AND SEED YIELD OF SEVERAL SHALLOT VARIETIES (Allium ascalonicum L.)

D. Jumlah Bunga per Tanaman

Proses pembungaan mengandung sejumlah tahap penting, yang semuanya harus berhasil dilangsungkan untuk memperoleh hasil akhir yaitu biji. Proses pembungaan tanaman terutama pada tanaman tahunan adalah sangat kompleks. Secara fisiologis proses pembungaan ini masih sulit dimengerti, hal ini disebabkan kurangnya informasi yang tersedia. Dalam perkembangannya, proses pembungaan ini meliputi beberapa tahap dan semua tahap harus dilalui dengan baik agar dapat menghasilkan panen tinggi (Ashari, 1998). Tabel 4. Rata-rata jumlah bunga per tanaman

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

1 2 3 Bima brebes

2 3 4 3,00 p Super philip

2 4 3 3,00 p Bima curut

3 3 4 3,33 p Bangkok

2 2 3 2,33 p Rata-rata

2,25 a

3,00 a

3,50 a (-)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Hasil analisis ragam menujukkan perlakuan macam varietas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah bunga per tanaman, sementara perlakuan periode vernalisasi justru menunjukkan pengaruh nyata terhadap jumlah bunga per tanaman. Namun, interaksi antara kedua perlakua tersebut menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata terhadap variabel jumlah bunga per tanaman. Berdasarkan Tabel 4, rata-rata jumlah bunga tertinggi

commit to user

minggu sebanyak 3,50 bunga. Hasil penelitian menunjukkan jumlah bunga yang dihasilkan tiap tanaman antara 2-4 bunga. Menurut Heddy et al.,(1994) dalam Harjoko (2001), menjelaskan jumlah tandan bunga yang muncul lebih dipengaruhi ukuran umbi bibit bawang merah yang ditanam. Tandan bunga muncul dari tunas apikal. Apabila umbi bibit bawang merah yang ditanam mampu membentuk tunas lebih banyak, akan memungkinkan muncul tunas dan tandan bunga lebih banyak, karena semakin banyak lapisan umbinya, tunas yang tumbuh juga akan semakin banyak.

Gambar 4. Histogram pengamatan rata-rata jumlah bunga bawang merah

pada berbagai kombinasi perlakuan

Jumlah bunga per tanaman kebanyakan dapat di optimalkan dengan perlakuan vernalisasi 3 minggu. Hal ini dapat dilihat dari Gambar 4, perlakuan vernalisasi 3 minggu dapat memperbanyak jumlah bunga tertinggi pada 3 varietas bawang merah yaitu varietas Bima Brebes, Bima Curut dan Bangkok. Namun, varietas Super Philip mendapatkan jumlah bunga optimal pada vernalisasi selama 2 minggu.

Seperti yang dibahas sebelumnya, untuk menghasilkan produksi bunga lebih tinggi dan pertumbuhan anakan lebih cepat adalah dengan menanam umbi bibit yang berukuran lebih besar (Soertini dan Syamsulbachri,

commit to user

Menurut Tyler (2001), Perkembangan bunga dari kuncup hingga mekar juga dipengaruhi oleh lingkungan. Air hujan dapat menyebabkan kuncup bunga membusuk sebelum mekar. Selain pengaruh lingkungan, ritme pembungaan ini mungkin juga disebabkan ketersediaan dan pemulihan energi serta sumber lain yang digunakan dalam proses pembungaan.

E. Jumlah Umbi per Tanaman

Umbi bawang merah sebenarnya merupakan pangkal daun yang berubah bentuk dan fungsi yakni membentuk umbi lapis. Umbi tersebut dapat membentuk tunas baru yang kemudian tumbuh membesar dan dewasa membentuk umbi kembali. Karena sifat pertumbuhannya yang demikian maka dari satu umbi membentuk rumpun tanaman yang berasal dari hasil peranakan umbi (Rahayu dan Berlian, 2002). Menurut Putrasamedja (1990), jumlah umbi diduga berkolerasi dengan jumlah anakan. Semakin banyak anakan, maka jumlah umbi yang dihasilkan juga semakin banyak. Tabel 5. Rata-rata jumlah umbi per tanaman

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

8 8 7 7,67 p Super philip

8 10 9 9,00 p Bima curut

11 8 12 10,33 p Bangkok

8 9 7 8,00 p Rata-rata

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Bawang merah mempunyai sifat yang berbeda-beda berdasarkan varietasnya, baik dilihat dari segi warna umbi dan jumlah umbi. Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa perlakuan macam varietas memberikan pengaruh nyata terhadap variabel jumlah umbi per tanaman. Sementara perlakuan periode vernalisasi tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah umbi, bahkan interaksi untuk kedua perlakuan juga menunjukkan tidak adanya

commit to user

rata jumlah umbi paling banyak adalah varietas Bima Curut yakni 10,33 umbi, sedangkan varietas yang menunjukan rata-rata jumlah umbi terendah adalah Bima Brebes. Bila dilihat dari rata-rata pengaruh ketiga macam periode vernalisasi, semua periode menunjukan hasil rata-rata jumlah umbi yang sama, yakni sebanyak 8,75 umbi.

Gambar 5 Histogram pengamatan jumlah umbi bawang merah per tanaman

pada berbagai kombinasi perlakuan

Dari Gambar 5 yang mampu menunjukkan jumlah rata-rata umbi terbanyak adalah Bima Curut dengan lama periode vernalisasi 3 minggu yakni sebanyak 12 umbi per tanaman. Sedangkan rata-rata jumlah umbi paling sedikit adalah varietas Bima Brebes dan Bangkok dengan lama periode vernalisasi selama 3 minggu yakni 7 umbi per tanaman. Hal ini dikarenakan ukuran diameter varietas Bima Curut umumnya berukuran kecil, berbeda dengan ukuran bawang merah varietas lainnya. Sehingga jumlah umbinya bisa mencapai hasil paling banyak tiap tanaman.

Umumnya semakin banyak jumlah anakan, semakin kecil umbinya dan sebaliknya. Jadi, semakin sedikit jumlah anakan cenderung semakin besar ukuran umbi per anakan. Kultivar bawang merah menentukan proses pembentukan umbi. Ukuran bahan tanaman, jumlah tunas lateral dan waktu

commit to user

umbi (Cohat, 1982; Ryu et al., 1998 dalam Rabinowitch, 2002). Menurut Kusmana (2009), untuk mendapatkan jumlah umbi maksimum pada varietas- varietas yang jumlah anakannya sedikit, dapat dilakukan pengaturan jarak tanam. Perlakuan jarak tanam rapat akan menghasilkan jumlah anakan banyak per satuan luas, sehingga akan meningkatkan hasil per satuan luas.

F. Berat Umbi per Tanaman

Hasil analisis ragam menunjukkan interaksi perlakuan periode vernalisasi dan macam varietas bawang merah tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel berat umbi per tanaman pada bawang merah. Hal ini diikuti oleh pengaruh macam varietas dan perlakuan periode vernalisasi yang keduanya juga menujukkan hasil yang tidak nyata terhadap jumlah umbi per tanaman. Tabel 6. Rata-rata berat umbi per tanaman (gram)

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

5,57

8,66

8,61 7,61 p Super philip

6,99

10,94

8,17 8,70 p Bima curut

8,7

9,09

10,57 9,45 p Bangkok

8,61

9,45

7,32 8,46 p Rata-rata

7,47 a

9,53 a

8,67 a (-)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Dapat diketahui dari Tabel 6, yang menunjukkan berat rata-rata bawang merah tiap perlakuan berbeda-beda hasilnya. Dari perlakuan vernalisasi 2 minggu menghasilkan berat rata-rata tertinggi yakni 9,53 g. Untuk perbedaan varietas, rata-rata tertinggi ditunjukkan oleh varietas Bima Curut yakni 9,45 g. Hal ini juga ditentukan oleh faktor sifat dari masing- masing varietas yang digunakan.

commit to user

menghasilkan umbi yang baik, pada suhu udara agak panas, yaitu antara 20- 30°C dengan suhu udara rata-rata yang optimal sekitar 24°C. Di daerah yang bersuhu 22°C, tanaman bawang merah dapat membentuk umbi, tetapi hasil umbinya tidak sebaik di daerah yang bersuhu udara antara 25-32°C, dan yang paling baik di daerah yang mempunyai suhu udara rata-rata tahunannya 30°C.

Gambar 6. Histogram pengamatan rata-rata berat umbi bawang merah per

tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan

Bila dilihat dari Gambar 6, berat tertinggi adalah 10,94 g/tanaman yang dihasilkan dari bawang merah varietas Super Philip dengan perlakuan vernalisasi 2 minggu. Berat terendah dihasilkan oleh bawang merah varietas Bima Brebes dengan perlakuan vernalisasi selama 1 minggu. Jika pada penelitian ini hasil rata-rata jumlah umbi antara 7-12 per tanaman, maka berat per satuan umbi bisa sekitar 1 g. Hasilnya sangat jauh dari berat normal. Padahal rata-rata umbi bawang merah normal adalah sekitar 4-6 g/umbi. Berat umbi yang rendah biasanya dimiliki oleh tanaman yang memiliki tunas lebih banyak, karena adanya distribusi asimilat yang menyebar ke setiap umbi yang terbentuk. Hal ini dikarenakan proses pemanenan bawang merah dilakukan pada umur lebih dari 100 hari, sehingga kebanyakan umbi mengalami penyusutan dan mengurangi berat dari umbi bawang merah.

commit to user

akan semakin rendah pula berat umbi pada bawang merah tersebut.

Menurut Sumarni et al. (2005), kerapatan tanaman juga mempengaruhi hasil dari berat umbi bawang merah. Tanaman yang ditanam dengan jarak tanam lebih jarang mempunyai kesempatan menyerap air lebih banyak daripada tanaman yang ditanam dengan jarak tanam sempit. Karena itu, dalam pengeringan, susut bobot hasil tanaman pada jarak tanam yang lebar lebih tinggi daripada jarak tanam yang sempit.

G. Jumlah Polong per Tandan

Polong bawang merah merupakan tempat penyimpanan bakal biji yang jumlahnya bisa mencapai 90 lebih dalam satu tandan. Jumlah polong erat kaitannya dengan masa akhir periode reproduktif, dimana penuaan pada daun akan berhubungan dengan mobilisasi zat-zat hara dari daun-daun menuju buah-buah atau biji yang sedang berkembang (Goldsworthy, 1992). Berdasarkan data hasil analisis ragam perlakuan macam varietas dan perlakuan periode vernalisasi serta interaksi keduanya menunjukkan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah polong per tandan. Tabel 7. Rata-rata jumlah polong per tandan

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

1 2 3 Bima brebes

57,67 h

55,00 g

50,67 e 54,78 Super philip

74,33 j

83,33 k

74,67 j 77,75 Bima curut

38,00 b

35,67 a

47,33 d 40,06 Bangkok

52,67 f

44,33 c

62,33 i 52,53 Rata-rata

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(+) = terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Pengisian polong diperlukan sinar matahari yang penuh dan kadar air yang cukup selama beberapa waktu, tetapi terlampau banyak air dalam tanah dapat mengganggu proses pengisian polong. Dari Tabel 7 menunjukkan perlakuan vernalisasi selama 1 minggu dapat mengoptimalkan jumlah polong

commit to user

polong/tandan. Namun varietas Super Philip dapat mengahasilkan rata-rata jumlah polong paling maksimal pada vernalisasi selama 2 minggu yakni rata- rata sekitar 83,33 polong/tandan. Sedangkan varietas Bima Curut dan Bangkok justru menghasilkan rata-rata jumlah polong terbanyak pada perlakuan vernalisasi selama 3 minggu. Walaupun semua varietas sama-sama diberi perlakuan vernalisasi, tetap saja daya adaptasi setiap varietas terhadap lingkungan tumbuh akan berbeda-beda.

Gambar 7. Histogram pengamatan rata-rata jumlah polong per tandan pada

berbagai kombinasi perlakuan

Dari Gambar 7 diketahui jumlah polong tertinggi adalah varietas Super Philip dengan periode vernalisasi selama 2 minggu, yakni sebanyak 83 polong tiap tandannya. Sedangkan jumlah polong paling sedikit adalah pada varietas Bima Curut dengan lama periode vernalisasi selama 2 minggu yaitu sekitar 36 polong tiap tandannya. Hal ini menujukkan bahwa perlakuan periode vernalisasi memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada setiap varietas bawang merah.

Kondisi lahan yang didaerah pegunungan membuat tanaman bawang merah kurang mendapatkan penyinaran matahari penuh, karena sinar matahari pegunungan kadang-kadang tertutup awan. Pembentukan polong

commit to user

tergantung pada fotoperiode sehingga cahaya tidak berpengaruh pada pembentukannya. Sedangkan menurut Adisarwanto (2003), Rendahnya intensitas penyinaran pada masa pengisian polong akan menurunkan jumlah dan berat polong serta akan menambah jumlah polong hampa.

H. Jumlah Biji per Polong

Biji merupakan hasil dari penyerbukan bunga, semakin banyak jumlah bunga yang dihasilkan maka akan semakin banyak pula biji yang dihasilkan. Namun tidak semua bunga mampu menyerbuk sendiri dengan baik, sehingga terkadang jumlah biji yang dihasilkan juga kurang maksimal. Hasil analisis ragam pada jumlah biji per polong menunjukkan pengaruh yang sangat nyata, baik perlakuan macam varietas, perlakuan periode vernalisasi maupun interaksi kedua perlakuan tersebut. Tabel 8. Rata-rata jumlah biji per polong

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

2,14 b

2,31 c

2,57 d 2,34 Super philip

2,81 f

2,85 f

2,54 d 2,73 Bima curut

2,01 a

2,03 a

2,01 a 2,02 Bangkok

2,17 b

2,21 b

2,72 e 2,37 Rata-rata

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(+) = terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Peningkatan periode vernalisasi ternyata sangat berpengaruh pada jumlah biji bawang merah per polongnya. Terlihat pada Tabel 8, bahwa rata- rata jumlah biji paling banyak adalah pada periode vernalisasi selama 3 minggu. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama vernalisasi yang diberikan pada umbi bibit bawang merah, maka semakin banyak pula jumlah biji yang dihasilkan. Namun hasil ini tidak berbeda dengan bawang merah varietas Super Philip dan Bima curut, yang justru menunjukkan jumlah biji per polong optimal pada periode vernalisasi 2 minggu. Perbedaan angka yang

commit to user

bunga atau pembentukan biji, hampir sebagian tanaman terserang hama cabuk hitam. Sehingga beberapa bunga yang terserang tidak dapat maksimal dalam membentuk biji. Namun menurut Darnawi et al. (1990), jumlah dan ukuran biji maksimum ditentukan oleh faktor genetik serta kondisi yang dialami biji selama periode pengisian biji. Cuaca yang kering selama pengisian biji mengakibatkan ukuran biji serta jumlah biji per polong kecil.

Gambar 8. Histogram pengamatan rata-rata jumlah biji per polong pada

berbagai kombinasi perlakuan

Dari Gambar 8 dapat dilihat perlakuan vernalisasi memberikan pengaruh yang berbeda-beda pada setiap varietas bawang merah. Jumlah biji yang dihasilkan semua varietas adalah antara 2-3 biji per polongnya. Untuk varietas Bima Brebes dan Bangkok menghasilkan jumlah biji terbanyak pada perlakuan vernalisasi 3 minggu, sedangkan varietas Super Philip dan Bima Curut menghasilkan jumlah biji yang tidak berbeda nyata terhadap semua perlakuan vernalisasi.

commit to user

Pertumbuhan biji merupakan penyimpanan bahan dari fotosintesis yang berlangsung dalam daun dan makai, bersama dengan bahan mobilisasi kembali dari penyimpanan sementara dalam bagian-bagian tanaman lainnya (Fischer et al. dalam Goldsworthy, 1992). Tanaman dapat menghasilkan biji dalam jumlah banyak apabila dalam proses penyerbukan calon bakal biji yang terbuahi juga banyak. Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi pembentukan biji ini, seperti suhu dan ketinggian tempat. Pada analisis ragam jumlah biji per tandan menunjukkan perlakuan macam varietas, perlakuan periode vernalisasi dan interaksi antara kedua perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata. Tabel 9. Rata-rata jumlah biji per tandan

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

40,33 c

72,67 e

73,67 e 62,22 Super philip

89,00 f

146,67 i

137,33 h 124,33 Bima curut

23,67 a

31,00 b

40,67 c 31,78 Bangkok

50,67 d

49,33 d

116,33 g 72,11 Rata-rata

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(+) = terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Tabel 9 menunjukkan bahwa pengaruh periode vernalisasi berbeda- beda pada setiap varietas. Varietas bima brebes menujukan rata-rata jumlah biji per tandan paling maksimal pada perlakuan vernalisasi selama 3 minggu yakni sebanyak 73,67 biji/tandan. Varietas Super Philip juga menghasilkan rata-rata jumlah biji terbanyak pada perlakuan vernalisasi selama 2 minggu yakni sebanyak 146,67 biji/tandan. Sedangkan varietas Bima Curut dan Bangkok menujukan rata-rata jumlah biji terbnyak pada perlakuan vernalisasi selama 3 minggu, yakni berturut-turut 40,67 dan 116,33 biji/tandan.

commit to user

Gambar 9. Histogram pengamatan rata-rata jumlah biji per tandan pada

berbagai kombinasi perlakuan

Beragamnya macam varietas yang diberi perlakuan vernalisasi, memberikan beragam pula jumlah biji bawang merah per tandannya. Tidak semua varietas memberikan hasil yang sama terhadap periode vernalisasi. Dapat dilihat pada Gambar 9, periode vernalisasi memberikan pengaruh dan hasil biji yang beragam tiap varietasnya. Rata-rata hasil jumlah biji tertinggi adalah varietas Super Philip dengan lama periode vernalisasi 2 minggu. Sebenarnya untuk mengetahui jumlah biji per tandan bisa dengan melihat jumlah biji per polong dan jumlah polong per tandan. Namun bila terdapat jumlah polong hampa atau polong yang tidak menghasilkan biji, diharuskan untuk mengitung jumlah biji satu per satu.

J. Berat 100 Biji

Penentuan berat 100 biji dilakukan karena karakter ini merupakan salah satu ciri dari suatu jenis benih yang juga tercantum dalam deskripsi varietas. Penghitungan biji dapat dilakukan secara manual dengan menggunakan spatula atau alat sedrhana lainnya. Untuk mempermudah penghitungan berat biji dapat menggunakan alat penghitung automatik, sehingga menghasilkan tingkat ketepatan tinggi. Berdasarkan hasil analisis

commit to user

interaksi kedua perlakuan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap variabel pengamatan berat 100 biji. Tabel 10. Rata-rata berat 100 biji (gram)

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

0,30 Super philip

0,22 ab

0,26 de

0,28 efg 0,24 Bima curut

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

(+) = terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Bila dilihat dari Tabel 10, bawang merah varietas bima brebes, bima curut dan bangkok menunjukan berat 100 biji optimal pada perlakuan vernalisasi selama 1 minggu dan varietas super philip menunjukkan rata-rata berat 100 biji tertinggi pada perlakuan vernalisasi 3 minggu. Sedangkan rata- rata berat 100 biji tertinggi ditunjukan oleh bawang merah varietas Bima Brebes yakni 0,30 g dan periode vernalisasi selam 1 minggu juga menujukkan rata-rata tertinggi, yakni 0,27 g. Hal ini dikarenakan, jumlah biji pada data sebelumnya (jumlah biji per tandan) periode vernalisasi 1 minggu menghasilkan jumlah biji paling sedikit, dan jumlah biji periode vernalisasi selama 3 minggu menghasilkan jumlah biji paling banyak. Dengan semakin banyaknya jumlah biji, maka pasokan asimilasi juga berkurang dan berat biji juga ikut berkurang. Sedangkan varietas Super Philip menujukkan hasil yang berbeda dengan berat tertinggi pada perlakuan vernalisasi selama 3 minggu.

commit to user

Gambar 10. Histogram pengamatan rata-rata berat 100 biji pada berbagai

kombinasi perlakuan

Perlakuan vernalisasi selama 1 minggu justru menujukkan berat tertinggi untuk varietas Bima Brebes, Bima Curut dan Bangkok. Berdasarkan Gambar 10, rata-rata berat 100 biji tertinggi adalah varietas Bima Brebes dengan periode vernalisasi 1 minggu. Sedangkan rata-rata terendah adalah varietas Super Philip periode vernalisasi 1 minggu dan varietas Bima Curut periode vernalisasi 3 minggu. Menurut Goldsworthy (1992), apabila jumlah biji telah dikurangi oleh faktor-faktor yang bekerjanya pada akhir perkembangan malai atau saat awal pengisian biji, ketidakseimbangan antara persediaan dan penyimpanan dapat mengakibatkan suatu kenaikan yang besar melebihi ukuran biji normal. Kemampuan biji-biji untuk tumbuh lebih besar daripada ukuran normal bila jumlahnya berkurang memungkinkan kompensasi hasil dalam keadaan demikian. Ukuran biji lebih bervariasi antar genotipnya.

commit to user

Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah pengujian daya kecambah benih tanaman. Perhitungan daya berkecambah dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Hasil analisis ragam menunjukan pemberian perlakuan vernalisasi dan macam varietas tidak berpengaruh nyata terhadap daya kecambah biji bawang merah. Dengan kata lain efek vernalisasi yang diberikan pada umbi bibit bawang merah, tidak berpengaruh nyata terhadap daya kecambah biji hasil dari budidaya bawang merah kali ini. Hal ini dikarenakan efek vernalisasi tidak diberikan langsung pada biji yang di kecambahkan, melainkan pada umbi bibit sebelum menghasilkan biji. Dengan kata lain biji yang digunakan adalah hasil dari pembijian tanaman bawang merah yang umbi bibitnya sudah diberi perlakuan vernalisasi. Tabel 11. Rata-rata persentase daya kecambah biji bawang merah

Varietas

Lama vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

2,68 p Super philip

4,44 p Bima curut

0 0 2,68

0,89 p Bangkok

2,68

4,00

0 2,23 p Rata-rata

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa persentase daya kecambah biji bawang merah sangatlah rendah. Semua perlakuan menunjukkan daya kecambah dibawah 10%, bahkan ada yang berada pada tingkat 0%. Varietas Bima Curut dengan lama vernalisasi 1 dan 2 minggu,

commit to user

adanya perkecambahan normal sama sekali. Rata-rata persentase daya kecambah biji bawang merah paling tinggi adalah varietas Super Philip dengan rata-rata 4,44%. Sedangkan periode vernalisasi 3 minggu menunjukkan rata-rata daya kecambah tertinggi yakni sebanyak 3,01%.

Rendahnya persentase daya kecambah biji bawang merah pada penelitian kali ini bisa disebabkan karena proses pemanenan bunga belum memasuki waktu masak biji dan dilakukan serentak pada semua varietas, hal ini dilakukan untuk menghindari rusaknya bunga oleh air hujan. Karena pada saat sebelum panen bunga, ternyata di lahan penanaman turun hujan sehingga beberapa bunga ada yang belum masak biji didalamnya. Umur masak biji merupakan umur optimum untuk melakukan pemanenan biji, dimana biji sudah siap untuk dikembangbiakkan lagi. Sementara polong yang berisi biji bawang merah biasanya matang pada umur 45-60 hari sejak pembungaan (Rukmana, 2005).

Biji yang mampu berkecambah disini adalah biji normal, sedangkan untuk biji mati dan biji abnormal tidak termasuk dalam perhitungan daya kecambah kali ini. Menurut Djuariah dan Sumiati (2004), daya kecambah biji sangat dipengaruhi oleh faktor dalam tanaman seperti genetis dan faktor luar tanaman yaitu adanya lingkungan yang mendukung perkembangan biji. Selain itu adanya senyawa penghambat pertumbuhan atau tidak cukupnya senyawa-senyawa yang penting untuk perkecambahan juga mempengaruhi pertumbuhan (Yuniastuti et al., 2007).

commit to user

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Perlakuan periode vernalisasi mampu meningkatkan hasil pembungaan bawang merah dengan hasil yang berbeda-beda pada setiap varietas.

2. Interaksi perlakuan periode vernalisasi dan varietas ternyata memberikan pengaruh sangat nyata terhadap variabel jumlah polong, jumlah biji dan berat 100 biji. Sementara untuk variabel pertumbuhan tanaman, umur mekar dan hasil umbi tidak memberikan pengaruh yang nyata.

3. Periode vernalisasi 3 minggu merupakan periode optimum untuk mempercepat pembungaan pada varietas Bima Brebes, Super Philip dan bangkok, serta mampu meningkatkan jumlah biji dan polong pada varietas Bima Brebes, Bima Curut dan Bangkok.

B. Saran

Kecepatan umur pembungaan, jumlah bunga dan jumlah biji bawang merah tidak hanya dipengaruhi oleh suhu rendah (vernalisasi). Banyak faktor lain yang bisa membantu proses tersebut, baik faktor dari dalam dan luar. Perlu penelitian lebih lanjut untuk memaksimalkan hasil pembungaan dan pembijian pada bawang merah, salah satunya bisa menggunakan hormon pemicu pertumbuhan bunga. Sedangkan untuk perkecambahan biji perlu adanya suatu perlakuan khusus pada biji, seperti perendaman didalam air atau pemberian hormon sebelum dikecambahkan.