Kasus Nigeria Penelitian Terdahulu

Pasaogullari menggunakan model VAR dengan tiga variabel endogen nilai tukar riil, inflasi dan output. Forcast error variance decompositions memberikan informasi mengenai kejutan yang mempunyai kekuatan penjelas terhadap variabel. Sumber penting variasi forcast error variance decompositions nilai tukar riil adalah perubahan dari nilai tukarnya sendiri. Inovasi dalam perhitungan inflasi dan output mempunyai kekuatan yang kecil dalam menjelaskan variasi nilai tukar riil, sehingga dapat dinyatakan bahwa tingkat nilai tukar riil adalah eksogen. Penemuan ini mendukung bank sentral Turki untuk menggunakan variabel ini sebagai alat kebijakan. Estimasi forcast error variance menunjukkan bahwa bagian terbesarnya adalah inovasi inflasi sendiri. Sumber penting forecast error variance inflasi kedua adalah inovasi nilai tukar riil. Ini menunjukkan pergerakan nilai tukar riil penting dalam mempengaruhi variabilitas forecast error variance inflasi. Temuan yang menarik adalah kasus estimasi forecast error variance terhadap output. Berbeda dengan dengan kasus nilai tukar riil dan inflasi, inovasi output bukan merupakan sumber penting yang menjelaskan forcast error variance output. Estimasi forecast error variance decompositions mengungkapkan bahwa pergerakan nilai tukar riil mempengaruhi tingkat output dan inflasi serta tidak dipengaruhi oleh variabel endogen lain dalam model. Misalnya, kejutan terhadap nilai tukar mempegaruhi output tetapi kejutan terhadap output tidak menjelaskan variabel lain dalam sistem. Estimasi impulse response menunjukkan kejutan nilai tukar riil meningkatkan inflasi selama tiga kuartal pertama, deflasi terjadi setelah kuartal 37 keempat. Dampak nilai tukar riil terhadap output adalah negatif dan permanen. Ini sesuai dengan temuan Kamin dan Rogers 2000 yang mendukung hipotesis kontraksi devaluasi di Mexico.

2.2.3. Eksistensi Kurva J

Penelitian yang menjelaskan hubungan nilai tukar dan neraca perdagangan di Asia Tenggara dilakukan oleh Onafowora 2003. Penelitian bertujuan untuk menjelaskan dampak jangka pendek dan panjang dari perubahan nilai tukar terhadap neraca perdagangan dengan partner bilateral Amerika Serikat dan Jepang. Neraca perdagangan selalu diukur dengan perbedaan antara nilai total ekspor dan total impor. Penelitian Onafowora mengukur neraca perdagangan sebagai rasio nilai ekspor bilateral X terhadap nilai impor bilateral M. Rasio XM banyak digunakan dalam melihat secara empiris hubungan neraca perdagangan dan nilai tukar. Onafowora membuat model keseimbangan neraca perdagangan riil sebagai fungsi pendapatan domestik riil, pendapatan asing riil, nilai tukar riil bilateral, dan dummy untuk merefleksikan perubahan perdagangan bilateral akibat krisis keuangan Asia. Model reduced form persamaannya adalah: t t t t t D RER Y Y M X ε α α α α α + + + + + = 97 4 3 2 1 ln ln ln ln 2.6 Persamaan 2.6 menjelaskan hubungan keseimbangan jangka panjang antar variabel dalam model keseimbangan perdagangan setiap negara. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana pola penyesuaian yang terjadi dalam jangka pendek terhadap adanya hubungan jangka panjang dalam merespon berbagai kejutan 38