Nilai Tukar dan Inflasi
Dampak yang ditimbulkan nilai tukar ke output dalam jangka pendek dapat menimbulkan dampak yang berbeda dengan jangka panjang. Depresiasi
dapat menimbulkan dampak kontraksi terhadap sektor non-tradable. Besarnya kontraksi dapat mengimbangi atau bahkan melebihi dampak kenaikan permintaan
agregat tersebut. Dengan demikian depresiasi lebih berpotensi untuk menekan perekonomian dalam jangka pendek. Beberapa jalur dalam menjelaskan efek
kontraksi depresiasi antara lain: 1.
Kekakuan nominal dalam perekonomian Jika semua harga dalam perekonomian tidak fleksibel setelah devaluasi
akan terjadi penurunan riil dalam upah nominal, penawaran uang, dan berkaitan besaran kredit relatif terhadap nilai barang yang diperdagangkan.
Penurunan variabel-variabel ini melemahkan permintaan domestik yang mengakibatkan penurunan tingkat output.
2. Hutang luar negeri dan kewajiban denominasi mata uang luar negeri
Pada saat devaluasi terjadi, hutang luar negeri meningkat secara proporsional dan begitu juga dengan nilai domestik kewajiban foreign-
exchange-denominated perusahaan dan rumah tangga. Keadaan ini khususnya penting bagi negara-negara di mana dolarisasi telah meluas.
Bank, perusahaan atau rumah tangga dengan kewajiban denominasi mata uang luar negeri mengalami kerugian yang besar. Sehingga, mereka harus
menyesuaikan balance sheet atau anggaran dan kemungkinan mengurangi pengeluaran mereka. Bank yang mengalami kerugian besar dari devaluasi
tidak akan mengeluarkan kredit untuk sektor riil dan bahkan akan menagih
30
kredit sebelum masa kredit berakhir. Hal ini menimbulkan dampak serius negatif terhadap perusahaan dan menyebabkan penurunan output yang
signifikan. 3.
Masalah berhubungan dengan sisi penawaran Jika sektor riil suatu negara menggunakaan input impor dalam produksi
mereka, peningkatan dalam biaya akan mengikuti depresiai. Hal ini akan mendorong ke atas kurva penawaran yang menyebabkan penurunan
tingkat output.