MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD SISWA KELAS VI B SD TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

(1)

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD SISWA KELAS VI B SD TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Oleh

SAMIRAH

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi S1 PGSD Dalam Jabatan Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD SISWA KELAS VI B SD TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2013/2014 OLEH

SAMIRAH

Permasalahan penelitian ini adalah rendahnya aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 33 % dari jumlah keseluruhan 21 siswa.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014 melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Objek penelitian ini adalah siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung sebanyak 21 siswa. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi aktivitas siswa dan aktivitas guru mengajar. Untuk data hasil belajar siswa terhadap materi yang dipelajari, maka digunakan soal pre tes dan post tes (evaluasi). Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik prosentase dengan membandingkan standar ketuntasan belajar minimal yang ditetapkan yaitu

Dari hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa rata-rata aktivitas siswa siklus I adalah 45% dan pada siklus II 87%. Hasil belajar siswa siklus I diperoleh nilai rata-rata 70 dan pada siklus II meningkat menjadi 85. Ketuntasan belajar siswa pada siklus I belum tercapai yaitu 47% dan pada siklus II sudah tercapai dan meningkat menjadi 88%

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN SAMPUL

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

A. Model Kooperatif Tipe STAD ... 10

B. Belajar dan Pembelajaran ... 14

C. Aktivitas Belajar ... 16

D. Hasil Belajar ... 18

E. Pembelajaran Matematika di SD ... 19

F Kerangka Pikir ... 21

G. Hipotesis Tindakan ... 22

BAB III METODE PENELITIAN... 23

A. Setting Penelitian ... 23

B. Prosedur Penelitian ... 24

C. Teknik Pengambilan Data ... 26

D. Teknik Analisis Data ... 29

E. Prosedur Penelitian ... 29

F. Indikator Keberhasilan ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Prosedur Penelitian ... 34

1. Profil Sekolah ... 34

2. Persiapan Pembelajaran ... 34

B. Hasil Penelitian ... 35

1. Hasil Penelitian Siklus I ... 35

2. Hasil Penelitian Siklus II ... 45

C. Pembahasan ... 50

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

A. Kesimpulan ... 58


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”. Selanjutnya dalam Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Salah satu indikator penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang baik adalah yang didalamnya memberi gambaran kegiatan pembelajaran yang interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian.


(9)

Dalam rangka mewujudkan suatu perencanaan perbaikan pembelajaran (RPP) yang memiliki kualifikasi yang baik. Guru perlu menguasai dan dapat menerapkan berbagai strategi pembelajaran yang meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran secara spesifik. Salah satunya adalah penguasaan model pembelajaran yang akan mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam pembelajaran.

Di balik perubahan-perubahan besar dan mendasar yang dihembuskan oleh KTSP, tantangan yang dihadapi oleh guru tidaklah semakin ringan, melainkan semakin berat. Penerapan Standar Isi dan Standar Kompetensi sebagai acuan dasar dalam penyusunan KTSP membawa konsekuensi yang tidak ringan dalam implementasinya di lapangan. Itu berarti KTSP menuntut adanya profesionalisme yang tinggi dari guru. Dalam kaitannya dengan konsep pembelajaran Matematika, KTSP menghendaki dilakukannya perubahan mendasar dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Fathurrohman (2010:14) menyatakan “dalam kegiatan belajar mengajar, guru dan siswa terlibat dalam sebuah interaksi dengan bahan pelajaran sebagai mediumnya. Dalam interaksi itu siswa yang lebih aktif, bukan guru.” Itu berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus berpusat pada siswa, dan bukan pada guru.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Berbagai usaha pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran, peningkatan kualitas kemampuan guru, dan lain sebagainya, merupakan upaya ke arah peningkatan mutu pembelajaran. Banyak hal yang


(10)

dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, diantaranya adalah bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik, mengetahui kebiasaan dan kesenangan belajar siswa agar siswa bersemangat dan berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung.

Matematika sebagai sarana berpikir dalam kegiatan berbagai disiplin keilmuan yang juga berperan dalam kehidupan sehari-hari maupun untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mendapat banyak sorotan dari masyarakat tentang rendahnya pemahaman siswa terhadap mata pelajaran matematika tersebut. Usaha perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia telah lama dilakukan, termasuk kualitas pendidikan di sekolah dasar khususnya pada mata pelajaran matematika. Namun usaha tersebut belum menunjukkan hasil yang memuaskan.

Kenyataan di lapangan yakni pembelajaran yang dilakukan guru pada pelajaran matematika nampak belum maksimal. Belum terciptanya pembelajaran yang interaktif antara guru dan siswa, siswa dan siswa, serta siswa dengan lingkungannya, sehingga hal-hal yang kurang jelas dipahami siswa berlalu begitu saja. Untuk itu seharusnya guru mampu memilih metode yang tepat yakni metode yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika di sekolah dasar.

Permasalahan yang umum terjadi di sekolah dasar (SD) adalah rendahnya hasil belajar matematika siswa, khususnya pada pokok bahasan luas bangun datar. Berdasarkan hasil pengamatan, faktor kesulitan belajar matematika


(11)

pada materi luas bangun datar yang dialami oleh siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung disebabkan oleh :

a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar.

b) Suasana monoton di dalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

c) Beberapa siswa khususnya dalam belajar matematika masih malu/ enggan untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas, sehingga hal-hal yang kurang jelas dipahami siswa hanya berlalu begitu saja, yang pada akhirnya membuat siswa memiliki kemampuan yang rendah pada mata pelajaran ini.

Hal ini menjadi salah satu faktor rendahnya nilai rata-rata matematika siswa kelas VI setelah ulangan semester I tahun pelajaran 2013/2014 yaitu 67% siswa mendapat nilai di bawah nilai KKM sedangkan siswa yang tuntas hanya 33 %. Hal ini terlihat dari tabel data nilai siswa di bawah ini.

Tabel 1.1 Data aktivitas siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran matematika SD Tunas Harapan Tahun Pelajaran 2012/2013

No Nilai Jumlah

Siswa Persentase Ket

1. 0-64 14 67% Belum Tuntas

2. 65-100 7 33% Tuntas

Jumlah 21 100%

Sumber: SD Tunas Harapan, 2013

Untuk meningkatkan pemahaman akademik siswa dibutuhkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Salah satu tindakan yang


(12)

dianggap dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa khususnya pada materi luas bangun datar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD.

Menurut Slavin (Ibrahim, 2005:27) dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman-temannya. Dengan pembelajaran kooperatif, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri, tampil lebih berani untuk berbicara, mendengar dan menghargai pendapat temannya, dan bersama-sama membahas permasalahan atau tugas yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 4-5 orang) dengan tingkat kemampuan yang berbeda serta menekankan kerjasama dan tanggung jawab kelompok dalam mencapai tujuan bersama.

Dalam pembelajaran kooperatif banyak metode pembelajaran yang dapat digunakan salah satunya adalah tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). Pembelajaran kooperatif tipe STAD telah digunakan dalam berbagai mata pelajaran diantaranya matematika. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Dengan menggunakan lembaran kegiatan atau perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja sama (berdiskusi) untuk menuntaskan materi. Mereka saling membantu satu sama lain untuk


(13)

memahami bahan pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota telah mempelajari materi tersebut secara tuntas.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan pendekatan kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi luas bangun datar. Oleh karena itu, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul: ” Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika pada Materi Luas Bangun Datar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Siswa Kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dijelaskan, peneliti mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

a) Kurangnya minat siswa pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar.

b) Suasana monoton didalam kelas membuat siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

c) Beberapa siswa khususnya dalam belajar matematika masih malu / enggan untuk bertanya kepada guru tentang hal-hal yang kurang jelas, sehingga hal-hal yang kurang jelas dipahami siswa hanya berlalu begitu saja, yang pada akhirnya membuat siswa memiliki kemampuan rendah pada mata pelajaran ini.


(14)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar?

2) Bagaimanakah pembelajaran menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika khususnya pada materi luas bangun datar?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah :

1) Meningkatkan aktivitas belajar matematika pada materi luas bangun datar melalui model pembelajaran Kooperative Tipe STAD terhadap siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

2) Meningkatkan hasil belajar matematika pada materi luas bangun datar melalui model pembelajaran Kooperative Tipe STAD terhadap siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.


(15)

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi siswa

a) Dapat memberikan motivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar matematika kepada siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

b) Meningkatkan proses belajar matematika dengan tidak hanya banyak mencatat materi yang disampaikan guru tetapi lebih ke pemahaman konsep-konsep.

c) Siswa mendapatkan pengalaman belajar yang lebih memudahkan siswa dalam memahami materi.

2. Bagi guru

a) Sebagai informasi dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelas, menambah pengetahuan guru serta mengembangkan kemampuan guru dalam mempersiapkan diri untuk menjadi guru yang profesional.

b) Berkreasi untuk memperbaiki citra proses pengajaran dan hasil belajar matematika.

3. Bagi SD Tunas Harapan Bandar Lampung

a) Memberikan landasan kebijakan yang akan diambil sebagai upaya untuk perbaikan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.


(16)

b) Meningkatkan Standar Ketuntasan Minimal pada mata pelajaran matematika kelas VI.

c) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Bagi Peneliti

a) Agar lebih memahami dan mengerti langkah-langkah metode belajar dalam menyampaikan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan realistik, menggunakan alat peraga dan media agar siswa mengerti dan paham tentang materi yang diajarkan. b) Sebagai bahan masukan bahwa dengan menggunakan metode pembelajaran yang tidak membosankan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang diterapkan untuk menghadapi kemampuan siswa yang heterogen. Di mana model ini dipandang sebagai metode yang paling sederhana dan langsung dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Menurut Karli dan Yuliariatiningsih (2000:15), pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap/perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri atas 2 orang atau lebih, untuk memecahkan masalah. Metode ini paling awal ditemukan dan dikembangkan oleh para peneliti pendidikan di John Hopkins Universitas Amerika Serikat dengan menyediakan suatu bentuk belajar kooperatif. Di dalamnya siswa diberi kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi kelompok untuk memecahkan suatu permasalahan” (Arindawati, 2004: 83 - 84).

Dalam model pembelajaran ini, masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5 orang yang dibentuk dari anggota yang heterogen terdiri dari laki-laki dan


(18)

perempuan yang berasal dari berbagai suku, yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jadi, model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu model pembelajaran yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan kerjasama, kreatif, berpikir kritis dan ada kemampuan untuk membantu teman serta merupakan pembelajaran kooperatif yang sangat sederhana.

a) Komponen Utama Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu : 1. Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan penyajian kelas. Penyajian kelas tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing.

2. Kegiatan kelompok

Siswa mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.

3. Kuis (Quizzes)

Kuis adalah tes yang dikerjakan secara mandiri dengan tujuan untuk mengetahui keberhasilan siswa setelah belajar kelompok. Hasil tes digunakan sebagai hasil perkembangan individu dan disumbangkan sebagai nilai perkembangan dan keberhasilan kelompok.

4. Skor kemajuan (perkembangan ) individu

Skor kemajuan individu ini tidak berdasarkan pada skor mutlak siswa, tetapi berdasarkan pada beberapa jauh skor kuis terkini yang melampui rata-rata skor siswa yang lalu.

5. Penghargaan kelompok

Penghargaan keompok adalah pemberian predikat kepada masing-masing kelompok. Predikat ini diperoleh dengan melihat skor kemajuan kelompok. Skor kemajuan kelompok diperoleh dengan mengumpulkan skor kemajuan masing-masing kelompok sehingga diperoleh skor rata-rata kelompok.

b) Langkah-langkah proses pembelajaran model kooperatif tipe STAD Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijabarkan seperti di bawah ini :


(19)

Tabel 2.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD

No Tahap Tingkah Laku Guru

1. Tahap

pendahuluan

a. Guru memberikan informasi kepada siswa tentang materi yang akan mereka pelajari, tujuan pembelajaran dan pemberian motivasi agar siswa tertarik pada materi. b. Guru membentuk siswa kedalam kelompok yang sudah

direncanakan.

c. Mensosialiasakan kepada siswa tentang modell pembelajaran yang digunakan dengan tujuan agar siswa mengenal dan memahamimya.

d. Guru memberikan apersepsi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari.

2. Tahap

pengembangan

a. Guru mendemonstrasikan konsep atau keterampilan secara aktif dengan menggunakan alat bantu atau manipulatif lain.

b. Guru membagikan lembar kerja siswa (LKS) sebagai bahan diskusi kepada masing-masing kelompok.

c. Siswa diberikan kesempatan untuk mendiskusikan LKS bersama kelompoknya.

d. Guru memantau kerja dari tiap kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan.

3 Tahap penerapan

a. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada dalam LKS dengan waktu yang ditentukan, siswa diharapkan bekerja secara individu tetapi tidak menutup kemungkinan mereka saling bertukar pikiran dengan anggota yang lainnya. b. Setelah siswa selesai mengerjakan soal lembar jawaban,


(20)

b) Keuntungan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Keuntungan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Roestiyah (2001: 17), yaitu :

1. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu masalah.

3. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya.

5. Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi.

6. Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

c) Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu:

Kekurangan-kekurangan yang ada pada pembelajaran kooperatif masih dapat diatasi atau diminimalkan. Penggunaan waktu yang lebih lama dapat diatasi dengan menyediakan lembar kegiatan siswa (LKS) sehingga siswa dapat bekerja secara efektif dan efisien. Sedangkan pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas sesuai kelompok yang ada dapat dilakukan sebelum


(21)

kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Dengan demikian, dalam kegiatan pembelajaran tidak ada waktu yang terbuang untuk pembentukan kelompok dan penataan ruang kelas. Pembelajaran kooperatif memang memerlukan kemampuan khusus guru, namun hal ini dapat diatasi dengan melakukan latihan terlebih dahulu. Sedangkan kekurangan-kekurangan yang terakhir dapat diatasi dengan memberikan pengertian kepada siswa bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, siswa merasa perlu bekerja sama dan berlatih bekerja sama dalam belajar secara kooperatif. Kelemahan model pembelajaran kooperatif STAD menurut Dess (1991:411) mengemukakan 4 Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

1. Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif.

2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif.

3. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk murid sehingga sulit mencapai target kurikulum.

4. Menuntut sifat tertentu dari murid, misalnya sifat suka bekerja sama.

B. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Secara luas, belajar merupakan proses menuju perubahan tingkah


(22)

laku. Depdiknas (2003:1) mendefinisikan “belajar sebagai proses membangun makna/pemahaman terhadap informasi atau pengalaman. Proses membangun makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang lain. Proses itu disaring dengan persepsi, pikiran, dan perasaan siswa. Belajar bukanlah proses menyerap yang sudah jadi bentukan guru. Hal ini terbukti dengan hasil ulangan siswa yang berbeda-beda padahal mendapatkan pengajaran yang sama, guru yang sama, dan pada waktu yang sama.

Menurut Sumiati (2009:1) mengemukakan bahwa pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, dan bagaimana, dan seberapa baik tentang pembelajaran. Upaya meningkatkan keberhasilan pembelajaran merupakan tantangan yang dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam dunia kependidikan. Banyak upaya yang telah dilakukan, banyak keberhasilan yang telah dicapai, meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai belum sepenuhnya memberikan hasil yang memuaskan sehingga menuntut pemikiran dan kerja keras untuk memecahkan masalah yang dihadapi.

Hakim (2002:7) mengemukakan bahwa “belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan lain-lain kemampuannya. Sedangkan menurut Sutikno (2004:5), mengartikan belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru


(23)

sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut

Dari beberapa definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktifitas tertentu. Dalam belajar yang terpenting adalah bukan hasil yang diperolehnya. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain atau guru hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar mengajar agar belajar itu dapat berhasil dengan baik.

C. Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang sangat informal sampai dengan yang sangat formal, dari bahan materi yang sangat sederhana sampai bahan materi yang sangat rumit. Aktivitas belajar dapat terjadi dari proses yang alamiah sampai proses yang ilmiah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aktivitas artinya adalah “kegiatan / keaktifan”. W.J.S. Poewadarminto (2010:23) menjelaskan aktivitas sebagai suatu kegiatan atau kesibukan. Nasution (2006:20) menambahkan bahwa aktivitas merupakan keaktifan jasmani dan rohani dan kedua-keduanya harus dihubungkan.

Menurut Sudirman (2008:15), Ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar pada pokoknya mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Faktor yang mempengaruhi belajar adalah :

1). Faktor indogin, ialah faktor yang datang dari pelajar atau mahasiswa sendiri. Faktor ini meliputi:


(24)

a) Faktor biologis (faktor yang bersifat jasmaniah) b) Faktor psychologis (faktor yang bersifat rohaniah)

2). Faktor exogin, ialah faktor yang datang dari luar pelajar atau mahasiswa Faktor ini meliputi :

a) Faktor lingkungan keluarga b) Faktor lingkungan sekolah. c) Faktor lingkungan masyarakat.

Aktivitas belajar sendiri banyak sekali macamnya, sehingga para ahli mengadakan klasifikasi. Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2004: 101) menggolongkan aktivitas siswa dalam belajar sebagai berikut :

2) Visual Activities, meliputi kegiatan seperti membaca, memperhatikan (gambar, demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain)

3) Oral Activities, seperti : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan interupsi.

4) Listening Activities, seperti : mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik dan pidato.

5) Writting Activities, seperti : menulis cerita, menulis karangan, menulis laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

6) Drawing Activities, seperti ; menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

7) Motor Activities, seperti : melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain dan berternak.

8) Mental Activities, seperti menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.

9) Emotional Activities, seperti : menaruh minat, merasa bosan, bergairah, berani, tenang dan gugup.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran akan berdampak terciptanya situasi belajar aktif.


(25)

D. Hasil Belajar

Darmansyah (2006:13) menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa yang ditentukan dalam bentuk angka. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah hasil penilaian terhadap kemampuan siswa setelah menjalani proses pembelajaran. Rahmat (dalam Abidin. 2004:1) mengatakan bahwa “hasil belajar adalah penggunaan angka pada hasil tes atau prosedur penilaian sesuai dengan aturan tertentu, atau dengan kata lain untuk mengetahui daya serap siswa setelah menguasai materi pelajaran yang telah diberikan.

Selanjutnya peranan hasil belajar menurut Harahap (dalam Abidin 2004:2) yaitu :

a) Hasil belajar berperan memberikan informasi tentang kemajuan belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

b) Untuk mengetahui keberhasilan komponen-komponen pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

c) Hasil belajar memberikan bahan pertimbangan apakah siswa diberikan program perbaikan, pengayaan, atau melanjutkan pada program pengajaran berikutnya.

d) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan bagi siswa yang mengalami kegagalan dalam suatu program bahan pembelajaran.

e) Untuk keprluan supervisi bagi kepala sekolah dan penilik agar guru lebih berkompeten.

f) Sebagai bahan dalam memberikan informasi kepada orang tua siswa dan sebagai bahan mengambil berbagai keputusan dalam pengajaran.

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkahlaku siswa. Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.


(26)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada satu pokok bahasan.

E. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Belajar matematika merupakan belajar konsep-konsep dan struktur abstrak yang terdapat dalam matematika serta mencari hubungan antara konsep-konsep dan struktur matematika. Belajar matematika harus melalui proses yang bertahap dari konsep yang sederhana ke konsep yang lebih kompleks. Setiap konsep matematika dapat dipahami dengan baik jika pertama-tama disajikan dalam bentuk konkrit. Pada pembelajaran matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi pra syarat untuk konsep lain. Oleh sebab itu, siswa harus diberi kesempatan untuk memahami setiap konsep yang diberikan.

Dalam pembelajaran matematika di tingkat SD, diharapkan terjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal yang baru bagi orang yang telah mengetahuinya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan suatu hal yang baru.


(27)

a) Ruang Lingkup Matematika di Sekolah Dasar

Ruang lingkup matematika di sekolah dasar meliputi mata pelajaran matematika pada satuan pendidikan sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) bilangan 2) geometri

3) pengolahan data (Depdiknas, 2006).

Cakupan bilangan antara lain bilangan dan angka, perhitungan dan perkiraan. Cakupan geometri antara lain bangun dua dimensi, tiga dimensi, tranformasi dan simetri, lokasi dan susunan berkaitan dengan koordinat. Cakupan pengukuran berkaitan dengan petbandingan kuantitas suaru obyek, penggunaan satuan ukuran dan pengukuran.

b) Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Tujuan pembelajaran matematika di SD dapat kita lihat di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 SD. Mata pelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algortima, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah


(28)

5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika sifat-sifat ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Selain tujuan umum yang menekankan pada penataan nalar dan pembentukan sikap siswa serta memberikan tekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika juga memuat tujuan khusus matematika SD yaitu: (1) menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung sebagai latihan dalam kehidupan sehari-hari, (2) menumbuhkan kemampuan siswa, yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, (3) mengembangkan kemampuan dasar matematika sebagai bekal belajar lebih lanjut, (4) membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif dan disiplin.

F. Kerangka Pikir Penelitian

Pada kondisi sebelumnya guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa rendah. pada penelitian ini akan dilakukan tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan akan meningkat aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika pada materi bangun datar. Pembelajaran kooperatif tipe STAD pada prosesnya akan mendorong siswa untuk berperan aktif dan bekerja sama dalam pembelajaran. Sehingga akan tercipta pengalaman belajar yang bermakna. Hal ini dapat dilihat dari bagan kerangka pikir yang dibuat oleh peneliti seperti dibawah ini.


(29)

G. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka yang diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah jika pembelajaran matematika dilaksanakan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan langkah-langkah yang tepat dan benar maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi luas bangun datar pada siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung tahun pelajaran 2013/2014.

Siklus II

Memanfaatkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran Diduga melalui

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar matematika pada materi bangun datar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

KONDISI

AKHIR

Siklus 1 Memanfaatkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD Menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD

TINDAKAN

Siswa/yang diteliti belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Guru/peneliti

Belum menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

KONDISI

AWAL


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) adalah satu penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga aktivitas dan hasil belajar siswa menjadi meningkat. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan satu model penelitian yang dikembangkan di kelas. Menurut Kurnia Septa (dalam Sekolah Dasar.net) PTK adalah penelitian ilmiah didasarkan pada adanya masalah pembelajaran dan tindakan perbaikan untuk memecahkan masalah dalam kelas yang diajar. Dengan membuat PTK akan mampu menciptakan formula untuk memperbaiki kualitas hasil belajar siswa. Dengan demikian pendidikan akan lebih baik.

A. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VI B SD Tunas Harapan Bandar Lampung dengan jumlah siswa 21 orang yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki.

2. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Tunas Harapan Bandar Lampung Jalan Zainal Abidin Pagar Alam No. 43/81 Gedung Meneng Bandar Lampung. 3. Waktu penelitian


(31)

Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2013/2014. 4. Lama Tindakan

Lama tindakan pada penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus.

B. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research)

Gambar: Alur pelaksanaan tindakan kelas (Suharsimi Arikunto : 2007)

1. Tahap Perencanaan Tindakan

Dalam kegiatan perencanaan ini, peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Membuat Pemetaan, Silabus, Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar

b. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. c. Menentukan skenario pembelajaran.

d. Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan.

IDENTIFIKASI

SIKLUS I

PERENCANAAN

TINDAKAN OBSERVASI

REFLEKSI

SIKLUS II

PERENCANAAN TINDAKAN

OBSERVASI REFLEKSI


(32)

e. Menyusun lembar kerja siswa.

f. Mengembangkan format evaluasi untuk mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan.

g. Menyiapkan analisis soal-soal tes.

2. Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan kelas menerapkan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun urutan kegiatan direncanakan sebagai berikut:

a. Mengawali pembelajaran dengan pendahuluan yaitu apersepsi dan memberikan motivasi.

b. Membentuk kelompok belajar yang terdiri dari 6-7 siswa sehingga terbentuk kelompok belajar.

c. Di dalam kelompok siswa belajar sesuatu yang baru dengan cara melakukan kegiatan yang sudah dirancang oleh peneliti dalam kegiatan pembelajaran.

d. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

e. Menggunakan model pembelajaran yang telah disiapkan peneliti untuk menjelaskan konsep-konsep materi yang akan dipelajari.

f. Melakukan kegiatan refleksi pada setiap akhir kegiatan.

g. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara, yaitu: kerjasama siswa dalam kelompok, cara menyampaikan jawaban hasil diskusi, lembar kerja siswa, latihan siswa dan tes pada setiap siklus.


(33)

Kegiatan observasi dilaksanakan dengan mengamati aktivitas belajar siswa dan kinerja guru. Pada saat tindakan, data yang diambil dalam observasi ini adalah data kualitatif yang diambil melalui lembar observasi.

4. Refleksi terhadap tindakan

Setelah melakukan tindakan dan pengamatan peneliti melakukan refleksi yang mencakup analisis dan penilaian. Dari hasil refleksi kemungkinan muncul permasalahan yang perlu mendapat perhatian, sehingga peneliti melakukan perencanaan ulang, tindakan ulang dan pengamatan ulang serta refleksi ulang. Tahapan ini akan dilakukan secara berulang dan berkelanjutan sampai permasalahan sudah bisa diatasi dengan siklus, rencana, tindakan, observasi dan refleksi.

C. Teknik Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini menggunakan dua teknik, yaitu: teknik tes dan teknik non tes. Sumber data penelitian akan diperoleh secara langsung dari respon siswa.

1. Alat pengumpulan data

a) Instrumen observasi

Instrumen observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar siswa dan kegiatan mengajar guru.


(34)

b) Tes hasil belajar

Tes hasil belajar digunakan untuk mengumpulkan data mengenai hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar.

2. Jenis data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan data kualitatif. a) Data kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang diperoleh dengan menggunakan instrumen tes formatif pada siklus I dan II. Data kuantitatif ini diperoleh dengan menghitung rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Hasil tes formatif (tes akhir) dianalisis menggunakan rumus :

̅ ∑ Keterangan :

̅ : nilai rata-rata kelas ∑ : jumlah semua nilai siswa : banyak siswa

(Suharsimi, 2010:264)

Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut


(35)

Analisis ini dilakukan pada saat refleksi. Hasil analisis ini digunakan untuk melakukan perencanaan lanjutan dalam siklus selanjutnya. Hasil analisis juga dijadikan bahan refleksi dalam memperbaiki rancangan pembelajaran atau bahkan mungkin sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan model pembelajaran yang tepat, Agip (2006:41). Adapun kriteria tingkat keberhasilan belajar siswa dalam % adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Tingkat Keberhasilan Arti

>80 Sangat tinggi

60-79 Tinggi

40-59 Sedang

20-39 Rendah

>20 Sangat rendah (Sumber: Agip, 2006:41)

b) Data kualitatif

Data kualitatif adalah data yang diambil dari kegiatan observasi aktivitas. Data observasi untuk mengetahui kesulitan siswa dan guru selama proses pembelajaran. Analisis ini bertujuan untuk mengungkapkan semua prilaku siswa dan guru dalam pembelajaran siklus I dan II. Nilai aktivitas siswa diperoleh dengan rumus :


(36)

Keterangan :

NP : nilai yang dicari atau diharapkan R : skor observasi yang bersangkutan Sm : skor maksimal observasi

100 : bilangan tetap

D. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah suatu kegiatan untuk mencermati setiap langkah yang dibuat mulai dari tahap persiapan, proses pembelajaran, hingga kegiatan akhir. Apakah setiap proses kegiatan sudah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Demikian juga dengan analisis data pada PTK adalah analisis terhadap hasil kegiatan pembelajaran. Analisis dilakukan untuk memperkirakan apakah semua aspek pembelajaran yang terlibat didalamnya sudah sesuai dengan kapasitas. (Aunurrahman, dkk. 2009 :9). Analisis data yang dilakukan adalah:

a) Mengambil semua data dari hasil pengamatan siklus 1. Baik data kualitatif maupun data kuantitatif dengan menggunakan rumus:

̅ ∑

b) Menganalisis data hasil belajar matematika.

c) Menguji keberhasilan penelitian dengan cara membandingkan hasil pengolahan data dengan indikator keberhasilan antara tes siklus I, siklus II.

E. Prosedur Penelitian

Seperti telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa penelitian tindakan kelas berjalan melalui siklus-siklus dalam sebuah spiral, di mana setiap siklus


(37)

terdiri dari 4 (empat) tahapan kegiatan yang terus berulang dan meningkat. Sejalan dengan itu maka prosedur pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan, di mana untuk setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah yang secara garis besar adalah: 1) membuat perencanaan tindakan /perbaikan, 2) implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, 3) melakukan observasi atau pengamatan atas tindakan perbaikan yang dilakukan, dan 4) melakukan refleksi, termasuk di dalamnya analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan-tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Untuk lebih jelasnya, prosedur pelaksanaan penelitian ini bisa dipaparkan sebagai berikut:

Siklus 1:

1) Perencanaan Tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran b) Mempersiapkan skenario pembelajaran 2) Implementasi atau pelaksanaan tindakan

a) Guru memberikan penjelasan tentang materi luas bangun datar (ciri-ciri dan klasifikasi)

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa untuk tiap kelompok


(38)

c) Guru dan siswa berdiskusi untuk mengklasifikasikan benda-benda yang telah dicatat dalam tabel ciri-ciri dan klasifikasi bangun datar. d) Menjelaskan dan menyampaikan materi luas bangun datar secara rinci. e) Memberi latihan kepada siswa untuk mencatat benda-benda berbentuk

bangun datar segi banyak yang ada di rumah siswa dan mengklasifikasikannya berdasarkan ciri-ciri bangun datar tersebut. f) Memberi PR kepada siswa untuk menggambar bangun datar pada

kertas karton.

3) Observasi atau pengamatan terhadap tindakan

Obsevasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif b) Ketepatan waktu

c) Kendala yang dihadapi d) Kondisi yang mendukung 4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

Siklus II

1) Perencanaan tindakan

a) Mempersiapkan perangkat pembelajaran. b) Mempersiapkan skenario pembelajaran.


(39)

2) Tindakan

a) Guru memberikan penjelasan tentang materi bangun datar (menghitung luas bangun datar).

b) Membagi siswa dalam kelompok yang terdiri dari 5 siswa untuk tiap kelompok

c) Guru menginstruksikan kepada kelompok untuk menghitung luas bangun datar gambar bangun datar yang telah dibuat dirumah (waktu 20 menit)

d) Siswa mengumpulkan hasil perhitungan yang dibuat secara berkelompok.

e) Masing-masing kelompok bertukar hasil perhitungan dan mengkoreksi hasil kelompok lain.

f) Guru dan siswa mendiskusikan kesulitan yang dialami siswa dalam menghitung luas bangun ruang.

3) Observasi

Obsevasi dilakukan berbarengan dengan tindakan. Untuk mengamati hal berikut ini:

a) Jumlah siswa yang aktif dan tidak aktif b) Ketepatan waktu

c) Kendala yang dihadapi d) Kondisi yang mendukung 4) Refleksi

Analisis, interpretasi dan evaluasi atas tindakan yang telah dilakukan, sehingga bisa diketahui tindakan-tindakan mana yang sudah berhasil


(40)

sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi luas bangun datar telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya, yaitu >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 60.


(41)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi luas bangun datar dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan teman sejawat yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 45% menjadi 87%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan teman sejawat yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 70 menjadi 85, sedangkan ketuntasan belajar meningkat dari 47% di siklus I


(42)

menjadi 88% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.

B. Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena siswa dapat saling membantu dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara kontinyu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan solusi cerdas dalam membantu siswa memahami materi pelajaran karena dapat mereka dapat membantu satu sama lain.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.


(43)

4. Kepada peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme dan semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam melakukan penelitian serupa. Agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih dikenal, dipahami dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(44)

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. UNP. Padang.

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arindawati. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http://www. sarjanaku .com/ 2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Dess. 1991. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http:// hayardin-blog.blogspot.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Fathurrohman. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung. Hakim Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Sindur pres Semarang

Hamalik. 2001. Hasil Belajar. http://remenmaos.blogspot.com///hasil belajar-siswa.html.

Ibrahim, M., dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Raja Gravindo Persada. Surabaya.

Karli dan Yuliariatiningtias. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif.

http://www.duasatu.web.id/2012/07/penModel-Pembelajaran-Kooperatif.html

Nasution. 2006. Pengertian Hasil Belajar. http://www.duasatu. web.id/2012/07/ pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html

Poewadarminto, WJS. 2010. Definisi Aktivitas Belajar. http://www. bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html

Roestiyah. 2001. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD. http://www.sarjanaku. com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html


(45)

Sudirman. 2008. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikansudirman. blogspot. com/2012/ 08/ aktivitas-belajar.html

Suherman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima.Bandung. Sutikno Sobry M. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung


(1)

33

sesuai rencana dan tindakan mana yang masih perlu diperbaiki lebih lanjut pada siklus berikutnya.

F. Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan belajar yang diharapkan dalam penelitian yang dilakukan ini adalah apabila aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika materi luas bangun datar telah menunjukan peningkatan pada setiap siklusnya, yaitu >75 % siswa memperoleh nilai tes formatif KKM (kriteria ketuntasan minimal) 60.


(2)

58

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilakukan terhadap siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung pada mata pelajaran matematika dalam materi luas bangun datar dapat disimpulkan:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Hal ini sesuai dengan pengamatan teman sejawat yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan di setiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 45% menjadi 87%.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran matematika pada materi luas bangun datar dapat meningkatkan hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa kelas VI SD Tunas Harapan Bandar Lampung. Hal ini sesuai pengamatan teman sejawat yang telah dilakukan pada siswa mulai dari siklus I sampai siklus II, dan terjadi peningkatan disetiap siklusnya yaitu rata-rata siklus II meningkat dari siklus I yaitu 70 menjadi 85, sedangkan ketuntasan belajar meningkat dari 47% di siklus I


(3)

59

menjadi 88% di siklus II meskipun pada umumnya masih belum mendapat nilai yang sempurna.

B. Saran

1. Kepada siswa, untuk senantiasa menjaga dan memupuk motivasi belajar dengan demikian semangat belajar akan terus terbina yang secara otomatis akan membentuk budaya senang belajar.

2. Kepada guru, untuk senantiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam proses pembelajaran, karena dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih mudah memahami berbagai materi pelajaran karena siswa dapat saling membantu dalam memahami pelajaran yang disampaikan. Selain itu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menciptakan komunitas belajar (learning comunity) yang pada akhirnya menciptakan kebiasan belajar secara kontinyu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD juga memberikan solusi cerdas dalam membantu siswa memahami materi pelajaran karena dapat mereka dapat membantu satu sama lain.

3. Kepada sekolah, agar dapat melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran yang masih belum ada, agar proses pembelajaran dapat berlangsung lebih baik sehingga hasil belajar peserta didik dapat meningkat. Sekolah juga hendaknya lebih memperhatikan sistem terpadu yang dapat mendukung segala aktifitas belajar terutama terkait dengan kedisiplinan para siswa dan kinerja para pendidik.


(4)

60

4. Kepada peneliti lanjutan, agar dapat meningkatkan profesionalisme dan semangat dalam melakukan penelitian, serta dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam melakukan penelitian serupa. Agar model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat lebih dikenal, dipahami dan diterapkan dalam proses belajar mengajar di sekolah.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2004. Evaluasi Pengajaran. UNP. Padang.

Agib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. CV Irama Widya. Bandung.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Arindawati. 2004. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http://www. sarjanaku .com/ 2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Aunurrahman, dkk. 2009. Penelitian Tidakan Kelas. Universitas Terbuka. Jakarta Darmansyah. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. UNP.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan.

Dess. 1991. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. http:// hayardin-blog.blogspot.com/2013/02/kelemahan-model-pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html

Fathurrohman. 2010. Strategi Belajar Mengajar. RefikaAditama. Bandung. Hakim Thursan. 2002. Belajar Secara Efektif. Sindur pres Semarang

Hamalik. 2001. Hasil Belajar. http://remenmaos.blogspot.com///hasil belajar-siswa.html.

Ibrahim, M., dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negeri Surabaya. Raja Gravindo Persada. Surabaya.

Karli dan Yuliariatiningtias. 2000. Model Pembelajaran Kooperatif.

http://www.duasatu.web.id/2012/07/penModel-Pembelajaran-Kooperatif.html

Nasution. 2006. Pengertian Hasil Belajar. http://www.duasatu. web.id/2012/07/ pengertian-hasil-belajar-menurut-para.html

Poewadarminto, WJS. 2010. Definisi Aktivitas Belajar. http://www. bukuhalus. com/2011/74/ definisi-aktivitas-belajar.html

Roestiyah. 2001. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD. http://www.sarjanaku. com/2011/03/pembelajaran-kooperatif-tipe-stad.html


(6)

Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. P.T Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudirman. 2008. Aktivitas Belajar. http://makalahpendidikansudirman. blogspot. com/2012/ 08/ aktivitas-belajar.html

Suherman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Sumiati & Asra. 2009. Metode Pembelajaran. Wacana Prima.Bandung. Sutikno Sobry M. 2012. Strategi Belajar Mengajar. Refika Aditama. Bandung


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 2 SUMUR PUTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS V SDN 2 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 12 42

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD SISWA KELAS VI B SD TUNAS HARAPAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 45

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN 1 PRINGSEWU UTARA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 27 82

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 4 PENENGAHAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 6 40

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION ( STAD ) SISWA KELAS IV SD TUNAS HARAPAN KECAMATAN RAJA BASA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 13 62

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOHETHER (NHT)PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 15 103

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI KELOMPOK PADA SISWA KELAS VI A SDN 2 KEDAMAIAN BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 13 35

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SDN 2 KUPANG TEBA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 38