Latar Belakang Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan di Kecamatan Silima Pungga-pungga Kabupaten Dairi

14 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara sedang berkembang dan memproklamasikan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Indonesia telah mengalami penderitaan yang cukup panjang atas dudukan negara-negara kolonial di Indonsia salah satu contohnya adalah Belanda. Segera negara Indonesia melakukan upaya pembangunan yang cepat, negara menjadi pusat kebijakan dalam mengkoordinasikan aparatnya Indonesia menuju perubahan yang lebih baik. Menurut Siagian 2008 Pada hakikatnya pembangunan adalah rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana dan sadar yang ditempuh oleh suatu negara bangsa menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation-building. Wujud dan tujuan akhir pembangunan nasional yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dituangkan di dalam Undang- undang Dasar 1945 Alinea ke-4. Ditengah mewujudkan masyarakat yang sejahtera salah satu yang menjadi tolak ukurnya adalah dari segi keberhasilan pembangunan yang ada, baik pembangunan dalam hal membentuk karakter dan pola pikir masyarakat, maupun dari segi pembangunan fisik atau infrastruktur yang ada dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Masyarakat adalah objek pembangunan sekaligus juga menjadi subjek pembangunan, pembangunan dilakukan dengan pertimbangan keadaan masyarakat dan hal-hal apa saja yang dibutuhkan oleh masyarakat. Masyarakat Universitas Sumatera Utara 15 kemudian diajak untuk berpartisipasi dalam merencanakan pembangunan, melaksanakan pembangunan, dan bahkan mengawasi pembangunan. Kebutuhan masyarakat terus berkembang yang mana segala kebutuhan yang telah mendesak dapat menjadi tuntutan yang mau tidak mau harus diusahakan oleh pemerintah. Pengetahuan pun berkembang pula, karena terpanggil oleh tuntutan itu. Timbullah pengetahuan yang spesialistis dan timbul pula tugas-tugas pemerintahan yang spesialistis dengan peraturan-peraturan yang khusus pula. Orang yang menjalankan tugas khusus itu didorong oleh keinginannya untuk mensukseskan mission-nya, adakalanya tidak atau kurang memperhatikan orang lain yang juga mempunyai mission tertentu yang berbeda dengan dia, atau oleh karena pandangan keahlian masing-masing tidak sama. Dalam perkembangan yang demikian itu timbullah kebutuhan adanya norma-norma atau ketentuan- ketentuan yang memelihara keserasian dan keselarasan bagi keseluruhannya, sebab jika tidak akan timbul suatu persaingan yang negatif. Jika sikap pejabat atau petugas yang bersangkutan masa bodoh terhadap tugas kewajiban, wewenang serta peranan pejabat atau petugas lain padahal ada sangkut paut dengan tugas dia sendiri, ini akan merupakan persaingan yang negatif. Maka jika itu terjadi berarti bahwa dalam pembinaan masyarakat ada kesimpang siuran hambat-menghambat antara kegiatan yang sama dengan yang lain, pemborosan waktu, tenaga dan biaya serta lebih jauh akan timbul bentrokan- bentrokan psychologis antara para pejabat dan masyarakat menjadi segan untuk memilih mana yang harus didahulukan jika semuanya harus ditaati. Universitas Sumatera Utara 16 Ini semua merupakan ciri tidak adanya atau lemahnya koordinasi di dalam lembaga pemerintahan negara. Lembaga pemerintahan Indonesia baik ditingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan dan Desa merupakan bentuk organisasi formal negara yang dibentuk dan berkoordinasi untuk menciptakan keteraturan dan keharmonisan agar seluruh instansi yang saling berkaitan tidak menimbulkan bentrokan-bentrokan dalam misi pembangunan. Sebagai lembaga perpanjangan tangan bupati, pemerintahan yang berada diwilayah kecamatan diharapkan membawa Visi Misi pembangunan yang diemban dalam kurung waktu tertentu sebagai upaya pencapaian arah dan tujuan pembangunan disegala bidang. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 1 Ayat 9. Kecamatan Silima Pungga-Pungga merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara. Mengingat tersebarnya desa - desa disekitar Kecamatan cukup banyak seperti desa Lokkotan, Sapokomil, Tung- tung Batu, Bongkaras, Pardomuan, Lae Pora, Lae Ambat, Lae Panginuman, Lae Parira, Palipi, Sirata, Siboras, Bonian, Sumbari, dan Huta Pinang. Banyaknya beragam persoalan-persoalan sosial yang muncul yang mana kebutuhan fisik saja seperti sandang, pangan, dan papan tidak lagi menjadi satu-satunya tuntutan masyarakat sebab kebutuhan akan keamanan, kebutuhan sosial, kebutuhan prestise , pengakuan atas harkat dan martbatnya, serta jaminan perolehan haknya terutama yang bersifat asasi harus segera di penuhi oleh pemerintah yang mana peran paling dominan dalam pembangunan berada di tangan pemerintah, contohnya lembaga Kecamatan. Universitas Sumatera Utara 17 Ada beberapa bidang yang dibawahi oleh camat yang harus dikoordinasikan dengan benar, yaitu kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Keuangan, Kepala Sub Bagian Program dan Pealaporan, Kepala Seksi Tata Pemerintahan, Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Umum, Kepala Seksi Perekonomian dan Pembangunan. Keseluruh bidang yang dibawahi camat harus dapat diselaraskan kerjanya untuk memberikan kontribusi terhadap pembangunan yang diharapkan oleh masyarakat. Untuk menciptakan kondisi kerja sama yang baik antar bidang yang dibawahi oleh camat maka dibutuhkan sebuah softskill manajemen koordinasi yang baik pula. Oleh karena itu diantara bidang-bidang satuan kerja yang dibawahi camat akan ditemukan kepentingan-kepentingan satu sama lainnya, apabila ini tidak dapat dikoordinir dengan baik oleh camat maka akan menimbulkan konflik yang berupaya saling menjatuhkan satu sama lainnya. Komitmen pembangunan yang direncanakan tidak akan sesuai seperti yang dicita- citakan masyarakat, namun pembangunan yang ada ditengah-tengah masyarakat adalah pembangunan yang dibuat berdasarkan kepentingan segolongan pihak saja. Sebagaimana yang menjadi tugas pokok dan fungsi kecamatan adalah melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di wilayah kecamtan serta melaksanakan tugas pemerintahan lainnya yang dilimpahkan oleh Bupati untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Pembangunan yang sudah direncanakan ditingkat kecamatan oleh aparat pemerintah kecamatan sering tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Universitas Sumatera Utara 18 Hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi dari pemerintah kecamatan dalam proses pembangunan di kecamatan itu sendiri. Seperti yang terjadi di Kecamatan Silima Pungga-pungga masih kurangnya peran aparat untuk mewujudkan dan peran sertanya dalam proses pembangunan kecamatan serta sistem koordinasi yang lemah meupakan salah satu kendala yang cukup serius dalam pembangunan kecamatan. Dalam pembangunan dibutuhkan strategi yang tepat karena akan menentukan dimana peran pemerintah dan dimana peran masyarakat sehingga dapat berperan secara optimal dalam melaksanakan pembangunan seperti yang diamanatkan dalam UU No 322004 tentang perencanaan pembangunan dan pelaksanaannya harus berorientasi kebawah dan melibatkan masyarakat luas melalui pemberian wewenang perencanaan pelaksanaan pembanguan ditingkat daerah. Dari pengamatan penulis yang terjadi di kecamatan Silima Pungga-Pungga pelaksanaan pembangunan belum terkoordinasi secara optimal oleh aparat pemerintah. Hal ini belum didukung oleh sarana prasarana yang representative yang sesuai dengan harapan masyarakat. Pelaksanaan pembangunan belum baik seperti jalan di kecamatan memiliki banyak kerusakan parah, Saluran air yang kurang baik, pembuatan tempat sampah belum berjalan secara maksimal, ini terlihat dari lambatnya pekerjaan, ketidak pastian waktu pelaksanaan dan letak geografis kecamatan yang jauh dari pusat pemerintahan. Olehnya itu untuk mencapai tujuan pembangunan di semua sektor diperlukan koordinasi dan kesungguhan dari aparat dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan dan menggerakkan masyarakat untuk turut serta berperan di dalamnya. Pengarahan Universitas Sumatera Utara 19 dana dan daya tenaga secara efisien perlu dilakukan untuk menumbuhkan swadaya masyarakat karena hal itu ikut menentukan keberhasilan pembangunan sehingga dengan demikian pembangunan dengan sumber daya manusia perlu ditingkatkan secara maksimal. Berangkat dari pernyataan di atas lembaga pemerintahan kecamatan masih ditemukan beberapa kelemahan dalam penyebaran pembangunan yang tentunya dibutuhkan kesiapan dalam menjalankan berbagai aktivitas pembangunan, yang harus dipahami bahwa aparat kecamatan dalam menjalankan fungsinya dituntut mampu mengkoordinasikan perencanaan pembangunan agar kiranya dapat seiring akan pelaksanaan yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Aparat telah mengembang tugas dan tanggung jawab dalam Koordinasi dengan pemerintah baik pusat, daerah maupun pihak kecamatan dimana didalamnya terdapat beberapa kelemahan-keleman dalam penyelenggaraannya termasuk kesadaran aparat akan pentingnya fungsi koordinasi. Atas dasar itulah sehingga Penulis melalui kesempatan ini, dicoba menelusuri permasalahan Penerapan fungsi Koordinasi aparat pemerintah Kecamatan, sehingga diangkat suatu penelitian sederhana dengan judul ” Koordinasi Camat Dalam Melaksanakan Pembangunan Di Kecamatan Silima Pungga Pungga Kabupaten Dairi”.

1.2 Rumusan Masalah