Perkembangan Intelektual pada Masa Kanak-kanak Awal a). Perkembangan kognisi

2. Perkembangan Intelektual pada Masa Kanak-kanak Awal a). Perkembangan kognisi

Pada masa kanak-kanak awal, anak berpikir konvergen menuju ke suatu jawaban yang paling mungkin dan paling benar terhadap suatu persoalan. Menurut teori perkembangan kognitif Piaget, anak pada masa kanak-kanak awal berada pada tahap perkembangan praoperasional (2 – 7 tahun), istilah praoperasional menunjukkan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap praoperasional masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002), yang sering dikatakan anak belum mampu menguasai operasi mental secara logis.

Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional adalah sebagai berikut: Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional adalah sebagai berikut:

b. Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka melakukan peniruan besar- besaran, terutama pada kakak atau teman yang lebih besar usianya dan dari jenis kelamin yang sama. Tingkah laku imitasi ini dilakukan secara langsung maupun tertunda. Pada tingkah laku imitasi tertunda, anak setelah melihat tingkah laku orang lain, tidak langsung menirukan, melainkan ada rentangan waktu beberapa saat baru menirukan.

c. Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif (sudut pandang) seseorang dengan perspektif orang lain (Santrock,2002). Sebagai contoh, ketika Mary ditelpon ayahnya dan ditanya apakah ibunya ada, Mary mengangguk- angguk. Dalam hal ini Mary tidak dapat mengerti bahwa anggukannya tidak dapat dilihat oleh ayahnya yang ada di suatu tempat yang jauh dari dirinya.

d. Cara berpikir anak centralized, yaitu terpusat pada satu dimensi saja (Monks dkk., 1998). Sebagai contoh, pada suatu eksperimen, anak dipertunjukkan dua buah gelas A dan B yang sama diameter dan tingginya, pada kedua gelas itu diisi air jeruk yang sama banyaknya, kemudian anak ditanya air jeruk yang ada di gelas A dengan gelas B

mana yang lebih banyak, maka anak dengan cepat menjawab: “sama banyaknya”. Jawaban ini didasarkan pada pandangan tentang garis sejajar yang ditariknya dari permukaaan air jeruk yang ada di gelas A dan gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada di gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih kecil, tetapi lebih tinggi, kemudian anak ditanya lagi, mana yang lebih banyak antara air mana yang lebih banyak, maka anak dengan cepat menjawab: “sama banyaknya”. Jawaban ini didasarkan pada pandangan tentang garis sejajar yang ditariknya dari permukaaan air jeruk yang ada di gelas A dan gelas B. Setelah itu dengan disaksikan anak, air jeruk yang ada di gelas B dituangkan ke dalam gelas C yang diameternya lebih kecil, tetapi lebih tinggi, kemudian anak ditanya lagi, mana yang lebih banyak antara air

e. Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak pada masa ini belum dapat dibalik. Sebagai contoh, Adi ditanya: “Adi, kamu punya saudara tidak?”, jawab Adi: “punya”. Setelah itu Adi ditanya lagi, “Siapa nama saudaramu?”, Adi menjawab: “Mita”, kemudian sekali lagi Adi ditanya:”Apakah Mita mempunyai saudara?”, adi menjawab: “Tidak”.

Dalam hal ini Adi tidak sadar bahwa dirinyalah saudara Mita (Monks dkk., 1998)

f. Berpikir terarah statis, artinya dalam berpikir anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu.

Dari ciri-ciri berpikir yang sudah diuraikan tersebut menunjukkan bahwa cara berpikir anak masih banyak kekurangannya.

b). Perkembangan bahasa dan bicara

Bahasa dibutuhkan untuk komunikasi dengan dunia luar. Tiap-tiap bahasa memiliki sifat-sifat sendiri. Bahasa hewan dikuasai atau dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam perkembangannya (insting-instingnya), misalnya bahasa kucing dimana saja bunyi dan bahasanya sama dan dapat dimengerti oleh semua kucing. Dalam pembahasan di sini bahasa yang dimaksud adalah bahasa tutur kata yang dapat dimengerti oleh sesama manusia.

Menurut Karl Buhler (Monks, dkk., 1992) ada tiga faktor yang menentukan dalam teori bahasa, yakni: Menurut Karl Buhler (Monks, dkk., 1992) ada tiga faktor yang menentukan dalam teori bahasa, yakni:

b. Auslosung (Ausdruck), yakni fungsi untuk menimbulkan reaksi sosial, misalnya mengajak pergi ke toko atau ke sekolah. Dalam hubungannya dengan orang lain, ternyata fungsi yang pertama (Auslosung) juga dapat menimbulkan reaksi sosial, misal anak menjerit maka akan menimbulkan reaksi terkejut dari orang lain. Jadi dapat dikatakan bahwa Kundgabe memiliki hubungan dengan Auslosung.

c. Darstellung, yakni fungsi untuk melukiskan suatu keadaan secara obyektif, meletakkan atau mengerti hubungan antara hal yang satu dengan yang lain, dapat memformulasi ide-ide. Hal-hal tadi merupakan sifat-sifat manusia yang spesifik dan hanya manusia yang dapat mengadakan Darstellung. Menurut Karl Buhrel seorang anak harus mengalami tiga fungsi bahasa di

atas yang akhirnya sampai pada Darstellung dengan syarat apabila lingkungan memberikan masukan pada anak tersebut, karena perkembangan bahasa anak dipengaruhi imitasi. Jadi bila tidak ada yang ditiru atau diimitasi, maka tidak ada input perkembangan bahasa. Selain itu perlu adanya respon dari keliling, yakni dari orang-orang yang ada di sekitar anak untuk menanggapi tingkah laku anak.

Perkembangan bahasa yang didasarkan pada imitasi dipengaruhi oleh Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura, yakni perkembangan bahasa membutuhkan stimulasi dari luar yang termasuk di sini adalah model learning (modelling). Dengan modelling anak dapat belajar bahasa dari model- model yang ada di dekatnya dan model yang paling mudah untuk ditiru adalah orang-orang dekat anak atau significant persons. Namun demikian tidak semua Perkembangan bahasa yang didasarkan pada imitasi dipengaruhi oleh Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory) dari Bandura, yakni perkembangan bahasa membutuhkan stimulasi dari luar yang termasuk di sini adalah model learning (modelling). Dengan modelling anak dapat belajar bahasa dari model- model yang ada di dekatnya dan model yang paling mudah untuk ditiru adalah orang-orang dekat anak atau significant persons. Namun demikian tidak semua

c). Implikasinya pada Pendidikan

Sehubungan dengan perkembnagan kognisi anak pada masa kanak- kanak awal, pendidik perlu mendorong anak melakukan kolaborasi dengan orang dewasa atau anak yang lebih besar usianya untuk menstimulasi perkembangan kognisinya di daerah sekitar kematangannya (zone of proximal development), karena pada masa ini memang kognisi anak belum terorganisasi dengan baik, sehingga melalui kolaborasi dengan orang lain yang dapat membimbing anak, maka pengetahuan-pengetauan yang dipekenalkan pada anak, meski belum menjadi pengetahuannya secara permanen, tetapi akan mempunyai fungsi mengakselarasi pemerolehan pengetahuan tersebut pada saat kematangan tiba saatnya. Dengan demikian pengembangan pada masa ini cukup bersifat pengenalan-pengenalan realistik.

Perkembangan bahasa dapat distimulasi oleh orang-orang terdekat anak, seperti orang tua, saudara, pengasuh, guru, dan sebagainya. Berhubung anak belajar bahasa melalui meniru/modelling, maka orang-orang di lingkungannya perlu banyak mengajaknya bicara, dan dengan bahasa yang benar. Banyak metode pengembangan bahasa yang dapat diterapkan pada masa ini, antara lain melalui bercerita, menceritakan kembali, bermain Perkembangan bahasa dapat distimulasi oleh orang-orang terdekat anak, seperti orang tua, saudara, pengasuh, guru, dan sebagainya. Berhubung anak belajar bahasa melalui meniru/modelling, maka orang-orang di lingkungannya perlu banyak mengajaknya bicara, dan dengan bahasa yang benar. Banyak metode pengembangan bahasa yang dapat diterapkan pada masa ini, antara lain melalui bercerita, menceritakan kembali, bermain

Dokumen yang terkait

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN KOTA TERHADAP PERKEMBANGAN WILAYAH HINTERLAND DI KABUPATEN BLITAR

0 30 56

GAMBARAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN STIMULASI PERKEMBANGAN : KEMANDIRIAN DAN SOSIALISASI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) Di Wilayah Kerja Puskesmas Pandanwangi Malang Tahun 2015

0 51 18

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

ANALISIS PERKEMBANGAN USAHA ANGGOTA PENERIMA KREDIT PADA KOPERASI SERBA USAHA KARYA USAHA SEJAHTERA KECAMATAN SEMPU KABUPATEN BANYUWANGI

0 20 6

HUBUNGAN ANTARA BERMAIN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR SISWA DI PLAY GROUP AL IRSYAD AL ISLAMIYYAH KABUPATEN JEMBER TAHUN PELAJARAN 2010-2011

0 23 16

PERKEMBANGAN YAYASAN PERGURUAN ISLAM DARUL HIKMAH DI JATILUHUR BEKASI 1997.2010

0 50 151

LEGALITAS UNDIAN BERHADIAH DAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PESERTA UNDIAN SIGERMAS (Studi pada PT. Bank Lampung)

8 70 31

PENGARUH CCTV TERHADAP AKTIVITAS PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PKN DI SMA YP UNILA TAHUN PELAJARAN 2012/2013

10 91 85

PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP OPTIMALISASI PELAYANAN PENDIDIKAN BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DI SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG

0 13 72

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL SNOWBALL THROWING PADA PESERTA DIDIK KELAS IV SD NEGERI 3 NEGERI SAKTI KABUPATEN PESAWARAN T.P 2012-2013

2 28 44