I.8.2 Inklusi, bagaimana masing-masing pihak atau kelompok itu ditampilkan
lewat pemberitaan. Diferensiasi-Indeferensiasi, yaitu bagaimana suatu peristiwa atau
seorang aktor sosial bisa ditampilkan dalam teks secara mandiri, sebagai suatu peristiwa yang unik atau khas tetapi bisa juga dibuat
kontras dengan menampilkan peristiwa atau aktor lain dalam teks. Penghadiran kelompok atau peristiwa lain itu secara tidak langsung
ingin menunjukkan bahwa kelompok itu tidak bagus dibandingkan dengan kelompok lain. Ini merupakan strategi wacana bagaimana suatu
kelompok disudutkan dengan menghadirkan kelompok atau wacana lain yang dipandang lebih dominan atau lebih bagus.
b. Objektivasi-Abstraksi, yaitu bagaimana aktor sosial ditampilkan dengan
memberi petunjuk yang konkret dan aktor sosial ditampilkan dengan memberi petunjuk yang abstrak. Jumlah dari suatu aktor sosial dapat
dikatakan menunjuk angka yang jelas, dapat juga dengan membuat suatu abstraksi seperti ratusan, ribuan, atau banyak sekali. Makna yang
diterima khalayak akan berbeda, karena dengan membuat abstraksi peristiwa atau aktor yang sebetulnya secara kuantitatif berjumlah kecil
dengan abstraksi dikomunikasikan seakan berjumlah banyak. c.
Nominasi-Kategorisasi, yaitu bagaimana aktor tersebut ditampilkan apa adanya, yang ditampilkan adalah kategori yang menunjukkan ciri
penting dari seseorang aktor sosial tersebut. Kategori ini bisa macam- macam, yang menunjukkan ciri penting dari seseorang: bisa berupa
Universitas Sumatera Utara
agama, status, bentuk fisik, dan sebagainya. Kategori itu sebetulnya tidak penting, karena umumnya tidak akan mempengaruhi arti yang
ingin disampaikan kepada khalayak. Kategori apa yang ingin ditonjolkan dalam pemberitaan, menurut van Leeuwen, sering kali
menjadi informasi yang berharga untuk mengetahui lebih dalam ideologi dari media bersangkutan, karena kategori itu menunjukkan
representasi bahwa suatu tindakan tertentu atau kegiatan tertentu menjadi ciri khas atau atribut yang selalu hadir sesuai dengan kategori
bersangkutan. Sering kali pemberitaan kategori itu tidak menambah pengertian atau informasi apa pun. Peneliti harus kritis melihat
bagaimana suatu kelompok dimarjinalkan atau dikucilkan dengan memberikan kategori atau label yang buruk.
d. Nominasi-Identifikasi, yaitu bagaimana aktor ditampilkan apa adanya
dengan memberi anak kalimat sebagai penjelas. Di sini, ada dua proposisi, di mana proposisi kedua adalah penjelas atau keterangan dari
proposisi pertama. Umumnya dihubungkan dengan dengan kata hubung seperti : yang, di mana. Proposisi kedua ini dalam kalimat posisinya
sebetulnya murni sebagai penjelas atau identifikasi atas sesuatu. Wartawan barangkali ingin memberikan penjelasan siapa seseorang itu
atau apa tindakan atau peristiwa itu akan tetapi sering kali, dan ini harus dikritisi, pemberian penjelas ini mensugestikan makna tertentu karena
umumnya berupa penilaian atas seseorang, kelompok, atau tindakan terentu. Ini merupakan strategi wacana di mana satu orang, kelompok,
Universitas Sumatera Utara
atau tindakan diberi penjelasan yang buruk sehingga ketika diterima oleh khalayak akan buruk pula.
e. Determinasi-Indeterminasi, yaitu bagaimana aktor disebutkan secara
jelas atau aktor disebutkan secara anonim. Anonimitas ini bisa jadi karena wartawan belum mendapatkan bukti yang cukup untuk menulis,
sehingga lebih aman untuk menulis anonim. Bisa juga karena ada ketakutan struktural kalau kategori yang jelas dari seseorang aktor sosial
tersebut disebut dalam teks. Apa pun alasannya, dengan membentuk anonimitas ini, ada kesan yang berbeda ketika diterima oleh khalayak.
Hal ini karena anonimitas, menurut van Leeuwen, justru membuat suatu generalisasi, tidak spesifik sehingga bermakna jamak.
f. Asimilasi-Individualisasi, yaitu apakah kategori aktor sosial yang
diberitakan ditunjukkan dengan jelas kategorinya. Asimilasi terjadi ketika dalam pemberitaan bukan kategori aktor sosial yang spesifik
yang disebut dalam berita tetapi komunitas atau kelompok sosial di mana seseorang itu berada. Asimilasi sering kali berhubungan dengan
identifikasi, bagaimana seseorang mengidentifikasi dirinya dengan kelompok yang sedang diberitakan. Teks menciptakan komunitas
imajinatif di antara aktor sosial. g.
Asosiasi-Disosiasi, apakah aktor ditampilkan sendiri atau aktor ditampilkan menghubungkan dengan kelompok lain yang lebih besar.
Kelompok sosial di sini menunjuk pada di mana aktor tersebut berada, tetapi persoalannya apakah disebut secara eksplisit atau tidak dalam
Universitas Sumatera Utara
teks. Asosiasi menujuk pada pengertian ketika dalam teks, aktor sosial dihubungkan dengan asosiasi atau kelompok yang lebih besar, di mana
aktor sosial itu berada. Sebaliknya disosiasi, jika tidak terjadi hal demikian. Dengan demikian, strategi asosiasi membuat makna menjadi
besar glorifikasi, karena asosiasi membuat khalayak membayangkan dan menghubungkan secara imajiner dengan komunitas yang lebih luas.
Universitas Sumatera Utara
23
BAB II URAIAN TEORITIS
Teori adalah himpunan konstruk konsep, definisi, dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala menjabarkan relasi diantara
variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut Rakhmat, 2001:6. Teori bukanlah sekedar ikhtisar data yang ringkas, karena ia tidak hanya
mengatakan “apa” yang terjadi melainkan juga “mengapa” sesuatu terjadi sebagai yang berlaku dalam kenyataan. Maka teori harus melaksanakan fungsi ganda.
Pertama, yakni menjelaskan fakta yang sudah diketahui. Kedua, fungsi untuk membuka celah pemandangan baru yang dapat mengantar kita menemukan fakta
yang baru pula Kaplan dan Manners, 2002: 15.
II.1. Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi
yang dilakukan melalui atau dengan menggunakan media massa mass media of communication. Komunikasi massa menyiarkan informasi, pendapat-pendapat,
nilai-nilai kepada komunikan yang beraneka ragam dan dalam jumlah yang banyak dan sekaligus menggunakan media massa.
Adapun yang menjadi ciri-ciri utama dari komunikasi massa adalah: 1.
Sumber komunikasi massa bukan hanya satu orang. Biasanya yang menjadi sumber informasi dari komunikasi massa bukan individu
perorangan melainkan suatu organisasi yang bersifat formal dan pengirimnya seringkali merupakan komunikator professional.
Universitas Sumatera Utara