Latar Belakang Masalah Hubungan Luar Negeri Indonesia-Arab Saudi Dalam Konteks Tenaga Kerja Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Mengingat kebutuhan suatu negara dari tahun ketahun semakin meningkat, pembelajaran mengenai ilmu Hubungan Internasional menjadi penting adanya sebagai kunci negara dalam melakukan interaksi dengan negara-negara lain dalam dunia internasional. Hubungan-hubungan itu dapat berupa kerjasama dalam hal ekonomi, politik, dan keamanan. Kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi dalam hal ekonomi salah satunya ialah penempatan tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Penempatan tenaga kerja Indonesia ke Arab Saudi tidak dapat dipungkiri menambah devisa negara dan tidak jarang tenaga kerja Indonesia di luar negeri mendapat julukan sebagai “Pahlawan Devisa”. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 17.508 pulau, oleh karena itu Indonesia disebut juga sebagai Nusantara Kepulauan Antara. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237 641 326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118 320 256 jiwa 49,79 persen dan di daerah perdesaan sebanyak 119 321 070 jiwa 50,21 persen. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk usia kerja 15 tahun ke atas adalah sebesar Universitas Sumatera Utara 169,0 juta jiwa, terdiri dari 84,3 juta orang laki-laki dan 84,7 juta orang perempuan. Dari jumlah tersebut, jumlah angkatan kerja, yakni penduduk 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi yaitu mereka yang bekerja , mencari pekerjaan atau mempersiapkan usaha sebesar 107,7 juta jiwa, yang terdiri dari 68,2 juta orang laki-laki dan 39,5 juta orang perempuan. Dilihat berdasarkan daerah tempat tinggal, jumlah angkatan kerja yang tinggal di perkotaan sebesar 50,7 juta orang dan yang tinggal di pedesaan sebesar 57,0 juta orang. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 104,9 juta jiwa dan yang mencari kerja sebesar 2,8 juta jiwa. 1 Besarnya angkatan kerja yang terdapat di Indonesia menyebabkan banyak orang khususnya mereka yang tinggal di daerah pedesaan, memilih untuk bekerja ke luar negeri. Tenaga Kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri tersebut lebih banyak mengisi pekerjaan di sektor-sektor informal seperti; pembantu rumah tangga, buruh pabrik ataupun buruh bangunan. Arab saudi menjadi salah satu negara tujuan bagi TKI mencari pekerjaan karena Indonesia dan Arab Saudi yang memiliki populasi penduduk muslim terbesar di dunia. Selain itu, Arab Saudi juga merupakan negara penghasil minyak terbesar di dunia yang menjadikan negara ini sebagai salah satu negara terkaya di kawasan Timur Tengah menjadikan negara ini sebagai negara tujuan bagi para TKI. TKI tersebut pun lebih di dominasi oleh 1 http:sp2010.bps.go.id diakses pada tanggal 24 Januari 2014 Universitas Sumatera Utara kaum perempuan yang bekerja di bidang informal sebagai pembantu rumah tangga PRT. Dalam hal ini seorang pekerja yang bekerja di bidang informal maksudnya adalah seseorang yang bekerja di sebuah tempat dimana di dalam pekerjaan tersebut tidak terdapat perlindungan negara atau dapat dikatakan jenis pekerjaan tersebut tidak di kenakan pajak dan tidak berpenghasilan tetap. Meskipun banyak TKI yang bekerja di sektor informal tetapi ada banyak juga warga negara Indonesia yang bekerja dalam bidang formal di luar negeri. Seseorang yang bekerja di bidang formal adalah seseorang yang bekerja dalam kegiatan atau usaha yang bentuknya terorganisasi, cara kerjanya teratur dan pembiayaannya dari sumber resmi, menggunakan buruh dengan tingkat upah tertentu. 2 1. Ruyati yang berasal dari Kota Bekasi Jawa Barat menjadi TKW legal sejak tahun 2008, di jatuhi hukuman mati pada 17 Juni 2011 karena dituduh membunuh majikan perempuannya pada tahun 2009 di Mekkah, Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi pun tidak memberi Para TKI yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di luar negeri tidak jarang mendapat perlakuan kasar dari majikan tempat mereka bekerja, beberapa catatan kasus perlakuan kasar yang menimpa TKI antara lain: 2 Mishra C.Satish,Keterbatasan Pembuatan Kebijakan Ekonomi Informal di Indonesia Pelajaran Dekade Ini, Laporan untuk ILO Maret 2010, hal 15 Universitas Sumatera Utara pemberitahuan kepada pemerintah Indonesia saat pemerintah Arab Saudi melakukan eksekusi. 2. Sumiati TKI yang berasal dari Nusa Tenggara Barat, merupakan TKI legal yang baru menjadi TKI di Arab Saudi melalui jalur resmi selama empat bulan mengalami penyiksaan oleh majikannya pada 18 November 2010. Hukuman terhadap majikan dilakukan sepuluh hari setelah kasus dan terungkap ke publik, meskipun pada akhirnya sang majikan yang merupakan tersangka dibebaskan dengan alasan bukti yang tidak kuat. 3. Darsem, TKI legal dari Subang, dituduh membunuh majikan pada tahun 2007 dan dijatuhi hukuman mati oleh pemerintah Arab Saudi. Pada tahun 2011, Darsem mendapat keputusan pemaafan dengan syarat harus membayar kompensasi senilai dua juta riyal atau sekitar Rp 4,7 miliar. 3 Terjadinya banyak kasus penganiayaan dan penyiksaan TKI yang berada di luar negeri disebabkan oleh banyak faktor. Tidak dapat dipungkiri faktor-faktor tersebut tak jarang bermula dari ketidakprofesionalan pihak-pihak yang menangani penyaluran tenaga kerja Indonesia ke luar negeri dimana kita ketahui bahwa selama ini penyaluran TKI dilakukan oleh agen-agen atau calo pengiriman TKI ke luar negeri. 3 Negara dan Tenaga Kerja Wanita di Arab Saudi Studi Kasus Hukuman Pancung beberapa TKW Indonesia di Arab Saudi Dalam Upaya Perlindungan Hukum oleh Febriyanto Syam http:www.academia.edu3371050 diakses pada tanggal 01 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara Ada beberapa faktor yang mempengaruhi peristiwa tersebut terjadi salah satunya ialah kemampuan berbahasa. Kemampuan berbahasa adalah salah faktor yang paling penting untuk menjadi seorang tenaga kerja di luar negeri. Para tenaga kerja yang dikirim umumnya memiliki pemahamam berbahasa yang minim, oleh karana itu ini menjadi penghambat dalam berkomunikasi dengan majikannya. Oleh sebab itu hal terpenting yang harus dipenuhi oleh seorang tenaga kerja adalah persoalan bahasa sebagai alat komunikasi. Selain kemampuan berbahasa, kemampuan membaca dan memahami budaya suatu daerah atau negara yang bersangkutan merupakan modal penting untuk seseorang dapat hidup di daerah yang bersangkutan. Kesalahan dalam memahami kebudayaan bukan hanya menghambat komunikasi,namun lebih parah dapat mengancam keselamatan dirinya. Penyiksaan TKI di luar negeri salah satu disebabkan oleh ketidaktahuan para tenaga kerja terhadap budaya adat istiadat suatu daerah atau negara. Pemahaman perlu ditanamkan pada para pekerja yang akan diberangkatkan selain bahasa. Dengan menguasai kedua hal tersebut akan dapat memudahkan seseorang berkomunikasi dan berintraksi dengan masyarakat setempat sehingga mempermudah beradaptasi di daerah tersebut. Selain kemampuan berbahasa dan membaca situasi daya intelektual dan wawasan yang dimiliki oleh seseorang juga menjadi faktor yang sangat penting untuk dimiliki karena hal ini dapat memberikan penilaian bagaimana orang lain akan bersikap terhadap kita. Tenaga kerja Indonesia di luar negeri yang kerap mendapatkan penyiksaan dan penganiayaan fisik, mayoritas berasal dari tenaga Universitas Sumatera Utara kerja yang non terdidik dan biasanya dari kalangan pekerja rumah tangga yang kebanyakan kaum wanita. Pespektif negara-negara maju memandang Indonesia adalah sebuah negara besar yang masih miskin dan dilanda persoalan dalam negeri yang tak kunjung putus. Dari beberapa kasus penganiayaan TKI itu tersebut dapat kita lihat kualitas TKI kita memiliki kualitas yang rendah,ini menunjukan kesejahteraan di negara kita tercinta ini masih rendah yang menyebabkan warga negaranya harus pergi jauh-jauh ke negara orang lain untuk mencari nafkah. Selain itu karena pendidikan para TKI masih sangat rendah sehingga kemampuan intelektualnya sangat kurang, ini dapat mengakibatkan TKI kita hanya dijadikan sebagai pembantu rumah tangga yang dapat di gaji semaunya dan tidak pernah di anggap sebagai pekerja yang profesional. Dari sisi lain kemudian kita bisa melihat bahwa adanya tumpang tindih dalam penempatan dan perlindungan TKI di luar negeri yang berasal dari internal Pemerintah Negara Republik Indonesia dimana masih ada ketidak jelasan struktur dalam pengelolaan yakni adanya dualisme yang kemudian terjadi dalam tubuh sistem, sehingga saling tarik menarik kepentingan ini yang menimbulkan banyak terjadi kekeliruan. Dari kasus-kasus yang kemudian terjadi ini sedikit banyaknya berdampak pada psikologis masyarakat Indonesia sendiri, mengingat bahwa sebelumnya banyak yang menyatakan bahwa para TKI kita merupakan salah satu sumber devisa yang hingga kini menunjang perekonomian yang kemudian digunakan untuk pembangunan bangsa ini. Hubungan luar negeri antara Universitas Sumatera Utara pemerintah Indonesia dan Arab Saudi pun menjadi renggang akibat terjadinya kasus-kasus perlakuan kasar yang diterima oleh para tenaga kerja Indonesia Di Arab Saudi. Pemerintah Arab Saudi melalui Komite Rekrutmen nasional pada Dewan Kamar Dagang dan Industri Arab Saudi memutuskan untuk menghentikan rekrutmen TKI ke Arab Saudi karena pemerintah Indonesia dianggap telah gagal memenuhi syarat pengiriman TKI ke Arab Saudi dan meminta Indonesia untuk menarik seluruh TKI dari Arab Saudi. Keputusan tersebut muncul setelah penilaian buruk terhadap pemerintahan Arab Saudi berdasarkan pemberitaan media massa di Indonesia yang mempermasalahkan berbagai pelanggaran dan penyiksaan yang dialami TKI informal asal indonesia oleh para majikannya di Arab Saudi. Langkah yang diambil pemerintah Indonesia melalui rapat dan pertimbangan dalam menyikapi putusan pemerintah Arab Saudi adalah dengan memperketat proses rekrutmen TKI agar memenuhi standar perekrutan TKI dan tidak menyetujui permintaan Arab Saudi untuk menarik seluruh TKI yang sedang bekerja disana. Pemerintah Indonesia juga memberlakukan moratorium yang berisi pemberhentian TKI sektor informal ke Arab Saudi pada Agustus 2011.Dalam rapat kabinet terbatas terkait penanganan kasus TKI yang dipimpin oleh Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, presiden menyatakan bahwa identifikasi Universitas Sumatera Utara permasalahan TKI di Arab Saudi oleh pemerintah Indonesia terlambat. Identifikasi kasus yang terlambat juga akan menyebabkan keterlambatan pemerintah Indonesia dalam merespon, melakukan tindakan dengan merumuskan kebijakan untuk menangani penempatan perlindungan serta pembenahan sumber daya manusia bagi TKI yang akan berangkat ke luar negeri khususnya di Arab Saudi. 4 Aspek perlindungan terhadap penempatan tenaga kerja di luar negeri sangat terkait pada sistem pengelolaan dan pengaturan yang dilakukan berbagai pihak yang terlibat pada pengiriman tenaga kerja Indonesia keluar negeri. Untuk langkah penempatan tenaga kerja di luar negeri, Indonesia telah menetapkan mekanisme melalui tiga fase tanggung jawab penempatan yakni fase pra penempatan, selama penempatan dan purna penempatan. Pengaturan tentang penempatan tenaga kerja Indonesia ke luar negeri adalah Undang-undang No. 39 Tahun 2004 Tentang Penempatan Dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri. Pada konsideran menimbang huruf c, d dan e, disebutkan bahwa tenaga kerja Indonesia di luar negeri sering dijadikan obyek perdagangan manusia, termasuk perbudakan dan kerja paksa, korban kekerasan, kesewenang wenangan, kejahatan atas harkat dan martabat manusia serta perlakuan lain yang melanggar hak asasi manusia. 5 4 Rakasima, Mahmud Fadli, Dkk . 5 Tahun BNP2TKI “Mengabdi Dengan Cinta”. BNP2TKI 2011., hal 260-264 5 Darwan Prints, “Hukum Ketenagakerjaan Indonesia”,Bandung : PT. Citra Aditya Bakti,2000, hal 55. Universitas Sumatera Utara Perlindungan bagi TKI yang bekerja di luar negeri diawali dan terintegrasi dalam setiap proses penempatan TKI, sejak proses rekrutmen, selama bekerja dan hingga pulang ke tanah air. Sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 77 UU Nomor 39 Tahun 2004 bahwa setiap calon TKI mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Perlindungan tersebut seperti tertuang dalam ayat 1 dilaksanakan mulai dari pra penempatan, masa penempatan, sampai dengan masa setelah penempatan. 6 Pada fase pra penempatan tenaga kerja di Arab Saudi, sering dimanfaatkan calo tenaga kerja untuk maksud menguntungkan diri calo sendiri, yang sering Indonesia sebagai negara pengirim tenaga kerja sering tidak berdaya menyelesaikan permasalahan perlindungan TKI, kasus-kasus kekerasan terhadap TKI hanya sekedar tampil di media kemudian menghilang seiring pemberitaannya berlalu. Padahal secara yuridis, pemerintah Indonesia dapat memanfaatkan konvensi ILO International Labour Organitation agar bisa melahirkan sistem hukum mengikat yang juga melindungi migrant worker, termasuk TKI. Selama ini kita mengetahui bahwa tidak jarang TKI dijadikan objek trafficking in person, termasuk perbudakan korban kekerasan dan segala perlakuan yang melanggar HAM. Sesuai amanat konstitusional UUD 1945 dan UU No. 39 tahun 2004 Pemerintah wajib melindungi HAM para TKI. TKI formal maupun ilegal, harus dilindungi berdasarkan prinsip persamaan hak, keadilan sosial dan kesetaraan gender. 6 http:www.bpkp.go.idunithukumuu200439-04.pdf diakses pada tanggal 17 Februari 2014 Universitas Sumatera Utara mengakibatkan calon tenaga kerja yang akan bekerja di luar negeri menjadi korban dengan janji berbagai kemudahan untuk dapat bekerja diluar negeri, termasuk yang melanggar prosedur serta ketentuan pemerintah, akhirnya sering memunculkan kasus tenaga kerja Indonesia ilegal. Pada fase selama penempatan sangat sering persoalan tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri, mengakibatkan permasalahan yang cukup memprihatinkan berbagai pihak. Hal ini menunjukan bahwa apabila penyelesaian tenaga kerja diserahkan pada posisi tawar-menawar bargaining position maka pihak tenaga kerja akan berada pada posisi yang lemah. Salah satu contoh kasus dimana lemahnya posisi TKI ialah kasus kematian yang tidak wajar sampai pada kasus penganiayaan, berbagai pelecehan tenaga kerja sampai mengakibatkan adanya rencana pihak Indonesia untuk menghentikan pengiriman tenaga kerja keluar Arab Saudi oleh karena dirasakan bahwa pengiriman tenaga kerja keluar negeri akan menemui berbagai macam kendala. Pada permasalahan purna penempatan dalam mekanisme pemulangan sering terjadi bahwa di sana-sini tenaga kerja yang baru pulang dari luar negeri berhadapan dengan berbagai masalah keamanan dan kenyamanan di perjalanan sampai tujuan, yang sering di tandai dengan terjadinya pemerasan terhadap hasil jerih payah yang di peroleh para TKI dari Arab Saudi. 7 Berdasarkan fakta bahwa TKI merupakan aset nasional yang mendatangkan devisa negara, maka upaya pemerintah untuk melindungi TKI 7 Manullang Sendjun,Sistem Penempatan tenaga Kerja Indonesia ke Luar Negeri, Vol. 37. Majalah Tenaga Kerja,2010 Universitas Sumatera Utara harus semakin meningkat. Upaya perlindungan tidak hanya melalui proses penempatan dan perlindungan yang baik tetapi juga harus diimbangi dengan pengembangan sumber daya manusia yang baik. Dalam hal inilah perhatian pemerintah melalui kebijakan-kebijakan yang di perbuat sangat diperlukan karena penempatan dan perlindungan diperbaiki tanpa peningkatan kualitas pekerja Indonesia akan menjadi hal yang sia- sia. Perlindungan yang paling tepat ialah melalui diri seorang TKI tersebut melalui pelatihan-pelatihan dan pembekalan yang tepat sebelum diberangkatkan ke luar negeri. Rendahnya kualitas Tenaga Kerja Indonesia paling dominan menjadi latar belakang terjadinya kasus selain aspek informasi, regulasi kebijakan pemerintah, profesionalisme, kelembagaan, dan penegakan hukum. Pemerintaha Indonesia sesungguhnya telah melakukan Upaya sertifikasi kompetensi Tenaga Kerja Indonesia dan telah dimulai pada Tahun 2000. Namun hanya dilakukan oleh institusi tertentu untuk kepentingan tertentu, sehingga yang terjadi tenaga kerja yang telah disertifikasi kompetensinya tidak memiliki standart yang tepat atau sertifikasinya tidak mendapatkan pengakuan dari pihak pengguna. Dengan demikian dalam rangka menghadapi iklim ekonomi di era globalisasi harus dapat pemerintah seharusnya menciptakan Competitive Advantage atau keunggulan daya saing melalui peningkatan kualitas dan produktivitas produk jasa yang upayanya adalah dengan sistem standarisasi dan sertifikasi bagi tenaga kerja Indonesia sebagai upaya perlindungan TKI baik yang bekerja di bidang informal maupun formal. Universitas Sumatera Utara Penelitian ini fokus pada usaha pemerintah untuk memperbaiki kualitas TKI yang akan dikirimkan keluar negeri. Dengan menggunakan konsep Manajemen Sumber Daya Manusia, sumber daya manusia merupakan kunci utama dalam terciptanya hubungan luar negeri yang menguntungkan. Banyak hal yang menjadi penyebab keterlambatan pemerintah dalam menangani masalah penempatan dan perlindungan TKI di Arab Saudi salah satunya karena ketidaksiapan pemerintah dalam menyiapkan tenaga kerja yang profesional. Penyebab lainnya juga, karena belum adanya hubungan bilateral khusus antara Indonesia dengan Arab Saudi melalui Memorandum of Understanding MoU yang berisi tentang perlindungan TKI di Arab Saudi. 1.2 Perumusan Masalah dan Pembatasan Masalah 1.2.1 Perumusan Masalah