PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP N 5 PURWODADI

(1)

PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN

BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA

PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII

SMP N 5 PURWODADI

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

oleh Anis Fitriani

7101406600

JURUSAN PENDIDIKAN EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


(2)

ii

PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang pada :

Hari :

Tanggal :

Penguji Skripsi

Dra. Nanik Suryani M.Pd

NIP 195604211985032001

Anggota I Anggota II

Drs. Ade Rustiana M.Si Drs. Partono

NIP. 196801021992031002 NIP. 1956042719820310002

Mengetahui : Dekan Fakultas Ekonomi,

Drs. S. Martono, M.Si


(3)

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti sekripsi ini adalah hasil jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Semarang, Februari 2011

Anis Fitriani


(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Keberhasilan bukanlah pada saat kita di atas, tapi keberhasilan adalah di mana saat kita jatuh dan terpuruk namun bisa bangkit lagi.

Persembahan

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

1. Kedua orang tua kandungku (Sutejo dan Suntari). Terimakasih untuk doa, kasih sayang dan pengorbanan dengan caranya masing-masing.


(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul : “Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi”, dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah menerima banyak bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang tak ternilai harganya. Jasa baik mereka tentu tidak dapat penulis lupakan begitu saja. Dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menuntuk ilmu di kampus tercinta ini.

2. Drs. S. Martono M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian. 3. Dr. Partono Thomas, M.S, Ketua Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan ijin dan kesempatan untuk mengadakan penelitian.

4. Dra. Nanik Suryani M.Pd, Dosen penguji yang telah memberi masukan-masukan kepadaa penulis untuk penyusunan sekripsi ini.

5. Drs. Ade Rustiana M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan membimbing penyusunan skripsi ini dengan sabar dan penuh perhatian. 6. Drs. Partono, Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan

membimbing penyusunan skripsi ini dengan sabar dan penuh perhatian.

7. Drs. H. Moh Zaenuri, MM, selaku kepala sekolah SMP N 5 Purwodadi yang telah bersedia memberikan ijin dan fasilitas selama penulis melakukan penelitian.


(6)

vi

8. Seluruh murid Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Hendra Destri Wijayanto S.Kom, pasangan penulis saat ini, yang telah memberikan suport, cinta dan kasih sayang yang tulus sehingga penulis lebih bersemangat dalam mengerjakan sekripsi ini.

10.Fandi Sulistiya, ade kandung penulis yang selalu membuat masalah dan menambah setres penulis, tetapi dari situlah penulis lebih terpacu untuk cepat menyelesaikan sekripsi dan lulus untuk kemudian bisa mengurus ade.

11.Keluarga dari Ayah dan Ibu yang menambah motivasi penulis untuk berhasil menyelesaikan sekripsi dan lulus agar penulis bisa membuat mereka bangga dan bisa menyatukan mereka dalam keharmonisan keluarga.

12.Sahabat dan teman, PAP angkatan 06, kos Bento, kos Citra, dan semua teman yang telah memberikan suport dan hiburan kepada penulis, sehingga penulis tidak merasa kesepian dan terhibur di saat penulis mulai penat dengan sekripsi ini.

13.Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan dan kebaikan tersebut mendapat limpahan balasan dari Tuhan Yang Maha Esa. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Semarang, Februari 2011


(7)

vii

SARI

Anis. 2010. Pengaruh Motivasi Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi. Skripsi. Jurusan Pend. Ekonomi. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Ade Rustiana M.Si, Pembimbing II. Drs. Partono.

Kata Kunci : Motivasi, Lingkungan, Prestasi Belajar

Motivasi bukan saja penting, karena menjadi salah satu faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan prestasi belajar. Dari pengamatan peneliti di lapangan serta observasi langsung di sekolah (SMP N 5 Purwodadi) yang berada di desa, diketahui presentase siswa yang membolos pada saat jam pelajaran relatif banyak. Hampir sebagian besar siswa yang tidak masuk sekolah, tidak menyampaikan surat ijin ke sekolah. Nilai ulangan harian mereka kurang memuaskan, di lihat dari hasil yang di capai rata-rata per kelas yang diperoleh dari catatan guru mata pelajaran ekonomi yaitu, kelas A : seluruh nilai siswa kelas A, di rata-rata di peroleh hasil 37,13; kelas B : 41,07; kelas C : 54,88; kelas D : 45,9; kelas E : 36,17; kelas F : 47,84; dan kelas G : 50,74. Jika di rata-rata keseluruhan kelas dari A-G hasilnya yaitu 44,82. Angka tersebut masih tergolong kurang memuaskan. Lingkungan atau keadaan belajar yang reprensetatif (memadai) akan membuat siswa merasa nyaman, tenang dan tidak banyak gangguan pada saat siswa sedang belajar. Kondisi fisik sekolah, perlengkapan belajar seperti meja, kursi, papan tulis, dan fasilitas olahraga, misal lapangan basket, voli, dan juga fasilitas di saat jam istirahat yaitu perpustakaan dan juga kantin, telah tersedia di SMP N 5 Purwodadi yang terhitung cukup baik. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang ”Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi”.

Populasi siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi 259 siswa. Sampel diperoleh 157 siswa, dengan perwakilan tiap-tiap kelas 21, 24, 24, 23, 22, 22, 21, yang di peroleh dengan cara undian. Metode pengumpulan data menggunakan angket. Analisis data menggunakan analisis deskrpitif persentase dan analisis regresi ganda.

Hasil penelitian diperoleh : hasil uji parsial thitung variabel motivasi belajar 1,484 dengan signifikansi 0,000<0,05, berarti motivasi belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar, sedangkan thitung variabel lingkungan belajar 1,110 dengan signifikansi 0,000<0,05, yang berarti lingkungan belajar berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar. Variabel motivasi dan lingkungan belajar secara simultan dilihat dari nilai Adjusted R Square

memberikan pengaruh sebesar 66,9% terhadap prestasi belajar siswa

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat di ambil kesimpulan bahwa : 1. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi belajar terhadap prestasi belajar, 2. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar terhadap prestasi belajar, 3. Ada pengaruh yang positif dan signifikan antara motivasi dan lingkungan belajar terhadap prestasibelajar. Saran yang diajukan :


(8)

viii

1. Ada indikasi sebagian siswa malas untuk mengerjakan tugas, untuk itu hendaknya siswa lebih membiasakan diri untuk mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru dan tidak mudah putus asa dalam menyelesaikan tugas yang di anggap sulit dengan mencari dari buku-buku yang ada, bertanya kepada guru atau teman yang bisa. 2. Dari hasil penelitian melalui angket, indikator lingkungan keluargan di ketahui kurang baik, untuk itu di harapkan orang tua lebih memperhatikan kebutuhan-kebutuhan putra putrinya dalam hal ini kebutuhan anak sekolah seperti buku-buku, guru privat, dll. Di usahakan orang tua dan seluruh anggota keluarga bisa menjaga ketenangan di dalam rumah. Dengan demikian anak bisa lebih semangat belajar untuk mendapatkan nilai yang bagus. 3. Hendaknya guru juga memberikan motivasi dan reward misal berbentuk pujian atau sanjungan atau bahkan hadiah kepada siswa yang mengerjakan tugas dengan baik dan untuk siswa yang berprestasi. Dengan demikian siswa akan lebih bersemangat dalam belajar dan merasa diperhatikan oleh orang tua dan guru mereka, sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.


(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

SARI ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Rumusan Masalah ... 6

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI ... 8

2.1Landasan Teori ... 8

2.1.1Tinjauan Tentang Belajar ... 8

2.1.2Motivasi Belajar ... 9

2.1.3Lingkungan Belajar ... 20

2.1.4Prestasi Belajar ... 25

2.2Kerangka Berfikir ... 32

2.3Hipotesa ... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 35

3.1Penelitian ... 35

3.2Populasi Penelitian ... 36

3.3Sampel ... 37

3.4Variabel Penelitian ... 39

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 40


(10)

x

3.7 Metode Analisis Data ... 48

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

4.1Hasil Penelitian ... 55

4.1.1 Deskriptif Persentase ... 55

4.1.2 Uji Asumsi Klasik... 58

4.1.3 Uji Hipotesis ... 63

4.1.4 Koefisien Determinasi ... 65

4.2Pembahasan ... 66

BAB 5 PENUTUP ... 73

5.1Simpulan ... 73

5.2Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian ... 36

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 38

Tabel 3.3 Tabel Hasil Ujicoba Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 45

Tabel 3.4 Tabel Hasil Ujicoba Validitas Variabel Motivasi Belajar ... 46

Tabel 3.5 Tabel Hasil Ujicoba Reliabilitas ... 48

Tabel 3.6 Kriteria Prestasi Belajar ... 50

Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar ... 50

Tabel 3.8 Kriteria Lingkungan Belajar ... 50

Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Deskriptif Presentase Variabel Motivasi Belajar 56 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Deskriptif Presentase Variabel Lingkungan Belajar ... 57

Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Rata-Rata Nilai Pelajaran Ekonomi ... 58

Tabel 4.4 Rangkuman Nilai Toleran dan VIF ... 59

Tabel 4.5 Hasil Uji One Sample Kolmogorov-smirnov Test ... 61

Tabel 4.6 Analisis Regresi Linier Berganda ... 62

Tabel 4.7 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 64

Tabel 4.8 Hasil Uji Parsial (Uji t) ... 64


(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 33 Gambar 4.1 Scaptterplot... 60 Gambar 4.2 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ... 61


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kisi-kisi ujicoba instrumen penelitian ... 76

Lampiran 2. Angket ujicoba penelitian ... 77

Lampiran 3. Tabulasi data ujicoba penelitian ... 81

Lampiran 4. Hasil perhitungan validitas dan reabilitas ... 83

Lampiran 5. Kisi-kisi instrumen penelitian ... 85

Lampiran 6. Angket penelitian ... 85

Lampiran 7. Tabulasi data penelitian ... 90

Lampiran 8. Hasil perhitungan analisis regresi linier berganda ... 95

Lampiran 9. Analisis deskriptif presentase ... 101

Lampiran 10. Foto-foto penelitian ... 105 Lampiran 11. Daftar nilai dari SMP N 5 Purwodadi.

Lampiran 12. Surat keterangan telah melakukan observasi dari SMP N 5 Purwodadi.

Lampiran 13. Surat keterangan telah melakukan penelitian penelitian dari SMP N 5 Purwodadi.


(14)

1

BAB 1

1.1

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses, baik berupa pemindahan maupun penyempurnaan.

Dictionary of Education dalam buku Munib (2006:33) menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah proses seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya di dalam masyarakat tempat ia hidup, proses sosial yakni orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dari sekolah), sehingga dia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal. Sebagai suatu proses akan melibatkan dan mengikutsertakan bermacam-macam komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

Pada Negara berkembang, pendidikan menjadi perhatian penting bagi masyarakat. Karena dengan adanya pendidikan maka manusia akan bisa berkembang baik cara berfikirnya, pandangan hidup dan budayanya. Pendidikan bisa dilakukan secara formal (sekolah) dan informal (luar sekolah).

Pendidikan secara umum diperlukan sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas manusia. Begitu juga fungsi dan tujuan pendidikan di Indonsia. Seperti tertuang dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan tertulis bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan


(15)

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga yang demokratis serta bertaanggung jawab.

Berdasarkan pada tujuan pendidikan nasional tersebut, maka masing-masing sekolah mempunyai tujuan untuk mencapai siswa berkualitas, berwujut tamatan sekolah yang mampu melaksanakan bidang pekerjaan tertentu dan pada jenjang tertentu pula. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut peran guru dan orang tua sangat diperlukan dalam pembelajaran siswa. Karena ”belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling kait-mengait sehingga menghasilkan perubahan perilaku pada seseorang” Gagne (1997 : 4) dalam buku Catharina (2006 : 4).

Catharina (2006 : 2) menarik simpulan sebagai berikut:

Belajar merupakan sebuah sistem yang didalamnya terdapat berbagai unsur yang saling berhubungan sehingga menghasilkan perubahan perilaku. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Oleh karena itu dengan memegang prinsip-prinsip dasar tentang belajar, seseorang mampu memahami bahwa aktivitas belajar itu memegang peranan penting dalam proses perkembangannya.

Sedangkan hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh seseorang mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuaskan dalam tujuan pembelajaran.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, guru bertugas sebagai pendidik dan siswa adalah peserta didik. Tugas utama dari masing-masing siswa


(16)

berbeda-beda. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya.

Menurut Ngalim Purwanto (1987 : 106), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu:

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor individual) dan faktor yang berasal dari luar siswa (faktor sosial). Faktor individual terdiri dari faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk faktor sosial antara lain faktor keluarga/keadaan rumang tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan dalam belajar mengajar, kondisi dan kesempatan yang tersedia serta motivasi sosial.

Catharina (2006 : 153) menyatakan bahwa :

Motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan anak di dalam belajar. Begitu pentingnya peran motivasi tersebut mengakibatkan banyak ahli yang membahas bagaimana motivasi tersebut muncul, bagaimana mengembangkan motivasi, apakah macam-macam motivasi tersebut menentukan prestasi yang di capai anak dan bagaimana guru dalam memberikan penghargaan hingga dapat meningkatkan motivasi tersebut.

Motivasi merupakan kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkannya, yang muncul dari keinginan dalam memenuhi kebutuhan belajar yang maksimal. Hal itu dapat di lihat dari bagaimana anak tersebut menghadapi tugas yang diberikan oleh guru, keuletan dalam menghadapi kesulitan, lebih senang bekerja sendiri atau minta bantuan teman bahkan minta contekan, dan juga apakah anak tersebut menunjukkan minat untuk sukses atau biasa saja, dalam artian tidak terlalu peduli kelak dia akan sukses atau tidak.


(17)

Hal ini dapat diketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Motivasi bukan saja penting, karena menjadi salah satu faktor penyebab belajar, namun juga memperlancar belajar dan prestasi belajar. Dari pengamatan peneliti di lapangan serta observasi langsung di sekolah (SMP N 5 Purwodadi) yang berada di desa, diketahui presentase siswa yang membolos pada saat jam pelajaran relatif banyak. Hampir sebagian besar siswa yang tidak masuk sekolah, tidak menyampaikan surat ijin ke sekolah. Nilai ulangan harian mereka kurang memuaskan, di lihat dari hasil yang di capai rata-rata per kelas yang diperoleh dari catatan guru mata pelajaran ekonomi yaitu, kelas A : seluruh nilai siswa kelas A, di rata-rata di peroleh hasil 37,13; kelas B : 41,07; kelas C : 54,88; kelas D : 45,9; kelas E : 36,17; kelas F : 47,84; dan kelas G : 50,74. Jika di rata-rata keseluruhan kelas dari A-G hasilnya yaitu 44,82. Angka tersebut masih tergolong kurang memuaskan.

Selain motivasi salah satu faktor yang ikut menentukan keberhasilan siswa dalam belajar adalah lingkungan belajar siswa. Dimana siswa yang dalam keadaan psikologis baik dan di dukung suasana yang baik pula, maka akan mendapatkan hasil yang optimal. Lingkungan ini meliputi lingkungan internal (sekolah) dan eksternal (lingkungan tempat tinggal). Lingkungan atau keadaan belajar yang reprensetatif (memadai) akan membuat siswa merasa nyaman, tenang dan tidak banyak gangguan pada saat siswa sedang belajar. Kondisi fisik sekolah, perlengkapan belajar seperti meja, kursi, papan tulis, dan fasilitas olahraga, misal lapangan basket, voli, dan juga fasilitas di saat jam istirahat yaitu perpustakaan


(18)

dan juga kantin, telah tersedia di SMP N 5 Purwodadi yang terhitung cukup baik. Guru-guru yang ada juga sudah memenuhi standar guru yang profesional, dilihat dari lama pengapdian guru tersebut. Untuk guru yang mengampu mata pelajaran Ekonomi kelas VIII yaitu Rumini W. S.Pd yang sudah mengapdi di SPM N 5 Purwodadi selama 9 tahun. Letak sekolah yang juga berada di tengah sawah, jauh dari keramaian dan kebisingan lalu lalang kendaraan di jalan raya mampu menciptakan suasana yang kondusif. Untuk mencapai sekolah, rata-rata siswa menempuh jarak 3 km, di tempuh dengan menggunakan sepeda. Dengan demikian, siswa sudah benar-benar segar badannya, tidak mengantuk lagi, dan siap menerima pelajaran. Akan tetapi jika dilihat dari hasil yang dicapai oleh para siswa di SMP N 5 Purwodadi saat ini banyak yang tidak lolos diketahui dr hasil nilai ulangan harian siswa yang telah dilampirkan di belakang dan di hitung berapa yang tidak lolos dengan KKM 6,3 yaitu sebesar 210 dari 259 siswa kelas VII, dari kelas A : 34, B : 33, C : 24, D : 32, E : 35, F : 30, G : 22, total 210 siswa tidak lolos. Angka tersebut tidak menunjukkan adanya kontribusi yang signifikan antara lingkungan belajar dengan prestasi yang dicapai di sekolah.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang

”Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi”.

1.2

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka permasalahan yang di angkat dalam penelitian ini adalah :


(19)

1. Adakah pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi ?

2. Adakah pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi ?

3. Adakah pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi ?

4. Bagaimana gambaran tentang deskripsi variabel motivasi dan lingkungan belajar?

1.3

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan kalimat yang menunjukkan adanya sesuatu hal yang diperoleh setelah penelitian selesai. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh iingkungan belajar terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi dan lingkungan belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.


(20)

4. Untuk mengetahui gambaran tentang deskripsi variabel motivasi dan lingkungan belajar?

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memberikan manfaat, antara lain :

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam menambah pengetahuan mengenai pendidikan dan proses belajar mengajar, khususnya pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan sarana penelitian untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama perkuliahan dengan kondisi yang terjadi di lapangan, serta untuk menambah pengalaman dalam melakukan penelitian yang terkait dengan judul yang di angkat.

b. Bagi Sekolah

- Sebagai bahan masukan pengetahuan praktis di bidang pendidikan dan sekolah khususnya permasalahan yang menyangkut keberhasilan belajar siswa.

- Sebagai data masukan dan bahan pertimbangan bagi SMP N 5 Purwodadi dalam memahami permasalahan yang dihadapi oleh siswa terkait prestasi akademiknya.


(21)

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1.

Landasan Teori

2.1.1 Tinjauan Tentang Belajar

Para ahli psikologi menetapkan berbagai definisi karena definisi merupakan rangkaian kalimat untuk menyatakan suatu konsep. Oleh karena itu, ada banyak definisi sebanyak pencetusnya walaupun ada persamaan konsep.

Berikut beberapa definisi yang dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi modern, antara lain :

1) Hilgard (1962:252) dalam buku Mulyati (2005:4) :

as the process by which an activity originates or is changed through responding to a situation.

Artinya : …a proses oleh kegiatan berasal atau dirubah melalui menjawab ke situasi.

2) Morgan (1961:187) dalam buku Mulyati (2005:4) :

Learning is any relatively permanent change in behavior that is a result past esperience.

Artinya : Belajar adalah ganti yang relatif permanen yang mana pun di kelakuan yang adalah masa lalu hasil esperience.


(22)

Perbedaan kedua definisi adalah Morgan menekankan pada tetapnya perubahan tingkah laku (secara relatif) sesudah belajar, sedangkan Hilgard menekankan pada mengorganisasikan perubahan dalam merespons suatu situasi. Jadi, perbedaan dilihat dari penggunaan langsung belajar untuk merespons. Namun, keduanya menunjukkan adanya perubahan sesudah belajar.

Masih banyak ahli psikologi lain yang menyusun definisi, seperti Witheringron, Croncbach, Woodworth dan lainnya, tetapi susunan kalimatnya berbeda-beda. Namun, para ahli psikologi modern berpendapat sama bahwa dalam belajar, ada proses perubahan ke arah lebih baik, dari tidak dapat menjadi dapat dan dari tidak tahu menjadi tahu. Lebih lanjut, perubahan tersebut relatif permanen, dalam arti tidak mudah hilang, dan terjadi bukan semata-mata karena kematangan atau pertumbuhan.

Jadi, kesimpulannya adalah belajar merupakan suatu usaha sadar individu untuk mencapai tujuan peningkatan diri atau perubahan diri melalui latihan-latihan dan pengulangan-pengulangan dan perubahan yang terjadi bukan karena peristiwa kebetulan.

2.1.2 Motivasi Belajar

Motivasi merupakan hal yang sangat penting dalam rangka seseorang menjalankan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan dirinya, termasuk alam belajar. Banyak hal yang perlu dilakukan oleh seseorang dalam rangka mengembangkan dirinya sendiri, namun bila semua usaha itu tidak akan memuaskan sebagaimana diharapkan. Agar motivasi tetap efektif, perlu didukung


(23)

oleh disiplin diri tinggi, dengan tetap konsisten menjalankan hal-hal yang sudah direncanakan, dalam rangka mencapai apa yang diinginkan, sambil tetap menghormati aturan-aturan atau norma-norma yang berlaku. Motivasi merupakan ”sesuatu pemberian motif, penimbunan sesuatu hal yang menimbulkan dorongan, motivasi juga dapat diartikan faktor yang mendorong orang bertindak dengan cara tertentu” Manullang (1998:146). Selain itu motivasi merupakan ”kekuatan atau daya dorong yang menggerakkan sekaligus mengarahkan kehendak dan perilaku seseorang dan segala kekuatannya untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yang muncul dari keinginan memenuhi kebutuhannya” Anthonius (2002:264).

Chatarina (2006:154) menyatakan bahwa :

Kebanyakan pakar psikologi menggunakan kata motivasi deng mengaitkan belajar untuk menggambarkan proses yang dapat : (a) memunculkan dan mendorong perilaku, (b) memberikan arah atau tujuan perilaku, (c) memberikan peluang terhadap perilaku yang sama, dan (d) mengarahkan pada pilihan perilaku tertentu.

Moivasi merupakan proses internal yang mengkaitkan, memandu dan memelihara perilaku seseorang secara terus menerus. Motivasi tidak hanya penting untuk membuat siswa melakukan aktivitas belajar, melainkan juga menentukan berapa banyak siswa dapat belajar dari aktivitas yang mereka lakukan atau informasi yang mereka hadapi. Siswa yang termotivasi akan menunjukkan proses kognitif yang tinggi dalam belajar , menyerap dan mengingat apa yang telah dipelajari. Dalam proses belajar mengajar seharusnya guru mengerti kapan siswa perlu di motivikasi selama proses belajar sehingga aktivitas belajar berlangsung lebih mnyenangkan siswa, akan meningkatkan kreativitas dan aktivitas belajar siswa.


(24)

Hal ini sesuai dengan pendapat dalam jurnal (Jasmine, Green., Genevieve, Nelson., Andrew J, Martin., Herb, Marsh. 2006. The causal ordering of self-concept and academic motivation and its effect on academic achievement. Shannon Research Press.).

Skaalvik and Valis' (1999) study of Norwegian elementary and middle school students also included a measure of motivation (interest and investment) into their study of reciprocal effects. Interestingly, the results supported the skill development model for all cohorts (the view that achievement affects self-concept). Moreover, in the two oldest cohorts, the results revealed that motivation was also affected directly by achievement. Generally, there was no evidence to suggest that self-concept affected subsequent motivation or achievement.

Given that these findings are inconsistent it is critically important to integrate self-concept with motivational literature in future studies. To date, few studies endeavour to unify the numerous competing motivational theories available in the literature and a more comprehensive model is needed to explain fully the dynamic interactions and relationships among motivational variables and academic achievement.

Terjemah :

Skaalvik dan Valis (1999) penelitian siswa sekolah dasar dan tengah Norwegia juga memasukkan ukuran motivasi (bunga dan investasi) ke dalam penelitian mereka efek timbal balik. Secara menarik, hasil menyangga model perkembangan ketrampilan bagi semua kelompok (pandangan yang dipengaruhi oleh prestasi self-konsep). Selain itu, di kedua kelompok yang paling tua, hasil mengungkapkan bahwa motivasi juga dipengaruhi secara langsung oleh prestasi. Secara umum, tidak ada bukti untuk menyarankan bahwa self-konsep mempengaruhi motivasi atau prestasi berikut.

Diberi bahwa kesimpulan ini tidak konsisten secara kritis penting untuk mengintegrasikan self-konsep dengan motivational kesusasteraan di masa depan studi. Sehingga kini, sedikit studi usaha keras untuk mempersatukan yang berbanyak-banyak yang bersaing motivational teori yang ada di kesusasteraan dan model yang lebih menyeluruh diperlukan untuk menerangkan sepenuhnya interaksi dan hubungan dinamik di antara motivational variabel dan prestasi akademis.


(25)

Beberapa jenis motivasi belajar menurut Sardiman (2010:89) di bagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan ekstrinsik :

- Motivasi Intrinsik

Motivasi intrinstik merupakan motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dilarang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah di suruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku untuk di bacanya. - Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsangan luar. Contohnya seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan hadiah. Jadi kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukannya, tidak secara langsung bergayut dengan esensi apa yang dilakukannya itu.

Adanya tiga komponen utama dalam motivasi yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (1994:75) yaitu :

2 Kebutuhan

Kebutuhan akan terjadi bila individu merasa ada ketidak seimbangan antara apa yang ia miliki dan ia harapkan.

3 Dorongan.

Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan. Dorongan merupakan kekuatan mental yang berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi tujuan tersebut merupakan inti dari motivasi.

4 Tujuan

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai oleh seseorang individu. Tujuan tersebut mengarahkan perilaku dalam hal ini perilaku belajar. Dari pendapat dan pengertian tersebut menjadikan motivasi hal yang sangat diperlukan dalam setiap melakukan kegiatan. Demikian juga dalam kegiatan belajar. Karena dengan adanya motivasi yang kuat akan dapat mencapai hasil yang diharapkan.


(26)

Pentingnya motivasi bagi siswa menurut Dimyati dan Mudjiono (1994:79) adalah :

a. Menyadarkan kedudukan pada awal belajar, proses dan hasil akhir belajar.

b. Menginformasikan tentang usaha belajar, bila dibandingkan dengan teman sebaya sebagai ilustrasi, terbukti kegiatan usahanya belum memadai, maka ia berusaha setekun mungkin agar berhasil.

c. Mengarahkan kegiatan belajar, mengetahui perilaku belajarnya. d. Membesarkan semangat belajar.

e. Menyadarkan tentang adanya perjalanan belajar dan kemudian bekerja.

1) Ciri-ciri Motivasi Belajar

Sardiman (2010:83) dalam buku Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, menyatakan bahwa motivasi yang ada pada diri setiap orang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat untuk sukses d. Lebih senang bekerja sendiri

e. Cepat bosan dengan tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah

Jika seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, berarti orang tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Ciri-ciri motivasi tersebut akan sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar. Karena kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, bila siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan masalah dan hambatan secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas.


(27)

2) Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai fungsi yang sangat penting dalam belajar, karena motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan oleh siswa. Hawley Yusu (2003:14) menyatakan bahwa :

Para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi, belajarnya lebih baik dibandingkan dengan para siswa yang memiliki motivasi belajar rendah, siswa yang memiliki motivasi tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar.

Menurut Sardiman (2010:85) fungsi motivasi adalah :

4.1 Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

4.2 Menentukan arah perbuatan, yaitu ke arah tujuan yang hendak dicapai, dengan demikian motivasi dapat memberi arah dan kegiatan

yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya.

4.3 Menyeleksi perbuatan, yaitu menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang sesuai guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan prbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Hamalik (2000:175) fungsi motivasi adalah :

o Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar.

o Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang dinginkan.

o Sebagai penggeerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan lambatnya suatu pekerjaan.

3) Tujuan Motivasi

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu, sehingga dapat memperoleh hasil atau


(28)

mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini untuk mencapai prestasi belajar yang bagus.

4) Teori Motivasi

Ngalim Purwanto (2004:78) beberapa teori motivasi yang akan dibicarakan dalam pasal ini adalah:

a. Teori Hedonisme

Hedone adalah bahasa Yunani yang berarti kesukaan, kesenangan, atau kenikmatan. Hedonisme adalah suatu aliran di dalam filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan hedonisme, manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang mementingkan kehidupan yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan, penderitaan, dan sebagainya. Inplikasi dari teori ini ialah adanya anggapan bahwa semua orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan, atau yang mengandung risiko berat, dan lebih suka melakukan sesuatu yang mendatangkan kesenangan baginya. Siswa di suatu kelas merasa gembira dan bertepuk tangan mendengar pengumuman dari kepala sekolah bahwa guru matematika mereka tidak dapat mengajar karena sakit. Seorang pegawai segan bekerja dengan baik dan malas bekerja, tetapi selalu menuntut gaji atau upah yang tinggi. Dan banyak lagi contoh yang lain, yang menun-jukkan bahwa motivasi itu sangat diperlukan. Menurut teori hedonisme, para siswa dan pegawai tersebut pada contoh di atas harus diberi motivasi secara tepat agar tidak malas dan mau bekerja dengan baik, dengan memenuhi kesenangannya.

b. Teori Naluri

Pada dasar-nya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini disebut juga naluri yaitu:

a. dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, b. dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri, dan

c. dorongan nafsu (naluri) mengembangkan/mempertahankan jenis. Dengan dimilikinya ketiga naluri pokok itu, maka kebiasaan-kebiasaan ataupun tindakan-tindakan dan tingkah laku manusia yang diperbuatnya sehari-hari mendapat dorongan atau digerakkan oleh ketiga naluri tersebut. Oleh karena itu, menurut teori ini, untuk memotivasi


(29)

seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan dituju dan perlu dikembangkan.

Misalkan, seorang pelajar terdorong untuk berkelahi karena sering merasa dihina dan diejek teman-temannya karena ia dianggap bodoh di kelasnya (naluri mempertahankan diri). Agar pelajar tersebut tidak berkembang menjadi anak nakal yang suka berkelahi, perlu diberi motivasi, misalnya dengan menyediakan situasi yang dapat mendorong anak itu menjadi rajin belajar sehingga dapat menyamai teman-teman sekelasnya (naluri mengembangkan diri).

c. Teori Reaksi yang Dipelajari

Teori ini berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri-naluri, tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di tempat orang itu hidup. Orang belajar paling banyak dari lingkungan kebudayaan di tempat ia hidup dan dibesarkan. Oleh karena itu, teori ini disebut juga teori lingkungan kebudayaan. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun seorang pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin ataupun pendidik itu hendaknya mengetahui benar-benar latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang dipimpinnya.

Dengan mengetahui latar belakang kebudayaan seseorang kita dapat mengetahui pola tingkah lakunya dan dapat memahami pula mengapa ia bereaksi atau bersikap yang mungkin berbeda dengan orang lain dalam menghadapi suatu masalah.

d. Teori Daya Pendorong

Teori ini merupakan perpaduan antara "teori naluri" dengan "teori reaksi yang dipelajari". Daya pendorong adalah semacam naluri, tetapi hanya suatu dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Misalnya, suatu daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Semua orang dalam semua kebudayaan mempunyai daya pendorong pada jenis kelamin yang lain. Namun, cara-cara yang digunakan dalam mengejar kepuasan terhadap daya pendorong tersebut berlain-lainan bagi tiap individu menurut latar belakang kebudayaan masing-masing. Oleh karena itu, menurut teori ini, bila seorang pemimpin ataupun pendidik ingin memotivasi anak buahnya, ia harus mendasarkannya atas daya pendorong, yaitu atas naluri dan juga reaksi yang dipelajari dari kebudayaan lingkungan yang dimilikinya. Memotivasi anak didik yang sejak kecil dibesarkan di daerah Gunung Kidul misalnya, kemungkinan besar akan berbeda dengan cara memberikan motivasi kepada anak yang dibesarkan di kota Medan meskipun masalah yang dihadapinya sama. e. Teori Kebutuhan

Teori motivasi yang sekarang banyak dianut orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakikatnya adalah untuk memenuhi kebutuhannya, baik


(30)

kebutuhan fisik maupun kebutuhan psikis. Oleh karena itu, menurut teori ini, apabila seorang pemimpin ataupun pendidik bermaksud memberikan motivasi kepada seseorang, ia harus berusaha mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang yang akan dimotivasinya.

f. Teori A braham Maslow

Sebagai seorang pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok manusia. Kelima tingkatan kebutuhan pokok inilah yang kemudian dijadikan pengertian kunci dalam mempelajari motivasi manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok yang di maksud dapat dilihat pada gambar berikut :

Aktuali sasi diri (self actuali zation)

Kebutuhan penghar

gaan (esteem needs) Kebutuhan social (social needs)

Kebutuhan rasa aman dan perlin dungan (safety and security needs) Kebutuhan fisiologis (physiological needs) Keterangan :

1. Kebutuhan fisiologis : Kebutuhan ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut fungsi-fungsi akan pangan, sandang dan papan, kesehatan fisik, kebutuhan seks, dsb.

2. Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (safety and security) seperti terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dsb.


(31)

3. Kebutuhan social (social needs) yang meliputiantara lain kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan ebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok, rasa setia kawan, kerjasama.

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs), termasuk kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat, dsb.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization) seperti antara lain kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara maksimum, kreatifits, dan ekspresi diri.

5) Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa menurut Catharina (2006:159) yaitu :

a. Sikap

Sikap merupakan kombinasi dari konsep, informasi dan emosi yang dihasilkan di dalam perdisposisi untuk merespon orang, kelompok, gagasan, peristiwa atau objek tertentu secara menyenangkan atau tidak menyenangkan.

b. Kebutuhan

Kebutuhan merupakan kondisi yang dialami oleh individu sebagai kekuatan internal yang memandu siswa untuk mencapai tujuan.

c. Rangsangan

Rangsangan merupakan perubahan di dalam persepsi atau pengalaman dengan kondisi yang membuat seseorang bersifat aktif.

d. Afeksi

Konsep afeksi berkaitan dengan pengalaman emosional kecemasan, kepedulian dan pemilikan dari individu atau kelompok pada waktu belajar. e. Kompetensi

Manusia pada dasarnya memiliki keinginan untuk memperoleh kompetensi dari kondisinya. Teori kompetensi mengasumsikan bahwa siswa secara alami berusaha keras untuk berinteraksi dengan kondisinya secara aktif. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk menguasai kondisi dan mengerjakan tugas-tugas secara berhasil agar menjadi puas.


(32)

f. Penguatan

Salah satu hukum psikologis paling fundamental adalah prinsip penguatan (reinorcement). Penguatan merupakan peristiwa yang mempertahankan atau meningkatkan kemungkinan respon.

6) Upaya Peningkatan Motivasi

Motivasi sangat penting untuk mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar merupakan ”motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk melibatkan diri” Winkel (2004:186).

Sardiman (2010:80) menyimpulkan bahwa menurut ahli ilmu jiwa, dijelaskan bahwa motivasi itu ada suatu hierarki, maksudnya motivasi itu ada tingkatan-tingkatannya, yakni dari bawah ke atas. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan, yaitu :

a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat dan sebagainya.

b. Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman bebas dari rasa takut dan kecemasan.

c. Kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

d. Kebutuhan untuk mewujutkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.

Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk merangsang motivasi belajar siswa yang merupakan dorongan intrinsik.

Menurut Sardiman (2010:90) beberapa cara menumbuhkan motivasi belajar di sekolah adalah dengan :

Memberikan angka sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya, hadiah, persaingan / kompetensi baik individu maupun kelompok, ego-invoicement, sebagai tantangan untuk mempertaruhkan harga diri, memberi ulangan, mengetahui hasil, pujian, hukuman, hasrat untuk belajar, minat, dan tujuan yang diakui.


(33)

2.1.3 Lingkungan Belajar

Biasanya orang mengartikan lingkungan secara sempit, seolah-olah lingkungan hanyalah alam sekitar di luar diri manusia/individu. Lingkungan itu sebenarnya mencakup segala material dan stimulus di dalam dan di luar diri individu, baik yang bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosial-kultural. Dengan demikian lingkungan dapat diartikan secara fisiologis, secara psikologis, dan secara sosio-kultural.

Secara fisiologis, lingkungan meliputi segala kondisi dan material jasmaniah di dalam tubuh seperti gizi, vitamin, air, zat asam, suhu, sistem saraf, peredaran darah, pernapasan, pencernaan makanan, kelenjar-kelenjar indoktrin, sel-sel pertumbuhan, dan kesehatan jasmani.

Secara psikologis, lingkungan mencakup segenap stimulasi yang diterima oleh individu mulai sejak dalam konsesi, kelahiran sampai matinya. Stimulasi itu misalnya berupa: sifat-sifat "genes", interaksi "genes", selera, keinginan, perasaan, tujuan-tujuan, minat, kebutuhan, kemauan, emosi, dan kapasitas intelektual.

Secara sosio-kultural, lingkungan mencakup segenap stimulasi, interaksi, dan kondisi dalam hubungannya dengan perlakuan ataupun karya orang lain. Pola hidup keluarga, pergaulan kelompok, pola hidup masyarakat, latihan, belajar, pendidikan, pengajaran, bimbingan, dan penyuluhan, adalah termasuk sebagai lingkungan ini.

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak,


(34)

sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya.

Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung kepada keadaan lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

Kemudian uraian Lingkungan Belajar dari Jurnal John R. Savery and Thomas M. Duffy. Also in B. Wilson (Ed). 1995. Constructivist Learning Environments: Problem Based Learning:An instructional model and its constructivist framework. Indiana University (Bloomington).

Design the learning environment to support and challenge the learner's thinking. While we advocate giving the learner ownership of the problem and the solution process, it is not the case that any activity or any solution is adequate. Indeed, the critical goal is to support the learner in becoming an effective worker/thinker in the particular domain. The teacher must assume the roles of consultant and coach. The most critical teaching activity is in the questions the teacher asks the learner in that consulting and coaching activity. It is essential that the teacher value as well as challenge the learner's thinking. The teacher must not take over thinking for the learner by telling the learner what to do or how to think, but rather teaching should be done by inquiring at the "leading edge" of the protege's thinking (Fosnot, 1989). This is different from the widely used Socratic method wherein the teacher has the "right" answer and it is the student's task to guess/deduce through logical questioning that correct answer. The concept of a learning scaffold and the zone of proximal development as described by Vygotsky (1978) is a more accurate representation of the learning exchange/interaction between the teacher and the student.

Terjemah :

Pola lingkungan belajar untuk menyokong dan tantangan pembelajar berpikir. Sedangkan kami menganjurkan memberi kemilikan pembelajar masalah dan proses pemecahan, tidak kasus bahwa aktivitas yang mana pun atau pemecahan yang mana pun memadai. Memang, cita-cita kritis akan menyokong pembelajar dalam menjadi seorang karyawan efektif/ahli pikir di lingkup khusus. Guru harus mengambil tugas konsultan dan kereta. Aktivitas mengajar yang paling


(35)

kritis di pertanyaan tanya guru pembelajar di aktivitas berunding dan melatih itu. Esensial bahwa nilai guru sebaik sebagai tantangan pembelajar berpikir. Guru tidak boleh mengambil lebih berpikir bagi pembelajar oleh mengatakan pembelajar apa untuk melakukan atau bagaimana caranya untuk berpikir, tetapi lebih sebaiknya dilakukan mengajar dengan bertanya di "pinggir terkemuka" anak didik berpikir (Fosnot, 1989). Ini berbeda dengan metode dipakai secara luas sokratik dalam mana guru.

1. Macam-Macam Lingkungan

Menurut Umar Tirtaraharjda, La Sulo (1994:173-183) lingkungan sekolah terdiri dari :

a. Keluarga

Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang mula-mulanya paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak. Di samping factor iklim social itu, factor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran, keadaan perumahannya, dan sebagainya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarga.

b. Sekolah

Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan aspirasi generasi muda terhadap IPTEK. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam proses pembangunan masyarakatnya itu.

c. Masyarakat

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi, yakni:

- Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik yang dilembagakan (jalur sekolah dan jalur luar sekolah) maupun yang tidak dilembagakan (jalur luar sekolah).

- Lembaga-lembaga kemasyarakatan da/atau kelompok social di masyarakat, baik langsung maupun tak langsung, ikut mempunyai peranan dan fungsi edukatif.

- Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang di rancang (by desain) maupun yang dimanfaatkan (utility). Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk


(36)

meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam bekerja, bergaul, dan sebagainya. Sertain dalam buku Dalyono (2007:132) seorang ahli psikologi Amerika mengatakan, bahwa apa yang dimaksud dengan lingkungan (environment) ialah :

Meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen, dan bahkan gen-gen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen yang lain.

Menurut definisi yang luas ini, ternyata bahwa di dalam lingkungan kita/di sekitar kita tidak hanya terdapat sejumlah besar faktor-faktor pada suatu saat, tetapi terdapat pula faktor-faktor lain yang banyak sekali, yang secara potensial sanggup/dapat mempengaruhi kita. Akan tetapi lingkungan kita yang aktual (yang sebenarnya) hanyalah faktor-faktor dalam dunia sekeliling kita yang benar-benar mempengaruhi kita.

Menurut Sertain dalam buku Dalyono (2007:133), lingkungan itu dapat dibagi menjadi 3 bagian sebagai berikut:

1) Lingkungan alam/luar (external or physical environmet).

2) Lingkungan dalam (internal environment), dan 3) Lingkungan sosial/masyarakat (social environmet),

Yang di maksud dengan lingkungan alam/luar ialah segala sesuatu yang ada dalam dunia ini yang bukan manusia, seperti: rumah, tumbuh-tumbuhan, air, iklim, hewan, dan sebagainya.


(37)

Lingkungan dalam ialah segala sesuatu yang termasuk lingkungan luar/alam. Akan tetapi makanan yang sudah di dalam perut kita, kita katakan berada antara eksternal dan internal environment kita. Karena makanan yang sudah dalam perut itu sudah/sedang dalam pencernaan dan peresapan ke dalam pembuluh-pembuluh darah. Makanan dan air yang telah berada di dalam pembuluh-pembuluh darah atau di dalam cairan limpa, mereka mempengaruhi tiap-tiap sel di dalam tubuh, dan benar-benar termasuk ke dalam internal environment/lingkungan dalam.

Jadi, sesungguhnya sangat sukar bagi kita untuk menarik batas yang tegas antara "diri kita sendiri" dengan "lingkungan kita".

Yang dimaksud dengan lingkungan sosial ialah semua orang/manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial itu ada yang kita terima secara langsung dan ada yang tidak langsung. Pengaruh secara langsung, seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, sepekerjaan, dan sebagainya. Pengaruh yang tidak langsung, melalui radio dan televisi, dengan membaca buku-buku, majalah-majalah, surat-surat kabar, dan sebagainya, dan dengan berbagai cara yang lain.

Masing-masing dari kita, terutama dalam hal kepribadian kita adalah hasil interaksi antar gen-gen dan lingkungan sosial kita, karena interaksi ini maka tiap-tiap orang adalah unik; tiap-tiap orang memiliki kepribadian sendiri-sendiri yang berbeda-beda satu sama lain. Jika dalam hal individu-individu yang memiliki beberapa gen yang sama atau bersamaan lingkungan sosialnya, interaksi itu menghasilkan variasi-variasi/perbedaan-perbedaan yang luas dalam personality.


(38)

Anak kembar (siblings) yang mempunyai lingkungan sosial yang sama dan beberapa gen-gen yang bersamaan, serta anak kembar satu telur (idential twins)

yang memiliki heredity yang sama dan lingkungan sosial yang berbeda-beda, kepribadiannya menunjukkan perbedaan-perbedaan yang nyata.

Demikianlah jika kita hubungkan kembali antara pembawaan/keturunan (heredity) dan lingkungan dalam hal pengaruhnya terhadap perkembangan manusia.

Dapat kita katakan sebagaimana yang di kemukakan oleh Dalyono (2007:134) :

Sifat-sifat dan watak kita adalah hasil interaksi antara pembawaan (heredity) dan lingkungan kita. Dalam hal ini pengertian kita harus ditekankan pada kata interaksi. Interaksi antara keduanya (heredity and environment) itulah yang menentukan bagaimana hasil/keadaan/perkembangan aspek-aspek tertentu dari manusia.

2.1.4 Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah suatu usaha atau kegiatan anak untuk menguasai bahan-bahan pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Prestasi beljaar adalah ”istilah yang telah dicapai individu sebagai usaha yang dialami secara langsung serta merupakan aktivitas yang bertujuan untuk memperoleh ilmu pengetahan, ketrampilan, kecerdasan, kecakapan dalam keadaan kondisi serta situasi tertentu” Nasution (1995:23).

Prestasi belajar adalah ”penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” Tu’u (2004:75).


(39)

Prestasi belajar adalah sebagai hasil atas kepaduan atau keterampilan yang dicapai oleh individu, untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksinya dengan kondisi.

Menurut Hamalik (2003:45), syarat-syarat perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar adalah sebagai berikut :

a. Hasil belajar sebagai pencapaian tujuan.

b. Hasil belajar sebagai buah dari proses kegiatan yang disadari. c. Hasil belajar sebagai produk latihan.

d. Hasil belajar merupakan tindak tanduk yang berungsi efektif dalam kurun waktu tertentu.

e. Hasi belajar harus berfungsi operasional dan potensional yaitu merupakan tindak tanduk yang positif bagi pengembangan tindak tanduk lainnya.

Prestasi merupakan hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi akademik adalah hasil belajar yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran di sekolah atau di perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian. Sementara prestasi belajar adalah pengguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.

Menurut Tu’u (2004:75) prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah.

2. Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa dan evaluasi.


(40)

3. Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai dan angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.

Hasil evaluasi tersebut didokumentasikan dalam buku nilai guru dan wali kelas serta arsip yang ada di bagian administrasi kurikulum sekolah. Selain itu, hasil evaluasi juga disampaikan kepada siswa dan orang tua melalui buku yang disampaikan pada waktu pembagian rapor akhir semester atau kenaikan atau kelulusan.

Jadi, prestasi belajar siswa terfokus pada nilai atau angka yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran di sekolah Nilai tersebut terutama dilihat dan sisi kognitif, karena aspek ini yang sering dinilai oleh guru untuk melihat penguasaan pengetahuan sebagai ukuran pencapaian hasil belajar siswa. Nana Sudjana (1990:23) mengatakan bahwa "di antara ketiga ranah ini, yakni kognitif, afektif, psikomotorik, maka ranah kognitiflah yang paling sering dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran".

Sedangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi siswa menurut Merson U. dalam buku Kartini Kartono (1990:6), terdiri dari “kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, kesehatan, cara belajar, kondisi keluarga, kondisi pergaulan, sekolah dan sarana pendukung belajar”.

Agar hal ini menjadi lebih jelas, diuraikan berikut ini: 1) Faktor kecerdasan

Biasanya, kecerdasan hanya dianggap sebagai kemampuan rasional matematis. Rumusan di atas menunjukkan kecerdasan menyangkut


(41)

kemampuan yang luas, tidak hanya kemampuan rasional memahami, mengerti, memecahkan masalah, tetapi termasuk kemampuan mengatur perilaku berhadapan dengan kondisi yang berubah dan kemampuan belajar dari pengalamannya.

2) Faktor bakat.

Bakat adalah kemampuan yang ada pada seseorang yang dibawanya sejak lahir, yang diterima sebagai warisannya dari orang tua. Bagi seorang siswa, bakat bisa berbeda dengan siswa lain. Ada siswa, yang "berbakat dalam bidang ilmu sosial, ada yang di ilmu pasti. Karena itu, seorang siswa yang berbakat di bidang ilmu sosial akan sukar berprestasi tinggi di bidang ilmu pasti, dan sebaliknya.

3) Faktor minat dan perhatian

Minat adalah kecenderungan yang besar terhadap sesuatu. Perhatian adalah melihat dan mendengar dengan baik dan teliti terhadap sesuatu. Minat dan perhatian biasanya berkaitan erat. Apabila seorang siswa menaruh minat pada satu pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikannya dengan baik. Minat dan perhatian yang tinggi pada mata pelajaran akan memberi dampak yang baik bagi prestasi belajar siswa.

4) Faktor motif

Motif adalah dorongan yang membuat seseorang berbuat sesuatu. Motif selalu mendasari dan mempengaruhi setiap usaha serta kegiatan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam belajar, kalau siswa mempunyai motif yang baik dan kuat, hal itu akan memperbesar usaha dan


(42)

kegiatannya mencapai prestasi yang tinggi. Siswa yang kehilangan motivasi dalam belajar akan memberi dampak kurang baik bagi prestasi belajarnya. 5) Faktor cara belajar

Keberhasilan studi siswa dipengaruhi juga oleh cara belajar siswa. Cara belajar yang efisien memungkinkan mencapai prestasi lebih tinggi dibandingkan dengan cara belajar yang tidak efisien. Cara belajar yang efisien sebagai berikut:

(a) Berkonsentrasi sebelum dan pada saat belajar.

(b) Segera mempelajari kembali bahan yang telah diterima.

(c) Membaca dengan teliti dan baik bahan yang sedang dipelajari, dan berusaha .menguasainya dengan sebaik-baiknya.

(d) Mencoba menyelesaikan dan melatih mengerjakan soal-soal. 6) Faktor kondisi keluarga

Sebagian waktu seorang siswa berada di rumah. Orang tua, dan adik kakak siswa adalah orang yang paling dekat dengan dirinya. Oleh karena itu, keluarga merupakan salah satu potensi yang besar dan positif memberi pengaruh pada prestasi siswa.

7) Faktor sekolah

Selain keluarga, sekolah adalah kondisi kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, sekolah merupakan kondisi pendidikan yang sudah terstruktur, memiliki sistem dan organisasi yang baik bagi penanaman nilai-nilai moral, mental, spiritual, disiplin dan ilmu pengetahuan. Apalagi bila sekolah berhasil menciptakan


(43)

suasana kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, metode pembelajaran aktif interaktif, sarana penunjang cukup memadai, siswa tertib disiplin. Maka, kondisi kondusif tersebut mendorong siswa saling berkompetisi dalam pembelajaran. Keadaan ini diharapkan membuat hasil belajar siswa akan lebih tinggi.

2.2.

Indikator Prestasi Belajar

Pada perinsipnya,pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagi akibat pengalaman fan proses belajar siswa.Namun demikian ,pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah,khususnya ranah rasa murid,sangat sullit karena perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat intangible (tidak dapat diraba) oleh karena itu,yang dapat dilakukan oleh guru dalam hal ini adalah mengambil indikator yaitu cuplikan atau gambaran perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahn yang terjadi sebagai hasil belajar siswa baik yang berdimensi cipta,rasa,ataupun karsa.Diantara indikator-indikator hasil belajar siswa, berdasarkan ketiga dimensi tersebut adalah :

1. Indikator ranah cipta (kognitif)

a. Pengamatan : dapat menunjukkan, membandingkan, dan menghubungkan.

b. Ingatan : dapat menyebutkan dan menunjukkan kembali.

c. Pemahaman : sapat menjelaskan dan mendefinisikan dengan lisan sendiri. d. Penerapan : dapat memberikan contoh dan mengungkapakan secara tepat.


(44)

e. Sintesis (pemeriksaan dan pemilihan secara teliti) : dapat menguraikan dan mengklasifikasikan.

f. Analisisi (membuat paduan baru dan utuh) : dapat menghubungkan,menyimpulkam,dan menggeneralisasikan (membuat perinsip baru).

2. Indikator Ranah Rasa (afektif)

a. Penerimaan : menunjukkan sikap menerima dan menolak. b. Sambutan : kesediaan berpartisipasi/terlibat dan memanfaatkan.

c. Apresiasi (sikap menghargai) : menganggap penting dan bermanfaat, indah dan harmonis, serta mengagumi.

d. Internalisasi (pendalamtauan) : mengakui dan meyakini atau mengingkari. e. Karakterisasi (penghayatan) : melambangkan atau meniadakan dan

menjelmakan atau berperilaku dalam sehari-hari.

3. Indikator Ranah Karsa (psikomotorik)

a. Keterampilan bergerak dan bertindak : mengkoordinasikan gerakan seluruh anggota tubuh.

b. Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal : mengucapkan dan membuat mimik serta gerakan jasmani. (http://sutisna.com).


(45)

2.3.

Kerangka Berfikir

Keberhasilan prestasi belajar siswa pada dasarnya bukan hanya merupakan tanggung jawab siswa itu sendiri tetapi semua pihak juga terlibat didalamnya baik keluarga, sekolah, masyarakat bahkan pemerintah-pun juga harus terlibat didalamnya.

Dalam penelitian ini penulis ingin mengkaji permasalahan mengenai keterkaitan antara motivasi dan lingkungan belajar siswa yang ada dengan prestasi belajar yang dapat diraih oleh siswa tersebut. dalam banyak hal tidak semua kondisi yang baik dan normal akan dapat menghasilkan prestasi atau hasil yang optimal seandainya tidak didukung dengan keinginan atau motivasi yang kuat dan begitu juga sebaliknya, motivasi belajar yang besar sekalipun juga belum tentu dapat menghasilkan sebuah prestasi akademik yang optimal jika tidak didukung dengan kondisi keluarga, lingkungan sekolah dan kondisi masyarakat yang nyaman, tenang dan representatif untuk belajar. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kerangka berfikir di bawah ini :


(46)

Parsial

Simultan

MOTIVASI BELAJAR (X1) 1. Tekun menghadapi tugas 2. Ulet menghadapi kesulitan 3. Menunjukkan minat untuk sukses 4. Lebih senang bekerja sendiri 5. Cepat bosan dengan tugas yang

rutin

6. Dapat mempertahankan pendapatnya

7. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini

8. Senang mencari dan memecahkan masalah

(Sardiman, 2004:83)

PRESTASI BELAJAR (Y)

a. Hasil ulangan harian murni.

b. Hasil MID semester murni.

LINGKUNGAN BELAJAR (X2)

a. Faktor keluarga b. Faktor sekolah c. Faktor masyarakat

(Umar Tirtarahardja, La Sulo, 1994:167)


(47)

2.4.

Hipotesa

Dari arti katanya, ’hipotesa berasal dari 2 kata, yaitu ”hypo” yang artinya ”dibawah” dan ”thesa” yang artinya ”kebenaran” Arikunto (2006:71). Hipotesa dalam penelitian ini adalah :

- Ha1 Ada Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.

- Ha2 Ada Pengaruh Lingkungsan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.

- Ha3 Ada Pengaruh Motivasi dan Lingkungan Belajar Secara Bersama-sama Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.


(48)

35

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1

Penelitian

Penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta-fakta dan prinsip-prinsip : suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Definisi lain menurut Parsons (1946) dalam buku Nazir (2005:13) penelitian adalah ”pencarian atas sesuatu (inquiry) secara sistematis dengan penekanan bahwa pencarian ini dilakukan terhadap masalah-masalah yang dapat dipecahkan”.

Pada penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian Kuantitatif, yaitu penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.


(49)

3.2

Populasi Penelitian

Populasi adalah ”keseluruhan subjek penelitian” Arikunto (2006:130). Populasi diartikan pula ”merupakan keseluruhan wilayah, individu, obyek, gejala atau peristiwa untuk mana generalisasi suatu kesimpulan dikenakan” Sutrisno Hadi (1996:115). Definisi lain menyebutkan bahwa populasi merupakan ”kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang ingin kita buat inferensi” Nazir (2005:273).

Populasi adalah keseluruhan wilayah atau individu dari suatu ukuran yang akan dibuat kesimpulan. Berikut ini adalah populasi yang diambil dalam penelitian ini :

Tabel 3.1 Daftar Populasi Penelitian

No Kelas Jumlah

1. VIII. A 35

2. VIII. B 38

3. VIII. C 39

4. VIII. D 38

5. VIII. E 37

6. VIII. F 37

7. VIII. G 35

Jumlah 259 Sumber : Arsip SMP N 5 Purwodadi.

Jadi populasi dalam penelitian ini sebanyak 259 siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.


(50)

3.3

Sampel

Sampel adalah ”sebagian atau wakil populasi yang diteliti” Arikunto (2006:131). Sampel juga bisa diartikan sebagai ”bagian yang di ambil dari populasi” Sudjana (2001:6). Besarnya ukuran sampel yang akan digunakan dalam penelitian dari suatu populasi dapat digunakan rumus Slovin Umar (2004:78) sebagai berikut :

n= 1 2 + Ne N dimana :

n : ukuran sampel N : ukuran populasi

e : persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir atau digunakan (ditetapkan sebesar 5%).

Dengan menggunakan rumus slovin di atas didapatkan jumlah sampel sebanyak :

n= 1 ) 05 , 0 ( 259 259 2 + n= 1 ) 0025 , 0 ( 259 259 + n= 1 65 , 0 259 + n= 65 , 1 259


(51)

Dari ukuran sampel yang telah diketahui, selanjutnya akan ditentukan perwakilan dari tiap kelas.

Prosedur untuk menentukan besarnya sampel dari tiap-tiap sub populasi dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

JSB = xJPB Jpt Jst

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Proporsi

Sampel

Sampel

1. VIII. A 35

157 259

35

x 21

2. VIII. B 38

157 259

38

x 24

3. VIII. C 39

157 259

39

x 24

4. VIII. D 38

157 259

38

x 23

5. VIII. E 37

157 259

37

x 22

6. VIII. F 37

157 259

37

x 22

7. VIII. G 35

157 259

35

x 21

Jumlah 259 157

Jadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 157 siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

proporsional random sampling, dengan cara undian. Peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subyek untuk memperoleh kesempatan dipilih menjadi sampel, karena baik buku literatur, guru, dan juga banyaknya jam pelajaran mereka semuanya sama.


(52)

3.4

Variabel Penelitian

Variabel merupakan “konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai” Nazir (2005:123). Sedangkan menurut Arikunto (2006:116) variabel adalah “objek penelitian yang bervariasi”.

Variabel dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian dan sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. Dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan variabel terikat yang akan dibahas yaitu :

1.Variabel bebas :

X1 : Motivasi belajar, dengan indikator : a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan c. Menunjukkan minat untuk sukses d. Lebih senang bekerja sendiri

e. Cepat bosan dengan tugas yang rutin f. Dapat mempertahankan pendapatnya g. Tidak mudah melepaskan hal yang diyakini h. Senang mencari dan memecahkan masalah Sardiman (2004:84).

X2 : Lingkungan belajar, dengan indikator : a. Faktor keluarga

b. Faktor sekolah c. Faktor masyarakat

Umar Tirtaraharjda, La Sulo (1994:173-183) 2.Variabel terikat


(53)

“Prestasi belajar dapat dioperasionalkan ke dalam bentuk indikator yaitu nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru” Tu’u (2004:75). Prestasi belajar dalam penilaian ini diambil dari nilai ulangan harian dan nilai mid smester siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.

3.5

Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang tepat sangat penting, karena menentukan baik buruknya suatu penilaian. Pengumpulan data merupakan usaha untuk memperoleh bahan-bahan keterangan serta kenyataan yang benar-benar nyata dan dapat dipertanggungjawabkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kuesioner atau Angket

Metode kuesioner atau angket adalah ”sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui” Arikunto (2006:151). Angket disini digunakan untuk mengungkap pengaruh motivasi belajar dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa. Data diperoleh dengan menghimpun informasi yang di dapat melalui pertanyaan tertulis, di mana dalam pengisian responden diminta memilih alternatif jawaban yang disediakan.

2. Observasi

Arikunto (2006:156) menarik simpulan sebagai berikut :

Orang sering kali mengartikan observasi sebagai suatu aktiva yang sempit, yakni memperhatikan suatu dengan menggunakan mata. Di dalam pengertian psikologi, observasi atau yang disebut pula pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jadi, mengobservasi


(54)

dapat dilakukan melalui penglihatan, penciuman, pendengaran, peraba dan pengecap. Apa yang dikatakan ini adalah pengamatan langsung. Observasi di sini digunakan untuk mengamati siswa/siswi sebagai objek yang akan di jadikan sumber penelitian dan juga untuk mengamati kondisi fisik yang ada di SMP N 5 Purwodadi.

3. Dokumentasi

”Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya” Arikunto (2006:158). Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data yang sifatnya dokumenter dari instasi terkait. Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengambil data prestasi siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi Tahun 2009.

3.6

Validitas Dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas adalah ”suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrumen” Arikunto (2006:168). Untuk menguji kesahihan dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis butir dengan mengkorelasikan skor-skor yang ada dengan skor-skor total. Skor-skor pada butir dianggap sebagai nilai X dan Y, kemudian rumus yang digunakan :

Rxy=

2

2

) ( )

( x y


(55)

Keterangan : x = X -

X y = − −Y Y

X = skor rata-rata dari X Y = skor rata-rata dari Y Arikunto (2006:170)

2. Reliabilitas

Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti harus melalui langkah membuat table analisis butir soal atau butir pertanyaan. Dengan menggunakan rumus Spearman Brown :

r11 =

2 / 1 . 2 / 1 2 / 1 . 2 / 1 1 2 r r x + keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

r

1/2.1/2 =

r

xy yang disebutkan sebagai indeks korelasi antara dua belahan

instrumen.

Arikunto (2006:180)

3.7

Hasil Uji Instrumen Penelitian

Uji coba instrumen penelitian dilakukan sebelum angket diberikan kepada responden. Tujuan dari uji coba instrumen adalah untuk menghindari


(56)

pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas, menghilangkan kata-kata yang sulit dipahami, mempertimbangkan penambahan atau pengurangan item.

Instrumen ditentukan oleh tingkat kesahihan dan keterandalan. Uji coba instrumen dimaksudkan untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen sehingga dapat diketahui layak tidaknya instrumen tersebut digunakan dalam pengambilan data penelitian.

Instrumen penelitian yang diuji cobakan adalah instrumen motivasi belajar (X1), lingkungan belajar (X2) dan prestasi belajar (Y). Untuk data nilai, di ambil dari hasil ulangan harian murni dan mid semester.

1. Validitas

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Uji validitas dilakukan dengan membandingkan nilai rhitung (pada kolom

corrected item-Total Correlation) dengan nilai rtabel (pada tabel r product moment) sebesar 0,444. Pernyataan dikatakan valid apabila nilai rhitung > rtabel dengan menggunakan level signifikan 5%. Untuk mengetahui kevalidan butir-butir angket dapat diketahui dengan membandingkan rhitung pada hasil perhitungan dengan SPSS for windows release 15 dengan rtabel.

Berdasarkan ujicoba angket kepada 20 responden yang telah di analisis dengan berpedoman dari buku Ghozali, Ahmad. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan penerbit Universitas Diponegoro, diperoleh hasil seperti yang tercantum pada table-tabel berikut ini :


(57)

Tabel 3.3 Tabel Hasil Ujicoba Validitas Variabel Motivasi Belajar Motivasi Belajar

No rhitung rtabel Keterangan

1 0.653 0.444 Valid

2 0.650 0.444 Valid

3 0.751 0.444 Valid

4 0.450 0.444 Valid

5 0.617 0.444 Valid

6 0.693 0.444 Valid

7 0.614 0.444 Valid

8 0.850 0.444 Valid

9 0.682 0.444 Valid

10 0.692 0.444 Valid

11 0.711 0.444 Valid

12 0.536 0.444 Valid

13 0.640 0.444 Valid

14 0.739 0.444 Valid

15 0.529 0.444 Valid

16 0.716 0.444 Valid

17 0.767 0.444 Valid

18 0.557 0.444 Valid

19 0.624 0.444 Valid

Sumber : Data primer diolah,2010.

Berdasarkan hasil uji validitas Motivasi Belajar memperlihatkan, nilai rhitung semua indikator lebih besar dari nilai rtabel valid untuk digunakan sebagai alat ukur variabel motivasi belajar.

Tabel 3.4 Tabel Hasil Ujicoba validitas Variabel Lingkungan Belajar Lingkungan Belajar

No rhitung rtabel Keterangan

20 0.621 0.444 Valid

21 0.682 0.444 Valid

22 0.756 0.444 Valid

23 0.416 0.444 Tida Valid

24 0.710 0.444 Valid

25 0.658 0.444 Valid

26 0.644 0.444 Valid

27 0.772 0.444 Valid

28 0.562 0.444 Valid


(58)

30 0.549 0.444 Valid

31 0.610 0.444 Valid

32 0.721 0.444 Valid

33 0.486 0.444 Valid

34 0.452 0.444 Valid

35 0.544 0.444 Valid

Sumber : Data primer diolah,2010

Berdasarkan hasil uji validitas lingkungan belajar memperlihatkan, hanya nilai rhitung indikator 23 yang lebih kecil dari nilai r tabel tidak valid untuk digunakan sebagai alat ukur variabel lingkungan belajar, karena sudah terwakili oleh pertanyaan yang lain maka pertanyaan yang tidak valid dihilangkan.

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa “suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik” Arikunto (2006:174).

Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 15 dengan memilih menu analyze, kemudian pilih submenu scale, lalu pilih

reliability analysis. Hasil analisis tersebut akan diperoleh melalui Cronbach Alpha. “Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Crombach Alpha > 0,60” Nunnally dalam Ghozali (2009:46). Berdasarkan ujicoba angket kepada 20 responden diperoleh hasil uji reliabilitas seperti yang tercantum pada tabel berikut ini:


(59)

Tabel 3.5

Tabel Hasil Uji Coba Reliabilitas

No Variabel Cronbach

Alpha

Cronbach Alpha yang disyaratkan

Keterangan

1 Motivasi Belajar 0.937 > 0.60 Reliabel

2 Lingkungan Belajar 0.907 > 0.60 Reliabel Sumber : Data Primer diolah, 2010

Hasil cronbach alpha variabel pendidikan sistem ganda, motivasi belajar dan lingkungan belajar > 0,60 sehingga semua indikator yang digunakan oleh kedua variabel tersebut reliabel atau handal untuk digunakan sebagai alat pengumpul data.

3.7 Teknik Analisis Data

3.7.1 Teknik Analisis Deskriptif Persentase

Penelitian ini akan menggunakan tabel statistik yang menunjukkan angka kisaran teoritis dan sesungguhnya, rata-rata standart deviasi dengan rumus:

DP = x 100% Ali dalam Lely (2009: 59) Keterangan:

DP = Depkriptif Persentase n = Nilai yang diperoleh N = Jumlah seluruh nilai

Metode analisis deskriptif persentase digunakan untuk mengkaji variabel motivasi dan lingkungan belajar siswa. Variabel tersebut terdiri dari


(60)

beberapa indikator yang sangat mendukung dan kemudian indikator tersebut dikembangkan menjadi instrumen (angket).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1 Mengumpulkan angket yang telah diisi responden dan memeriksa kelengkapan.

2 Mengubah skor kualitatif menjadi skor kuantitatif 3 Membuat tabulasi

4 Memasukkan dalam rumus deskriptif presentase 5 Membuat tabel rujukan dengan cara sebagai berikut:

1. Menetapkan persentase tertinggi =

= x 100% = 100% 2. Menetapkan persentase terendah = x 100%

= x 100% = 20% 3. Menetapkan rentangan persentase = 100% - 20% = 80% 4. Menetapkan kelas interval = 5

5. Interval = 80% : 5 = 16% Berikut adalah tabel dan kriteria dari perhitungan diatas:

Tabel 3.6 Kriteria Prestasi Belajar

No Interval Kriteria

1 85%< skor 100% Sangat Tinggi 2 69%< skor 84% Tinggi 3 53%< skor 68% Sedang 4 37%< skor 52% Rendah 5 20%< skor 36% Sangat Rendah Sumber: Data nilai SMP N 5 Purwodadi.


(61)

Tabel 3.7 Kriteria Motivasi Belajar

No Interval Kriteria

1 85%< skor 100% Sangat Tinggi 2 69%< skor 84% Tinggi 3 53%< skor 68% Sedang 4 37%< skor 52% Rendah 5 20%< skor 36% Sangat Rendah Tabel 3.8 Kriteria Lingkungan Belajar

No Interval Kriteria

1 85%< skor 100% Sangat Tinggi 2 69%< skor 84% Tinggi 3 53%< skor 68% Sedang

4 37%< skor 52% Rendah

5 20%< skor 36% Sangat Rendah

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

Sebelum menentukan persamaan atau model regresinya, maka persamaan regresi harus memenuhi uji asumsi klasik terlebih dahulu karena akan dijadikan sebagai alat prediksi.

1. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). “Model regesi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen” Ghozali (2009:95). Untuk mendeteksi adanya multikolonieritas dengan melihat nilai

tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance tidak kurang dari 10% dan VIF tidak lebih dari 10 maka tidak terjadi multikolonieritas.

2. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah pada model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang lain.


(62)

Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedatisitas dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (Zpred) dengan residunya (Sresid). “Apabila tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 (nol) pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi (bebas) heteroskedatisitas” Ghozali (2009:125).

3. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Selain itu juga bisa menggunakan one sample kolmogorov-smirnov test (dengan menggunakan SPSS).

3.7.3 Metode Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen, yaitu Motivasi Belajar (X1) dan Lingkungan Belajar (X2) terhadap Prestasi Belajar (Y)

Analisis regresi yang dipergunakan menggunakan rumus:

Keterangan:

Y = Variabel terikat (prestasi belajar) a = Konstanta

b1 = Nilai koefisien variabel bebas X1 b2 = Nilai koefisien variabel bebas X2 Sugiyono (2007:275)


(63)

3.7.4 Pengujian Hipotesis 1. Uji Simultan (Uji F)

Uji simultan digunakan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas mempunyai pengaruh yang sama terhadap variabel terikat yaitu melalui alat bantu SPSS. Dengan cara membandingkan antara nilai signifikan hitung dengan signifikan α = 5% apabila perhitungan signifikan hitung < dari α (5%) maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.7.5 Uji Parsial (Uji t)

Uji parsial digunakan untuk menguji kemaknaan koefisien parsial. Dengan menggunakan alat bantu SPSS membandingkan antara signifikansi hitung masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat dengan nilai signifikan hitung dengan signifikan α = 5%. Apabila perhitungan signifikan hitung masing-masing variabel bebas (X1, X2) < α (5%) maka Ho di tolak dan Ha diterima artinya variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat.

3.7.6 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. “Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen


(64)

memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen” Ghozali (2009:87). Dalam menganalisis data penelitian digunakan program SPSS.

Selain melakukan uji F dan t, perlu juga dicari besarnya koefisien determinasi (r2) parsial untuk masing-masing variabel bebas. Menghitung r2 digunakan untuk mengetahui sejauh mana sumbangan dari masing-masing variabel bebas, jika variabel lainnya konstant terhadap variabel terikat, semakin besar variasi sumbangannya terhadap variabel terikat. Untuk memudahkan perhitungan dalam mencari koefisien determinasi peneliti menggunakan SPSS.


(65)

52

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian

Ada dua analisis yang digunakan dalam skripsi ini yaitu analisis deskriptif persentase dan analisis regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel motivasi belajar, lingkungan belajar, dan prestasi belajar. Analisis berikutnya adalah analisis regresi yang menggambarkan pengaruh motivasi dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar. Perincian hasil penelitian nampak sebagai berikut :

4.1.1 Deskriptif Persentase

Analisis deskriptif persentase terhadap skor yang diperoleh digunakan untuk mengetahui gambaran jawaban responden terhadap motivasi belajar, lingkungan belajar dan prestasi belajar pada siswa kelas VIII SMP N 5 Purwodadi.

4.1.1.1Variabel Motivasi Belajar

Hasil analisis deskriptif pada data variabel motivasi belajar dapat dilihat pada tabel berikut ini:


(1)

106

Gambar 5. Pemberian ceramah tetang cara pengisian angket


(2)

107

Gambar 7. Pengisian angket


(3)

108

Gambar 9. Lab. Komputer


(4)

109


(5)

110

Gambar 12. MCK SMP N 5 Purwodadi


(6)

111

Gambar 14. Ruang-ruang kelas SMP N 5 Purwodadi


Dokumen yang terkait

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kesulitan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

0 2 18

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN KESULITAN BELAJAR TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Kesulitan Belajar Terhadap Motivasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama Negeri

0 3 13

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJARTERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Pada Siswa Kelas VIII Di Sekolah Meneng

0 1 18

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJARTERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN ILMU Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu Pada Siswa Kelas VIII Di Sekolah Meneng

0 2 11

ANALISIS PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA Analisis Pengaruh Motivasi Belajar Dan Lingkungan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas VIII SMPN 2 Banyudono Tahun Pelajaran 2012/2013.

0 2 16

PENGARUH INTELEGENSI DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP Pengaruh Intelegensi Dan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sawit Boyol

0 1 18

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gemolong Tahun Aj

0 1 18

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI Pengaruh Lingkungan Belajar Dan Perhatian Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Gemolong Tahun Aj

0 1 12

(ABSTRAK) PENGARUH MOTIVASI DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP N 5 PURWODADI.

0 1 3

PENGARUH LINGKUNGAN BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS VIII DI SMP N 1 PANGKAH KABUPATEN TEGAL.

0 1 2