Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

(1)

PERILAKU REMAJA TENTANG PENCEGAHAN HIV/AIDS

DI SMA NEGERI 17 MEDAN TAHUN 2013

SKRIPSI

oleh

LIANI BR GINTING 101101105

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah mendukung dan membimbing penulis dalam bentuk tenaga, ide-ide, maupun pemikiran. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kep selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kep, MNS sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCCA, CHt.N selaku dosen pembimbing yang sudah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral, masukan dan arahan yang sangat membantu sehingga penyusunan skripsi ini dalam diselesaikan.

4. Ibu Evi Karota Bukit, SKp, MNS selaku dosen penguji satu. 5. Ibu Rika Endah Nurhidayah S.Kp, M.Pd selaku dosen penguji dua. 6. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku dosen pembimbing


(4)

7. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas ilmu yang telah kalian berikan dengan keberkahan.

8. Teristimewa kepada orang tua saya, Ir. Jasmani Ginting, MP dan Dra. Ester Lina Br Sebayang yang telah memberikan dukungannya secara moril maupun material.

9. Adik-adik saya tersayang Ari Permana Ginting dan Livia Mai Gita Ginting yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada saya. 10.Teman-teman seperjuangan angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan

satu persatu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Medan, 07 Juli 2014


(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i HALAMAN PENGESAHAN ... ii KATA PENGANTAR ... iii-iv DAFTAR ISI ... v-vi DAFTAR TABEL ... vii DAFTAR SKEMA ... viii ABSTRAK ... ix BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang ... 1-4 2. Rumusan Masalah ... 4 3. Tujuan Penelitian ... 4-5 4. Manfaat Penelitian ... 5-6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku ... 7-12 2. Remaja ... 12-19 3. Pencegahan HIV/AIDS ... 19-21

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep ... 22 2. Defenisi Operasional ... 23

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian ... 24 2. Populasi dan Sampel ... 24-26 3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26 4. Pertimbangan Etik ... 26-27 5. Instrumen Penelitian ... 27-30 6. Validitas dan Reliabilitas ... 30-31 7. Rencana Pengumpulan Data ... 31-32 8. Analisa Data ... 32

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. HASIL PENELITIAN ... 33-36 2. PEMBAHASAN ... 36-42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. KESIMPULAN ... 43 2. SARAN ... 43-44


(6)

LAMPIRAN

1. LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN KUESIONER 2. LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER 3. LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

4. HASIL UJI RELIABILITAS KUESIONER 5. HASIL OLAHAN DATA

6. LEMBAR DISTRIBUSI DAN PERSENTASI KUESIONER 7. JADWAL TENTATIF PENELITIAN

8. TAKSASI DANA 9. RIWAYAT HIDUP 10. SURAT PENELITIAN


(7)

DAFTAR TABEL

TABEL

1. Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur,

dan Skala Ukur ... 23 2. Perhitungan Sampel Penelitian ... 25 3. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Karakteristik Responden

(n=87) ... 34 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Remaja

Tentang Pencegahan HIV/AIDS ... 34 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Remaja

Tentang Pencegahan HIV/AIDS ... 35 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Remaja

Tentang Pencegahan HIV/AIDS ... 36 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Pengetahuan

Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS (Lampiran 6) 8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Sikap

Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS (Lampiran 6) 9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Tindakan


(8)

DAFTAR SKEMA

SKEMA

HALAMAN

1. Kerangka konsep perilaku remaja tentang pencegahan


(9)

Judul : Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Nama Mahasiswa : Liani Br Ginting

NIM : 101101105

Jurusan : Sarjana Keeperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

HIV/AIDS merupakan pandemi besar pada masyarakat modern dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Dikarenakan HIV/AIDS meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia dan juga menyerang berbagai golongan usia, jenis kelamin serta pekerjaan. Seluruh remaja tanpa melihat resiko harus belajar untuk melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau mengubah perilaku yang berhubungan dengan resiko HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dan pengambilan sampel dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori cukup, yaitu 66,7%, dan kategori baik, yaitu 33,3%. Sikap responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori baik, yaitu 86,2% dan kategori cukup, yaitu 13,8%. Tindakan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori positif, yaitu 78,2% dan kategori negatif, yaitu 21,8%.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan yaitu pengetahuan berada pada kategori cukup, sikap berada pada kategori baik dan tindakan berada pada kategori positif. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS.


(10)

Title The Behavior Of Adolescents About HIV/AIDS Prevention In SMA Negeri 17 Medan in 2013

Name Liani br Ginting NIM 101101105

Major Bachelor of nursing Year 2014

ABSTRACT

HIV/AIDS is a large pandemic in modern society and becomes one of national and international issues. Due to the HIV/AIDS spread quickly and become a worldwide epidemic and also attack a wide range of ages, gender, and work. All teenager regardless of risk should learn to protect themselves against infection with HIV/AIDS by preventing or change behaviors associated with HIV risk. This research aims to know the behavior of adolescents that include knowledge, attitudes and actions about the prevention of HIV/AIDS in SMA Negeri 17 Medan in 2013. This research was conducted with descriptive research methods and sampling techniques proportionate stratified random sampling with the number of samples as many as 87 people, based of the result showed that majority knowledge of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in enough category, namely 66.7% and good category as many as 33.3%. The majority attitude of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in good categories, namely 86,2% and enough categories as many as 13.8%. The majority action of respondent about prevention of HIV/AIDS are in positive categories, namely 78,2% and negative category as many as 21.8%. The results of this research conclude that behavior of adolescent about HIV/AIDS prevention in SMA Negeri 17 Medan. knowledge is enough category, the catogory is good attitude, and actions are positive on category. Further research in expected to be examined the factors that influence the behavior of teenagers about prevention of HIV/AIDS.


(11)

Judul : Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Nama Mahasiswa : Liani Br Ginting

NIM : 101101105

Jurusan : Sarjana Keeperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

ABSTRAK

HIV/AIDS merupakan pandemi besar pada masyarakat modern dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Dikarenakan HIV/AIDS meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia dan juga menyerang berbagai golongan usia, jenis kelamin serta pekerjaan. Seluruh remaja tanpa melihat resiko harus belajar untuk melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau mengubah perilaku yang berhubungan dengan resiko HIV. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku remaja yang mencakup pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif dan pengambilan sampel dengan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori cukup, yaitu 66,7%, dan kategori baik, yaitu 33,3%. Sikap responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori baik, yaitu 86,2% dan kategori cukup, yaitu 13,8%. Tindakan responden tentang pencegahan HIV/AIDS mayoritas berada pada kategori positif, yaitu 78,2% dan kategori negatif, yaitu 21,8%.

Hasil penelitian ini disimpulkan bahwa perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan yaitu pengetahuan berada pada kategori cukup, sikap berada pada kategori baik dan tindakan berada pada kategori positif. Diharapkan untuk penelitian selanjutnya dapat diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS.


(12)

Title The Behavior Of Adolescents About HIV/AIDS Prevention In SMA Negeri 17 Medan in 2013

Name Liani br Ginting NIM 101101105

Major Bachelor of nursing Year 2014

ABSTRACT

HIV/AIDS is a large pandemic in modern society and becomes one of national and international issues. Due to the HIV/AIDS spread quickly and become a worldwide epidemic and also attack a wide range of ages, gender, and work. All teenager regardless of risk should learn to protect themselves against infection with HIV/AIDS by preventing or change behaviors associated with HIV risk. This research aims to know the behavior of adolescents that include knowledge, attitudes and actions about the prevention of HIV/AIDS in SMA Negeri 17 Medan in 2013. This research was conducted with descriptive research methods and sampling techniques proportionate stratified random sampling with the number of samples as many as 87 people, based of the result showed that majority knowledge of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in enough category, namely 66.7% and good category as many as 33.3%. The majority attitude of respondents about the prevention of HIV/AIDS are in good categories, namely 86,2% and enough categories as many as 13.8%. The majority action of respondent about prevention of HIV/AIDS are in positive categories, namely 78,2% and negative category as many as 21.8%. The results of this research conclude that behavior of adolescent about HIV/AIDS prevention in SMA Negeri 17 Medan. knowledge is enough category, the catogory is good attitude, and actions are positive on category. Further research in expected to be examined the factors that influence the behavior of teenagers about prevention of HIV/AIDS.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

HIV/AIDS merupakan salah satu pandemi besar pada masyarakat modern dan menjadi salah satu masalah nasional maupun internasional. Hal ini dikarenakan HIV/AIDS meluas dengan cepat dan menjadi epidemi di seluruh dunia. Selain itu, HIV/AIDS juga menyerang berbagai golongan usia, jenis kelamin dan pekerjaan.

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah suatu penyakit retrovirus yang disebabkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang ditandai dengan imunosupresi berat sehingga menimbulkan infeksi oportunistik, neoplasma sekunder, dan manifestasi neurologis. Sedangkan HIV adalah retrovirus obligat intraseluler dengan replikasi sepenuhnya di dalam sel host

(Robbins, 2007).

Penyakit infeksi HIV/AIDS sejak kemunculannya hingga kini terus menyebabkan berbagai permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan yang dimaksud adalah masih tingginya transmisi infeksi, angka kesakitan, serta angka kematian akibat HIV/AIDS. Masalah kesehatan yang berkembang terkait dua hal pokok tersebut, yaitu pertama, interaksi HIV dengan tubuh manusia; kedua, perilaku yang mengantarkan individu sehingga terpapar HIV (Nasronudin, 2007).

Berdasarkan hasil statistik dalam triwulan Januari sampai dengan Maret 2013, dilaporkan jumlah penderita infeksi baru HIV sebanyak 5.369 orang dan


(14)

tambahan kasus penderita AIDS sebanyak 460 kasus di Indonesia. Provinsi Sumatera Utara menduduki peringkat keenam dengan kasus penderita HIV sebanyak 417 kasus setelah DKI Jakarta, Papua, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali sedangkan kasus AIDS tidak ada tambahan penderita. Sumatera Utara memiliki prevalensi sebesar 3,2 penderita per 100.000 penduduk. Secara kumulatif kasus penderita HIV berdasarkan provinsi di Indonesia dari tanggal 1 Januari 1987 sampai dengan 31 Maret 2013 adalah 103.759 kasus sedangkan penderita AIDS sebanyak 43.347 kasus, dengan jumlah kematian sebesar 8.288 jiwa. Jumlah persentasi infeksi HIV pada kelompok umur 5-14 tahun (1,1%), 15-19 tahun (3,0%), 20-24 tahun (14%), sedangkan jumlah presentase AIDS pada kelompok umur 5-14 tahun (0,8%), 15-19 tahun (3,3%), 20-29 tahun (26,1%) (Depkes RI, 2013).

Pengetahuan tentang infeksi HIV/AIDS harus disosialisasikan kepada masyarakat. Dalam mengembangkan tingkat pengetahuan mengenai penyakit infeksi HIV/AIDS, sebelumnya sangat perlu memahami berbagai konsep dan teori sehubungan dengan munculnya penyakit infeksi HIV/AIDS tersebut. Mengkaji perkembangan penyakit infeksi HIV/AIDS berarti mendalami karakteristik penyakit tersebut secara sistematik, radikal, dan universal. Tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS serta cara penularannya menjadi salah satu faktor penting pendukung sikap dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS (Nasronudin, 2007).

Remaja merupakan masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau


(15)

12 tahun sampai dengan usia 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2004).

Remaja memiliki sikap yang menganggap diri mereka tak terkalahkan, kebal fisik dan kebal sanksi hukum, sehingga remaja kerap kali melakukan tindakan yang beresiko tinggi dan juga membahayakan kesehatan diri mereka sendiri (Santrock, 2003).

Remaja juga merupakan individu yang berpikir, dan pemikirannya diterjemahkan menjadi usaha penyesuaian diri. Sehingga dalam masa perkembangannya, remaja membangun segala macam gagasan mengenai hal yang terjadi pada mereka dan dunia mereka. Dengan perkembangan kognitif, remaja memperhalus cara berpikir mereka dan bergerak melalui sejumlah tahap perkembangan kognitif tersebut (Santrock, 2003).

Meningkatnya penalaran hipotetis-deduktif yang menyertai cara berpikir operasional formal remaja seharusnya mengurangi perilaku berani mengambil resiko serta memperlancar usaha-usaha penyuluhan kesehatan bagi remaja. Sehingga sejalan dengan kematangan remaja secara kognitif, sebagian remaja lebih mampu memahami resiko kesehatan, memikirkan perilaku mereka, serta memahami makna simbolik (Santrock, 2003).

Saat ini, seluruh remaja tanpa melihat resiko harus belajar untuk melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau mengubah perilaku yang berhubungan dengan resiko HIV (Soetjiningsih, 2004).

Hasil survey awal yang peneliti lakukan diperoleh jumlah siswa-siswi SMA Negeri 17 Medan Tahun Ajaran 2013/2014 sebanyak 917 orang yang dibagi


(16)

menjadi 347 orang berada di kelas X, 297 orang berada di kelas XI dan 273 orang berada di kelas XII. Beberapa siswa yang peneliti wawancara mengatakan bahwa mereka hanya mengetahui tentang HIV/AIDS sebatas pemahaman saja. Dalam penentuan sikap dan tindakannya kebanyakan dari mereka masih bingung. Sehingga perilaku siswa-siswi tersebut tentang pencegahan HIV/AIDS belum jelas.

Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

2. Rumusan Masalah

Bagaimana perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013?

3. Tujuan Penelitian 3.1 Tujuan Umum

Mengetahui perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah:

3.2.1 Mengetahui pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.


(17)

3.2.2 Mengetahui sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

3.2.2.1Mengetahui tindakan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi

4.1 Praktik Keperawatan

Hasil penelitian ini menyediakan informasi mengenai perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS agar perawat khususnya perawat komunitas dapat termotivasi untuk melaksanakan perannya dalam memberikan informasi tentang pencegahan HIV/AIDS kepada remaja yang duduk di bangku SMA.

4.2 Pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini menyediakan informasi mengenai perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS sehingga institusi pendidikan keperawatan dapat melibatkan diri dalam memberikan informasi pencegahan HIV/AIDS sebagai salah satu wujud fungsi pengabdian masyarakat.

4.3 Instansi (sekolah)

Hasil penelitian ini menyediakan informasi sejauh mana perilaku remaja SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 tentang pencegahan HIV/AIDS.


(18)

4.4 Penelitian keperawatan

Sebagai data dasar untuk penelitian selanjutnya khususnya tentang pencegahan HIV/AIDS.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Perilaku 1.1 Definisi

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2003).

1.2 Bentuk Respon

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

1.2.1 Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


(20)

1.2.2 Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain (Notoadmodjo, 2003).

1.3 Domain Perilaku

Benyamin Bloom (1908) membagi perilaku manusia kedalam tiga domain yakni:

1.3.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obejk tertentu. Penginderaan melalui pancaindera manusia, yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo 2003).

Pengalaman dan penelitian tebukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus terlebih dahulu

2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus ( objek)

3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan buruk sesuatu) hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.


(21)

4. Trial, orang yang telah mulai mencoba perilaku baru

5. Adaptation, subjek telah berperilaku sesuai dengan pengetahuan,

kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Namun, dalam penelitian yang dilakukan Rogers, beliau menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap di atas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know) diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya dan merupakan pengetahuan yang rendah.

2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (analysis) adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.


(22)

5. Sintesis (synthesis) menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evalusi (evaluation) ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek atau materi. Pengukuran pengetahuan dapat dilakuakan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Pengetahuan dapat diperoleh melalui proses belajar yang didapat dari pendidikan (Notoadmodjo, 2003).

1.3.2 Sikap

Sikap merupakan reaksi atau repons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb adalah salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan aktifitas, akan tetapi merupakan (predisposisi) tindakan atau perilaku.

Sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka (tingkah laku yang terbuka). Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yakni:


(23)

1. Menerima (receiving)

Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah indikasi dari suatu sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang itu menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valueing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ke tiga. 4. Bertanggungjawab (responsible)

Bertanggungjawab atas segala sesuatu dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu objek. Secara langsung tidak dilakukan dengan pertanyan-pertanyaan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat repsonden (Notoadmodjo, 2003).


(24)

1.3.3 Tindakan

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior).

Tindakan dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya, yaitu: 1. Praktik terpimpin (guided response)

Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau menggunakan panduan.

2. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

3. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut (Notoadmodjo, 2005).

2. Remaja 2.1 Definisi

Masa remaja (Adolescents) merupakan masa dimana terjadi transisi masa kanak-kanak menuju dewasa, biasanya antara usia 13 dan 20 tahun. Istilah


(25)

Adolescence merujuk kepada kematangan psikologis individu, sedangkan pubertas merujuk kepada saat dimana telah ada kemampuan reproduksi (Potter & Perry, 2009).

Remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang dimulai saat terjadinya kematangan seksual yaitu antara usia 11 atau 12 tahun sampai dengan usia 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda (Soetjiningsih, 2004).

2.2 Subfase Remaja

Pada masa remaja terdapat tiga subfase, yaitu: a. Masa remaja awal (11 sampai 14 tahun),

b. Masa remaja pertengahan (15 sampai 17 tahun), dan c. Masa remaja akhir (18 sampai 20 tahun).

2.3 Pertumbuhan dan Perkembangan pada Masa Remaja 2.3.1 Pertumbuhan

Pada remaja awal (11-14 tahun) kecepatan pertumbuhan mencapai puncak, timbul karakteristik seks sekunder. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) pertumbuhan melambat pada anak perempuan, tinggi badan mencapai 95% tinggi badan dewasa, karakteristik seks sekunder lanjut. Pada remaja akhir (18-20 tahun) terjadi kematangan secara fisik, pertumbuhan tubuh dan reproduksi semakin lengkap.


(26)

2.3.2 Kognisi

Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja menggunakan kemampuan baru untuk pemikiran abstrak yang terbatas, meraba adanya nilai moral dan energi yang baru, serta perbandingan ‘normalitas’ dengan kelompok sesama jenis. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) remaja memperoleh kemampuan berpikir abstrak, memiliki kemampuan intelektual yang umumnya idealistik, memiliki perhatian terhadap masalah filsafat, politis dan sosial. Pada remaja akhir (18-20 tahun) terbentuknya pikiran abstrak, dapat menerima dan berpikir jauh, mampu meninjau masalah secara komprehensif, identitas intelektual dan fungsional telah ditegakkan.

2.3.3 Identitas

Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja berfokus pada perubahan tubuh yang cepat, mencoba berbagai peran, mengukur daya tarik melalui penerimaan atau penolakan dari kelompok, serta memenuhi syarat yang ditegakkan kelompok teman. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) remaja mengubah citra diri, sangat egosentrik, narsisisme yang bertambah besar, kecenderungan berfokus pada pengalaman dalam diri dan penemuan jati diri, memiliki kehidupan fantasi yang kaya, idealistik, mampu memperkirakan akibat dari tingkah laku dan keputusan yang diambil, dan aplikasi yang bervariasi. Pada remaja akhir (18-20 tahun) citra tubuh dan definisi peran sesuai gender mulai ditegakkan, identitas seksual yang


(27)

matang, fase konsolidasi identitas, kestabilan kepercayaan diri, merasa nyaman dengan pertumbuhan fisik, serta peran sosial telah ditentukan.

2.3.4 Hubungan dengan Orang Tua

Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja menentukan batasan kemandirian-ketergantungan, keinginan kuat untuk bergantung pada orangtua sekaligus berusaha mandiri, tidak ada konflik besar mengenali kendali orangtua. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) terjadi konflik besar mengenai kemandirian dan kendali, merupakan titik rendah dalam hubungan orangtua-anak, dorongan terbesar untuk emansipasi terhadap orangtua, berusaha melepaskan diri, kebebasan emosional akhir dan ireversibel dari orangtua, dan merasa berduka. Pada remaja akhir (18-20 tahun) pemisahan emosional dan fisik dari orangtua telah dilakukan, tercapainya kemandirian jika anak berasal dari keluarga dengan konflik yang minimal, emansipasi hampir dicapai.

2.3.5 Hubungan dengan Kelompok

Pada remaja awal (11-14 tahun) remaja membangun hubungan dengan kelompok untuk mengatasi ketidakstabilan yang ditimbulkan oleh perubahan tubuh yang cepat, peningkatan hubungan persahabatan dengan teman sesama jenis, serta berusaha menjadi pemimpin dalam kelompok. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) muncul kebutuhan yang kuat akan identitas untuk menegakkan imej-diri, standar tingkah laku ditentukan oleh kelompok, penerimaan oleh kelompok menjadi hal yang teramat penting, adanya ketakutan akan penolakan, dan


(28)

menjelajahi kemampuan untuk menarik lawan jenis. Pada remaja akhir (18-20 tahun) kepentingan kelompok berkurang dan digantikan oleh hubungan persahabatan individual, pengujian hubungan pria-wanita terhadap kemungkinan hubungan yang permanen, hubungan ditandai dengan saling memberi dan berbagi.

2.3.6 Seksualitas

Pada remaja awal (11-14 tahun) terjadi eksplorasi dan evaluasi diri, kencan terbatas biasanya bersama kelompok, dan kedekatan yang terbatas. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) terjadi hubungan plural yang banyak, pengambilan keputusan untuk menjadi heteroseksual, eksplorasi ‘daya tarik diri’, memiliki perasaan ‘jatuh cinta’, dan terbentuknya hubungan yang tentatif. Pada remaja akhir (18-20 tahun) remaja membentuk hubungan yang stabil dengan orang lain, peningkatan kemampuan untuk menjalin hubungan mutual dan resiprokal, kencan sebagai pasangan pria-wanita, serta kedekatan melibatkan komitmen dan tidak sekedar eksplorasi dan romantisisme.

2.3.7 Kesehatan Psikologis

Pada remaja awal (11-14 tahun) terjadi perubahan suasana hati yang sangat fluktuatif, sering mengkhayal, kemarahan diekspresikan melalui suasana hati, ledakan temperamen, hinaan lisan, dan memaki. Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) remaja lebih berfokus pada diri, menjadi lebih introspektif, cenderung menarik diri saat merasa kecewa atau terluka, perubahan emosi dalam waktu dan jangkauan tertentu, sering merasa tidak berdaya, serta kesulitan dalam


(29)

meminta bantuan. Pada remaja akhir (18-20 tahun) emosi menjadi lebih konstan, dan cenderung menyimpan kemarahan.

2.4 Tingkah Laku dalam Perkembangan Remaja 2.4.1 Hubungan dengan Orang Tua

Keinginan remaja untuk memperoleh kebebasan dan otoritas yang disertai dengan kebutuhan untuk ketergantungan dan batasan yang ditetapkan orangtua dapat menimbulkan ketegangan pada hubungan orangtua-anak. Penanganan terbaik adalah komunikasi yang efektif dan pengasuhan yang demokratis.

2.4.2 Hubungan dengan Kelompok

Kelompok teman merupakan faktor pengaruh yang penting bagi remaja yang semakin membutuhkan pengakuan dan penerimaan masyarakat. Dukungan yang diberikan oleh teman dalam kelompok menyediakan lingkungan yang aman untuk mencoba berbagai ide baru dan berbagi perasaan yang sama. Remaja sering membentuk hubungan clique dengan kelompok lain yang memiliki latar sosioekonomi dan minat yang sama. Clique yang bersifat eksklusif, membantu anggotanya membangun identitas diri. Masyarakat yang kurang akrab dibandingkan clique, memberikan kesempatan terjadinya interaksi heteroseksual dan kegiatan sosial. Masyarakat juga mempertahankan syarat keanggotaan yang ketat, keanggotaan clique merupakan syarat untuk menjadi anggota masyarakat.


(30)

2.4.3 Konsep Diri

Kelompok teman formal dan informal merupakan kekuatan utama dalam pembentukan konsep diri anggotanya. Popularitas dan pengakuan dalam kelompok akan meningkatkan kepercayaan diri dan memperkuat konsep diri. Keterlibatan yang total dalam kelompok membuat mereka terlihat tidak mampu mengambil keputusan dan tidak memiliki pikiran sendiri. Remaja yang menarik diri dari kelompok dan mengisolasi dirinya akan kesulitan mencapai identitas diri.

2.4.4 Ketakutan

Ketakutan pada kelompok usia ini adalah pada penerimaan oleh kelompok, perubahan tubuh, kehilangan kendali diri dan dorongan seksual yang mulai timbul. Remaja sering mengamati perubahan dan ketidaksempurnaan pada tubuhnya. Adanya kelainan yang nyata maupun tidak menjadi penyebab kekhawatiran yang terus-menerus. Kekhawatiran remaja akan masalah ekonomi dan politik menyebabkan ketakutan perang karena akan berakibat pada kematian dan kehancuran.

2.4.5 Pola Koping

Mekanisme penanganan masalah diperoleh dari kehidupan dan kematangan kognisi. Pada usia 15 tahun, sebagian besar menggunakan mekanisme pertahanan penuh seperti rasionalisasi dan intelektualisasi.

Kemampuan memecahkan masalah telah matang dan mampu memahami masalah melalui diskusi filosofis yang menggunakan pemikiran abstrak dan


(31)

hipotesis. Beberapa remaja menggunakan strategi menghindar dimana mereka mengubur masalahnya dan mencoba mengurangi ketegangan dengan penyalahgunaan obat-obatan atau menghindari orang lain.

2.4.6 Moral

Menurut Kohlberg (1964), remaja akan mencapai tingkat konvensional dimana mereka memperhitungkan harapan keluarga dan masyarakat. Awalnya terdapat kepatuhan terhadap peraturan untuk memperoleh pujian dari pihak lain dan untuk menghindari penolakan, selanjutnya mereka berusaha menghindari kritik dari pihak institusi (Potter & Perry, 2009).

3. Pencegahan HIV/AIDS

Dalam usaha mengurangi infeksi HIV, berbagai kaedah telah diterapkan, salah satunya adalah kaedah ABCD, yaitu:

Abstinence, yaitu menunda atau tidak melakukan kegiatan seksual sebelum

menikah.

Be faithful, yaitu saling setia kepada pasangannya.

Condom, yaitu menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks

berisiko.

Drugs, tidak menggunakan jarum suntik secara bergantian dan tidak secara

bersama-sama dalam penggunaan napza (Komisi Penanggulangan AIDS, 2010-2011).


(32)

WHO memainkan peranan dalam usaha menanggulangi infeksi HIV/ AIDS dengan berbagai cara. Beberapa langkah yang dianjurkan oleh WHO adalah :

a. Pendidikan kesehatan reprodukasi untuk remaja.

b. Program penyuluhan rekan sebaya (peer group) untuk kelompok sasaran. c. Program kerjasama dengan media cetak dan media elektronik.

d. Pencegahan komprehensif untuk pengguna narkoba, narkotika, termasuk program jarum suntik steril.

e. Pendidikan agama.

f. Program pelayanan infeksi menular seksual (IMS). g. Program promosi kondom di lokasi pelacuran. h. Pelatihan keterampilan hidup.

i. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling. j. Dukungan untuk anak jalanan dan pemberantasan prostitusi anak.

k. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan.

Program strategi pencegahan dan pengurangan risiko HIV/AIDS pada remaja, yaitu:

1. Informasi tentang HIV/AIDS, transmisi dan pencegahan. 2. Instruksi dan demonstrasi cara penggunaan kondom.

3. Informasi untuk membantu remaja menilai sendiri perilaku yang berhubungan dengan risiko.


(33)

4. Informasi dan latihan main peran untuk membantu remaja mengembangkan kemampuan komunikasi dan ketegasan (assertive) untuk negoisasi penggunaan kondom dengan pasangan seksual dan bertahan terhadap tekanan teman sebaya untuk terlibat perilaku berisiko (Soetjiningsih, 2004).


(34)

22

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep

Tingkat pengetahuan masyarakat tentang HIV/AIDS serta cara penularannya menjadi salah satu faktor penting pendukung sikap dan tindakan masyarakat terhadap pencegahan penyakit HIV/AIDS (Nasronudin, 2007).

Saat ini, seluruh remaja tanpa melihat risiko harus belajar untuk melindungi diri sendiri terhadap infeksi HIV/AIDS dengan mencegah atau mengubah perilaku yang berhubungan dengan risiko HIV (Soetjiningsih, 2004).

Skema 1. Kerangka Konsep Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

PERILAKU REMAJA TENTANG

PENCEGAHAN HIV/AIDS

PENGETAHUAN

- BAIK

- CUKUP

- KURANG SIKAP

- BAIK

- CUKUP

- KURANG TINDAKAN

- POSITIF


(35)

23

2. Defenisi Operasional

Tabel 1. Variabel, Defenisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur, dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Perilaku - Pengetahuan - Sikap - Tindakan

Hasil dari tahu remaja tentang pencegahan HIV/AIDS Reaksi atau respons remaja tentang pencegahan HIV/AIDS Pelaksanaan atau praktek remaja tentang pencegahan HIV/AIDS Kuesioner Pengetahuan: Baik, apabila nilai 5-6 Cukup, apabila nilai 3-4 Kurang, apabila nilai 0-2. Sikap: Baik, apabila nilai 31-40 Cukup, apabila nilai 21-30 Kurang, apabila nilai 10-20. Tindakan: Positif, apabila nilai 4-6 Negatif, apabila nilai 0-3 Ordinal


(36)

24

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Desain ini digunakan untuk menggambarkan perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013.

2. Populasi Dan Sampel 2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMA Negeri 17 Medan pada tahun ajaran 2013/2014 kelas X dan XI. Populasi berjumlah 644 orang siswa-siswi yang terdaftar di SMA tersebut.

2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2010) dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90%

N

n = ______________ 1 + N (d²)

644

n = ______________ 1 + 644 (0,1²) n = 87


(37)

25

Keterangan: N = Besar populasi n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan / ketepatan

Sedangkan untuk menentukan responden yang berhak untuk dijadikan sampel maka digunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling. Penggunaan teknik ini memungkinkan untuk memberi peluang kepada populasi yang lebih kecil tetapi dipilih sebagai sampel (Riduwan, 2005) dengan rumus:

ni x nx n = ______________ N

Keterangan:

N = Besar populasi keseluruhan

n = Besar sampel yang menjadi responden

ni = Besar sampel dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 90% nx = Besar populasi setiap tingkatan kelas

Berdasarkan rumus di atas, maka dapat dihitung sampel yang terpilih di setiap kelas yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2. Perhitungan Sampel Penelitian

No. Kelas Populasi Teknik Penarikan Sampel Sampel 1. X 347 87 x 347

______________ 644


(38)

26

2. XI 297 87 x 297 ______________ 644

40

Total 644 87

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 87 orang.

3. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 17 Medan yang berada di Jalan Letjend Jamin Ginting KM. 13 Medan. Dengan alasan bahwa lokasi penelitian dekat dengan tempat tinggal peneliti sehingga dapat menghemat biaya penelitian. Di SMA Negeri 17 Medan tersedia fasilitas untuk mendapatkan berbagai informasi tentang HIV/AIDS melalui internet dan juga mempunyai banyak kegiatan ekstrakulikuler sehingga siswa-siswinya memiliki kegiatan yang positif di waktu luangnya. Salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang ada yaitu kegiatan dokter remaja. Hal ini mungkin berpengaruh terhadap perilaku remaja SMA Negeri 17 Medan tentang pencegahan HIV/AIDS. Waktu penelitian ini dilaksanakan selama bulan April sampai dengan Mei 2014.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai objek, harus disertai dengan pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etik setempat. Adapun masalah etik yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:


(39)

27

1) Informed concent, merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan; 2) Anonimity (tanpa nama);

3) Confidentiality ( Kerahasiaan) .

Sama halnya dengan penelitian ini, sebelum melakukan penelitian peneliti telah terlebih dahulu mengajukan permohonan izin penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, dan Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Medan. Kepada responden, peneliti telah menjelaskan manfaat dan tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama proses penelitian. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner. Semua data yang diperoleh semata-mata digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden memahami dan menerima maksud dan tujuan dari penelitian ini, maka responden menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan dengan pengisian kuesioner secara sukarela.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari 22 pertanyaan yang meliputi 6 pertanyaan mengenai pengetahuan, 10 pertanyaan sikap, dan 6 pertanyaan tindakan yang terkait tentang pencegahan HIV/AIDS.


(40)

28

a. Bagi pertanyaan pengetahuan, responden yang jawabannya benar diberi skor 1 dan responden yang jawabannya salah termasuk menjawab tidak tahu diberi skor 0. Skor dari kesepuluh pertanyaan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor pengetahuan. Skor tertinggi yang mungkin dicapai 10 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Aziz (2007), nilai panjang kelas yaitu: p = Rentang

Banyaknya Kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah ) yaitu 10 dan 3 kategori kelas untuk pengetahuan yaitu baik, cukup, kurang maka didapatkan panjang kelas sebesar 3, menggunakan i = 3 dan nilai terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Pengetahuan dikategorikan menjadi tiga yaitu baik dengan skor 5-6, cukup dengan skor 3-4, kurang dengan skor 0-2.

b. Bagi pertanyaan sikap, pertanyaan nomor 3,4,6,7,8,9,10 responden yang memberi jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 4, “Setuju” diberi skor 3, “Tidak Setuju” diberi skor 2 dan yang memberi jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 1. Sedangkan pertanyaan nomor 1,2,5 responden yang memberi jawaban “Sangat Tidak Setuju” diberi skor 4, “Tidak Setuju” diberi skor 3, “Setuju” diberi skor 2, dan yang memberi jawaban “Sangat Setuju” diberi skor 1. Skor dari kesepuluh pertanyaan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor sikap. Skor tertinggi yang mungkin dicapai 40 dan skor terendah yang mungkin dicapai 10.


(41)

29

Berdasarkan rumus statistik menurut Aziz (2007), nilai panjang kelas yaitu: p = Rentang

Banyaknya Kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah ) yaitu 30 dan 3 kategori kelas untuk sikap yaitu baik, cukup, kurang maka didapatkan panjang kelas sebesar 10, menggunakan i = 10 dan nilai terendah = 10 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Sikap dikategorikan menjadi tiga yaitu baik dengan skor 31-40, cukup dengan skor 21-30, dan kurang dengan skor 10-20.

c. Bagi pertanyaan tindakan, pertanyaan nomor 1,2,4 responden yang memberi jawaban “Ya” diberi skor 1 dan yang memberi jawaban “Tidak” diberi skor 0. Sedangkan pertanyaan nomor 3,5,6 responden yang memberi jawaban “Tidak” diberi skor 1 dan yang memberi jawaban “Ya” diberi skor 0. Skor dari keenam pertanyaan akan dijumlahkan untuk mendapatkan total skor sikap. Skor tertinggi yang mungkin dicapai 6 dan skor terendah yang mungkin dicapai 0.

Berdasarkan rumus statistik menurut Aziz (2007), nilai panjang kelas yaitu: p = Rentang

Banyaknya Kelas

Dimana p merupakan panjang kelas dengan rentang (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah ) yaitu 6 dan 2 kategori kelas untuk tindakan yaitu positif dan negative maka didapatkan panjang kelas sebesar 3, menggunakan i = 3 dan nilai


(42)

30

terendah = 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama. Tindakan dikategorikan menjadi dua yaitu positif dengan skor 4-6, dan negatif dengan skor 0-3.

6. Validitas Dan Realibilitas 6.1 Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Validitas dapat diuraikan sebagai tindakan ukuran penelitian yang sebenarnya, yang memang didesain untuk mengukur. Uji validitas penelitian ini telah dilakukan dengan menggunakan uji validitas isi yang di uji oleh konselor sekaligus konsultan HIV/AIDS dengan strata spesialis keperawatan jiwa. Setelah uji validitas dilakukan dan dinyatakan valid maka dilanjutkan uji reliabilitas.

6.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengetahui konsistensi dari instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama (Notoatmodjo, 2005).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan kepada siswa/i SMA Dharma Bakti Medan pada tanggal 3 Juni 2014 di sekolah SMA Dharma Bakti Medan yang bertempat di Jalan Letjend Jamin Ginting Km. 8 Padang Bulan Medan. Uji ini dilakukan pada 20 orang sampel yang bukan merupakan sampel penelitian tetapi memiliki kriteria sampel yang sama.


(43)

31

Uji reliabilitas kuesioner pengetahuan dilakukan dengan menggunakan reliabilitas KR 21 dan hasil yang di dapat dari analisa reliability adalah 0,825. Uji reliabilitas kuesioner sikap dilakukan dengan menggunakan Cronbach Alpha dan hasil yang di dapat dari analisa reliability adalah 0,737. Dan uji reliabilitas kuesioner tindakan dilakukan dengan menggunakan reliabilitas KR 21 dan hasil yang di dapat dari analisa reliability adalah 0,767. Suatu kuesioner dikatakan reliabel apabila nilai alpha (ἀ) lebih besar atau sama dengan 0,70.

7. Pengumpulan Data

Beberapa prosedur yang dilakukan dalam pengumpulan data, yaitu:

7.1 Mengajukan permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 17 Medan.

7.2 Setelah mendapatkan izin dari sekolah SMA Negeri 17 Medan, peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

7.3 Peneliti mendekati calon responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian yang dilakukan.

7.4 Peneliti menanyakan apakah calon responden bersedia.

7.5 Calon responden yang bersedia, diminta untuk menandatangani surat persetujuan.

7.6 Responden dipersilahkan untuk menjawab semua pertanyaan yang diajukan peneliti dalam kuesioner dan diberikan waktu 15 menit untuk mengisi kuesioner tersebut.


(44)

32

7.7 Pengolahan/analisa data dilakukan setelah semua data yang diperlukan terkumpul.

8. Analisa Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan cara manual dan ditabulasi dengan langkah-langkah sebagai berikut.

8.1 Editing, yaitu memeriksa kuesioner yang telah kembali apakah semua

pertanyaan telah diisi oleh responden sesuai dengan petunjuk.

8.2 Coding, yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuesioner untuk

mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa.

8.3 Entry Data, yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan kedalam

master table atau database komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.

8.4 Analisa, yaitu menganalisa data yang telah terkumpul dan disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.

Pengolahan data kemudian dilakukan dengan menggunakan program komputerisasi. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi serta persentase (Hidayat, 2011).


(45)

24

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil dari penelitian mengenai perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan tahun 2013. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 87 orang, dan penelitian dilakukan selama bulan April sampai Mei 2014.

Berikut ini hasil penelitian dijabarkan dalam bentuk tabel frekuensi serta persentase meliputi: karakteristik responden, pengetahuan, sikap dan tindakan responden tentang pencegahan HIV/AIDS.

1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi: jenis kelamin, umur, dan kelas. Pada tabel 3 dapat dilihat data yang diperoleh setelah selesai dilakukan penelitian bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan (n=55,2%), mayoritas umur responden adalah 16 tahun (n=52,9%), dan mayoritas responden duduk di kelas X (n=54%).


(46)

25

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Presentasi Karakteristik Responden (n= 87)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Jenis Kelamin: Laki-laki Perempuan Umur : 15 16 17 Kelas: X XI 39 48 24 46 17 47 40 44,8 55,2 27,6 52,9 19,5 54 46

1.2 Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Hasil pengetahuan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Pengetahuan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Frekuensi Presentase

Baik Cukup 29 58 33,3 66,7

Hasil penelitian mengenai pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS dari kuesioner pengetahuan, dilihat pada tabel 4 menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 berada pada kategori cukup sebanyak 66,7% (n=58).


(47)

26

1.3 Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Hasil sikap responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS Frekuensi Presentase Baik

Cukup

75

12

86,2

13,8

Hasil penelitian mengenai sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS dari kuesioner sikap, dilihat pada tabel 5 menunjukkan bahwa sikap remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 berada pada kategori baik sebanyak 86,2% (n=75).

1.4 Tindakan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

Hasil tindakan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Tindakan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS


(48)

27

Tindakan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Frekuensi Presentase Positif

Negatif

68

19

78,2

21,8

Hasil penelitian mengenai tindakan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS dari kuesioner tindakan, dilihat pada tabel 6 menunjukkan bahwa tindakan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 berada pada kategori positif sebanyak 78,2 (n=58).

2. Pembahasan

2.1 Karakteristik Responden

Peneliti mengambil beberapa karakteristik responden seperti jenis kelamin, dan umur. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah perempuan. Wanita dan anak-anak adalah kelompok beresiko tertular HIV/AIDS (Global Health Council, 2007). Tingkat pengetahuan HIV antara laki-laki dan perempuan didapatkan perempuan memiliki pengetahuan HIV yang lebih rendah karena kebanyakan perempuan tidak mengerti transmisi HIV dibanding laki-laki (Yoo, H; Sun Hae Lee; Kwon, Bo Eun; Chung, Sulki; Kim, Sanghe, 2005)

Berikutnya, karakteristik yang diambil oleh peneliti adalah umur. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa mayoritas umur responden adalah 16 tahun. Hal ini sesuai dengan umur yang beresiko tertular HIV/AIDS adalah pada umur sekitar 15-24 tahun (Global Health Council, 2007). Pada remaja pertengahan (15-17 tahun) remaja memperoleh kemampuan berpikir abstrak, memiliki kemampuan


(49)

28

intelektual yang umumnya idealistik, memiliki perhatian terhadap masalah filsafat, politis dan sosial (Potter & Perry, 2009).

2.2 Pengetahuan Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu obejk tertentu. Penginderaan melalui pancaindera manusia, yakni, penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoatmodjo 2003). Perilaku seseorang terhadap suatu rangsangan atau objek tertentu biasanya didasari oleh pengetahuan.

Hasil penelitian yang didapat dari tabel 4 bahwa sebanyak 58 orang (66,7%) responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pencegahan HIV/AIDS. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2011), yang menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS di salah satu sekolah swasta di kota Medan berada pada kategori sedang.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Muhannur (2006), menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan remaja di salah satu sekolah negeri di kota Medan berada pada kategori kurang. Dan penelitian yang dilakukan oleh Radhiah (2011), menyebutkan bahwa tingkat pengetahuan remaja (Mahasiswa) di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Medan berada pada kategori baik. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor usia dan sumber informasi tentang HIV/AIDS yang diperoleh di sekolah tersebut.

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah oleh responden adalah pertanyaan nomor 2 dengan


(50)

29

persentase sebesar 67,8%. Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Akbar (2012) yang didapat bahwa pertanyaan mengenai usaha-usaha perlindungan diri untuk mencegah penularan AIDS merupakan pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh responden dengan persentase 53,7%.

Pada pertanyaan nomor 5 didapatkan persentase jawaban salah cukup besar yaitu 35,6% tentang usaha pencegahan HIV pada remaja, dan pertanyaan nomor 6 dengan persentase 36,8% tentang usaha menanggulangi infeksi HIV. Hal ini mungkin dipengaruhi kurangnya pemahaman remaja tentang hal-hal yang berkaitan dengan cara pencegahan dan penanggulangan HIV pada remaja.

2.2 Sikap Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS

Sikap masih merupakan reaksi tertutup bukan merupakan reaksi terbuka (tingkah laku yang terbuka). Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek dilingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoadmodjo, 2003).Sikap belum merupakan suatu tindakan aktifitas, akan tetapi merupakan (predisposisi) tindakan atau perilaku.

Hasil penelitian yang didapat dari tabel 5 bahwa sebanyak 75 orang (86,2%) responden memiliki sikap yang baik tentang pencegahan HIV/AIDS. Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhannur (2006) yang menyebutkan sikap remaja di salah satu sekolah negeri di kota Medan terhadap pencegahan HIV/AIDS dalam kategori baik.

Hasil tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2010), yang menyebutkan sikap remaja di salah satu sekolah swasta di kota


(51)

30

Medan terhadap pencegahan HIV/AIDS dalam kategori cukup. Hali ini mungkin dipengaruhi oleh faktor budaya dan ajaran agama yang dianut masing-masing siswa-siswi tersebut.

2.3 Tindakan Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS

Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau disikapi (dinilai baik) (Notoadmodjo, 2005).

Dari hasil penelitian yang dapat dilihat dari tabel 6 bahwa sebanyak 68 orang (78,2%) responden memiliki tindakan yang positif tentang pencegahan HIV/AIDS. Hasil tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Muhannur (2006) yang menyebutkan tindakan terhadap pencegahan HIV/AIDS dalam kategori baik (positif).

Hasil penelitian ini juga sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Radhiah (2011), yang menyebutkan bahwa tindakan remaja (Mahasiswa) di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Medan berada pada kategori positif (baik).

Berdasarkan tabel 9 dapat dilihat bahwa pertanyaan tindakan tentang pencegahan HIV/AIDS dengan menjauhi teman/keluarga yang menderita HIV/AIDS memiliki persentase 31,0%, berusaha menghindari penggunaan kamar mandi umum karena khawatir telah digunakan oleh pasien HIV/AIDS memiliki persentase 35,6% dan menghindari bersalaman dengan penderita HIV/AIDS


(52)

31

memiliki persentase 29,9%. Persentase yang didapat cukup tinggi terkait dengan pertanyaan tentang pencegahan HIV/AIDS.

Menurut Madyan (2009) dalam Akbar (2012), dunia medis hingga saat ini hanya bisa menawarkan lima cara pencegahan penularan HIV, yaitu: tidak melakukan hubungan seks sama sekali, setia dan tidak berganti-ganti pasangan dan partner seks, menggunakan kondom jika memang berperilaku seksual beresiko, menghindari dan meninggalkan narkoba khususnya narkoba suntik, menambah wawasan dan membuka pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kesehatan reproduksi dan PMS (Penyakit Menular Seksual). Sedangkan menjaga kebersihan dengan menjauhi teman/keluarga yang menderita HIV/AIDS, berusaha menghindari penggunaan kamar mandi umum karena khawatir telah digunakan oleh pasien HIV/AIDS, dan menghindari bersalaman dengan penderita HIV/AIDS bukan merupakan upaya dalam pencegahan HIV/AIDS.

2.4 Gambaran Perilaku Responden tentang Pencegahan HIV/AIDS

Dari hasil tersebut, dapat dilihat bahwa rata-rata pengetahuan remaja tentang pencegahan HIV/AIDS masih berada pada kategori cukup. Hal ini mungkin karena masih terdapat beberapa stigma tentang HIV/AIDS yang masih perlu diklarifikasi di kalangan mereka.

Penelitian berdasarkan umur didapati umur diatas 20 tahun memiliki pengetahuan yang baik dibanding responden yang di bawah 20 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Prihyugiarto (2008), yang diperoleh


(53)

32

bahwa kelompok usia lebih tua memiliki pengetahuan yang lebih baik dibanding dengan usia muda. Selain faktor usia, HIV/AIDS juga dipengaruhi oleh faktor jenis kelamin. Tingkat pengetahuan pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan. Hal ini mungkin karena kebanyakan diantara perempuan yang malu untuk mencari informasi tentang HIV/AIDS karena takut dianggap aktif berseksual.

Secara umum, sikap dapat diartikan sebagai kecenderungan bagi manusia untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap suatu rangsangan. Selain itu sikap juga turut dipengaruhi oleh penerapan norma-norma baik oleh orangtua sejak kecil. Sikap juga dipengaruhi oleh pegangan agama yang dianut oleh individu, dimana agama mengajak umatnya untuk melakukan kebaikan dalam hidup. Dan budaya juga memainkan peranan penting dalam menentukan sikap individu.

Nilai dari pengetahuan tidak selalu sama dengan sikap dan tindakan. Tetapi sikap akan bernilai sama dengan tindakan. Menurut Notoadmodjo (2005), untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau reaksi yang memungkinkan. Hal ini mungkin karena terdapat faktor-faktor lain yang mendukung seperti pengaruh rekan sebaya, budaya, nilai-nilai, keyakinan, aturan dan norma yang turut memainkan peranan dalam menentukan tindakan dari seseorang.

Hasil penelitian ini digambarkan bahwa pengetahuan tidak berpengaruh langsung dengan sikap dan tindakan. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor


(54)

33

agama, nilai-nilai, norma-norma, peranan orangtua, budaya, lingkungan atau


(55)

43

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian saya mengenai perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 yang terdiri dari pengetahuan, sikap dan tindakan dapat disimpulkan beberapa hal, yaitu:

1.1 Pengetahuan responden pada kategori baik adalah sebanyak 33,3%, pada kategori cukup adalah sebanyak 66,7%, dan tidak ada dalam kategori kurang. 1.2 Sikap responden pada kategori baik adalah sebanyak 86,2%, pada kategori cukup adalah sebanyak 13,8%, dan tidak ada dalam kategori kurang.

1.3 Tindakan responden pada kategori positif adalah sebanyak 78,2% dan pada kategori negatif adalah sebanyak 21,8%.

2. Saran 2.1 Bagi siswa

Siswa/i SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013 diharapkan agar meningkatkan pengetahuannya tentang pencegahan HIV/AIDS sehingga sikap dan tindakan nya semakin baik.

2.2 Bagi sekolah

Sekolah diharapkan agar dapat meningkatkan program Dokter Remaja disekolah dan memberikan penyuluhan mengenai pencegahan HIV/AIDS pada siswa/i di


(56)

44

sekolah tersebut untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan tindakan siswa/I tentang pencegahan HIV/AIDS.

2.3 Bagi Peneliti

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini belum sempurna dalam menggambarkan perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini. Peneliti merekomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja tentang pencegahan HIV/AIDS.


(57)

Daftar Pustaka

Akbar, F. 2012. Tingkat Pengetahuan Siswa SMP Swasta Kristen Immanuel Medan Kelas VIII Terhadap HIV/AIDS Tahun 2011. Dibuka pada websit 25 September 2013.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi VI. Jakarta: Rineka Cipta.

Ditjen PPM & PL Depkes RI. 2013. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia

Dilapor s/d Maret 2013. Dibuka pada

website

September2013.

Hidayat, A. 2011. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data.

Jakarta: Salemba Medika.

Komisi Penanggulangan AIDS. 2010-2011. Pencegahan HIV/AIDS. Dibuka pada

website

September 2013.

Kumar, V, Cotran, R & Robbins, S. 2007. Buku Ajar Patologi, Edisi Ketujuh, Volume 1. Jakarta: EGC.

Muhannur, S. 2006. Gambaran Perilaku Remaja Tentang HIV/AIDS di SMU Negeri 3 Medan Tahun 2006. Dibuka pada website 25 September 2013.

Murtiastutik, D. 2008. Buku Ajar Infeksi Menular Seksual,Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.

Nasronudin. 2007. Hiv & AIDS, Edisi Kedua. Surabaya: Airlangga University Press.

Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. . 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rineka

Cipta.

. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan, Buku 1 Edisi 7. Jakarta:


(58)

Price & Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.

Jakarta: EGC.

Radhiah, W. 2011. Perilaku Mahasiswa USU Tentang HIV/AIDS. Dibuka pada website 25 September 2013.

Riduwan. 2005. Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta.

Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja, Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.

Soetjiningsih. 2004. Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.

Strategi Nasional Penanggungulangan HIV/AIDS 2007-2010. Dibuka pada

website

UNAIDS Report On The Global AIDS Epidemic 2010. Dibuka pada

website

10 Juni 2014.

Wijaya, C. 2010. Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja dalam Mencegah HIV/AIDS di SMA Santo Thomas 1 Medan. Dibuka pada

website

10 Juni 2014.

Yoo, H; Sun Hae Lee; Kwon, Bo-Eun; Chung, Sulki; Kim Sanghee. 2005. HIV/AIDS Knowledge, AAttitudes, Related Behaviors, and Sources of Information Among Korean Adolescent. The Journal of School Health, 75 (10). 393-399.


(59)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN PENGISIAN KUESIONER

Saya selaku Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Nama : Liani Br Ginting

Stambuk : 2010

Lembar penjelasan ini bertujuan untuk melakukan penelitian mengenai Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan Saudara/I untuk berperan sebagai reponden. Responden diminta untuk mengisi kuesioner dengan jujur sesuai petunjuk yang diberikan. Identitas pribadi Saudara/i sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Pengisian kuesioner ini akan mengambil waktu kira-kira 15 menit. Atas kesediaannya saya mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2014


(60)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN PENGISIAN KUESIONER No. Responden:

Saya bertandatangan di bawah ini Nama :

Jenis Kelamin : L / P Umur :

Kelas :

Setelah membaca penjelasan di atas, maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk ikut berpatisipasi sebagai salah satu responden dalam penelitian ini dengan kesukarelaan dan bersedia mengisi kuesioner ini dengan sebaik-baiknya.

Medan, Mei 2014 Responden


(61)

Lampiran 3

LEMBAR KUESIONER PENELITIAN

Perilaku Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS di SMA Negeri 17 Medan Tahun 2013

PENGETAHUAN Petunjuk pengisian

Pilihlah jawaban yang menurut Anda paling benar

1. Manakah salah satu usaha dalam mengurangi penularan HIV? a. Melakukan kegiatan seksual sebelum menikah

b. Saling setia kepada pasangannya

c. Tidak menggunakan kondom bagi orang yang melakukan perilaku seks beresiko

d. Menggunakan jarum suntik bergantian e. Tidak tahu

2. Dari jawaban dibawah ini, manakah usaha perlindungan diri untuk mencegah HIV?

a. Mengkonsumsi pil KB

b. Menggunakan obat ARV (Antiretrovirus) c. Mengikuti imunisasi sejak kecil


(62)

e. Tidak tahu

3. Tindakan apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS?

a. Tidak menggunakan jarum suntik bersama b. Menjaga jarak dengan penderita AIDS c. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan d. Tidak bersalaman dengan penderita AIDS e. Tidak tahu

4. Manakah tindakan berikut yang merupakan usaha dalam mencegah HIV? a. Menerima obat ARV (Antiretrovirus)

b. Mengelakkan diri dari gigitan nyamuk Aedes c. Tidak melakukan hubungan seks bebas d. Menggunakan narkotika suntik

e. Tidak tahu

5. Yang merupakan usaha pencegahan HIV pada remaja, kecuali? a. Informasi tentang HIV/AIDS, penularan dan pencegahan b. Informasi dan pelayanan IMS (Infeksi Menular Seksual) c. Menerima imunisasi sejak kecil

d. Informasi untuk membantu remaja menilai perilaku yang beresiko terjadinya penularan HIV/AIDS


(63)

e. Tidak tahu

6. Yang merupakan usaha menanggulangi infeksi HIV, kecuali? a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja

b. Pendidikan agama untuk remaja

c. Program penyuluhan teman sebaya (peer group) untuk remaja d. Menjauhi ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS)

e. Tidak tahu

SIKAP

Petunjuk: Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan sikap Anda terhadap pernyataan tersebut

Keterangan:

SS : Sangat Setuju TS : Tidak Setuju

S : Setuju STS : Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Kerjasama dengan media cetak dan media elektronik seharusnya tidak dilakukan dalam pemberian informasi pencegahan HIV/AIDS 2. Tidak perlu dilakukan pencegahan yang

menyeluruh dan terus-menerus untuk pengguna narkoba

3. Adanya pendidikan kesehatan reprodukasi bagi remaja

4. Tidak melakukan kegiatan seksual sebelum menikah

5. Jika ada siswa yang positif HIV seharusnya dikeluarkan dari sekolah

6. Dukungan diberikannya pelatihan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) disekolah 7. Dilakukannya penyuluhan kesehatan tentang


(64)

HIV/AIDS disekolah

8. Dukungan pelaksanaan program pengadaan tempat-tempat untuk VCT/konseling sukarela 9. Dukungan diadakannya tes HIV/AIDS secara

gratis

10. Mendukung usaha pemerintah untuk mencegah HIV/AIDS

TINDAKAN

Petunjuk: Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan tindakan Anda terhadap pertanyaan tersebut

No. Pertanyaan Ya Tidak

1. Pernahkah Anda mencari informasi tentang pencegahan HIV/AIDS?

2. Pernahkah Anda mengikuti penyuluhan kesehatan tentang pencegahan HIV/AIDS?

3. Apakah Anda akan menjauhi teman/keluarga Anda yang menderita HIV/AIDS?

4. Pernahkah Anda menilai sendiri perilaku yang beresiko terjadinya penularan HIV/AIDS? 5. Apakah Anda berusaha menghindari penggunaan

kamar mandi umum karena khawatir telah digunakan oleh pasien HIV/AIDS?

6. Apakah Anda menghindari bersalaman dengan penderita HIV/AIDS?


(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

Lampiran 5

GET

FILE='C:\Users\User\Documents\ANALISA DATA BARU\DATA DASAR.sav'. DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=JK UMUR KELAS /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\User\Documents\ANALISA DATA BARU\DATA DASAR.sav

Statistics

JK UMUR KELAS

N Valid 87 87 87

Missing 0 0 0

Frequency Table

JK

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid LAKI-LAKI 39 44.8 44.8 44.8

PEREMPUAN 48 55.2 55.2 100.0

Total 87 100.0 100.0

UMUR

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 15 24 27.6 27.6 27.6

16 46 52.9 52.9 80.5

17 17 19.5 19.5 100.0

Total 87 100.0 100.0

KELAS

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid X 47 54.0 54.0 54.0

XI 40 46.0 46.0 100.0


(72)

FREQUENCIES VARIABLES=P1 P2 P3 P4 P5 P6 PENGETAHUAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet0]

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 PENGETAHUAN

N Valid 87 87 87 87 87 87 87

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 59 67.8 67.8 67.8

BENAR 28 32.2 32.2 100.0

Total 87 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 24 27.6 27.6 27.6

BENAR 63 72.4 72.4 100.0

Total 87 100.0 100.0

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 10 11.5 11.5 11.5

BENAR 77 88.5 88.5 100.0


(73)

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 1 1.1 1.1 1.1

BENAR 86 98.9 98.9 100.0

Total 87 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 31 35.6 35.6 35.6

BENAR 56 64.4 64.4 100.0

Total 87 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SALAH 32 36.8 36.8 36.8

BENAR 55 63.2 63.2 100.0

Total 87 100.0 100.0

PENGETAHUAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid CUKUP 58 66.7 66.7 66.7

BAIK 29 33.3 33.3 100.0


(74)

FREQUENCIES VARIABLES=S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 SIKAP /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\User\Documents\ANALISA DATA\DATA DI SPSS SIKAP.sav

Statistics

S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 SIKAP N Valid 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87 87

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

S1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 2 2.3 2.3 2.3

S 11 12.6 12.6 14.9

TS 42 48.3 48.3 63.2

STS 32 36.8 36.8 100.0

Total 87 100.0 100.0

S2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 2 2.3 2.3 2.3

TS 34 39.1 39.1 41.4

STS 51 58.6 58.6 100.0

Total 87 100.0 100.0

S3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TS 2 2.3 2.3 2.3

S 22 25.3 25.3 27.6

SS 63 72.4 72.4 100.0


(75)

S4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid STS 1 1.1 1.1 1.1

TS 2 2.3 2.3 3.4

S 12 13.8 13.8 17.2

SS 72 82.8 82.8 100.0

Total 87 100.0 100.0

S5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid SS 7 8.0 8.0 8.0

S 30 34.5 34.5 42.5

TS 40 46.0 46.0 88.5

STS 10 11.5 11.5 100.0

Total 87 100.0 100.0

S6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TS 1 1.1 1.1 1.1

S 29 33.3 33.3 34.5

SS 57 65.5 65.5 100.0

Total 87 100.0 100.0

S7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 20 23.0 23.0 23.0

SS 67 77.0 77.0 100.0


(76)

S8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TS 3 3.4 3.4 3.4

S 51 58.6 58.6 62.1

SS 33 37.9 37.9 100.0

Total 87 100.0 100.0

S9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid S 27 31.0 31.0 31.0

SS 60 69.0 69.0 100.0

Total 87 100.0 100.0

S10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TS 2 2.3 2.3 2.3

S 17 19.5 19.5 21.8

SS 68 78.2 78.2 100.0

Total 87 100.0 100.0

SIKAP

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid CUKUP 12 13.8 13.8 13.8

BAIK 75 86.2 86.2 100.0


(77)

GET

FILE='C:\Users\User\Documents\ANALISA DATA\SPSS TINDAKAN.sav'. DATASET NAME DataSet0 WINDOW=FRONT.

FREQUENCIES VARIABLES=T1 T2 T3 T4 T5 T6 TINDAKAN /ORDER=ANALYSIS.

Frequencies

[DataSet1] C:\Users\User\Documents\ANALISA DATA\SPSS TINDAKAN.sav

Statistics

T1 T2 T3 T4 T5 T6 TINDAKAN

N Valid 87 87 87 87 87 87 87

Missing 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

T1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK 12 13.8 13.8 13.8

YA 75 86.2 86.2 100.0

Total 87 100.0 100.0

T2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK 24 27.6 27.6 27.6

YA 63 72.4 72.4 100.0

Total 87 100.0 100.0

T3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 27 31.0 31.0 31.0

TIDAK 60 69.0 69.0 100.0


(78)

T4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid TIDAK 25 28.7 28.7 28.7

YA 62 71.3 71.3 100.0

Total 87 100.0 100.0

T5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 31 35.6 35.6 35.6

TIDAK 56 64.4 64.4 100.0

Total 87 100.0 100.0

T6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid YA 26 29.9 29.9 29.9

TIDAK 61 70.1 70.1 100.0

Total 87 100.0 100.0

TINDAKAN

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid NEGATIF 19 21.8 21.8 21.8

POSITIF 68 78.2 78.2 100.0


(79)

Lampiran 6

LEMBAR DISTRIBUSI FREKUENSI DAN PERSENTASI KUESIONER Tabel 7. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Pengetahuan Remaja

Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah

n % n %

7. Manakah salah satu usaha dalam mengurangi penularan HIV?

8. Dari jawaban dibawah ini, manakah usaha perlindungan diri untuk mencegah HIV?

9. Tindakan apakah yang dapat dilakukan untuk mencegah penularan HIV/AIDS?

10. Manakah tindakan berikut yang merupakan usaha dalam mencegah HIV?

11. Yang merupakan usaha

pencegahan HIV pada remaja, kecuali?

12. Yang merupakan usaha

menanggulangi infeksi HIV, kecuali? 77 28 63 86 56 55 88,5 32,2 72,4 98,9 64,4 63,2 10 59 24 1 31 32 11,5 67,8 27,6 1,1 35,6 36,8


(80)

Tabel 8. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Sikap Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Pertanyaan Sikap SS S TS STS

n % n % n % n %

1. Kerjasama dengan media cetak dan media elektronik seharusnya tidak dilakukan dalam pemberian informasi pencegahan HIV/AIDS

2. Tidak perlu dilakukan pencegahan yang menyeluruh dan

terus-menerus untuk pengguna narkoba

3. Adanya pendidikan

kesehatan reprodukasi bagi remaja

4. Tidak melakukan

kegiatan seksual sebelum menikah

5. Jika ada siswa yang positif HIV seharusnya dikeluarkan dari sekolah 6. Dukungan diberikannya

pelatihan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) disekolah

7. Dilakukannya

penyuluhan kesehatan tentang HIV/AIDS disekolah

8. Dukungan pelaksanaan program pengadaan tempat-tempat untuk VCT/konseling sukarela

9. Dukungan diadakannya tes HIV/AIDS secara gratis

10. Mendukung usaha

pemerintah untuk mencegah HIV/AIDS 2 - 63 72 7 57 67 33 60 68 2,3 - 72,4 82,8 8,0 65,5 77,0 37,9 69,0 78,2 11 2 22 12 30 29 20 51 27 17 12,6 2,3 25,3 13,8 34,5 33,3 23,0 58,6 31,0 19,5 42 34 2 2 40 1 - 3 - 2 48,3 39,1 2,3 2,3 46,0 1,1 - 3,4 - 2,3 32 51 - 1 10 - - - - - 36,8 58,6 - 1,1 11,5 - - - - -


(81)

Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentasi Kuesioner Tindakan Remaja Tentang Pencegahan HIV/AIDS

Pertanyaan Tindakan Ya Tidak

n % n %

1. Pernahkah Anda mencari informasi tentang pencegahan HIV/AIDS?

2. Pernahkah Anda mengikuti penyuluhan kesehatan tentang pencegahan HIV/AIDS?

3. Apakah Anda akan menjauhi teman/keluarga Anda yang menderita HIV/AIDS?

4. Pernahkah Anda menilai sendiri perilaku yang beresiko terjadinya penularan HIV/AIDS?

5. Apakah Anda berusaha menghindari penggunaan kamar mandi umum karena khawatir telah digunakan oleh pasien HIV/AIDS?

6. Apakah Anda menghindari bersalaman dengan penderita HIV/AIDS? 75 63 27 62 31 26 86,2 72,4 31,0 71,3 35,6 29,9 12 24 60 25 56 61 13,8 27,6 69,0 28,7 64,4 70,1


(82)

Lampiran 7

JADWAL TENTATIF PENELITIAN N

o. Kegiatan

September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Mengajukan judul 2 Menetapkan judul penelitian 3 Menyusun proposal penelitian 4 Mengajukan sidang proposal 5 Sidang proposal penelitian 6 Revisi proposal penelitian 7 Mengajukan izin penelitian 8 Pengumpulan data 9 Analisa data 1 0 Penyusunan laporan skripsi 1 1 Pengajuan sidang skripsi 1

2 Sidang skripsi 1

3 Revisi skripsi 1

4

Mengumpulkan


(83)

Lampiran 8

TAKSASI DANA

A. Persiapan Proposal

1. Penelusuran literatur dari internet Rp. 150.000 2. Print literature dari internet Rp. 100.000

3. Membeli referensi buku Rp. 200.000

4. Pengetikan dan print proposal Rp. 100.000 5. Penggandaan dan penjilidan proposal Rp. 100.000 B. Administrasi Penelitian

1. Biaya izin penelitian dilokasi Rp. 50.000 C. Pengumpulan dan Analisa Data

1. Biaya penggandaan Kuesioner

dan Lembar persetujuan responden Rp. 150.000

2. Biaya transportasi Rp. 50.000

D. Penyusunan Hasil

1. Pengetikan dan print skripsi Rp. 150.000 2. Penggandaan dan penjilidan skripsi Rp. 100.000 E. Penyusunan Hasil Perbaikan

1. Pengetikan dan perbaikan laporan Rp. 50.000 2. Pengumpulan dan penjilidan laporan penelitian Rp. 100.000

JUMLAH +

Rp. 1.300.000

Biaya tak terduga (10%) Rp. 130.000

+

Rp. 1.430.000

(Satu Juta Empat Ratus Tiga Puluh Ribu Rupiah)


(84)

Lampiran 9

RIWAYAT HIDUP

Nama : Liani Br Ginting

NIM : 101101105

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 07 Maret 1992

Riwayat Pendidikan : 1. Juli 1997 - Juni 1998 : TK Kaisarea Medan

2. Juli 1998 - Juni 2004 : SD Kaisarea Medan 3. Juli 2004 - Juni 2007 : SMP Budi Murni 2

Medan

4. Juli 2007 - Juni 2010 : SMA NEGERI 17 Medan

5. Juni 2010 – Sekarang : Fakultas


(85)

(86)

(87)

(88)

(89)

(90)

(91)

(92)

(93)

(94)

(95)

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)