada madrasah di MTsN Tunggangri dan MTsN Tulungagung melalui berbagai kegiatan keagamaan yang telah penulis paparkanyaitu: 1 Nilai Illahiyah, yang meliputi nilai iman, niai takwa, nilai wara’, nilai tawadhu’, nilai raja’, nilai tawakal, dan nilai rasa cinta kepada Al- Qur’an. 2 Nilai insaniyah, yang meliputi nilai persaudaraan, nilai sopan santun, nilai kepedulian, nilai menghormati, nilai intelektual, nilai individual, nilai kejujuran, nilai kedisiplinan, nilai menghargai waktu, nilai toleransi, nilai tenggangrasa. b Pendekatan penanaman nilai-nilai keagamaanpada madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MTsN Tunggangri dan MTsN Tulungagung, yaitu: 1 Pendekatan pengalaman akan meningkatkan prestasi kognitif aspek hasil belajar pengetahuan hafalan, dan aspek hasil belajar belajar pemahaman. 2 Pendekatan pembiasaan akan meningkatkan prestasi belajar psikomotorik. 3 Ketiga pendekatan emosional dan pendekatan keteladanan akan meningkatkan prestasi belajar afektif siswa pada tingkatan internalisasi nilai. c Teknik penanaman nilai-nilai keagamaan pada madrasah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MTsN Tunggangri dan MTsN Tulungagung yang digunakan adalah teknik internalisasi, dimana dalam penerapan teknik internalisasi ini akan mengasah keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa dalam pembelajaran PAI.

B. Implikasi

1. Implikasi teoritik Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan dampak positif terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, terutama pada bidang studi Pendidikan Agama Islam PAIyang berkenaan pada pendekatan dan teknik penanaman nilai-nilai keagamaan pada siswa serta implikasinya terhadap prestasi belajar PAI siswahingga pembelajaran PAI dapat dilakukan secara efisien, efektif dan produktif. 2. Implikasi praktik Secara praktik, hasil temuan dalam penelitian ini akan berimplikasi terhadap operasional di lapangan, terutama bagi: a. Kepala madrasah