Teknik Cetak Tekan

3) Teknik Cetak Tekan

Pada teknik cetak tekan, proses pembentukan badan keramik agak sedikit berbeda. Walaupun begitu terdapat pula teknik ngeplok tanah yang apabila pada teknik putaran datar dan putaran miring beratri membuat tanah liat menjadi bulat bola, akan tetapi pada teknik cetak tekan ini yang dimaksud dengan ngeplok adalah membentuk tanah liat menjadi bulat memanjang (silindir) keatas.

Gambar 4.38 Tanah Liat Hasil Proses Ngeplok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Setelah proses ngeplok kemudian tanah dikurangi dengan mengguanakan papan kayu sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.

selanjutnya yaitu memotong atau mengiris tanah liat tersebut dengan ukuran ketebalan 1 centimeter menggunakan bantuan senar.

Gambar 4.40 Proses Pemotongan Tanah liat (foto kiri) Pengambilan tanah liat hasil pemotongan (foto kanan)

(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) Setelah proses pemotongan tanah liat selesai barulah memulai

proses mencetak. Langkah pertama yaitu menyiapkan cetakan pada meja putar dan kemudian pada permukaan cetakan tersebut dibubuhi atau ditaburi dengan abu gosok atau pasir dengan tujuan agar tanah liat tidak lengket pada cetakan.

Gambar 4.41 Abu Gosok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.42 Proses Pemberian Abu Gosok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Setelah cetakan diberi abu gosok barulah kemudian langkah kedua yaitu mengambil tanah liat yang telah dipotong untuk di cetak

Gambar 4.43 Proses Menutup Pori-Pori Tanah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Proses pencetakan diawali dengan meletakkan potongan tanah liat diatas permukaan cetakan, kemudian pada bagian tengah di tekan agar membentuk kaki benda yang di cetak.

Gambar 4.45 Membentuk kaki benda keramik dengan cara menekan permukaan atas (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Setelah proses awal mencetak kemudian permukaan pinggir tanah liat dipotong sesuai dengan ukuran cetakan dengan menggunakan senat pancing.

sebelumnya di tekan ditutup kembali dengan tanah liat agar ketebalannya sama kemudian diratakan dengan tangan dan dihaluskan dengan plastik. Tahapannya akan diuraikan pada gambar berikut ini:

Gambar 4.47 Menutup permukaan tanah liat yang

sebelumnya ditekan

(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.48 Menghaluskan permukaan tanah liat dengan menggunakan tangan (foto kiri) Menghaluskan permukaan tanah liat dengan mengguanakan plastik (foto kanan)

(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.49 Pemberian penopang dari tanah liat (foto kiri) Penutupan dengan papan kayu (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Proses pemisahan atau pengambilan cetakan dari tanah liat dilakukan dengan cara melepaskan satu persatu bagian dari cetakan tersebut.

Gambar 4.50 Proses pengambilan cetakan

Gambar 4.51 Hasil setelah cetakan gips diangkat (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

b. Mbubut

Mbubut merupakan proses menyempurnakan badan keramik. proses penyempurnaan ini dilakukan dengan cara mengerok badan keramik dengan menggunakan besi janur. Pada tahap ini benda keramik diletakkan diatas meja putar yang sebelumnya telah diberi alas tanah yang kemudian ditutup dengan kain.

Gambar 4.52 Pemberian tanah liat pada alat putar sebagai alas

Gambar 4.53 Proses Mbubut Benda Keramik tanpa Tangkai (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Sedangkan untuk mbubut benda keramik yang bertangkai alas yang digunakan lebih tinggi.

sebagai berikut:

1) Meletakkan benda keramik yang akan disempurnakan badannya pada alas yang telah disediakan.

Gambar 4.55 Meletakkan benda Keramik (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

2) Mulai mengurangi benda keramik dengan menggunakan besi janur sampai badan keramik tersebut sempurna.

Gambar 4.56 Proses Ngerok (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.57 Hasil Ngerok

(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.58 Menghaluskan (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

c. Mblabur

Mblabur adalah proses pemberian warna merah pada benda keramik. Proses ini bertujuan agar benda keramik setelah dibakar berwarna kemerahan. Pada proses pemberian warna, warna yang digunakan berasal dari tanah liat merah yang telah disaring dan diberi air.

Proses mblabur tersebut dilakukan dengan cara menguaskan saringan tanah liat merah pada seluruh permukaan benda keramik atau dengan cara mencelupkan benda keramik kedalam bak yang telah berisi adonan tanah liat merah.

Gambar 4.59 Saringan

(Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.60 Tanah liat merah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.61 Benda keramik sebelum di blabur (foto kiri) Benda keramik sesudah di blabur (foto kanan) (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

d. Ngelus

Ngelus merupakan proses menghaluskan benda keramik. pada tahap ngelus, yang dihaluskan mulai dari permukaan dalam sampai permukaan luar benda keramik. sebelum proses ngelus dimulai, terlebih dahulu disiapkan alas sama dengan alas yang digunakan saat proses mbubut, yaitu meja putar yang diatasnya telah diberi tanah liat dan kemudian ditutup dengan kain.

Adapun langkah-langkah ngelus adalah sebagai berikut:

1) Meletakkan benda keramik pada alas yang telah tersedia 1) Meletakkan benda keramik pada alas yang telah tersedia

Gambar 4.63 Ngelus permukaan bagian dalam (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

3) Ngelus permukaan luar benda keramik, dimana pada permukaan bagian dalam telah selesai di haluskan.

Gambar 4.64 Ngelus permukaan badan keramik bagian luar (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Gambar 4.65 Ngelus permukaan bawah (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Nglambu merupakan proses mengkilapkan benda keramik yang telah dihaluskan dengan menggunakan kain kelambu. Proses nglambu dilakukan dengan cara menggosok-gosokkan kain kelambu pada seluruh permukaan benda keramik sampai mengkilap.

Gambar 4.67 Proses Nglambu (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Hasil dari proses nglambu kemudian dikeringkan untuk selanjutnya akan dibakar.

Gambar 4.68 Hasil Proses Nglambu (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Setelah proses pembentukan atau pembuatan benda keramik selesai, maka tibalah saatnya dimulai proses pengeringan. Proses pengeringan merupakan salah satu tahapan yang sangat penting karena dapat mempengaruhi berhasil tidaknya proses pembakaran. Dimana dalam proses pengeringan ini diusahakan benda-benda keramik tidak terkena sinar matahari secara langsung karena dikhawatirkan akan menyebabkan benda keramik pecah.

Pengeringan benda keramik sebaiknya dilakukan dengan cara diangin-anginkan dengan waktu pengeringan kira-kira 4 hari sampai dengan 1 minggu tergantung pada cuaca.

Gambar 4.69 Proses pengeringan benda keramik (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Setelah benda keramik benar-benar kering, barulah akan dilaksanakan proses pembakaran. Untuk melaksanakan proses pembakaran terlebih dahulu harus disiapkan bahan bakar dan tungku bakar. Ada empat tahap dalam pembakaran benda keramik yang didalamnya termasuk pula tahap pengasapan, dilaksanakan berdasarkan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penyusunan atau penataan

Penyusunan atau penataan benda keramik harus dilakukan sebelumnya agar tidak kesulitan dalam pembongkaran.

b. Ngintir (api kecil)

Ngintir yaitu pembakaran dengan menggunakan api kecil yang dilakukan selama 6 jam sampai 9 jam yang dimaksudkan supaya kandungan air yang masih tersisa saat proses pengeringan menjadi habis.

c. Api besar

Tahap pengasapan merupakan tahap akhir dalam pembakaran benda keramik sebelum pembongkaran. Adanya tahap pengasapan dimaksudkan untuk memberi warna merah kehitaman pada benda keramik. Dalam proses pengasapan ini dibutuhkan waktu 2 jam sampai 3 jam pula layaknya proses pembakaran api besar. Bahan yang digunakan dalam proses ini adalah daun munggur.

Daun munggur merupakan sejenis daun dari pohon trembesi yang banyak terdapat dihutan. Selain daun munggur, daun pisang dan daun kelapa bisa juga digunakan dalam proses pengasapan akan tetapi karena lebih boros maka Elvie Keramik menggunakan daun munggur sebagai bahan bakar dalam proses pengasapan.

Gambar 4.70 Daun Munggur (Sumber: Dokumentasi Dese Purnamasari, 2012)

Setelah langkah-langkah dalam tahap pembakaran selesai, maka saatnya untuk proses pembongkaran. Proses pembongkaran benda keramik

Finishing merupakan tahapan terakhir dalam pembuatan benda keramik. Dalam tahap ini biasa digunakan cat ataupun glasir, akan tetapi di Industri Kerajinan Keramik Elvie finishing dilakukan dengan menggunakan cat, dimana tahap finishing ini akan dilaksanakan apabila memperoleh pesanan khusus dari konsumen yang menginginkan finishing cat. Selain karena ada permintaan khusus, finishing cat merupakan siatat dalam menutupi kerusakan pada benda keramik sehingga benda keramik tersebut tetap bisa dipasarkan.

Adapun cat yang biasa digunakan adalah cat akrilik. Yang dimaksud dengan cat akrilik disini adalah tembok dengan air sebagai bahan pencampurnya karena harga cat tembok jauh lebih murah dibandingkan dengan cat akrilik. Antara cat dan air tidak ditentukan perbandingan secara tepat, jadi tingkat kekentalan maupun keenceran hanya diperkirakan sesuai dengan kebutuhan. Dalam finishing cat, benda keramik dibakar tanpa melalui proses nglambu yang mengakibatkan cat tidak bisa lengket dan tanpa melalui pengasapan karena akan mempengaruhi hasil pewarnaan. Ada beberapa motif finishing yang biasa dibuat diantaranya motif tembaga, motif batu, motif marmer, dan motif lurik.

a. Motif Tembaga

Untuk menghasilkan benda keramik dengan finishing motif tembaga, dibutuhkan cat mobil dengan langkah sebagai berikut:

1) Setelah benda keramik matang (dibakar), benda keramik tersebut dibuat bertekstur kasar dengan menggunakan campuran lem dan semen.

2) Diberi warna dasar hitam.

Gambar 4.71 Motif Tembaga (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)

Untuk menghasilkan finishing cat dengan motif batu dilakukan dengan cara mengamplas terlebih dahulu benda keramik yang telah dibakar, barulah diberi warna dasar abu-abu, kemudian dipercikkan secara perlahan cat warna hitam dengan menggunakan kompresor atau sikat gigi sehingga membentuk bintik-bintik. Selanjutnya dipercikkan lagi cat warna putih dan bila dirasa belum sesuai dengan benda yang diinginkan bisa ditambahkan lagi cat sesuai warna yang diinginkan. Setelah pengecatan selesai barulah di beri melamin.

Gambar 4.72 Motif Batu

Cat yang diperlukan dalam finishing motif marmer adalah cat akrilik (cat tembok).

Gambar 4.73 Motif Marmer (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)

d. Motif Lurik (Shampo)

Untuk membuat benda keramik dengan finishing motif lurik digunakan campuran antara cat akrilik (cat tembok) dengan detergen atau shampoo (yang menghasilkan busa) yang sebelumnya benda keramik yang telah matang dihaluskan dengan menggunakan amplas dan diberi warna

Gambar 4.74 Motif Lurik (Sumber: Dokumentasi Tiara AP, 2012)

e. Motif Bunga (Lukis)

Finishing cat dengan motif bunga seperti terlihat pada gambar 4.78 merupakan teknik finishing cat yang paling mudah, dimana dilakukan dengan cara melukis motif yang kita inginkan pada permukaan benda keramik dengan menggunakan cat akrilik (cat tembok) kemudian divernis.

Gambar 4.75 Motif Bunga (Lukis) (Sumber: Dokumentasi Tiara Angginadi P, 2012)

Sedangkan untuk benda keramik tanpa finishing cat biasanya hanya di gosok-gosok menggunakan kain kelambu saat belum dibakar yaitu pada proses nglambu, sehingga setelah proses pembakaran benda keramik akan menjadi mengkilap.