Organisasi dalam bidang sosial-budaya dan sosial-ekonomi

2. Organisasi dalam bidang sosial-budaya dan sosial-ekonomi

a. Budi Utomo

Kehadiran Budi Utomo pada tanggal 20 Mei 1908 menandai permulaan pergerakan nasional di Indonesia. Gagasan lahirnya Budi Utomo diawali dari perjalanan kampanye yang dilakukan oleh dr. Wahidin Sudirohusodo ke seluruh Pulau Jawa. Pada tempat-tempat yang dikunjungi, ia menganjurkan perluasan pengajaran sebagai langkah untuk memajukan kehidupan rakyat. Menurutnya, tujuan itu bisa dilakukan tidak hanya dengan menuntut kepada pemerintah, tetapi juga dapat dilaksanakan dengan usaha sendiri, yaitu dengan membentuk dana pelajar (Studiefonds). Hasilnya digunakan untuk membantu pelajar-pelajar yang kurang mampu.

Gambar 7.6 Gedung STOVIA (Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, halaman 329)

Pada akhir tahun 1907 melalui perjalanan kampanyenya dr. Wahidin Sudirohusodo bertemu dengan para pelajar STOVIA (Sekolah Dokter Pribumi) di Jakarta, satu di antaranya bernama Soetomo. Pertemuannya dengan para pelajar STOVIA dimanfaatkan untuk membicarakan kondisi nasib rakyat yang masih kurang mendapatkan pendidikan. Pembicaraan semakin berkembang dan melahirkan gagasan dan cita-cita yang sama untuk mengangkat harkat dan derajat bangsa Indonesia. Gagasan dan cita-cita tersebut kemudian dituangkan ke dalam suatu bentuk organisasi yang diberi nama Budi Utomo. Organisasi Budi Utomo ini didirikan pada hari Rabu tanggal 20 Mei 1908 dan Soetomo terpilih sebagai ketua. Untuk selanjutnya tanggal 20 Mei oleh bangsa Indonesia diperingati sebagai hari kebangkitan nasional.

dr. Wahidin Sudirohusodo Dr. Soetomo

Gambar 7.7 (Sumber: Lukisan Sejarah, halaman 33)

Pada awalnya, organisasi Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial-budaya, seperti mendirikan sekolah-sekolah dan berusaha Pada awalnya, organisasi Budi Utomo hanya bergerak dalam bidang pendidikan dan sosial-budaya, seperti mendirikan sekolah-sekolah dan berusaha

Budi Utomo mengalami perkembangan yang cukup pesat, dalam waktu enam bulan Budi Utomo memiliki delapan cabang, yaitu Jakarta, Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya, dan Probolinggo. Pada bulan Oktober 1908, Budi Utomo menyelenggarakan kongres yang pertama di Yogyakarta. Dalam kongres tersebut terjadi perbedaan pendapat tentang arah yang akan dituju dan landasan perjuangan. Dalam hal ini Wahidin Sudirohusodo mengemukakan tentang perlunya pendidikan yang ditujukan kepada golongan priyayi, bukan kepada rakyat biasa. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa setelah para priyayi menjadi terdidik mereka bisa mengajarkannya kepada rakyat banyak. Dengan demikian, seluruh rakyat akan mendapatkan pendidikan.

Pertentangan yang lebih tajam terjadi antara dr. Rajiman Wediodiningrat dan dr. Cipto Mangunkusumo. Rajiman memandang bahwa bangsa Barat lebih cerdas daripada bangsa Timur dan pendidikan Barat tidak sama dengan peradaban Timur. Sebaliknya, Cipto berpandangan bahwa bangsa Timur tidak lebih bodoh jika dibandingkan dengan bangsa Barat, masalahnya hanya terletak pada kesempatan saja. Oleh karena itu, pendidikan bangsa Indonesia harus bisa lebih ditingkatkan dengan cara memanfaatkan pendidikan Barat. Cipto juga menghendaki Budi Utomo dijadikan sebagai partai politik dan terbuka untuk seluruh bangsa Indonesia tanpa adanya perbedaan suku bangsa dan kebudayaan. Kongres tersebut menghasilkan keputusan, di antaranya sebagai berikut.

1) Budi Utomo dibatasi untuk penduduk Jawa dan Madura.

2) Tirtokusumo sebagai Bupati Karanganyar diangkat sebagai ketua.

3) Bergerak dalam bidang pendidikan dan budaya. Oleh karena perjuangan Budi Utomo lebih cenderung memajukan pendidikan,

maka pergerakan ini dianggap tidak berbahaya bagi Belanda. Dengan mudah badan hukum Budi Utomo mendapat pengesahan dari Pemerintah Hindia- Belanda. Setelah kongres pertama berakhir, Budi Utomo mengalami perkembangan yang lamban. Pada akhir tahun 1909, Budi Utomo mempunyai cabang di 40 tempat dengan jumlah anggota lebih kurang 10.000 orang.

Pada perkembangan berikutnya, corak Budi Utomo mengalami perubahan. Pemimpin dan anggotanya kebanyakan adalah para pegawai negeri dan priyayi, sehingga tujuan yang dikembangkannya cenderung hanya memperhatikan kepentingan mereka. Perhatian Budi Utomo lebih difokuskan pada reaksi

Pemerintah Hindia-Belanda, bukan lagi pada reaksi yang ditunjukkan oleh rakyat. Masih banyak lagi perubahan yang dialami oleh organisasi Budi Utomo, terutama dengan mengutamakan pentingnya pengajaran bahasa Belanda sebagai syarat untuk diterima menjadi pegawai negeri.

Pada tahun 1912, Tirtokusumo yang menjabat sebagai ketua Budi Utomo menyatakan berhenti dari jabatannya, kemudian digantikan oleh Noto Dirodjo. Budi Utomo menyadari pentingnya organisasi pergerakan bagi rakyat, oleh karenanya sejak tahun 1920 organisasi Budi Utomo membuka diri untuk menerima anggota dari kalangan rakyat biasa. Dengan demikian, sifat pergerakan Budi Utomo menjadi pergerakan kerakyatan. Dibidang politik, Budi Utomo telah berkembang menjadi sebuah organisasi yang memiliki tujuan dan cita- cita nasional, yakni Indonesia merdeka. Untuk mewujudkannya, maka pada tahun 1935 Budi Utomo meleburkan diri dengan PBI (Partai Bangsa Indonesia) yang didirikan Soetomo. Peleburan dua organisasi tersebut, maka lahirlah Parindra.

b. Sarekat Islam

Adanya persaingan dagang antara para pedagang Islam dan pedagang Cina, mendorong para pedagang Islam untuk bersatu. Mereka (para pedagang Islam) mendirikan perkumpulan/organisasi bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Pendiri SDI ini adalah Haji Samanhudi. SDI selanjutnya diubah namanya menjadi Sarekat Islam (SI). Adapun tujuan pendirian Sarekat Islam di antaranya sebagai berikut:

1) Mengembangkan jiwa dagang dan membantu anggota-anggota yang mengalami kesulitan dalam berusaha;

2) Memperbaiki pendapat-pendapat yang keliru mengenai Islam;

3) Hidup menurut perintah agama. Pada tanggal 26 januari 1913, diselenggarakan Kongres Sarekat Islam

Pertama di Surabaya. Di hadapan massa lebih kurang 10.000 orang, Oemar Said Cokroaminoto menegaskan bahwa Sarekat Islam tidak bersifat politik, tujuannya ialah menghidupkan jiwa dagang bangsa Indonesia, terutama dengan cara berkoperasi. Sarekat Islam diakui oleh Pemerintahan Hindia-Belanda melalui pemberian Badan Hukum pada tanggal 18 Maret 1916, dengan susunan yaitu: H. O. S Cokroaminoto sebagai ketua, Abdul Muis dan H. Gunawan sebagai wakil ketua, dan anggotanya Agus Salim, Sastrohandoro, Suryo Pranoto , dan Alimin Prawirodirdjo. Sedangkan H. Samanhudi diangkat sebagai Ketua Kehormatan.

Gambar 7.8 H.O.S. Cokroaminoto, ketua Sarekat Islam (Sumber: Ensiklopedia Indonesia Jilid 6, halaman 3575)

Sarekat Islam mengalami perkembangan yang pesat dan kemudian tumbuh menjadi partai massa. Perkembangan Sarekat Islam tersebut menyebabkan pemerintah Kolonial Belanda mulai mewaspadai setiap gerak Sarekat Islam. Tidak hanya itu, pemerintah kolonial mengeluarkan berbagai peraturan untuk menghambat perkembangan Sarekat Islam, seperti adanya aturan agar cabang- cabang Sarekat Islam hanya berdiri untuk daerah masing-masing. Untuk kelancaran hubungan ini, pada tahun 1915 didirikan Central Sarekat Islam (CSI) , tujuannya untuk membantu Sarekat Islam daerah ke arah kemajuan, dan mengatur kerja sama antar-Sarekat Islam daerah.

Di satu sisi Sarekat Islam tumbuh menjadi organisasi yang terbuka untuk umum, tetapi di sisi lain keterbukaan tersebut menyebabkan kelemahan tersendiri bagi kekuatan Sarekat Islam. Banyak anggota Sarekat Islam yang mempunyai keanggotaan rangkap dengan organisasi lain. Misalnya, Semaun sebagai ketua Sarekat Islam Semarang merangkap sebagai anggota ISDV yang berhaluan sosialis. Dalam perkembangan berikutnya, Semaun memberikan pengaruh yang besar bagi setiap gerak langkah Sarekat Islam yang dipimpinnya. Semaun banyak menentang kebijakan yang diberikan Sarekat Islam yang berhaluan religius-nasionalis. Ia berpendapat bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah terjajah, tetapi antara kapitalis buruh. Oleh karena itu, perlu mobilisasi kekuatan buruh dan tani di samping tetap memperluas pengajaran agama Islam. Pengaruh komunis itu telah masuk ke tubuh Central Sarekat Islam dan cabang-cabangnya sehingga menyebabkan terjadinya perpecahan dalam tubuh Central Sarekat Islam. Perpecahan semakin nyata setelah dilaksanakan Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam. Kongres tersebut Di satu sisi Sarekat Islam tumbuh menjadi organisasi yang terbuka untuk umum, tetapi di sisi lain keterbukaan tersebut menyebabkan kelemahan tersendiri bagi kekuatan Sarekat Islam. Banyak anggota Sarekat Islam yang mempunyai keanggotaan rangkap dengan organisasi lain. Misalnya, Semaun sebagai ketua Sarekat Islam Semarang merangkap sebagai anggota ISDV yang berhaluan sosialis. Dalam perkembangan berikutnya, Semaun memberikan pengaruh yang besar bagi setiap gerak langkah Sarekat Islam yang dipimpinnya. Semaun banyak menentang kebijakan yang diberikan Sarekat Islam yang berhaluan religius-nasionalis. Ia berpendapat bahwa pertentangan yang terjadi bukan antara penjajah terjajah, tetapi antara kapitalis buruh. Oleh karena itu, perlu mobilisasi kekuatan buruh dan tani di samping tetap memperluas pengajaran agama Islam. Pengaruh komunis itu telah masuk ke tubuh Central Sarekat Islam dan cabang-cabangnya sehingga menyebabkan terjadinya perpecahan dalam tubuh Central Sarekat Islam. Perpecahan semakin nyata setelah dilaksanakan Kongres Luar Biasa Central Sarekat Islam. Kongres tersebut

Pada tahun 1923, diadakan Kongres Sarekat Islam ke-7. Dalam kongres tersebut, diputuskan bahwa Central Sarekat Islam diganti menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Selain itu, diputuskan pula bahwa cabang-cabang Sarekat Islam yang mendapat pengaruh komunis menyatakan diri berada di bawah Sarekat Rakyat (SR) yang menjadi basis Partai Komunis Indonesia (PKI).

c. Muhammadiyah

Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang berdiri di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1918. Organisasi ini didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan dengan tujuan untuk memperbaharui pola pikir umat Islam dan adat istiadat masyarakat agar sesuai dengan Al-Qur an dan Hadis Nabi. Dalam pergerakannya, Muhammadiyah lebih banyak bergerak dalam bidang budaya (pendidikan) dan sosial. Kegiatan yang dibidanginya antara lain pendirian rumah sakit, rumah yatim piatu, balai pengobatan, sekolah-sekolah, dan lain sebagainya. Perkembangan selanjutnya organisasi Muhammadiyah ini berkembang pesat ke luar wilayah Yogyakarta.

d. Taman Siswa

Organisasi Taman Siswa didirikan oleh Suwardi Suryaningrat pada tahun 1922. Perguruan ini berkeinginan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan masyarakat Indonesia. Dalam mencapai tujuannya itu Taman Siswa banyak mendirikan sekolah-sekolah. Dalam perkembangannya, organisasi ini dapat dijadikan alat untuk menanamkan semangat nasionalisme.

e. Organisasi Kepemudaan

Organisasi pemuda yang berkembang pada masa pergerakan nasional sangat banyak. Hampir di seluruh wilayah atau daerah di Indonesia ada, di antaranya Perkumpulan Pasundan (1914) yang ditujukan untuk mempertinggi kesopanan, kecerdasan, dan kegiatan kemasyarakatan. Organisasi pemuda lainnya ialah Tri Koro Dharmo (1915) yang nanti berganti nama menjadi

Jong Java (1918), Jong Minahasa (1918), Jong Sumatranen Bond (1918), Jong Ambon (1920), Kaum Betawi (1923), dan lain sebagainya. Pada perkembangan berikutnya ada di antara organisasi pemuda tersebut yang berkembang pada pergerakan politik, seperti Jong Java yang berkeinginan menghimpun pelajar-pelajar Indonesia dalam membentuk kesatuan Indonesia.

Organisasi-organisasi pemuda tersebut mengadakan Kongres Pemuda

I pada bulan Mei 1926 dengan tujuan untuk menyatukan organisasi-organisasi pemuda itu. Pada Kongres Pemuda II, rasa penyatuan itu semakin jelas dengan dikeluarkan ikrar. Ikrar atau sumpah para pemuda yang dibacakan pada tanggal

28 Oktober 1928 dengan nama Sumpah Pemuda, isinya tiga sendi persatuan Indonesia yaitu:

Pertama : Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia.

Kedua : Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.

Ketiga : Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

Dalam kongres inilah untuk pertama kalinya dikumandangkan lagu Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman dan dikibarkan bendera merah putih sebagai bendera pusaka. Peristiwa Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 ini merupakan puncak pergerakan nasional. Sehingga sampai sekarang setiap tanggal 28 Oktober dinyatakan dan diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24