Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea Canaliculata l.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Zinkum (Zn2+) dan Ion Argentum (Ag+)
Lampiran 1. Sampel yang Digunakan Dalam Penelitian Cangkang Keong Mas (Pomacea canaliculata l.)
a. Cangkang Keong Mas Sebelum diaktivasi dengan H3PO4 dipanaskan pada suhu800
dan 0
b. Cangkang Keong Mas Setelah
C
diaktivasi dengan H3PO4 dipanaskan pada suhu 800
dan 0
(2)
Lampiran2.Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom Merk Hitachi Z-2000
(3)
Lampiran 4.Tabel Data HasilPengukuranKonsentrasiAkhirIon Zinkum (Zn2+)dan Ion Argentum (Ag+) denganVariasiKonsentrasiAwal 1. PersentaseAdsorpsi Ion Zinkum (Zn2+
No
)
KonsentrasiAwal KonsentrasiAkhir Zinkum Teradsorpsi
(ppm) (ppm) (%)
0 0,0000 0,0000 0,0000
1 1,0000 0,0390 96,1000
2 2,0000 0,0390 98,0500
3 3,0000 0,0802 97,3267
4 4,0000 0,1476 96,3100
5 5,0000 0,2737 94,5260
2. Persentase Ion Argentum (Ag+ No
) Teradsorpsi
KonsentrasiAwal KonsentrasiAkhir Argentum Teradsorpsi
(ppm) (ppm) (%)
0 0,0000 0,0000 0,0000
1 1,0000 0,0412 95,8800
2 2,0000 0,0214 98,9300
3 3,0000 0,0110 99,6333
4 4,0000 0,0693 98,2675
(4)
Lampiran 5.Tabel Data HasilPengukuranKonsentrasiAkhir Ion Zinkum
(Zn2+) Dan Ion Argentum (Ag+)
denganVariasiWaktuPengadukan 1. PersentaseAdsorpsi Ion Zinkum (Zn2+
No
)Teradsorpsi
Waktu Pengadukan KonsentrasiAkhir Zinkum Teradsorpsi
(menit) (ppm) (%)
0 0 0,0000 0,0000
1 30 0,1721 91,3950
2 45 0,0188 99,0600
3 60 0,0465 97,6750
4 75 0,0604 96,9800
5 90 0,0845 95,7750
2. Persentase Ion Argentum (Ag+) Teradsorpsi
No Waktu Pengadukan KonsentrasiAkhir Argentum Teradsorpsi
(menit) (ppm) (%)
0 0 0,0000 0,0000
1 30 0,1696 94,3467
2 45 0,0700 97,6667
3 60 0,0984 96,7200
4 75 0,1218 95,9400
(5)
Lampiran 6.Analisa Kandungan Abu Cangkang Keong Mas Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Adalla, C. B and B.M Rejesus, 1989.The Golden Apple Snail Pomacea Sp. Aserius
Pest of the Lowland Rice in the Philiphines. Slugs and Snail in World Agriculture.BCDC Mono.
Andreasmuliagussiboy12.blogspot.com/2003/02/Karya-tulis-ilmiah.html Anonim, 1991a. Pengembangan dan Pengendalian Siput Murbei di Indonesia, Direktorat Jenderal Pertanian Pangan, Jakarta.
Cowie, R.H., 2005. Pomacea Canaliculaata (Molusc) Diakses dari
http;//www.issg.org/database/species/ecology.asp?si=135&fr=1. Pada tangal 10
April 2015
Daintith, J., 1994. Kamus Lengkap Kimia. Erlangga. Jakarta.
Darmono, 1995.Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press. Jakarta. Hanjaya, S., Darjito, dan Purwonugroho, D., 2013.Pengaruh pH dan Waktu
Kontak
Pada Adsorpsi Cd (II) Menggunakan Adsorben Kitin Terfosforilasi dan Limbah
Cangkang Bekicot (Achatina Fuloca). Kimia Student Journal. 2(2);503-509 Harris, D.C., 1982. Quantytative Chemical Analysis. W. H. Freeman and
Company. New York.
17
Februari 2015.
2015.
Kamalu C.I.O., E.C Osaka., danNwakandu, M.S 2012. Bleaching of Crude Palm Kernel Oil Using Activated Snail Shell. Research Journal in Engineering and Applied Sciences 1(5): 323-326.
Khopkar, SM., 1990. KonsepDasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Krisnawati, Jasinda, dan Iriany., 2013. Penyerapan Logam Cadmium (Cd2+ Adsorben Cangkang Telur Bebek yang Telah Diaktivasi. Kimia Student
) dengan
(7)
Journal.
Mohan, N., 2002. Introduced Species Summary Project Apple Snail (Pomacea Canaliculata).
Notahadipawiro, T., 1993. Logam Berat dalam Pertanian.(http://www.chem-is try.org). Diakses pada tanggal 30 maret 2015.
Palar, H., 2004.Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta.
Pambudi, N.D., 2001. Pengaruh Metode Pengolahan Terhadap Kelarutan Mineral Keong Mas (Pomacea Canaliculata L.) Dari Perairan Situ Gede, Bogor. Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan ITB, Bogor.
Pitojo, 1996. Petunjuk Pengendalian dan Pemanfaatan Keong mas.Trubus Agriwidjaya.
Purnama,D.,2009.Logam Berat
Purworini, P., 2006. Analisis Kadar Ion Logam Zinkum Dalam berbagai Jenis Susu
Kemasan yang Diperdagangkan Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Skripsi. Jurusan Kimia FMIPA-USU. Medan.
Puspitasari, A., 2007. Pembuatan dan Pemanfaatan Kitosan Sulfat dari Cangkang Bekicot Sebagai Adsorben Zat Warna Remazol Yellow FG 6. Skripsi.
FMIPA
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Sulistiono, 2007. Keong mas ‘Si Lelet’ Perusak Padi. Diakses dari:
2015.
Walsh, A., 1995. Application of Absorption Spectra to Chemical Analysis. Spectrochemica, Acta. Vol 7.
(8)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Nama Alat Merk
- Spektrofotometer Serapan Atom Hitachi Z-2000
- Difraksi Sinar-X Shimadzhu 6100
- Tanur Fisher
- Oven Fisher
- Neraca analitik Mettler PM 400
- pH meter Trans Instrumen TI 9000
- Ayakan 100 mesh Fisher
- Gelas Beaker Pyrex
- Erlenmeyer Pyrex
- Beaker Glass Fisher
- Labu Takar Pyrex
- Pipet Volume Pyrex
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: -Cangkang Keong mas
- Larutan induk logam argentum (Ag) p.a 1000 mg/L (E. Merck) - Larutan induk logam zinkum (Zn) p.a 1000 mg/L (E. Merck) - HNO3
- H
3 N p.a (E. Merck)
2SO4 - H
3 N p.a (E. Merck)
(9)
3.2. Prosedur kerja
3.2.1 Preparasi dan Karakterisasi CaO dari Cangkang Keong Mas
Cangkang keong mas dicuci dengan air kemudian dibilas menggunakan akuades. Selanjutnya dikeringkan didalam oven pada suhu 110oC selama 2 jam. Cangkang keong mas selanjutnya dipecah-pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Lalu diambil sebanyak 100 gr dan direndam dalam 400 ml H3PO4 10% selama 24 jam. Kemudian disaring dan dicuci dengan akuades hingga pH=7. Setelah itu disaring dan dikalsinasi menggunakan furnace pada suhu 800oC selama 3 jam. Abu cangkang keong mas kemudian dihaluskan dan diayak hingga diperoleh serbuk cangkang dengan ukuran butir lolos ayakan 100 mesh dan ditentukan kandungan kalsium oksidanya secara kualitatif menggunakan X-Ray Diffraction (XRD).
3.2.2. Pembuatan Pereaksi 3.2.2.1. Pembuatan H3PO4 10%
Dipipet H3PO4(p)sebanyak 11,8 mldan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml. Kemudian diencerkan dengan aquades sampai garis batas dan dihomogenkan.
3.2.2.2 Pembuatan Larutan HNO3 3N
Dipipet HNO3(p) sebanyak 20,92 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian diencerkan dengan akuades sampai garis batas dan dihomogenkan.
3.2.2.3 Pembuatan Larutan H2SO4 3N
Dipipet H2SO4(p) sebanyak 8,15 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Kemudian diencerkan dengan akuades ssampai garis batas dan dihomogenkan.
(10)
3.2.3 Pembuatan Larutan Standart Zn 3.2.3.1 Pembuatan Larutan Standar Zn
2+ 2+
100 mg/L
Dipipet sebanyak 10 ml larutan induk Zn2+ 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan akuades hingga garis batas dan dihomogenkan.
3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Zn2+ 10 mg/L
Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Zn2+ 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.2.3.3 Pembuatan Seri Larutan StandarZn2+ 0,8 mg/L; dan 1,0 mg/L
0,2 mg/L; 0,4 mg/L; 0,6 mg/L;
Dipipet sebanyak 1 mL; 2 mL; 3 mL; 4 mL; 5 mL; larutan induk Zn2+ 10 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.2.3.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi Zn2+
Larutan blanko diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada
λ= 213,9 nm dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 0,2; 0,4; 0,6;
(11)
3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Ag 3.2.4.1 Pembuatan Larutan Standar Ag
+ +
100 mg/L
Dipipet sebanyak 10 ml larutan induk Ag 1000 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.
3.2.4.2 Pembuatan Larutan Standar Ag+ 10 mg/l
Dipipet sebanyak 10 ml larutan induk Ag 100 mg/L dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml,kemudian ditambahkan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan.
3.2.4.3 Pembuatan Seri Larutan Standar 0,5 mg/L; 1,0 mg/L; 1,5 mg/L; 2,0 mg/L; dan 2,5 mg/L
Dipipet sebanyak 2,5 mL; 5,0 mL; 7,5 mL; 10,0 mL; 12,5 mL; larutan induk Ag+ 10 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda dan dihomogenkan.
3.2.4.4. Pembuatan Kurva Kalibrasi Ag+
Larutan blanko diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan atom pada
λ= 328,1 nm dan dilakukan hal yang sama untuk larutan seri standar 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L.
(12)
3.2.5 Adsorbsi Ion Zn2+
3.2.5.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan
Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas
Sebanyak 1 gramarang aktif cangkang keong mas dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 ml yang berisi 50 ml larutan standar Zn2+ dengan variasi konsentrasi 1 ppm lalu diaduk menggunakan magnetik stirer selama 30 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman no.42, dan filtratnya
dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom pada λ = 213,9 nm. Dilakukan
hal yang sama dengan variasi konsentrasi larutan 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm.
3.2.5.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum
Sebanyak 1 gram arang aktif cangkang keong mas dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi 50 ml larutan standar Zn2+ dengan konsentrasi 2 ppm lalu diaduk menggunakan magnetik stirer selama 30 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman no.42, dan filtratnya dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom pada λ = 213,9 nm. Dilakukan hal yang sama dengan variasi waktu pengadukan selama 45, 60, 75, dan 90 menit.
3.2.6 Adsorbsi Ion Ag+
3.2.6.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan
Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas
Sebanyak 1 gram arang aktif cangkang keong mas dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi 50 ml larutan standar Ag+ dengan variasi konsentrasi 1 ppm lalu diaduk menggunakan magnetik stirer selama 30 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman no.42, dan filtratnya dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom pada λ = 328,1 nm. Dilakukan hal yang sama dengan variasi konsentrasi larutan 2 ppm, 3 ppm, 4 ppm, dan 5 ppm.
(13)
3.2.6.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum
Sebanyak 1 gram arang aktif cangkang keong mas dimasukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL yang berisi 50 ml larutan standar Ag+ dengan variasi konsentrasi 3 ppm lalu diaduk menggunakan magnetik stirer selama 30 menit, kemudian disaring menggunakan kertas saring whatman no.42, dan filtratnya dianalisa dengan spektrofotometer serapan atom pada λ = 328,1 nm. Dilakukan hal yang sama dengan variasi waktu pengadukan selama 45, 60, 75, dan 90 menit.
(14)
3.3. Bagan Penelitian
3.3.1 Preparasi dan Karakterisasi CaO dari Cangkang Keong Mas
Dicuci dengan air hingga bersih dan dibilas dengan akuades
Dikeringkan dalam oven pada suhu 110o
Dipanaskan menggunakan furnace pada suhu 800
C selama 2 jam o selama 3 jam
C Dihaluskan dengan alu dan lumpang
Diayak hingga diperoleh serbuk cangkang keong mas dengan ukuran butir lolos ayakan 100 mesh
Diambil sebanyak 100 gram dan direndam dalam 400 ml H3PO4 10% selama 24 jam
Disaring
Dicuci dengan akuades hingga pH=7 Disaring
Dikalsinasi menggunakan furnace pada suhu 800o
Dihaluskan dengan alu dan lumpang C selama 3 jam
Diayak hingga diperoleh abu cangkang keong mas dengan ukuran butir lolos ayakan 100 mesh
Dianalisa kandungan kalsium oksida menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)
Cangkang Keong Mas
Bagian yang tidak larut Filtrat
Filtrat Bagian yang tidak larut
Abu cangkang keong mas
(15)
3.3.2 Penentuan Larutan Seri Standar Zn2+
Dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml
Diencerkan dengan akuades hingga garis batas Dihomogenkan
Dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml
Diencerkan dengan akuades hingga garis batas Dihomogenkan
Dipipet sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 50 ml
Diencerkan dengan akuades hingga garis batas Dihomogenkan
Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer serapan
atom pada λspesifik = 213,9 nm Larutan Standar Zn2+ 1000 mg/L
Larutan Standar Zn2+ 100 mg/L
Larutan Standar Zn2+ 10 mg/L
Larutan Seri Standar Zn2+ 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L
(16)
3.3.3 Penentuan Larutan Seri Standar Ag+
Dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml
Diencerkan dengan akuades hingga garis batas Dihomogenkan
Dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml
Diencerkan dengan akuades hingga garis batas Dihomogenkan
Dipipet sebanyak 2,5; 5,0; 7,5; 10,0; dan 12,5 ml dan dimasukkan kedalam labu takar 50 ml
Diencerkan dengan akuades hingga garis batas Dihomogenkan
Larutan Standar Ag+ 1000 mg/L
Larutan Standar Ag+ 100 mg/L
Larutan Standar Ag+ 10 mg/L
Larutan Seri Standar Ag+ 0,0; 0,5; 1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 mg/L
(17)
3.3.4 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan Seri Standar Zinkum (Zn2+)
3.3.4.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko
Diambil 50 mL lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL
Diukur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3 Diukur absorbansi blanko Zn
3N 2+
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ= 213,9 nm
3.3.4.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Zn (Pengukuran Kurva Kalibrasi)
2+
Dipipet sebanyak 15 mL
Dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL Diatur pH-nya 3,5 dengan menambahkan H2SO4 Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan atom pada λ = 213,9 nm
3N
Catatan: - Dilakukan hal sama untuk larutan standar Zn2+ mg/L
0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0
-Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali Akuades
Hasil
Larutan Standar Zn2+ 0,2 mg/L
(18)
3.3.5 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan Seri Standar Argentum (Ag+)
3.3.5.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko
Diambil 50 mL lalu dimasukkan ke dalam beaker glass 250 mL
Diukur pH-nya 3,50 dengan penambahan HNO3 Diukur absorbansi blanko Ag
3N +
menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom pada λ= 328,1 nm
3.3.5.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Ag (Pengukuran Kurva Kalibrasi)
+
Dipipet sebanyak 15 mL
Dimasukkan ke dalam beaker glass 50 mL Diukur pH-nya 3,5 dengan menambahkan HNO3 Diukur absorbansinya dengan Spektrofotometer Serapan atom pada λ = 328,1 nm
3N
Catatan: - Dilakukan hal sama untuk larutan standar Ag+ mg/L
1,0; 1,5; 2,0; dan 2,5 - Perlakuan yang sama dilakukan sebanyak 3 kali
Akuades
Hasil
Larutan Standar Ag+ 0,5 mg/L
(19)
3.3.6 Adsorpsi Ion Zn2+
3.3.6.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan
Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas
Ditimbang sebanyak 1 gram
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer berisi larutan standar Zn2+ sebanyak 50 ml dengan variasi konsentrasi 1 ppm
Diaduk dengan magnetik stirer selama 30 menit Disaring
Diukur pH-nya hingga 3,50
Diukur absorbansinya dengan menggunakan Spektrofotometer
Serapan Atom pada λ
= 213,9 nm
Catatan: Dilakukan hal yang sama untuk variasi konsentrasi 2 ppm; 3 ppm; 4 ppm; dan 5 ppm.
Arang Aktif Cangkang Keong Mas
Residu
Hasil Filtrat
(20)
3.3.6.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum
Ditimbang sebanyak 1 gram
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer berisi larutan standar Zn2+ 2 ppm sebanyak 50 ml
Diaduk dengan magnetik stirer dengan variasi waktu kontak 30 menit
Disaring
Diukur pH-nya hingga 3,50 Diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer Serapan
Atom pada λ = 213,9 nm
Catatan: Dilakukan hal yang sama untuk variasi waktu kontak 45 menit, 60 menit, 75 menit, dan 90 menit
\
Arang Aktif Cangkang Keong Mas
Residu Filtrat
(21)
3.3.7 Adsorpsi Ion Ag+
3.3.7.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan
Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas
Ditimbang sebanyak 1 gram
Dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer berisi larutan standar Ag+ sebanyak 50 ml dengan variasi konsentrasi 1 ppm
Diaduk dengan magnetik stirer selama 30 menit Disaring
Diukur pH-nya hingga 3,50 Diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer serapan Atom pada λ = 328,1 nm
Catatan: Dilakukan hal yang sama untuk variasi konsentrasi 2 ppm; 3 ppm; 4 ppm; dan5 ppm
Arang Aktif Cangkang Keong Mas
Residu Filtrat
(22)
3.3.7.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum
Ditimbang sebanyak 1 gram
Dimasukkan ke dalam gelas Erlenmeyer berisi larutan standar Ag+ 3 ppm sebanyak 50 ml
Diaduk dengan magnetik stirer dengan variasi waktu kontak 30 menit
Disaring
Diukur pH-nya hingga 3,50 Diukur absorbansinya dengan menggunakan
spektrofotometer Serapan
Atom pada λ = 328,1 nm
Catatan: Dilakukan hal yang sama untuk variasi waktu kontak 45 menit, 60 menit, 75 menit, dan 90 menit
Arang Aktif Cangkang Keong Mas
Filtrat Residu
(23)
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Analisa Kandungan Abu Cangkang Keong Mas Menggunakan X-Ray Diffraction (XRD)
Karakterisasi kalsium oksida dalam serbuk cangkang keong mas dilakukan dengan menggunakan difraksi sinar X (XRD), dimana pola hasil difraksi yang dihasilkan dicocokkan dengan pola difraksi murni dari Joint Commite on Powder
Diffraction Standards (JCPDS). Dimana kandungan serbukcangkang keong mas
yang telah diaktivasi dengan H3PO4dan dikalsinasi pada suhu 8000
Tabel 4.1 Data 2Ө Senyawa Kalsium Oksida dari JCPDS
C adalah kalsium oksida yang dianalisa melalui pengamatan 2Ө (sudut antara berkas sinar difraksi dan berkas sinar transmisi).
Sampel Temperatur Dekomposisi
2Ө
Data JCPDS - 32,20 37,30 53,80 64,10 67,30 Abu Cangkang
Keong Mas
8000C 32,20 37,30 540 64,10 67,30
4.1.2. Pengukuran Ion Zinkum (Zn2+
Kondisi alat Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran ion zinkum (Zn
) 2+
) dapat dilihat pada tabel 4.2 dan data absorbansi larutan standar ion (Zn2+) dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.2 Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi ion zinkum (Zn2+)
No Parameter Ion Seng (Zn2+)
1 Panjang Gelombang (nm) 213,9 nm
2 Tipe Nyala Udara-C2H2
3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,0
(24)
5 Lebar Celah (nm) 0,7
6 Ketinggian Tungku (mm) 7
Tabel 4.3 Data Absorbansi Larutan Standar Ion Zinkum (Zn2+ Konsentrasi (mg/L)
) Absorbansi Rata-Rata (A)
0,0000 0,0000
0,2000 0,0871
0,4000 0,1562
0,6000 0,2264
0,8000 0,2976
1,0000 0,3649
4.1.3 Pengolahan Data Ion Zinkum (Zn2+
4.1.3.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square )
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar ion zinkum (Zn2+) pada Tabel 4.3 diplotkan terhadap konsentrasinya sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linear. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dan dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:
Tabel 4.4 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Ion Zinkum (Zn2+) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Zinkum (Zn2+)
No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0000 -0,5000 -0,1882 0,2500 354.10-4 0,0941 2 0,2000 0,0871 -0,3000 -0,1011 0,0900 102.10-4 0,0303 3 0,4000 0,1562 -0,1000 -0,0320 0,0100 10.10-4 0,0032 4 0,6000 0,2234 0,1000 0,0352 0,0100 12.10-4 0,0035 5 0,8000 0,2976 0,3000 0,1094 0,0900 120.10-4 0,0328 6 1,0000 0,3649 0,5000 0,1767 0,2500 312.10-4 0,0883 Σ 3,0000 1,1292 0,0000 0,0000 0,7000 910.10-4 0,2522 Keterangan :
X = Data konsentrasi larutan seri standar
Y = Data absorbansi yang ditentukan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom.
Nilai X dan Y dari data di atas dapat ditentukan dengan persamaan : �= ∑ ��
� =
3,0000
6 = 0,5 �= ∑ ��
� =
1,1292
(25)
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan: �= ��+�
Dimana: � =����� b = intersept
Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square sebagai berikut :
�= ∑(�� − �)(�� − �) ∑(�� − �)2
�
=
0,2522
0,7
� = 0,3603 Sehingga diperoleh harga slope (�) = 0,3603
Harga intersept (�) diperoleh melalui substitusi (�) ke persamaan berikut :
�= ��+� �=� − �� �= 0,1882−(0,3603)(0,5)
b = 0,1882 - 0,1802 b = 0,008
Sehingga diperoleh harga intersept (b) = 0,008
Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah : �= 0,3603�+ 0,008 4.1.3.2 Penentuan Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
�= ∑(�� − �)(�� − �) �∑(�� − �)2)(∑(�� − �)2)
r
=
0,2542 �(0,7000)(0,0926)�= 0,2522
(26)
Sehingga diperoleh harga dari koefisien korelasi (�) =0,9992
Gambar 4.1. Kurva kalibrasi larutan standar ion zinkum (zn2+) 4.1.3.3 Adsorpsi Ion Zinkum (Zn2+
4.1.3.3.1 Data Penentuan Konsentrasi Optimum
) Menggunakan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas
Penentuan konsentrasi optimum pada penelitian ini dilakukan mulai dari konsentrasi 1 ppm sampai konsentrasi 5 ppm. Data penentuan konsentrasi optimum dapat dilihat pada table 4.5 berikut:
4.5 Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Pada 3 kali Pengukuran
No Konsentrasi Awal
Konsentrasi Akhir (ppm)
(ppm) X1 X2 X3 �̅
1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2 1,0000 0,0419 0,0390 0,0363 0,0390
3 2,0000 0,0437 0,0349 0,0383 0,0390
4 3,0000 0,0607 0,0589 0,0586 0,0593
5 4,0000 0,1508 0,1456 0,1467 0,1476
6 5,0000 0,2746 0,2793 0,2669 0,2737
4.1.3.3.2 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum y = 0.3603x + 0.0080
r = 0.9992
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
0 0,2 0,4 0,6 0,8 1 1,2
A b so rb a n si R a ta -R a ta ( A )
(27)
Penentuan waktu pengadukan optimum pada penelitian ini dilakukan mulai dari waktu 30 menit sampai 90 menit, dimana konsentrasi larutan yang digunakan adalah 2 ppm (konsentrasi optimum). Data penentuan waktu pengadukan optimum dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut:
4.6 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum Adsorpsi pada 3 kali Pengukuran
No Waktu Pengadukan
Konsentrasi Akhir (ppm)
(menit) X1 X2 X3 �̅
1 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2 30 0,1724 0,01712 0,01726 0,01721
3 45 0,0184 0,0187 0,0192 0,0188
4 60 0,0443 0,0475 0,0480 0,0465
5 75 0,0607 0,0617 0,0592 0,0604
6 90 0,0835 0,0847 0,0854 0,0845
4.1.3.4 Persentase (%) Penurunan Kadar IonZinkum (Zn2+ Standar (Penentuan Persen (%) Adsorpsi)
) Dalam Larutan Persentase penurunan kadar ion Zn2+
Dari data hasilpengukuran yang terdapat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6, maka penentuan persen (%) adsorpsi pada berbagai perlakuan dapat ditentukan sebagai berikut:
dalam larutan standar setelah diadsorpsi dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:
%�������� =��������������� − �������������ℎ��
��������������� × 100%
1. Pada penentuan konsentrasi optimum (2 ppm) dengan kondisi waktu pengadukan selama 30 menit
%�������� =2,0000−0,0390
2,0000 × 100% = 98,05%
Data persen (%) adsorpsi pada penentuan konsentrasi optimum secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2A.
2. Pada penentuan waktu pengadukan optimum (waktu 45 menit) dengan konsentrasi larutan 2 ppm:
(28)
%�������� =2,0000−0,0188
2,0000 × 100% = 99,06%
Data persen (%) adsorpsi pada penentuan waktu pengadukan optimum secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2B.
4.1.4. Pengukuran Ion Argentum (Ag+
Kondisi alat spektrofotometer Serapan Atom (SSA) pada pengukuran Ion Perak (Ag
) +
) dapat dilihat pada tabel 4.9 dan data absorbansi larutan standar Ion Perak (Ag+) dapat dilihat pada tabel 4.10
Tabel 4.7 Kondisi Alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran konsentrasi Ion Argentum (Ag+)
No Parameter Ion Perak (Ag+)
1 Panjang Gelombang (nm) 328,1 nm
2 Tipe Nyala Udara-C2H2
3 Kecepatan Aliran Gas Pembakar (L/min) 2,0
4 Kecepatan Aliran Udara (L/min) 15,0
5 Lebar Celah (nm) 1,3
6 Ketinggian Tungku (mm) 7,5
Tabel 4.8 Data Absorbansi Larutan Standar Ion Argentum (Ag+) Konsentrasi (mg/L) Absorbansi Rata-Rata (A)
0,0000 0,0000
0,5000 0,0849
1,0000 0,1562
1,5000 0,2404
2,0000 0,3031
2,5000 0,4017
4.1.5 Pengolahan Data Ion Argentum(Ag+
4.1.5.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Least Square )
Hasil pengukuran absorbansi larutan seri standar Ion Argentum (Ag+) pada Tabel 4.10 diplotkan terhadap konsentrasinya sehingga diperoleh kurva kalibrasi berupa garis linear. Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi ini dapat diturunkan dengan metode Least Square dan dapat dilihat pada Tabel 4.11berikut:
Tabel 4.9 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan Konsentrasi Ion Argentum (Ag+) Berdasarkan Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Argentum (Ag+)
(29)
No Xi Yi (Xi-X) (Yi-Y) (Xi-X)2 (Yi-Y)2 (Xi-X)(Yi-Y) 1 0,0000 0,0000 -1,2500 -0,1977 0,2471 1,5625 0,0391 2 0,5000 0,0849 -0,7500 -0,1128 0,0846 0,5625 0,0127 3 1,0000 0,1562 -0,2500 -0,0415 0,0104 0,0625 0,0017 4 1,5000 0,2404 0,2500 0,0427 0,0107 0,0625 0,0018 5 2,0000 0,3031 0,7500 0,1054 0,0790 0,5625 0,0111 6 2,5000 0,4017 1,2500 0,2040 0,2550 1,5625 0,0416 Σ 7,5000 1,1863 0,0000 0,0001 0,6868 4,3750 0,1080 Keterangan :
X = Data konsentrasi larutan seri standar
Y = Data absorbansi yang ditentukan menggunakan alat spektrofotometer serapan atom.
Nilai X dan Y dari data di atas dapat ditentukan dengan persamaan : �= ∑ ��
� =
7,5000
6 = 1,25 �= ∑ ��
� =
1,1863
6 = 0,1977
Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan: �= ��+�
Dimana: � =��������� b = slope
Selanjutnya harga slope dapat ditentukan dengan menggunakan metode Least Square sebagai berikut :
�= ∑(�� − �)(�� − �) ∑(�� − �)2 � =0,6868
4,3750 � = 0,1570 Sehingga diperoleh harga slope (�) = 0,1570
Harga intersept (�) diperoleh melalui substitusi (�) ke persamaan berikut : �= ��+�
�=� − ��
(30)
b = 0,1977 - 0,1962
� = 0,0015 Sehingga diperoleh harga intersept (b) = 0,0015 Maka persamaan garis regresi yang diperoleh adalah :
�= 0,1570�+ 0,0015
4.1.5.2 Penentuan Koefisien Korelasi
Koefisien korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:
�= ∑(�� − �)(�� − �) �∑(�� − �)2)(∑(�� − �)2) � = 0,6868
�(4,3750)(0,108) �= 0,6868
0,6874= 0,9991 Sehingga diperoleh harga dari koefisien korelasi (�) = 0,9991
Gambar 4.2. Kurva kalibrasi larutan standar IonArgentum(Ag+ 4.1.5.3 Adsorpsi Ion Argentum (Ag
) +
4.1.5.3.1 Data Penentuan Konsentrasi Optimum
) Menggunakan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas
y = 0.157x + 0.0015 r = 0.9991
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45
0 0,5 1 1,5 2 2,5 3
A b so rb a n si R a ta -R a ta ( A )
(31)
Penentuan konsentrasi optimum pada penelitian ini dilakukan mulai dari konsentrasi 1 ppm sampai konsentrasi 5 ppm. Data penentuan konsentrasi optimum dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut:
4.10 Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi pada 3 kali Pengukuran
No
Konsentrasi Awal Konsentrasi Akhir
(ppm)
(ppm) X1 X2 X
�̅
3
1 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2 1,0000 0,0410 0,0403 0,0422 0,0412
3 2,0000 0,0210 0,0214 0,0219 0,0214
4 3,0000 0,0090 0,0116 0,0129 0,0110
5 4,0000 0,0685 0,0693 0,0702 0,0693
6 5,0000 0,1278 0,1283 0,1289 0,1283
4.1.5.3.2 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum
Penentuan waktu pengadukan optimum pada penelitian ini dilakukan mulai dari waktu 30 menit sampai 90 menit, dimana konsentrasi larutan yang digunakan adalah 2 ppm (konsentrasi optimum). Data penentuan waktu pengadukan optimum dapat dilihat pada Tabel 4.11 berikut:
4.11 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum Adsorpsi pada 3 kali Pengukuran
No Waktu Pengadukan
Konsentrasi Akhir (ppm)
(menit) X1 X2 X3 �̅
1 0 0,0000 0,0000 0,0000 0,0000
2 30 0,1683 0,1695 0,1710 0,1696
3 45 0,1457 0,1468 0,1460 0,1462
4 60 0,1197 0,1225 0,1231 0,1218
5 75 0,0974 0,0985 0,0992 0,0984
6 90 0,0687 0,0698 0,0715 0,0700
4.1.5.4 Persentase (%) Penurunan Kadar Ion Argentum (Ag+ Larutan Standar (Penentuan Persen (%) Adsorpsi)
) dalam
Persentase penurunan kadar ion Ag+ dalam larutan standar setelah diadsorpsi dapat ditentukan menggunakan persamaan berikut:
%�������� =��������������� − �������������ℎ��
(32)
Dari data hasil pengukuran yang terdapat pada Tabel 4.5 dan Tabel 4.6, maka penentuan persen (%) adsorpsi pada berbagai perlakuan dapat ditentukan sebagai berikut:
1. Pada penentuan konsentrasi optimum (3 ppm) dengan kondisi waktu pengadukan selama 30 menit.
%�������� =3,0000−0,0110
3,0000 × 100% = 99,63%
Data persen (%) adsorpsi pada penentuan konsentrasi optimum secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3A.
2. Pada penentuan waktu pengadukan optimum (waktu 90 menit) dengan konsentrasi larutan 3 ppm:
%�������� =3,0000−0,0700
3,0000 × 100% = 97,67%
Data persen (%) adsorpsi pada penentuan waktu pengadukan optimum secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3B.
4.2 Pembahasan
Aktivasi kimia yaitu unsur-unsur mineral dari persenyawaan kimia yang ditambahkan akan meresap ke dalam ruang adsorben dan membuka permukaan yang mula-mula tertutup oleh komponen kimia dalam adsorben sehingga luas permukaan yang aktif bertambah. H3PO4 berfungsi sebagai aktivator. Kemudian cangkang keong mas dikalsinasi suhu 8000C untuk mendapatkan kalsium oksida. Kalsium oksida yang merupakan kristal berwarna putih dapat dibuat dengan cara pemanasan batu kapur, batu koral dan cangkang-cangkang mollusca yang mengandung CaCO3
CaCO
dengan melepaskan karbon dioksida. Reaksinya sebagai berikut:
3 + panas CaO + CO2
Reaksi ini bersifat reversible, saat produk yang terbentuk menjadi dingin, terjadi penyerapan karbon dioksida dari udara, sehingga dikonversikan kembali menjadi kalsium karbonat.Reaksi ini disebut juga reaksi kalsinasi.
(33)
Berdasarkan karakterisasi menggunakan difraksi sinar-X, serbuk cangkang keong mas terbentuk CaO. Berikut ini pada Tabel 4.16 dapat dilihat data 2Ɵ untuk CaCO3
Tabel 4.12 Data 2Ө senyawa kalsium karbonat dan kalsium oksida dari JCPDS
dan CaO murni.
Sampel Temperatur Senyawa 2Ɵ
Data JCPDS - CaO 32,20 37,30 58,30 64,10 67,30 CaCO3 29,4 39,4
0 43,2 0 47,4 0 48,5 0 0 Serbuk Cangkang Keong Mas
8000C CaO 32,10 37,30 58,30 - -
CaCO3 - - - - -
Dari data di atas, terlihat bahwakalsium oksida dari cangkang keong mas dapat terbentuk pada suhu dekomposisi 800o
4.2.1 Adsorpsi Ion Zinkum (Zn
C selama 3 jam. Serbuk cangkang keong mas ini kemudian digunakan sebagai adsorben untuk menyerap logam.
2+
) dan Ion Argentum (Ag+
Serbuk cangkang keong mas yang digunakan untuk mengadsorpsi ion Zn
) dalam Larutan Standar Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea canaliculata l.)
2+
adalah serbuk cangkang keong mas yang telah dipanaskan pada suhu 800o
Pada penelitian ini, variasi konsentrasi untuk Zn
C selama 3 jam dengan ukuran serbuk yang lolos ayakan 100 mesh. Dimana proses adsorpsi dilakukan dengan variasi konsentrasi optimum penyerapan dan waktu kontak optimum penyerapan.
2+
dan Ag+
Berdasarkan data tersebut, maka persentase adsorpsi berbagai konsentrasi dapat kita gambarkan sebagai berikut:
yang digunakan pada proses adsorpsi adalah 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm.Volume larutan standar yang digunakan sebanyak 50 mL dengan berat adsorben 1 gram, pH larutan 3, dan waktu pengadukan 30 menit, dengan konsentrasi optimum dapat dilihat pada Tabel 4.5.
(34)
Gambar 4.4 Persen (%) adsorpsikadar ion Ag+ pada berbagai konsentrasi
Berdasarkan Gambar 4.3 dapat dilihat bahwa persen (%) Zn2+ yang teradsorpsi mengalami peningkatan penyerapan dari konsentrasi 1 ppm sampai 2 ppm, sedangkan pada konsentrasi 3 ppm sampai 5 ppm mengalami penurunan penyerapan. Hal ini dikarenakan jumlah adsorben yang digunakan sudah cukup optimum dan sesuai pada konsentrasi 2 ppm sehingga adsorbat tidak cukup untuk menjenuhkan adsorbennya. Pada Gambar 4.4 dapat dilihat persen (%) Ag+ yang teradsorpsi mengalami peningkatan penyerapan dari konsentrasi 1 sampai 3 ppm sedangkan pada konsentrasi 4 ppm dan 5 ppm mengalami penurunan konsentrasi. Hal ini dikarenakan jumlah adsorben yang digunakan sudah cukup optimum dan
94 94,5 95 95,5 96 96,5 97 97,5 98 98,5
0 1 2 3 4 5 6
A d so rp si ( %)
Konsentrasi Awal (ppm)
95,5 96 96,5 97 97,5 98 98,5 99 99,5 100
0 1 2 3 4 5 6
A d so rp si ( %)
(35)
sesuai pada konsentrasi 3 ppm sehingga adsorbat tidak cukup untuk menjenuhkan adsorbennya.
Penentuan waktu kontak optimum dalam proses adsorpsi sangat penting untuk dilakukan, karena waktu kontak antara adsorben dan adsorbat dapat mempengaruhi kesetimbangan dan kestabilan CaO terhadap Zn2+dan Ag+
Gambar 4.5 Persen (%) adsorpsi kadar ion (Zn
yang tersisa dalam larutan. Pada penelitian ini, variasi waktu yang digunakan pada proses adsorpsi adalah 30, 45, 60, 75, dan 90 menit. Volume Larutan Standar yang digunakan sebanyak 50 mL dengan berat adsorben 1 gram, dengan waktu pengadukan optimum dapat dilihat pada tabel 4.5 dan tabel 4.12. Berdasarkan data tersebut,maka persentase adsorpsi pada berbagai waktu pengadukan dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6 berikut:
2+ kontak
) pada berbagai waktu
Gambar 4.6 Persen (%) adsorpsikadar ion Ag+ pada berbagai waktu kontak 90 92 94 96 98 100
0 20 40 60 80 100
A d so rp si ( %)
Waktu Pengadukan (menit)
94 94,5 95 95,5 96 96,5 97 97,5 98
0 20 40 60 80 100
A d so rp si ( %)
(36)
Berdasarkan Gambar 4.5 dan gambar 4.6, dapat kita ketahui bahwa untuk ion Zn2+ waktu pengadukan selama 30 menit dapat menyerap ion Zn+ sebesar 91,40 % dan mencapai waktu kontak optimum pada waktu 45 menit yaitu dengan penyerapan 99,06%. Sedangkan pada pada waktu kontak 60, 75 dan 90 menit didapatkan penurunan penyerapan. Kemudian untuk ion Ag+ waktu pengadukan selama 30 menit dapat menyerap ion Ag+ sebesar 94,35 % dan mencapai optimum pada waktu 45 menit yaitu dengan penyerapan 97,67 %. Sedangkan pada pada waktu kontak 60, 75 dan 90 menit didapatkan penurunan penyerapan.Hal ini dikarenakan permukaan aktif adsorben sudah cukup jenuh dan interaksi antara adsorben dan adsorbat yang lemah sehingga menyebabkan ion logam terlepas dari permukaan adsorben.
4.2.2 Interaksi Serbuk Cangkang Keong Mas dengan Ion Zinkum (Zn2+ Argentum (Ag
) dan +
Dengan pemanasan pada suhu kalsinasi yang sesuai, maka kalsium karbonat tersebut dapat diubah menjadi kalsium oksida.Struktur CaO adalah bentuk kubik heksagonal dimana ada kisi-kisi di dalamnya terselingi oleh ion H
)
+ , Na+
Mekanisme reaksi yang melibatkan bentuk oksida pada logam yang bereaksi dengan air adalah:
dan lain-lain. Besarnya penyerapan abu cangkang keong mas disebabkan struktur abu yang terbuka akibat dari pemanasan pada suhu tertentu sehingga pori-pori abu cangkang berpotensi untuk menyerap ion-ion logam.
CaO(s) + H2O(aq)→ Ca(OH)
Selanjutnya mekanisme yang terjadi adalah adsorpsi terhadap ion Zn 2(s)
2+
. Adanya proses adsorpsi ion Zn2+oleh adsorben ini disertai dengan pelepasan ion H+,karena proses adsorpsi terjadi prinsip pertukaran ion (ion exchange). Ion H+
Ca(OH)
pada bentuk hidroksida akan mudah lepas dan mengakibatkan ion seng akan terikat dan teradsorpsi secara kuat. Reaksinya adalah sebagai berikut:
2(s) + 2Zn2+ → Ca(OZn)2(s) + 2H+
Mekanisme reaksi antara oksida pada logam yang bereaksi dengan air terhadap ion Ag
(aq)
+
Ca(OH)
yang terjadi akibat gaya Van Der Waals,selanjutnya terjadi pertukaran ion (ion exchange). Reaksinya adalah sebagai berikut:
(37)
Dari interaksi antara serbuk cangkang keong mas dengan ion logam Zn2+ dan Ag+ dapat disimpulkan bahwa serbuk cangkang keong mas mampu menyerap dan menurunkan kadar ion logam Zn2+ dan Ag+. Hal ini terjadi karena serbuk cangkang keong mas memiliki kandungan CaO yang bersifat elektronegatif sehingga mampu menyerap ion logam yang bermuatan positif seperti ion Zn2+ , Ag+,Cd2+,Ni2+,Fe3+, Cu2+ dan ion logam lainnya.
(38)
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang diperoleh pada penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Serbuk Cangkang Keong Mas yang telah
diaktivasimengandungkalsiumoksida, sesuaidarikarakterisasiCaOdengan XRD menunjukkanpoladifraksi yang mendekati difraksi CaO standar (JCPDS). 2. Serbuk Cangkang keong mas yang telah diaktivasi pada suhu 800oC selama 3
jam dapat digunakan untuk mengadsorpsi ion logam zinkum (Zn2+) dan ion logam argentum (Ag+) dalam larutan, dimana persentase penyerapan untuk ion logam zinkum (Zn2+) adalah sebesar 98,05% dan untuk ion logam argentum (Ag+) adalah sebesar 99,63% dengan waktu pengadukan optimum selama 45 menit.
5.2 Saran
Untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan agar diaplikasikan untuk penyerapan ion logam pada limbah cair dan serbuk cangkang keong mas dapat dibuat dengan sampel lainnya yang mengandung CaCO3.
(39)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keong Mas
Keong mas atau siput murbei atau siput emas (pomacea sp.) adalah salah satu jenis keong air tawar yang berasal dari benua Amerika, khusunya dari Amerika Utara dan Amerika Selatan. Keong mas ini awalnya dimasukkan ke Asia sebagai menu makanan orang lokal dan juga berpotensi untuk produk eksport lalu hama ini dilepaskan begitu saja (Cowie, 2005)
Kehadiran siput murbei pertama kali di Indonesia hinga kini belum diketahui dengan pasti.Menurut Direktorat perlindungan Tanaman, siput murbai masuk ke Indonesia pada tahun 1980. Kemudian pada tahun tersebut siput murbai telah dijual belikan sebagai ikan hias di Yogyakarta. Pada tahun-tahun berikutnya siput murbei telah tersebar luas di beberapa propinsi di Indonesia (Pitojo, 1996).
Pada tahun 1990Menteri pertanianmengeluarkan peraturan larangan untukmengembangbiakkan keong mas disekitar lahan sawah. Berita di media massatentang serangan keong mas pada pertanaman padi di lahan sawah muncul sejak1995. Karena itu, pada tahun 1996 MenteriPertanian mengeluarkan peraturan baruyang berisi instruksi kepada semua Gubernur untuk melarang pembiakan keong mas. Sebagian dari keong mas yang lepas ke sawah berkembangbiak dengan cepat.Habitat sawah sesuai bagi perkembangan keong mas dan populasinya meningkatdalam waktu yang relatif cepat, sehingga cepat pula merusak tanaman padi. Olehkarena itu, keong mas telah berubah status dari hewan peliharaan menjadi hama padi.Pada tingkat serangan yang berat, keong mas mampu merusak banyak rumpuntanaman padi, sehingga petani harusmenyulam atau mananam ulang. Luas arealpertanaman padi yang dirusak keong mas pada tahun 2007 mencapai lebih dari22.000 ha (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, 2008).
(40)
Gambar 2.1 Keong mas (Pomacea canaliculata L.) Klasifikasi ilmiah keong mas adalah sebagai berikut:
Phylum : Mollusca
Klas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda Family : Ampullaraiidae Genus : Pomacea Spesies : Pomacea sp. (Adalla dan Rejesus, 1989).
Keong mas dewasa memiliki cangkang yang berdiameter sekitar 4 cm dan berat 10-20 gram. Pertumbuhan cangkang dipengaruhi ketersediaan kalsium sebagai bahan pembentuk cangkang. Selain itu, lingkungan yang kaya dengan zat-zat makanan akan membentuk cangkang yang lebih besar, tebal dan kuat. Hewan ini dapat hidup 2-6 tahun dengan fertilitas yang tinggi (Sulistiono, 2007).
2.2 Kalsium Oksida
Kalsium oksida, juga dikenal sebagai caustic lime, berwujud kristal putih. Kalsium oksida dibuat dengan cara memanaskan kalsium karbonat pada suhu 500-600 C, terdekomposisi menjadi oksida dan karbon dioksida. Reaksinya adalah:
CaCO3(s) CaO(s) + CO
Reaksi ini bersifat reversible, saat produk yang terbentuk menjadi dingin, terjadi penyerapan karbon dioksida dari udara, sehingga dikonversikan kembali menjadi kalsium karbonat. Reaksi ini disebut juga reaksi kalsinasi.
(41)
Kalsium oksida banyak digunakan di industri, misalnya dalam pembuatan porselen dan kaca, pemurnian gula, kalsium karbida, kalsium sianamat, dan pembuatan semen. Dalam bidang agrikultur, kalsium oksida berguna untuk mengasamkan tanah. Dalam bidang organik, kalsium oksida bermanfaat dalam beberapa reaksi, seperti pembuatan gas metana secara sederhana dari sodium asetat. Kalsium oksida juga digunakan untuk melepaskan atau memindahkan gugus karboksil dari asam karboksilat aromatik, seperti asam benzoat dan asam salisilat.
Kalsium oksida, jika direaksikan dengan air akan membentuk kalsium hidroksida. Selama reaksi berlangsung, panas berlebih dikeluarkan. Reaksinya
adalah CaO + H2O Ca(OH)2
Panas yang dihasilkan dari rekasi ini dapat berguna sebagai sumber panas untuk berbagai kebutuhan.
+ Panas
Kalsium oksida juga bereaksi dengan garam ammonium atau dengan protein membentuk gas ammonia.Selain kalsium oksida juga dapat bereaksi dengan asam, namun bukan dalam bentuk oksidanya, melainkan harus dalam bentuk kalsium hidroksida, sehingga harus direaksikan dengan air terlebih dahulu.
Kalsium adalah sebua 20. Mempunyai massa atom 40.078 amu. Kalsium merupakan salah sat
2.3 Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, terletak di sudut kanan bawah system periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S, dan bernomor atom 22 sampai 92 periode 4 sampai. Dalam perairan, logam berat dapat ditemukan dalam bentuk terlarut dan tidak terlarut. Logam berat terlarut ialah logam yang membentuk kompleks dengan senyawa organik dan anorganik, sedangkan logam berat yang tidak terlarut merupakan partikel-partikel yang berbentuk koloid dan senyawa kelompok metal yang teradsorbsi pada partikel-partikel yang tersuspensi (Purnama, 2009).
(42)
2.4 Zinkum (Zn)
Zinkum (Zn) adalah komponen alam yang terdapat dikerak bumi. Zn adalah logam yang memiliki karakteristik cukup reaktif, berwarna putih-kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang. Zn dapat bereaksi dengan asam, basa, dan senyawa nonlogam.Zn memiliki nomor atom 30 dan memiliki titik lebur 419,73oC. Seng (Zn) di alam tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk terikat dengan unsur lain berupa mineral.Mineral yang mengandung Zn di alam bebas antara lain kalamin,
franklinit, smithsonit, willenit, dan zinkit. Sumber Zn adalah biji biji Zn berupa sphalerit (sulfit), smithsonit (karbonat), kalamin (silikat), franklinit (Zn, Mn
Fe-oksida). Logam Zn yang masuk mencemari laut dari hasil proses geologi sebesar 370 metrik ton/tahun, sedangkan dari kegiatan manusia mencapai 3.430 metrik ton/tahun (Widowati, W. 2008)
2.4.1 Efek Toksik Zinkum (Zn)
Logam Zn sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi.Meskipun Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosis tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksik. Zn yang berlebih dan dicampurkan dalam makanan dapat menyebabkan hidrosefalus pada hewan uji tikus dan juga akan mempengaruhi metabolisme dalam perkembangan mesoderm untuk rangka.
Konsumsi Zn berlebih mampu mengakibatkan defesiensi mineral lain. Toksisitas Zn bisa bersifat akut dan kronis. Intake Zn 150 - 450 mg/hari mengakibatkan penurunan kadar Cu, pengubahan fungsi Fe, pengurangan imunitas tubuh, serta pengurangan kadar high density lipoprotein (HDL) kolesterol.
The National Academy of Sciences menetapkan dosis tertinggi zn yang
(43)
bulan adalah sebesar 4 mg, anak umur 7 – 12 bulan sebesar 5 mg, anak umur 1 – 3 tahun sebesar 7 mg, anak umur 4 – 8 tahun sebesar 12 mg, umur 9 – 13 tahun sebesar 23 tahun, umur 14 – 18 tahun sebesar 34 mg, umur > 19 tahun dan ibu hamil sebesar 40 mg (Widowati, 2008).
2.5 Argentum (Ag)
Perak adalah suatu unsur kimia dalam table periodik yang memiliki lambang Ag dan nomor atom 47.Lambangnya berasal dari bahasa Latin, yaitu Argentum.Perak merupakan logam yang terbentuk dan selalu bersama-sama dengan logam emas, yang mempunyai warna putih, lunak, mengkilap dan memiliki konduktivitas listrik dan panas tertinggi di seluruh logam
2.5.1 Efek Toksik Argentum (Ag)
Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya sangat berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa-senyawanya yang dapat larut) di udara jangan sampai melebihi 0,01 g/m3 (berdasarkan 8 jam rata-rata, selama 40 jam per minggu). Senyawa-senyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh.Sebuah kondisi (argyria) dapat menimbulkan pigmen-pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous.Perak memiliki sifat-sifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang besar
2.6 Adsorpsi
Adsorpsi atau penyerapan adalah pembentukan lapisan gas pada permukaan padatan atau kadang-kadang cairan. Dalam proses adsorpsi ada zat yang terserap pada suatu permukaan zat lain yang disebut adsorbat, sedangkan zat yang permukaannya dapat menyerap zat lain disebut adsorben. Adsorpsi berbeda dengan absorpsi, sebab pada proses absorpsi zat yang terserap menembus ke
(44)
dalam zat penyerap. Secara kimia absorpsi adalah masuknya gas ke dalam padatan atau larutan, atau masuknya cairan ke dalam padatan. Sedangkan secara fisika, absorpsi adalah perubahan energi radiasi elektromagnetik, bunyi, berkas partikel, dan lain-lain ke dalam bentuk energy lain jika dilewatkan pada suatu medium.bila foton diserap akan terjadi suatu peralihan ke keadaan tereksitasi (Daintith, 1994).
2.7 Difraksi Sinar X
Difraksi sinar x atau x-ray diffraction (XRD) adalah suatu metode analisa yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa kristalin dalam material dengan cara menentukan parameter struktur kisi serta untuk mendapatkan ukuran partikel. Profil XRD juga dapat memberikan data kualitatif dan semi kualitatif pada padatan atau sampel. Difraksi sinar x ini digunakan untuk beberapa hal, diantaranya:
- Pengukuran jarak rata-rata antara lapisan atau baris atom - Penentuan Kristal tunggal
- Penentuan struktur Kristal dari material yang tidak diketahui - Mengukur bentuk, ukuran, dan tegangan dalam dari kristal kecil
2.8 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
Peristiwa serapan atom pertama kali oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spektrum matahari.Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analis adalah seorang Australia bernama Alan Wish pada tahun 1955.Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analisa spektrografik. Beberapa cara ini sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan spektroskopi serapan atom atau atomic
(45)
2.8.1 Prinsip Dasar Spektofotometer Serapan Atom
Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung atom-atom bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap, dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan dasar penentuan kualitatif logam-logam dengan menggunakan SSA (Walsh, 1955).
2.8.2 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)
A B C D E F
Gambar 2.2 Skema peralatan ringkas Spektrofotometer Serapan Atom Keterangan gambar:
A = Lampu Katoda Berongga B = Nyala
C = Monokromator D = Detektor E = Amplifier
F = Rekorder (Sumber: Purworini, 2006)
2.7.3 Cara Kerja Spektrofotometer Serapan Atom
Cara kerja spekrofotometer serapan atom ini adalah berdasarkan atas penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorpsi radiasi dari sumber cahaya yang dipancarkan dari lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung unsur yang akan ditentukan. Banyaknya penyerapan radiasi kemudian diukur pada panjang gelombang tertentu menurut jenis logamnya (Darmono, 1955).
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala lampu maupun dengan tungku.Untuk mengubah unsur-unsur metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-benar terkendali dengan sangat
(46)
hati-hati agar proses atomisasinya sempurna. Ionisasi harus dihindarkan dan ini dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Suatu tipe atomizer nyala, bahan bakar dan gas oksidator dimasukkan ke dalam gas pencampur kemudian dilewatkan menuju pembakar. Sampel dihisap masuk ke kamar pencampur. Nyala akan dihasilkan. Pada proses atomisasi tanpa nyala, sampel diletakkan pada batang grafit yang porosnya horizontal atau pada logam tantalum yang berbentuk pita. Pada tungku grafit temperatur dapat dikendalikan secara elektris.Biasanya temperatur dinaikkan secara bertahap untuk menguapkan dan sekaligus mendisosiasi senyawa yang dianalisis (Khopkar, 1984).
(47)
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1LatarBelakang
Keong mas (Pomaceacanaliculata
l)merupakansalahsatukomoditassumberdayaalam di Indonesia yang
melimpahpadaperairan air tawardansebagianbesarbelumdimanfaatkansecara optimal.KeongmastermasukdalamgolonganMollusca, mempunyaitubuhlunak yang dilindungiolehcangkang yang keras.Keong masberkembangbiakdengancepat, sumbermakanannyamelimpahdanresistenterhadappenyakit (Puspitasari, 2007).
Pambudi (2011), mendapatkanbahwakomponenpenyusuncangkangkeong mas adalah CaCO3
Komposisipadacangkangkeong mas hamper samadenganjenishewanmolluscalainnya. Cangkangkeongmas hamper seluruhnyadarikalsiumkarbonat. Kalsiumfosfat, silikat, magnesium karbonat, besidanzat organik lainnyamembentuksisakomposisi protein struktural, dansenyawafosfor (P) (Gosu, 2011).Secarakimiaabucangkangkeong mas terdiridarioksidalogamberupa 61,95% CaO, 10-20% SiO
denganrendemen 53,10%.
2, 3,15% Fe2O3, 0,18% MgO, 4,81% Al2O3, 0,03% SO3, 0,05% K2O, 0,04% Na2O, 0,01% P2O5, 0,01% MnO3dan 0,01% TiO2
Pemanfaatan cangkangkeong mas
sebagaiadsorbentelahdilakukanolehKamaludkk., (2011). Penelitiantersebutmengenaipemutihanataupenghilanganwarnaminyakintisawitment
ahmenggunakancangkangkeong mas yang diaktifkansebagaiadsorbenberdasarkanvariasimassacangkangkeong masaktif,
suhudanwaktukontakpemutihan.Cangkangkeong
masaktifmemberikanpenghilanganwarnatertinggipadaminyakintisawitmentahdenga (Etukdkk., 2012). Dari kandungankimiatersebut, makacangkangkeongmasdapatdimanfaatkansebagaiadsorbenpada proses adsorpsi.
(48)
npenguranganwarna99,24% padasuhu200°Cdanwaktukontak45 menit. Olehkarenaitu, cangkangkeongmas yang diaktifkanefektifsebagaiadsorben.
Logamberat ialah unsure logam dengan berat molekul yang tinggi. Dalam kadar rendah logam berat pada umumnya sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia (Notohadipawiro, T. 1993).
Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di dalamnya hinga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa juga terjadi apabila suatu lingkungan terutama perairan telah terkontaminasi logam berat maka proses pembersihannya akan sulit sekali dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau factor manusia seperti pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses industri, kegiatan pertanian, peternakan, dan kehutanan, serta limbah buangan termasuk sampah rumahtangga (Putra, E. Sinlydan Putra, A. Johan 2000).
Berbagai upaya untuk mengatasi limbah logam berat telah dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya dengan menggunakan adsorben. Beberapa penelitian antara lain telah dilakukanoleh Anna H. M. Simanullang (1998) dengan memanfaatkan cangkang kemiri, yang dilakukan dengan merendamnya dalam H3PO4 85% kemudian dilakukan pemanasan pada suhu 500 oC kemudian digunakan untuk menyerap logam krom, hasilnya menunjukkan semakin tinggi konsentrasi awal ion logam dalam cairan maka persentase ion logam yang terserap dalam adsorben semakin meningkat. Krisnawati dkk. (2003) menggunakan cangkang telur bebek yang telah diaktivasi pada suhu 600oC untuk menyerap logam ion Cd2+, dan adsorpsi paling maksimum sebesar 64,6667% pada jumlah adsorben 1,5 gram. Hanjaya dkk. (2013) menggunakan adsorben kitin terfosforilasi dari limbah cangkang bekicot (Achatinafulica) untuk mengadsorpsi ion Cd2+, hasil dari penelitian ini diperoleh kondisi optimum adsorpsi ion Cd2+
Dari hasil penelitian terdahulu tentang penggunaan berbagai adsorben sebagai bahan penyerap logam, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang pemanfaatan limbah cangkang keong mas (Pomacea canaliculata L.) yang telah oleh kitin terfosforilasi terjadi pada pH 4 dan waktu kontak 60 menit dengan persen adsorpsi masing-masing 92,3% dan 75,3 %.
(49)
dikalsinasi (CaO) sebagai adsorben, karena selama inipemanfaatan keong mas masih sangat terbatas. Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian tentang penyerapan ion Ag+ dan ion Zn2+ menggunakan cangkang keong mas (Pamacea
canaliculata l.) yang telah didekomposisi selama 3 jam pada temperatur 800 oC kemudian dihaluskan sehingga menghasilkan serbuk cangkang keong mas dengan ukuran butir lolos ayakan 100 mesh. Penyerapan ion Cd2+ dilakukan dengan variasi konsentrasi dan waktu kontak adsorben terhadap larutan yang mengandung logam Ag+ dan logam Zn2+. Penentuan kadar ion Ag+ dan ion Zn2+ sebelum dan setelah diadsorpsi dilakukan dengan menggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).
1.2. Permasalahan
Berapakah konsentrasi optimum dan waktu pengadukan optimum untuk penyerapan ion Ag+dan ion Zn2+ menggunakan serbuk cangkang keong mas.
1.3. PembatasanMasalah
Dalampenelitianinimasalahdibatasipada:
- Cangkang keong mas diperoleh dari daerah Kampung Susuk IV - Temperatur dekomposisi cangkang keong mas adalah 800 o - Aktivasi yang digunakanadalah secara kimia dengan H
C selama 3 jam 3PO4
- Ukuran serbuk keong mas yang digunakanadalah serbuk yang lolos ayakan 100 mesh
10% sebagai aktivator
(50)
Tujuandaripenelitianiniadalah untuk mengetahui konsentrasi optimum dan waktu pengadukan optimum penyerapan ion Ag+ dan Zn2+ menggunakan adsorben CaO dari serbuk cangkang keong mas yang diaktivasisecarakimiaoleh H3PO4 10%.
1.5. ManfaatPenelitian
Memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat umum, mahasiswa, maupun industri mengenai pemanfaatan keong mas yang dapat digunakan sebagai adsorben alternatif serta untuk lebih memanfaatkan bahan-bahan yang selama ini dianggap sebagai hama.
1.6. LokasiPenelitian
Penelitianinidilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU Medan, analisa kualitatif kalsium oksida menggunakanX-Ray Diffraction (XRD) di Laboratorium Fisika Umum UNIMED dan analisa ion Ag+ dan ion Zn2+ dengan mengguanakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) di Balai Riset Standarisasi Nasional (BARISTAN) Medan.
1.7. MetodologiPenelitian
1. Penelitianinimerupakaneksperimenlaboratorium.
2. Sampel cangkang Keong Mas diambil secara acak dari daerah Kampung Susuk IV.
3. Destruksi sampel cangkang Keong mas dilakukan dengan destruksi kering yang dilarutkan dengan H3PO4
4. Penentuan kadar logam Ag dan Zn dilakukan dengan metode Spektofotometer 10%.
Serapan Atom pada panjang gelombang (λ) maksimum 328,1 nm untuk Ag dan 213,9 nm untuk Zn.
(51)
STUDI PEMANFAATAN KALSIUM OKSIDA (CaO)
DARI SERBUK CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata l.)SEBAGAI ADSORBEN
TERHADAP ION ZINKUM (Zn
2+ION ARGENTUM (Ag
) DAN
+
)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai studi pemanfaatan kalsium oksida (CaO) dari serbuk cangkang keong mas (Pomacea canaliculata l.) sebagai adsorben terhadap ion seng (Zn2+) dan ion perak (Ag+).Pada penelitian ini serbuk cangkang keong mas dipreparasi dengan dihaluskan pada ukuran partikel lolos ayakan 100 mesh, diaktivasi dengan H3PO4dan dipanaskan pada suhu 800oC selama 3 jam, kemudian kalsium oksida dikarakterisasi menggunakan Difraksi Sinar-X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses adsorpsi, diperoleh persentase optimum penyerapan untuk ion zinkum (Zn2+) sebesar 98,05 %, ion argentum (Ag+) sebesar 99,63 % dan waktu pengadukan optimum selama 45 menit.
(52)
STUDY OF THE USE CALCIUM OXIDE (CaO) FROM SNAILSHELL (Pomacea canaliculata l.) POWDER
AS AN ADSORBENT OF ZINC (Zn2+ ION AND ARGENTUM (Ag
) +
) ION ABSTRACT
The use of calcium oxide (CaO) from snailshell powder as an adsorbent to Zinc (Zn2+) ion and Silver (Ag+) ion has been studied. In this research eggshell powder prepared by mashed on the particle size of 100 mesh pass sieves, activated by H3PO4 and heated at a temperature of 800oC for 3 hours. Then calcium oxide are characterized by X-Ray Diffraction. The results showed that in process of
adsorption, obtained the optimum percentage to Zinc (Zn2+) ion of 98.05 % and Argentum (Ag+) ion 99,63 % and optimum contact time for 45 minutes.
(53)
STUDI PEMANFAATAN KALSIUM OKSIDA (CaO)
DARI SERBUK CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata l.) SEBAGAI
ADSORBEN TERHADAP ION
ZINKUM (Zn
2+ARGENTUM (Ag
)DAN ION
+
)
SKRIPSI
GANI SIMANJUNTAK
100802023
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(54)
STUDI PEMANFAATAN KALSIUM OKSIDA (CaO)
DARI SERBUK CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea Canaliculata L.)SEBAGAI
ADSORBEN TERHADAP ION
ZINKUM (Zn
2+ARGENTUM (Ag
) DAN ION
+
)
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana sains
GANI SIMANJUNTAK 100802023
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2016
(55)
PERSETUJUAN
Judul : Studi Pemanfaatan Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang Keong Mas (Pomacea canaliculata l.) Sebagai Adsorben Terhadap Ion Zinkum (Zn2+) dan Ion Argentum (Ag+
Kategori :Skripsi )
Nama : Gani Simanjuntak
NIM : 100802023
Program Studi : Sarjana (S1) Kimia Departemen : Kimia
Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara
Disetujui di
Medan, Januari 2016
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2, Pembimbing 1,
Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc NIP. 195308171983031002 NIP.195504051983031002
Disetujui oleh :
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr. Rumondang Bulan Nst, MS. NIP. 195408301985032001
(56)
PERNYATAAN
STUDI PEMANFAATAN KALSIUM OKSIDA (CaO)
DARI SERBUK CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata l.)SEBAGAI ADSORBEN
TERHADAP ION ZINKUM (Zn
2+ION ARGENTUM (Ag
) DAN
+
)
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Januari 2016
GANI SIMANJUNTAK 100802023
(57)
STUDI PEMANFAATAN KALSIUM OKSIDA (CaO)
DARI SERBUK CANGKANG KEONG MAS
(Pomacea canaliculata l.)SEBAGAI ADSORBEN
TERHADAP ION ZINKUM (Zn
2+ION ARGENTUM (Ag
) DAN
+
)
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian mengenai studi pemanfaatan kalsium oksida (CaO) dari serbuk cangkang keong mas (Pomacea canaliculata l.) sebagai adsorben terhadap ion seng (Zn2+) dan ion perak (Ag+).Pada penelitian ini serbuk cangkang keong mas dipreparasi dengan dihaluskan pada ukuran partikel lolos ayakan 100 mesh, diaktivasi dengan H3PO4dan dipanaskan pada suhu 800oC selama 3 jam, kemudian kalsium oksida dikarakterisasi menggunakan Difraksi Sinar-X. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses adsorpsi, diperoleh persentase optimum penyerapan untuk ion zinkum (Zn2+) sebesar 98,05 %, ion argentum (Ag+) sebesar 99,63 % dan waktu pengadukan optimum selama 45 menit.
(58)
STUDY OF THE USE CALCIUM OXIDE (CaO) FROM SNAILSHELL (Pomacea canaliculata l.) POWDER
AS AN ADSORBENT OF ZINC (Zn2+ ION AND ARGENTUM (Ag
) +
) ION ABSTRACT
The use of calcium oxide (CaO) from snailshell powder as an adsorbent to Zinc (Zn2+) ion and Silver (Ag+) ion has been studied. In this research eggshell powder prepared by mashed on the particle size of 100 mesh pass sieves, activated by H3PO4 and heated at a temperature of 800oC for 3 hours. Then calcium oxide are characterized by X-Ray Diffraction. The results showed that in process of
adsorption, obtained the optimum percentage to Zinc (Zn2+) ion of 98.05 % and Argentum (Ag+) ion 99,63 % and optimum contact time for 45 minutes.
(59)
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Sains pada jurusan Kimia di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak tersayang M. Simanjuntak dan Ibunda tercinta R. Tampubolon yang telah memberikan kasih sayang dan doa yang tiada terhingga serta telah memberikan dukungan moral dan material sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sampai sekarang. Serta tak lupa pula saudara-saudara tercinta abang saya Helon Simanjuntak, kakak saya Theodora Simanjuntak serta adik saya Dina Simanjuntak dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis.
Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak Prof. Dr. Zul Alfian, M.Sc selaku dosen pembimbing 1 dan Bapak Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill selaku dosen pembimbing 2 yang telah tulus dan sabar dalam membimbing dan memberikan arahan serta saran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku ketua dan sekretaris departemen Kimia FMIPA USU. Kepada Bapak Dr, Mimpin Ginting, MS selaku dosen wali yang telah memberikan bimbingan demi kelancaran kuliah penulis, serta seluruh staff pengajar jurusan kimia dan seluruh pegawai FMIPA USU Medan yang telah memberikan ilmu, nasehat dan membantu penulis selama menjadi mahasiswa.
Terima kasih juga Kepada seluruh keluarga besar Analitik USU dan keluarga besar LIDA USU yang telah memberikan segala fasilitas terbaik selama penelitian, teman-teman angkatan 2010 (terkhususnya teman-teman terbaik Dedi Donovan, Dedy Milala, Roympus Manalu, Mars Siburian, Ricky Sitinjak, Abdi Surbakti, Thamrin Pakpahan, dll) adik-adik 2011 (Cholik Doloksaribu, Juanda Pasaribu, Sahat Sihaloho, Swardi Sinaga, Handes Hutahaean, dll), 2012, dan 2013 (terkhususnya Rima Lubis) dan teman-teman penulis lainnya, terima kasih untuk persahabatan yang luar biasa dan memberikan semangat kepada penulis, serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan studi di sini. Untuk itu semua, semoga Tuhan membalasnya diakhir kelak. Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan masukan utuk kesempurnaan skripsi ini agar dapat bermanfaat bagi kita semua.
(60)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Lokasi Penelitian 4
1.7 Metodologi Penelitian 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Keong mas 5
2.2 Kalsium Oksida 6
2.3 Logam Berat 7
2.4 Zinkum (Zn) 8
2.4.1 Efek Toksik Zinkum 8
2.5 Argentum (Ag) 9
2.5.1 Efek Toksik Argentum 9
2.6 Adsorpsi 10
2.7 Difraksi Sinar X 10
2.8 Spektrofotometer Serapan Atom 11 2.8.1 Prinsip Dasar Spektrofotometer Serapan Atom 11 2.8.2 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom 11 2.8.3 Cara Kerja Spektrofotometer Serapan Atom 12 Bab 3 Metode Penelitian
3.1Alat dan Bahan 13
3.1.1 Alat 13
3.1.2 Bahan 14
3.2 Prosedur Penelitian 14
3.2.1 Preparasi dan Karakterisasi CaO dari Cangkang 14 Keong Mas
(61)
3.2.2.1 Pembuatan H3PO4 3.2.2.2 Pembuatan Larutan HNO
10 % 14
3 3.2.2.3 Pembuatan Larutan H
3N 15
2SO4 3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Zn
3N 15
2+ 3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Zn
15 2+
3.2.3.3 Pembuatan Larutan Standar Zn
100 mg/L 15 2+
3.2.3.4 Pembuatan Seri Larutan Standar Zn
10 mg/L 15 2+
0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L 15 0,0; 0,2;
3.2.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Zn2+ 3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Ag
16 +
3.2.4.1 Pembuatan Larutan Standar Ag
16 +
3.2.4.2 Pembuatan Larutan Standar Ag
100 mg/L 16 +
3.2.4.3 Pembuatan Seri Larutan Standar Ag
10 mg/L 16 +
3.2.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ag
0,0; 0,5;
1,5; 2,0; 2,5 mg/L 16
+ 3.2.5 Adsorpsi Ion Zn
17 2+
Keong Mas 17
Menggunakan Serbuk Cangkang
3.2.5.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 17 3.2.5.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum 17 3.2.6 Adsorpsi Ion Ag+
Keong Mas 18
Menggunakan Serbuk Cangkang
3.2.6.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 18 3.2.6.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum 18
3.3 Bagan Penelitian 18
3.3.1 Preparasi dan Karakterisasi Serbuk Cangkang Keong
Mas 19
3.3.2 Pembuatan Larutan Seri Standar Zn2+ 3.3.3 Pembuatan Larutan Seri Standar Ag
20 +
3.3.4 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan Seri Standar Zinkum (Zn
21 2+
)
3.3.4.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko 22 22 3.3.4.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Zn2+
3.3.5 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan
(Pengukuran Kurva Kalibrasi) 22 Seri Standar Argentum (Ag+)
3.3.5.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko 23 23 3.3.5.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar
Ion Ag+ 3.3.6 Adsorpsi Ion Zn
(Pengukuran Kurva Kalibrasi) 23 2+
3.3.6.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 23 Menggunakan Serbuk Cangkang
Keong Mas 24
3.3.6.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum 24 3.3.7 Adsorpsi Ion Ag+
3.3.7.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 25 Menggunakan Serbuk Cangkang
Keong Mas 25
(62)
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian 28 4.1.1 Analisa kandungan Abu Cangkang Keong Mas
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) 28 4.1.2 Pengukuran Ion Seng (Zn2+
4.1.3 Pengolahan Data Ion Seng (Zn
) 28 2+
4.1.3.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
) 29
Metode Least Square 29
4.1.3.2 Penentuan Koefisien Korelasi 31 4.1.3.3 Adsorpsi Ion Zinkum (Zn2+
Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang ) Menggunakan
Keong Mas 32
4.1.3.3.1 Data Penentuan Konsentrasi
Optimum 32
4.1.3.3.2 Data Penentuan Waktu Pengadukan
Optimum 33
4.1.3.4 Persentase (%) penurunan Kadar Ion Zinkum (Zn2+
(PenentuanPersen (%) Adsorpsi) 33 ) Dalam LarutanStandar
4.1.4 Pengukuran Ion Argentum (Ag+ 4.1.5 Pengolahan Data Ion Argentum (Ag
) 34
+
4.1.5.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
) 35
Metode Least Square 35
4.1.5.2 Penentuan Koefisien Korelasi 37 4.1.5.3 Adsorpsi Ion Perak (Ag+
Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang ) Menggunakan
Keong Mas 37
4.1.5.3.1 Data Penentuan Konsentrasi
Optimum 37
4.1.5.3.2 Data Penentuan Waktu Pengadukan
Optimum 38
4.1.5.4 Persentase (%) penurunan Kadar Ion Seng (Zn2+
(PenentuanPersen (%) Adsorpsi 37 ) Dalam Larutan
4.2 Pembahasan 39
4.2.1 Adsorpsi Ion Seng (Zn2+) dan Ion Perak (Ag+ Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas
)
(Pomacea Canaliculata L.) 40 4.2.2 Interaksi Serbuk Cangkang Keong Mas dengan
Ion Zinkum (Zn2+) dan Argentum (Ag+) 43 Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 45
5.2 Saran 45
Daftar Pustaka 46
(63)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
4.1 Data 2Ө senyawa kalsium oksida dari JCPDS 28 4.2 Kondisi alat SSA Merk Hitachi Z-2000 pada
pengukuran konsentrasi ion Seng (Zn2+
4.3 Data Absorbansi Larutan Standar Ion Seng (Zn
) 29
2+ 4.4 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan
) 29 Konsentrasi Ion Seng (Zn2+
Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn
) Berdasarkan Pengukuran 2+
4.5 Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Ion Zn
) 29
2+
pada 3 kali Pengukuran 32
4.6 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum Adsorpsi
Ion Zn2+
4.7 Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran
pada 3 kali Pengukuran 33
konsentrasi Ion Perak (Ag+
4.8 Data Absorbansi Larutan Standar Ion Perak (Ag
) 34
+
4.9 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan
) 34 Konsentrasi Ion Perak (Ag+
Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Perak (Ag
) Berdasarkan Pengukuran +
4.10 Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Ion Ag
) 35 +
pada 3 kali Pengukuran 38
4.11 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum Adsorpsi Ion Ag+
4.12 Tabel 4.12 Data 2Ө senyawa kalsium karbonat dankalsium
pada 3 kali Pengukuran 38
(64)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1 Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) 6
2.2 Skema Peralatan Ringkas Spektrofotometer Serapan Atom 11 4.1 Kurva kalibrasi larutan standar ion Seng (Zn2+
4.2 Kurva kalibrasi larutan standar ion Perak (Ag
) 32
+ 4.3 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Zn
) 37
2+ Konsentrasi
padaBerbagai 41 4.4 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Ag+
Konsentrasi
padaBerbagai 41 4.5 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Zn2+
Waktu Pengadukan
padaBerbagai 42 4.6 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Ag+
Waktu Pengadukan
(65)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1. Bahan Penelitian yang Digunakan (Cangkang Keong Mas
sebelum dan sesudah aktivasi) 48 2. Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom Merk Hitachi
Z-2000 49
3. Peralatan Difraksi Sinar-X Merk Shimadzu 6100 49 4. Tabel Data Hasil Pengukuran Konsentrasi AkhirIon Seng
(Zn2+)dan Ion Perak (Ag+
5. Tabel Data Hasil Pengukuran KonsentrasiAkhir Ion Seng (Zn
) dengan Variasi Konsentrasi Awal 50 2+
Dan Ion Perak(Ag
)
+
6. Analisa Kandungan Abu Cangkang Keong Mas Menggunakan
) dengan Variasi Waktu Pengadukan 51
(1)
DAFTAR ISI
Halaman
Persetujuan ii
Pernyataan iii
Penghargaan iv
Abstrak v
Abstract vi
Daftar Isi vii
Daftar Tabel ix
Daftar Gambar x
Daftar Lampiran xi
Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Permasalahan 3
1.3 Pembatasan Masalah 3
1.4 Tujuan Penelitian 4
1.5 Manfaat Penelitian 4
1.6 Lokasi Penelitian 4
1.7 Metodologi Penelitian 4
Bab 2 Tinjauan Pustaka
2.1 Keong mas 5
2.2 Kalsium Oksida 6
2.3 Logam Berat 7
2.4 Zinkum (Zn) 8
2.4.1 Efek Toksik Zinkum 8
2.5 Argentum (Ag) 9
2.5.1 Efek Toksik Argentum 9
2.6 Adsorpsi 10
2.7 Difraksi Sinar X 10
2.8 Spektrofotometer Serapan Atom 11 2.8.1 Prinsip Dasar Spektrofotometer Serapan Atom 11 2.8.2 Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom 11 2.8.3 Cara Kerja Spektrofotometer Serapan Atom 12 Bab 3 Metode Penelitian
3.1Alat dan Bahan 13
3.1.1 Alat 13
3.1.2 Bahan 14
3.2 Prosedur Penelitian 14
3.2.1 Preparasi dan Karakterisasi CaO dari Cangkang 14 Keong Mas
(2)
3.2.2.1 Pembuatan H3PO4 3.2.2.2 Pembuatan Larutan HNO
10 % 14
3 3.2.2.3 Pembuatan Larutan H
3N 15
2SO4 3.2.3 Pembuatan Larutan Standar Zn
3N 15
2+ 3.2.3.2 Pembuatan Larutan Standar Zn
15 2+
3.2.3.3 Pembuatan Larutan Standar Zn
100 mg/L 15 2+
3.2.3.4 Pembuatan Seri Larutan Standar Zn
10 mg/L 15 2+
0,4; 0,6; 0,8; 1,0 mg/L 15 0,0; 0,2;
3.2.3.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi Zn2+ 3.2.4 Pembuatan Larutan Standar Ag
16 +
3.2.4.1 Pembuatan Larutan Standar Ag
16 +
3.2.4.2 Pembuatan Larutan Standar Ag
100 mg/L 16 +
3.2.4.3 Pembuatan Seri Larutan Standar Ag
10 mg/L 16 +
3.2.4.4 Pembuatan Kurva Kalibrasi Ag
0,0; 0,5;
1,5; 2,0; 2,5 mg/L 16
+ 3.2.5 Adsorpsi Ion Zn
17 2+
Keong Mas 17
Menggunakan Serbuk Cangkang
3.2.5.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 17 3.2.5.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum 17 3.2.6 Adsorpsi Ion Ag+
Keong Mas 18
Menggunakan Serbuk Cangkang
3.2.6.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 18 3.2.6.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum 18
3.3 Bagan Penelitian 18
3.3.1 Preparasi dan Karakterisasi Serbuk Cangkang Keong
Mas 19
3.3.2 Pembuatan Larutan Seri Standar Zn2+ 3.3.3 Pembuatan Larutan Seri Standar Ag
20 +
3.3.4 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan Seri Standar Zinkum (Zn
21 2+
)
3.3.4.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko 22 22 3.3.4.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Zn2+
3.3.5 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko dan Larutan
(Pengukuran Kurva Kalibrasi) 22 Seri Standar Argentum (Ag+)
3.3.5.1 Pengukuran Absorbansi Larutan Blanko 23 23 3.3.5.2 Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar
Ion Ag+ 3.3.6 Adsorpsi Ion Zn
(Pengukuran Kurva Kalibrasi) 23 2+
3.3.6.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 23 Menggunakan Serbuk Cangkang
Keong Mas 24
3.3.6.2 Penentuan Waktu Pengadukan Optimum 24 3.3.7 Adsorpsi Ion Ag+
3.3.7.1 Penentuan Konsentrasi Optimum Penyerapan 25 Menggunakan Serbuk Cangkang
Keong Mas 25
(3)
Bab 4 Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil Penelitian 28 4.1.1 Analisa kandungan Abu Cangkang Keong Mas
menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) 28 4.1.2 Pengukuran Ion Seng (Zn2+
4.1.3 Pengolahan Data Ion Seng (Zn
) 28 2+
4.1.3.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
) 29
Metode Least Square 29
4.1.3.2 Penentuan Koefisien Korelasi 31 4.1.3.3 Adsorpsi Ion Zinkum (Zn2+
Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang ) Menggunakan
Keong Mas 32
4.1.3.3.1 Data Penentuan Konsentrasi
Optimum 32
4.1.3.3.2 Data Penentuan Waktu Pengadukan
Optimum 33
4.1.3.4 Persentase (%) penurunan Kadar Ion Zinkum (Zn2+
(PenentuanPersen (%) Adsorpsi) 33 ) Dalam LarutanStandar
4.1.4 Pengukuran Ion Argentum (Ag+ 4.1.5 Pengolahan Data Ion Argentum (Ag
) 34
+
4.1.5.1 Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan
) 35
Metode Least Square 35
4.1.5.2 Penentuan Koefisien Korelasi 37 4.1.5.3 Adsorpsi Ion Perak (Ag+
Kalsium Oksida (CaO) dari Serbuk Cangkang ) Menggunakan
Keong Mas 37
4.1.5.3.1 Data Penentuan Konsentrasi
Optimum 37
4.1.5.3.2 Data Penentuan Waktu Pengadukan
Optimum 38
4.1.5.4 Persentase (%) penurunan Kadar Ion Seng (Zn2+
(PenentuanPersen (%) Adsorpsi 37
) Dalam Larutan
4.2 Pembahasan 39
4.2.1 Adsorpsi Ion Seng (Zn2+) dan Ion Perak (Ag+ Menggunakan Serbuk Cangkang Keong Mas
)
(Pomacea Canaliculata L.) 40 4.2.2 Interaksi Serbuk Cangkang Keong Mas dengan
Ion Zinkum (Zn2+) dan Argentum (Ag+) 43 Bab 5 Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan 45
5.2 Saran 45
(4)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel
4.1 Data 2Ө senyawa kalsium oksida dari JCPDS 28 4.2 Kondisi alat SSA Merk Hitachi Z-2000 pada
pengukuran konsentrasi ion Seng (Zn2+
4.3 Data Absorbansi Larutan Standar Ion Seng (Zn
) 29
2+ 4.4 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan
) 29 Konsentrasi Ion Seng (Zn2+
Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Seng (Zn
) Berdasarkan Pengukuran 2+
4.5 Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Ion Zn
) 29
2+
pada 3 kali Pengukuran 32
4.6 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum Adsorpsi
Ion Zn2+
4.7 Kondisi alat SSA Merek Hitachi Z-2000 pada pengukuran
pada 3 kali Pengukuran 33
konsentrasi Ion Perak (Ag+
4.8 Data Absorbansi Larutan Standar Ion Perak (Ag
) 34
+
4.9 Penurunan Persamaan Garis Regresi untuk Penentuan
) 34
Konsentrasi Ion Perak (Ag+
Absorbansi Larutan Seri Standar Ion Perak (Ag
) Berdasarkan Pengukuran +
4.10 Data Penentuan Konsentrasi Optimum Adsorpsi Ion Ag
) 35
+
pada 3 kali Pengukuran 38
4.11 Data Penentuan Waktu Pengadukan Optimum Adsorpsi Ion Ag+
4.12 Tabel 4.12 Data 2Ө senyawa kalsium karbonat dankalsium
pada 3 kali Pengukuran 38
(5)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar
2.1 Keong Mas (Pomacea canaliculata L.) 6
2.2 Skema Peralatan Ringkas Spektrofotometer Serapan Atom 11 4.1 Kurva kalibrasi larutan standar ion Seng (Zn2+
4.2 Kurva kalibrasi larutan standar ion Perak (Ag
) 32
+ 4.3 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Zn
) 37
2+ Konsentrasi
padaBerbagai 41 4.4 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Ag+
Konsentrasi
padaBerbagai 41 4.5 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Zn2+
Waktu Pengadukan
padaBerbagai 42 4.6 Persen (%) Adsorpsi kadar Ion Ag+
Waktu Pengadukan
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
Lampiran
1. Bahan Penelitian yang Digunakan (Cangkang Keong Mas
sebelum dan sesudah aktivasi) 48 2. Peralatan Spektrofotometer Serapan Atom Merk Hitachi
Z-2000 49
3. Peralatan Difraksi Sinar-X Merk Shimadzu 6100 49 4. Tabel Data Hasil Pengukuran Konsentrasi AkhirIon Seng
(Zn2+)dan Ion Perak (Ag+
5. Tabel Data Hasil Pengukuran KonsentrasiAkhir Ion Seng (Zn
) dengan Variasi Konsentrasi Awal 50 2+
Dan Ion Perak(Ag
)
+
6. Analisa Kandungan Abu Cangkang Keong Mas Menggunakan
) dengan Variasi Waktu Pengadukan 51