PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) JurusanProgram Studi Agronomi

DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh : WINARKO

H 1107021

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Jurusan/Program Studi Agronomi

Oleh : WINARKO

H 1107021

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

PENGARUH PERIODE VERNALISASI TERHADAP PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Yang dipersembahkan dan disusun oleh WINARKO

H 1107021

telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

pada tanggal :

2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Ketua

Ir. Dwi Harjoko, MP NIP. 19610805 198601 1 001

Anggota I

Dr. Samanhudi, SP, MSi. NIP. 19680610 199503 1 003

Anggota II

Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Yunus, MP NIP. 19610717 198601 1 001

Surakarta, Januari 2012 Mengetahui

Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan

Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1 1001

commit to user

Skripsi ini dipersembahkan kepada: ü Bapak, Ibu, Kakek, Nenek, dan semua keluargaku tercinta dan tersayang yang tak pernah henti memanjatkan doa-doanya dan senantiasa memberikan dukungan serta restunya dikala kuliah dan menimba ilmu.

ü Bapak Sugiono sekeluarga, atas semua ilmu dan fasilitasnya selama penelitian di Ngargoyoso, Karanganyar. ü Rekan-rekan “Keluarga Besar Ekstensi (Agrobisnis dan Agronomi)” ü Rekan-rekan seperjuangan Agronomi Non Reguler ’07 yang telah banyak

membantu baik tenaga, pikiran dan do ’a (Andhis, Yana, Khusnul, Nia, Aryo, Oky, Rosi, Yuli, Delta, Radit, Septi, Isma, Hespry, Rio, Widy dan Tanto).

ü Rekan-rekan Agronomi reguler ‘07 (Wahyu, Didit, Bahrul, Dony, Budi, Taufik, Meidly, Taufan, Arif , dkk. ). ü Sahabat-sahabat dekat (Dian, Helda, Didit, Budi, Endra, Supri, Willy, Andhis, Candra, Pungki, Nandho).

commit to user

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan segala rahmat, hidayah, petunjuk serta berbagai kemudahan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul

PEMBUNGAAN DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG

MERAH (Allium ascalonicum L.)” dengan baik dan lancar. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan, bimbingan, arahan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. H. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Pardono, MS selaku Ketua Jurusan Agronomi FP UNS.

3. Ir. Dwi Harjoko, MP selaku pembimbing utama, Dr. Samanhudi, SP, MSi selaku pembimbing pendamping dan Prof. Dr. Ir. H. Ahmad Yunus, MP selaku dosen pembahas yang telah memberikan evaluasi dan masukannya dalam penyusunan skripsi ini.

4. Prof. Dr. Ir. Djoko Purnomo, MP selaku pembimbing akademik.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian sampai skripsi ini selesai yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis selalu berusaha membuat karya ini dengan baik, saran dan masukan selalu diharapkan untuk membuat karya ini lebih baik lagi. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan memberikan wawasan untuk memajukan dunia pertanian pada umumnya.

Surakarta, Januari 2012

Penulis

commit to user

Nomor Judul Halaman

1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada 10 MST (cm) ....................... 20

2. Rata-rata jumlah anakan bawang merah pada 10 MST ................................ 22

3. Rata-rata umur mekar bunga (hari) ............................................................... 24

4. Rata-rata jumlah bunga per tanaman ............................................................ 26

5. Rata-rata jumlah umbi per tanaman .............................................................. 28

6. Rata-rata berat umbi per tanaman (gram) ..................................................... 30

7. Rata-rata jumlah polong per tandan .............................................................. 32

8. Rata-rata jumlah biji per polong ................................................................... 34

9. Rata-rata jumlah biji per tandan .................................................................... 36

10. Rata-rata berat 100 biji (gram) ...................................................................... 38

11. Rata-rata persentase daya kecambah ............................................................. 36

commit to user

Nomor Judul Halaman

1. Grafik pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai

kombinasi perlakuan setiap minggu (cm) .................................................... 21

2. Grafik pengamatan jumlah anakan tanaman bawang merah berbagai

kombinasi perlakuan setiap minggu (satuan tunas) ..................................... 23

3. Histogram pengamatan rata-rata umur tanaman bawang merah saat

berbunga mekar pada berbagai kombinasi perlakuan .................................. 24

4. Histogram pengamatan rata-rata jumlah bunga bawang merah pada

berbagai kombinasi perlakuan ..................................................................... 26

5. Histogram pengamatan jumlah umbi bawang merah per tanaman

pada berbagai kombinasi perlakuan ............................................................. 29

6. Histogram pengamatan rata-rata berat umbi bawang merah per

tanaman pada berbagai kombinasi perlakuan .............................................. 31

7. Histogram pengamatan rata-rata jumlah polong per tandan pada

beberapa varietas bawang merah ................................................................. 33

8. Histogram pengamatan jumlah biji per polong pada berbagai

kombinasi perlakuan .................................................................................... 35

9. Histogram pengamatan rata-rata jumlah biji per tandan pada

berbagai kombinasi perlakuan ..................................................................... 37

10. Histogram pengamatan rata-rata berat 100 biji pada berbagai kombinasi perlakuan .................................................................................... 39

commit to user

berkecambah dari 25 biji ........................................................................... 60

28 Analisis ragam daya kecambah biji bawang merah ................................... 60

29 Foto pengolahan lahan ............................................................................... 61

30 Foto umbi bibit dan penanaman umbi ....................................................... 62

31 Foto penyiraman dan penyemprotan ......................................................... 62

32 Foto bunga dan biji bawang merah............................................................ 63

33 Foto hama dan penyakit ............................................................................. 65

34 Foto umbi bawang merah hasil panen ....................................................... 66

35 Foto hasil perkecambahan biji ................................................................... 67 Diskripsi bawang merah...................................................................................... 68

commit to user

DAN HASIL BIJI BEBERAPA VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.)

Bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomis penting. Seiring meningkatnya permintaan umbi bibit bawang merah tiap tahunnya, maka perlu suatu alternatif untuk mengatasi keterbatasan umbi bibit, yakni dengan menyediakan biji bawang merah. Semua bawang merah sebenarnya bisa berbunga dan menghasilkan biji, namun persentasenya masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya suatu rangsangan untuk meningkatkan pembungaan dan pembijian pada bawang merah yaitu dengan perlakuan vernalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh vernalisasi terhadap hasil bunga dan pembijian bawang merah, serta mengetahui berapa lama waktu yang tepat untuk mengoptimalkan pembungaan dan hasil biji pada bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-September 2011 di desa Girimulyo, kecamatan Ngargoyoso, kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial atas dua faktor dengan tiga ulangan. Faktor pertama terdiri dari empat varietas bawang merah yaitu bima brebes, super philip, bima curut dan bangkok. Faktor kedua adalah lama periode vernalisasi pada umbi bibit yang terdiri dari empat taraf yaitu 1, 2 dan 3 minggu. Data dianalisis dengan uji F 5%. Apabila terdapat beda nyata dilakukan uji Duncan pada taraf 5%. Variabel pengamatan meliputi pertumbuhan tanaman (tinggi tanaman, jumlah tunas), hasil (jumlah umbi, berat umbi), pembungaan (umur mekar, jumlah bunga), dan pembijian (jumlah polong, jumlah biji, berat 100 biji). Hasil penelitian menunjukkan periode vernalisasi tidak berpengaruh nyata terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman serta daya kecambah hasil biji, namun periode vernalisasi lebih berpengaruh sangat nyata terhadap pembungaan dan pembijian bawang merah. Varietas bima brebes, bima curut dan bangkok menghasilkan rerata jumlah biji tertinggi dan umur mekar tercepat pada periode vernalisasi selama 3 minggu, sedangkan super philip pada periode selama 2 minggu. Pada berat 100 biji justru perlakuan periode vernalisasi selama 3 minggu menunjukkan rerata berat terendah terhadap empat varietas bawang merah.

Kata kunci: bawang merah (Allium ascalonicum L.), vernalisasi, pembungaan, pembijian.

commit to user

AND SEED YIELD OF SEVERAL SHALLOT VARIETIES (Allium ascalonicum L.)

Shallot is one kind of vegetables that has significant economic value. With the increasing demand for shallot seed bulbs annually, it needs an alternative to overcome the limitations of seed bulbs, namely by providing onion seed. All shallots can actually flowered and produce seeds, but the percentage is still low. Therefore, there is need for a stimulus to improve the results of flower and seed in the shallot with the vernalization treatment. This research aims to determine the effect on the results of flower and vernalization shallot seeding, as well as to know how long the right time to optimize flowering and seed yield of shallot. Research was conducted in May-September 2011 in the Girimulyo village, Ngargoyoso, Karanganyar, Central Java.

This research used Randomized Complete Block Design (RCBD) which is

factorially arranged on two factors with three replications. The first factor consists of four varieties of shallot namely Bima Brebes, Super Philip, Bima Curut and Bangkok. The second factor is the long period vernalization on seed bulbs which consists of four degree: 1, 2 and 3 weeks. The Data were analyzed with F test 5%. If there is a real difference Duncan test conducted at the level of 5%. The observation variables include of plant growth (plant height, number of seedlings), yield (number of bulbs, bulbs weight), flowering (blooming age, number of flowers), and seeding (number of peas, number of seeds, weight of 100 seeds). The results showed the vernalization period does not significantly influenced on growth variables and yield plant as well as germination of seeds, but the vernalization period more effect on flowering and seeding shallot. Variety Bima Brebes, Super Philip, Bima Curut and Bangkok produce the highest average seed number and the fastest blooming age in the vernalization period for 3 weeks, while the Super Philip in period for 2 weeks. In weighing 100 seed treatment instead vernalization period for 3 weeks showed the lowest average weight of the four varieties of shallot.

Key words: shallot, vernalization, flowering, seeding.

commit to user

A. Latar Belakang

Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang mempunyai nilai ekonomis penting yang dapat diandalkan sebagai sumber penghasilan petani dan pendapatan negara, penyumbang besar terhadap keanekaragaman bahan pangan dan kecukupan gizi. Seiring meningkatnya permintaan pasar, membuat ketersediaan jumlah umbi bibit semakin berkurang setiap tahunnya. Maka perlu adanya suatu alternatif lain untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Penanaman umbi secara terus-menerus suatu kultivar pada suatu lahan dapat mempengaruhi produktivitas kultivar tersebut dan pada umumnya produktivitas tanaman turun. Hal tersebut dapat disebabkan terbawanya bibit hama dan penyakit di dalam umbi dalam setiap penanaman sehingga menurunkan kualitas benih umbi. Kenyataan di lapangan terlihat pada penanaman bawang merah di Brebes Jawa Tengah. Pada tahun 1960-1970 an produktivitas tanaman bawang merah rata-rata mencapai 15 ton/ha namun tahun 2002 turun mencapai 8 ton/ha (Anonim, 2002).

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas bawang merah yang sesuai dengan permintaan pasar adalah penggunaan bibit berupa benih atau biji. Keuntungan usaha tani bawang merah dengan biji antara lain dapat menurunkan biaya produksi, harganya murah, penyimpanan dan distribusinya mudah, serta dapat menciptakan varietas unggul baru (Rukmana,1994). Dalam menghasilkan biji bawang merah tentunya harus melewati proses pembungaan.

Tanaman bawang merah pada umumnya dapat berbunga dan menghasilkan biji, akan tetapi presentase pembungaannya relatif rendah. Menurut Sumiati (1995), rendahnya persentase pembungaan bawang merah disebabkan oleh keadaan lingkungan cuaca Indonesia, terutama panjang hari pendek (<12 jam) dan rata-rata temperature udara harian yang

commit to user

Pembungaan adalah suatu gejala adanya peralihan dari masa vegetatif ke masa generatif yang sebagian ditentukan oleh faktor genotipe yang sifatnya turun-temurun dan sebagian lagi oleh sifat faktor lingkungan.

Syarat terjadinya pembungaan pada suatu tumbuhan tergantung pada beberapa hal yaitu kemampuan fisiologis (telah melewati masa juvenil) serta kontrol pembungaan yang dikendalikan oleh beberapa struktur gen (Blázquez, 2000) dalam (Rahayu et al., 2007). Pada tanaman Arabidopsis, gen-gen pengatur pembungaan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan seperti kualitas cahaya, suhu, hara (sukrosa) dan giberelin yang saling berintegrasi dalam mengatur kontrol pembungaan (Komeda, 2004). Tanaman bawang merah membutuhkan temperatur rendah (7-12°C) dan fotoperiodisitas panjang (>12 jam) untuk keperluan inisiasi pembungaan (Brewster, 1994).

Vernalisasi merupakan salah satu cara menimbulkan pembungaan yang lebih awal pada tanaman yang diberikan pada umbi-umbi tanaman tersebut pada suatu suhu yang rendah. Jadi dengan kata lain, sebelum tanaman ini ditanam, umbi yang merupakan bibit tanaman tersebut disimpan dengan suhu yang rendah dengan tujuan menghasilkan atau menginduksi hormon yang berperan dalam pembungaan. Efek vernalisasi dapat hilang dengan adanya suhu tinggi.

B. Perumusan Masalah

Pada umumnya bawang merah biasa dibudidayakan menggunakan umbi bibit, namun masalah utama yang sering dihadapi petani adalah semakin menurunnya ketersediaan umbi bibit setiap tahun. Penanaman menggunakan bibit umbi secara terus-menerus bisa menyebabkan menurunnya produktivitas hasil umbi, karena bibit hama, virus dan penyakit mudah masuk kedalam umbi bibit.

Cara lain untuk perbanyakan bawang merah adalah menggunakan biji, dimana mempunyai banyak keuntungan antara lain mengurangi biaya

commit to user

tanaman yang sehat dan biji bebas virus serta bisa menciptakan keanekaragaman varietas baru.

Kendala yang dihadapi untuk produksi biji adalah rendahnya presentase pembungaan bawang merah di Indonesia. Panjang hari serta temperatur merupakan faktor penting yang dikehendaki oleh bawang merah untuk menginduksi bunga. Tanaman bawang merah membutuhkan temperatur rendah (7-12°C) dan fotoperiodisitas panjang (>12 jam) untuk keperluan inisiasi pembungaan. Untuk membantu hal tersebut digunakan perlakuan vernalisasi, yaitu proses perlakuan dingin pada umbi selama periode tertentu dengan tujuan untuk menginduksi pembungaan tanaman.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah, untuk :

1. Mengetahui pengaruh vernalisasi terhadap pembungaan dan hasil biji bawang merah.

2. Mengetahui lama periode vernalisasi yang tepat untuk meningkatkan pembungaan dan hasil biji pada tanaman bawang merah.

D. Hipotesis

1. Perlakuan vernalisasi dapat mempercepat proses pembungaan dan meningkatkan hasil biji pada bawang merah.

2. Diduga semakin lama perlakuan vernalisasi, akan semakin banyak jumlah bunga dan biji pada tanaman bawang merah.

commit to user

A. Taksonomi dan Morfologi Bawang Merah

Bawang merah asal mulanya merupakan perubahan bentuk dari bawang Bombay yang mengadakan adaptasi dengan membentuk klo-klon yang spesifik, dengan jumlah kromosom 2n = 16. Perkembangan tanaman bawang merah didaerah iklim sedang tidak normal, tetapi cukup potensial untuk dikembangkan didaerah tropis. Kedudukan tanaman bawang merah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut (Rukmana, 2005): Division

: Spermathophyta

Sub division

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledonae / Liliopsida

Ordo

: Asparagales (Liliflorae)

Famili

: Alliaceae (Amarayllidaceae)

Genus

: Allium

Spesies : Allium ascalonicum L. (bawang merah biasa) Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan perakaran dangkal dan bercabang terpencar menyebar ke semua arah pada kedalaman antara 15-20 cm. Secara individu jumlah perakaran tanaman bawang dapat mencapai 20-200 akar. Diameter akar bervariasi antara 0,5-2 mm. Akar-akar ini berfungsi antara lain menghisap air dan zat makanan dari dalam tanah, serta menguatkan berdirinya batang tanaman (Samadi dan Bambang, 2003).

Bawang merah memiliki batang semu atau disebut “discus” yang bentuknya seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat akar dan mata tunas (titik tumbuh). Di bagian atas discus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun. Batang semu yang berada di dalam tanah akan berubah bentuk dan fungsinya menjadi umbi lapis (bulbus). Diantara lapis kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat membentuk tanaman

commit to user

2007). Secara umum tanaman bawang merah mempunyai daun berbentuk bulat kecil dan memanjang antara 50-70 cm, berwarna hijau muda sampai hijau tua, berlubang seperti pipa, tetapi ada juga yang membentuk setengah lingkaran pada penampang melintang daun. Bagian ujung daun meruncing, sedang bagian bawahnya melebar dan membengkak (Rahayu dan Nur, 2007).

Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai yang keluar dari ujung tanaman yang panjangnya antara 30-

90 cm, dan diujungnya terdapat 50-200 kuntum bunga yang tersusun melingkar seolah-olah berbentuk payung. Tiap kuntum bunga terdiri dari 5-6 helai daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning-kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga. Bakal buah ini sebenarnya terbentuk dari 3 daun buah (carpel) yang membentuk 3 buah ruang dan dalam tiap ruang tersebut terdapat 2 bakal biji (Wibowo, 2007).

Sebagai bunga sempurna (hermaprodit), bawang merah dapat menyerbuk sendiri ataupun silang. Adanya kematangan benang sari yang berbeda menyebabkan bunga bawang merah dapat melakukan penyerbukan antar bunga dalam satu tandan atau antar bunga dari tandan yang berbeda. Penyerbukan dapat terjadi dengan bantuan angin, serangga lebah atau lalat hijau, dapat juga melalui penyerbukan buatan oleh bantuan tangan manusia (Rukmana, 2005).

Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2-3 butir. Letak bakal biji dalam ruang bakal buah (ovarium) terbalik atau dikenal dengan istilah anatropus. Oleh karenanya, bakal biji bawang merah dekat dengan plasentanya. Bentuk biji bawang merah agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji-biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Pitojo, 2007).

commit to user

1. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bima Brebes Varietas ini merupakan varietas lokal dari Brebes , Jawa Tengah

yang cocok untuk ditanam didataran rendah dan dalam satu rumpun memiliki 7-12 buah anakan. Di Brebes tanaman ini jarang berbunga. Varietas ini memiliki umbi lonjong kecil dengan cincin kecil pada cakram dan umbi berwarna merah muda. Varietas Bima Brebes resisten terhadap penyakit busuk umbi (Botrytis alili), tetapi peka terhadap penyakit busuk daun (Phytoptora porii). Umur panen varietas ini 60 hari dengan produksi mencapai 10 ton/ha umbi kering dengan bobot susut panen mencapai 22%.

2. Deskripsi Bawang Merah Varietas Super Philip Bawang merah varietas ini berasal dari Filipina, memiliki warna

daun hijau tua dengan berbentuk silindris seperti pipa. Untuk warna bunga sama dengan bawang merah lainnya yakni putih dengan bentuk biji bulat, gepeng berkeriput dan berwarna hitam. Bentuk umbi dari varietas super philip bulat, bagian leher agak besar. Produksi umbinya bisa mencapai 6-

21 ton/ha dengan susut bobot (basah-kering) 10%, serta tahan terhadap penyakit Fusarium. Umur panen sekitar 60-70 HST, dengan tinggi tanaman berkisar 30-40 cm.

3. Deskripsi Bawang Merah Varietas Bangkok Bawang bangkok adalah bawang merah varietas impor yang akhir-

akhir ini banyak ditanam di dataran rendah dengan ketinggian berkisar 30 m dpl dan pH tanah berkisar 5,5-7,0. Jenis bawang ini tidak tahan terhadap air. Oleh karena itu, cocok ditanam pada awal musim kemarau. Bawang bangkok dapat dipanen pada umur 60-70 hari setelah tanam dengan produksi rata-rata 7 ton/ha umbi kering. Umbinya berbentuk agak bulat, berwarna merah muda sampai merah tua.

commit to user

Salah satu kultivar bawang merah yang dibudidayakan petani adalah kultivar Bima Curut. Kultivar Bima Curut termasuk kultivar lokal Brebes. Bima Curut mempunyai penampakan warna daun hijau kebiruan. Setiap kultivar bawang merah mempunyai ciri lengkungan daun yang berbeda satu sama lain. Lengkungan daun tidak terlihat pada Bima Curut. Pertumbuhan daun Bima Curut lurus ke atas dengan kekar. Bentuk umbi merupakan karakteristik yang dapat dibedakan antara beberapa kultivar bawang merah. Umbi Bima Curut berbentuk datar dengan warna umbi merah cerah. Bima Curut memiliki anakan berkisar antara 3 anakan sampai 22 anakan (Rukmana, 2008).

C. Syarat Tumbuh

Bawang merah termasuk tanaman yang memiliki perakaran dangkal, tidak berkayu, dan sukulen. Karena memiliki sistem perakaran yang dangkal, pertumbuhan tanaman sangat ditentukan oleh tingkat kesuburan lapisan olah atas. Dalam rangka budidaya tanaman untuk memproduksi benih yang berupa umbi maupun biji, diperlukan kesesuaian wilayah adaptasi yang meliputi kesesuaian iklim dan tanah. Faktor-faktor pendukung iklim terdiri atas radiasi matahari, panjang hari, suhu, curah hujan, kelembapan udara dan angin. Kesesuaian tanah meliputi faktor letak lahan, sifat fisik dan sifat kimia tanah, serta ketersediaan air dilokasi budidaya (Pitojo, 2007).

Menurut Kartosapoetra (1988), tanaman bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada tanah lempung berpasir atau tanah alluvial. Jika tanahnya masam berikan kapur (lime) agar hasilnya dapat diperbaiki/ditingkatkan. Tanaman bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (1000 m di atas permukaan laut) dan baik diusahakan pada lahan bekas sawah maupun di tanah darat atau lahankering seperti tegalan, kebun dan pekarangan. Tanaman bawang merah ini banyak ditanam di daerah dataran rendah dengan ketinggian antara 10

commit to user

daerah dataran tinggi (Sunarjono et al., 1984). Tanaman bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 800 m dpl. Namun demikian tanaman akan berumur lebih panjang dan hasil umbinya lebih rendah daripada di dataran rendah. Tanaman bawang merah termasuk tanaman hari panjang, menyukai tempat yang terbuka dan cukup mendapat sinar matahari (70%) terutama bila lamanya penyinaran lebih dari 12 jam (Sumarni dan Rosliani, 1997). Untuk dapat tumbuh dengan baik, tanaman bawang merah memerlukan kondisi lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Menurut Grubben (1990) dalam Rosliani et al., (2005), suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan bawang merah yaitu antara 20-30°C dengan curah hujan 100-200 mm/bulanTanaman bawang merah memiliki daya adaptasi luas karena dapat ditanam mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi (1.000 m dpl) dan baik diusahakan pada lahan bekas sawah maupun di tanah darat atau lahan

Menurut Sumarni dan Soetiarso (1998), waktu tanam yang baik untuk pembungaan bawang merah adalah musim kemarau, dimana perbedaan temperature siang-malam cukup tinggi dan curah hujan rendah.

D. Pembungaan

Tumbuhan semusim atau tanaman semusim merupakan istilah agrobotani bagi tumbuhan yang dapat dipanen hasilnya dalam satu musim tanam. Dalam pengertian botani, pengertiannya agak diperlonggar menjadi tumbuhan yang menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam rentang setahun. Istilah dalam bahasa Inggris, annual plant, menunjukkan bahwa yang dimaksud "satu musim" adalah satu tahap dalam setahun. Bagi pertanian di daerah beriklim sedang seringkali yang dimaksud semusim adalah apabila tanaman yang dimaksud tidak perlu mengalami musim dingin bagi pembungaannya (vernalisasi). Sejumlah tumbuhan dari daerah beriklim sedang atau tumbuhan gurun memiliki perilaku musiman yang sangat ekstrem. Mereka menyelesaikan seluruh siklus hidupnya dalam waktu sangat

commit to user

sebagai spring plants (tumbuhan musim semi), mengeluarkan daun di akhir musim dingin (musim salju) lalu berbunga dan kemudian layu kembali hanya dalam waktu sekitar 3 bulan, untuk kemudian kembali beristirahat dalam bentuk umbi. Perilaku musiman ini diatur secara hormonal dan dipengaruhi oleh suhu udara, panjang hari, serta ketersediaan air ditanah (Irawan, 2010).

Pembungaan merupakan awal dari keberhasilan untuk berbuah. Pembungaan mengalami proses kompleks. Masa reproduksi seksual (pembungaan) tanaman semusim, dipicu oleh perubahan panjang hari (fotoperiod), sehingga dikenal adanya tanaman hari panjang (long day plant) dan tanaman hari pendek (short day plant). Transisi pertumbuhan vegetatif ke generatif pada tanaman semusim, terjadi sekali dalam siklus hidup tanaman. Transisi meliputi perubahan meristem pucuk yang tumbuh menjadi bunga. Kebanyakan pohon buah-buahan merupakan tanaman polikarpik, yang harus mempertahankan pertumbuhan vegetatif pada sebagian pucuknya. Musim berperan dalam perkembangan bunga. Induksi bunga dan diferensiasi tunas bunga terjadi sebelum pohon dorman di musim dingin, sehingga proses munculnya bunga dapat terjadi musim semi. Waktu yang diperlukan sejak dari induksi sampai bunga muncul lebih 10 bulan. Sinyal fotoperiod mengatur dormansi tanaman di daerah dingin, dan tidak terlibat langsung dalam mengendalikan induksi bunga pada pohon tahunan. Stimulus lingkungan (suhu sejuk dan kering) berperan dalam induksi bunga di daerah tropis dan sub-tropis. Di akhir suhu sejuk dan kering, pembungaan makin intensif

(anonim c , 2012). Hormon gibberellins (GAs) berperan dalam pertumbuhan bunga dan buah pada tumbuhan tingkat tinggi. GAs mengontrol tahap pertumbuhan vegetatif dan generatif. GAs menghambat diferensiasi tunas bunga dan pertumbuhan vegetatif serta mendorong pembungaan yang lebih intensif (Goldschmist et al., 1997).

commit to user

Pada umumnya tanaman bawang merah dapat berbunga dan menghasilkan biji, namun di Indonesia bawang merah agak sulit berbunga dengan sempurna, itulah sebabnya mengapa petani tidak mengetahui perkiraan dengan benar penggunaan biji bawang merah, terutama bagaimana cara penanamannya. Menurut Thomas (1993), Pembungaan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor internal, seperti genetik, hormon, dan nutrisi, dan faktor eksternal (lingkungan), seperti air, cahaya dan suhu. Perubahan lingkungan tersebut dapat mengubah respon pembungaan suatu tanaman. Setiap spesies tanaman dapat mempunyai respon yang berbeda terhadap lingkungan untuk berbunga.

Cahaya dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi perkembangan reproduktif suatu tanaman. Fotoperiode dan vernalisasi merupakan contoh respon langsung tanaman terhadap cahaya dan suhu dalam proses pembungaan yang menghasilkan induksi pembungaan melalui mekanisme sinyal transduksi yaitu penerimaan sinyal cahaya oleh daun atau sinyal suhu rendah oleh kuncup apikal yang ditransmisikan ke daerah apek (pucuk) sehingga merangsang terjadinya perubahan ekspresi gen atau transisi pembungaan pada daerah tersebut (Lumsden, 1993 dalam Rahayu et al., 2007).

Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran (panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tersebut. Beberapa jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran, terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase generatifnya,misalnya pembungaan. Beberapa tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan

commit to user

(Anonim c , 2012). Bawang merah dapat menghasilkan bunga setelah mencapai kedewasaan. Untuk merangsang berbunganya bawang merah diperlukan beberapa hari perlakuan suhu rendah antara 5-10°C. Hasil penelitian Balai penelitian Sayuran menunjukkan bahwa varietas bawang merah yang mudah berbunga secara alami pada ketinggian 1.600 m dpl (Rukmana, 2008).

Menurut Sumarni et al. (2001), pembungaan dan pembijian bawang merah masih dapat ditingkatkan dengan memberikan beberapa perlakuan khusus. Telah diketahui bahwa perlakuan vernalisasi suhu 10°C selama 5 minggu pada umbi bibit bawang merah berumur 1 bulan dapat meningkatkan pembungaan dan pembijian bawang merah.

Vernalisasi biasanya terjadi antara suhu 5-16°C dengan pengaruh maksimum antara 0-8°C. Lamanya perlakuan bervariasi mulai beberapa hari hingga 60 hari atau bahkan lebih lama lagi. Istilah vernalisasi pertama kali digunakan pada perlakuan suhu dingin pada benih berimbibisi atau semai kecambah, kemudian meluas kepada semua perlakuan yang mempunyai efek yang sama terhadap tanaman seperti perlakuan terhadap umbi sebelum ditanam. Tujuan perlakuan vernalisasi biasanya adalah mempercepat keluarnya bunga karena suhu dapat merangsang inisiasi bunga (Anonim, 2011).

Menurut Soedomo (1999), dalam penelitiannya mengatakan bahwa induksi umbi bawang merah dengan menggunakan cara vernalisasi dapat menstimulir pembungaan bawang merah. Pengaruh pembungaan dinilai dalam bentuk kandungan umum primodia bunga, pertama kali klaster nilai mekar, pertama kali terbentuknya buah dan peningkatan persentase tanaman berbunga, jumlah tandan bunga per tanaman, jumlah bunga per tandan, jumlah buah yang terbentuk per tandan. Antar kultivar umumnya tidak menunjukkan pengaruh perbedaan yang nyata.

Pembungaan bawang merah dapat diinduksikan dengan perlakuan suhu rendah pada umbi bibit (vernalisasi), perlakuan fotoperiode hari panjang

commit to user

merupakan proses perlakuan dingin pada umbi atau benih yang sudah terimbibisi, selama periode tertentu dengan tujuan untuk menginduksi pembungaan tanaman. Perlakuan vernalisasi efektif bila dikenakan pada organ tertentu yakni embrio. Pada tanaman bawang meah perlakuan vernalisasi dilakukan terhadap umbi pada refrigerator, selama periode sekitar

6 minggu. Efek vernalisasi akan hilang dengan adanya stres suhu tinggi (devernalisasi). Tetapi setelah beberapa waktu dibiarkan pada suhu netral dan kondisi aerob maka vernalisasi menjadi stabil (permanen) sehingga efek vernalisasi tidak akan hilang meskipun pada suhu tinggi (Harjoko, 2001).

commit to user

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011 bertempat di Desa Girimulyo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Cangkul, tugal, tali rafia, alat tulis, alat ukur, alat semprot, ember/gembor, papan nama, timbangan, kulkas, petridish dan label.

2. Bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah :

a) Umbi bibit bawang merah

b) Dolomite, seresah pohon pisang

c) Urine sapi

d) Pestisida Decis 2.5 EC dan Marshal 200 EC

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan dasar RAKL (Rancangan Acak Kelompok Lengkap) yang disusun secara faktorial dengan dua faktor dan tiga ulangan. Faktor pertama adalah varietas dan faktor kedua lama periode vernalisasi. Faktor perlakuan macam varietas (V) sebagai main plot, terdiri atas 4 taraf: V1 : Varietas Bima Brebes

V3 : Varietas Bima Curut V2 : Varietas Super Philip

V4 : Varietas Bangkok Faktor perlakuan periode vernalisasi dengan suhu 6°C (P) sebagai sub plot,

terdiri atas 3 taraf : P1 : Vernalisasi selama 1 minggu P2 : Vernalisasi selama 2 minggu P3 : Vernalisasi selama 3 minggu

commit to user

V1P1 : Varietas Bima Brebes dan vernalisasi 1 minggu V1P2 : Varietas Bima Brebes dan vernalisasi 2 minggu V1P3 : Varietas Bima Brebes dan vernalisasi 3 minggu V2P1 : Varietas Super Philip dan vernalisasi 1 minggu V2P2 : Varietas Super Philip dan vernalisasi 2 minggu V2P3 : Varietas Super Philip dan vernalisasi 3 minggu V3P1 : Varietas Bima Curut dan vernalisasi 1 minggu V3P2 : Varietas Bima Curut dan vernalisasi 2 minggu V3P3 : Varietas Bima Curut dan vernalisasi 3 minggu V4P1 : Varietas Bangkok dan vernalisasi 1 minggu V4P2 : Varietas Bangkok dan vernalisasi 2 minggu V4P3 : Varietas Bangkok dan vernalisasi 3 minggu Dari 12 perlakuan tersebut, masing-masing diulang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 36 satuan percobaan.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Persiapan

a) Persiapan Benih

Bibit kualitas baik adalah berukuran sedang, sehat, keras dan permukaan kulit luarnya licin/mengkilap. Bibit yang terlalu kecil pertumbuhannya kurang vigor dan hasilnya sedikit. Ukuran umbi bibit yang optimal adalah 3-4 gram/umbi. Setelah itu dilakukan perlakuan vernalisasi, yaitu disimpan dalam ruangan dengan suhu 6°C dengan lama tergantung dari taraf perlakuan.

b) Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang cocok dan gembur untuk budidaya bawang merah. Pengolahan tanah umumnya diperlukan untuk menggemburkan tanah sehingga pertumbuhan umbi dari bawang tidak terhambat karena sifat fisika tanah yang kurang optimal. Pengolahan tanah juga

commit to user

dan mengendalikan gulma.

Pengolahan lahan sebelum penanaman dilakukan pada saat musim penghujan, sehingga lahan yang diolah berupa lahan basah. Pertama tanah cangkul dengan kedalaman secukupnya dan dimasukkan seresah pohon pisang yang sudah dipotong-potong, kemudian ditimbun dengan tanah lagi. Setelah pohon pisang ini ditimbun sekitar 2 minggu, selanjutnya tanah dibajak atau dicangkul sedalam 20 cm, kemudian dibuat bedengan dengan lebar 1,2 meter tinggi 25 cm sedangkan panjangnya sekitar 6-7 meter. Bedeng dibuat mengikuti arah timur dan barat agar persebaran cahaya optimal, setelah itu diberi dolomite dengan dosis 1-1,5 ton/ha/tahun.

c) Pemberian Pupuk Dasar

Pemberian pupuk dasar dilakukan setelah pengolahan tanah. Pupuk dasar yang digunakan adalah pupuk organik yang sudah matang seperti urine sapi. Pengaplikasian urine sapi dilakukan 2 minggu sebelum tanam dengan menyemprotkan diatas permukaan tanah.

2. Penanaman Setelah dilakukan vernalisasi, benih ditanam pada lahan dengan jarak tanam 20 x 20 cm. Benih tanaman bawang merah dimasukkan ke dalam lubang yang sebelumnya dibuat dengan tugal. Lubang tanam dibuat agak dangkal karena menghindari pembusukan. Setelah proses penanaman selesai dilakukan penyiraman.

Penggunaan jarak tanam 20 x 20 cm memberikan hasil yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah, sedang jarak tanam 20 x 10 cm memberikan hasil yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang rapat akan menimbulkan persaingan yang tinggi dalam pengambilan unsur hara, air, dan juga persaingan sinar matahari (Afrida, 2005).

commit to user

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan tindakan-tindakan untuk menjaga pertumbuhan tanaman.

a) Penyiraman

Tanaman bawang merah tidak menghendaki banyak hujan karena umbi dari bawang merah mudah busuk, akan tetapi selama pertumbuhannya tanaman bawang merah tetap membutuhkan air yang cukup. Oleh karena itu, lahan tanam bawang merah perlu penyiraman secara intensif apalagi jika pertanaman bawang merah terletak di lahan bekas sawah. Pada musim kemarau tanaman bawang merah memerlukan penyiraman yang cukup, biasanya satu kali sehari sejak tanam sampai menjelang panen.

Pada penelitian ini, proses pemberian air dilakukan dengan cara penggenangan pada tepi-tepi bedengan sebanyak satu kali dalam seminggu.

b) Penyulaman

Penyulaman dilakukan secepatnya bagi tanaman yang mati atau sakit dengan mengganti tanaman yang sakit dengan bibit yang baru. Hal ini dilakukan agar produksi dari suatu lahan tetap maksimal walaupun akan mengurangi keseragaman umur tanaman.

c) Pembumbunan

Pembubunan dilakukan bersama-sama dengan penggemburan tanah. Penggemburan tanah dilakukan dengan mencangkul menggunakan alat sederhana seperti cangkul. Pembubunan adalah kegiatan menambah tanah yang berada ditepi guludan, sehingga tanah tidak terlarut atau longsor pada saat penyiraman tanaman. Pembubunan juga mencegah agar pupuk tidak larut dalam air siraman atau air hujan dan masuk ke dalam selokan.

commit to user

Pemupukan yang dilakukan disini merupakan pemupukan susulan setelah tanaman tumbuh. Pada penelitian kali ini pemupukkan hanya menggunakan urine sapi, dengan cara menyemprotkan pada bagian atas tanaman dan pada tanah dekat pangkal tumbuhnya bawang merah. Pemupukkan dilakukan dalam waktu 2 minggu sekali, yakni pada sore hari. Hal ini dilakukan agar pupuk cair yang disemprotkan dapat langsung diserap oleh tanaman, kebiasaan tanaman lebih banyak menyerap unsur hara pada saat pagi hari dan sore hari.

e) Penyiangan

Penyiangan dilakukan pada periode pembentukan anakan, yaitu saat umur tanaman berkisar antara 10-21 hari; pada fase generatif yaitu pada umur tanaman 30-35 hari; dan pada fase pemasakkan umbi pada saat umur tanaman 50-55 hari. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma atau rumput-rumput liar yang terdapat pada bedengan pertanaman bawang merah. Penyiangan dilakukan secara hati-hati agar tidak mengganggu perkaran bawang merah, mengingat sitem perakaran bawang merah cukup dangkal.

f) Pengendalian hama dan penyakit

Hama penyakit yang sering menyerang tanaman bawang merah antara lain ulat grayak (Spodoptera litura), trips, ulat bawang, bercak ungu (Alternaria porri), busuk umbi fusarium dan busuk putih sclerotum, busuk daun Stemphylium dan virus. Untuk mengendalikan hama dan penyakit dilakukan penyemprotan dengan pestisida Decis 2.5 EC. Penyemprotan dilakukan satu kali seminggu dengan melihat gejala yang ditimbulkan sampai tanaman berumur 60 hari.

commit to user

serangan cabuk (kutu) hitam. Hama ini menyerang seluruh bagian tanaman bawang merah dari daun, bunga dan biji, kecuali umbi. Serangan cabuk hitam dapat dikendalikan dengan penggunaan pestisida Marshall 200 EC, hal ini sesuai dengan anjuran dari para petani-petani di sekitar lahan penelitian. Penyemprotan Marshal dilakukan 2 minggu sekali, namun pada saat serangan akut dtingkatkan menjadi 1 minggu sekali.

4. Panen Bawang merah umunya dapat dipanen umbinya pada umur 60-

70 hari. Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen yaitu pangkal daun mengempis,daun tampak menguning, daun rebah 75% dan buah mengambang warna merah dan keras.

Pemanenan bawang merah pada panelitian kali ini dilaksanakan pada umur sekitar 120 hari setelah tanam. Lamanya waktu pemanenan ini disebabkan masih menunggu proses pematangan biji bawang merah. Hal ini menyebabkan sebagian besar dari umbi bawang merah juga mengalami pembusukan dan penyusutan ukuran diameter pada umbi.

Cara pemanenannya dengan memotong pangkal bunga yang bijinya sudah tua atau matang dan dipisahkan berdasarkan perlakuan yang diberikan. Kemudian mencabut pohon bawang merah beserta umbinya. Setelah pemanenan, semua bagian dari tanaman bawang merah mulai dari bunga sampai umbi dikeringkan.

E. Variabel Pengamatan

Variabel pengamatan yang diamati dalam penelitian ini adalah :

1) Tinggi tanaman Tinggi tanaman diukur dari leher akar sampai titik tumbuh terakhir pada batang utama. Pengukuran dilakukan umur 2 minggu sampai 2 minggu sebelum panen dengan interval 1 minggu sekali.

commit to user

Jumlah anakan dihitung 2 minggu setelah penanaman bibit dan dilakukan tiap 1 minggu sekali.

3) Umur mekar

Mencatat umur tanaman saat bunga mulai mekar.

4) Jumlah bunga per tanaman Menghitung rata-rata jumlah bunga tiap tanaman. Dilakukan beberapa hari sebelum panen.

5) Jumlah umbi per tanaman Menghitung rata-rata jumlah umbi per tanaman, dilakukan setelah panen.

6) Berat umbi per tanaman Menimbang berat umbi dan dihitung berat rata-rata per tanaman.

7) Jumlah polong per tandan Menghitung rata-rata jumlah polong di setiap tandan bunga yang dipanen.

8) Jumlah biji per polong Menghitung rata-rata jumlah biji yang terdapat pada tiap polong.

9) Jumlah biji per tandan Mengitung total biji per polong, sehingga didapat jumlah rata-rata biji setiap tandannya.

10) Berat 100 biji Menimbang berat dari 100 biji bawang merah.

11) Daya kecambah

Melakukan uji perkecambahan untuk mengetahui berapa besar persentase daya kecambah dari biji bawang merah.

F. Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F dengan taraf 5%. Apabila terdapat beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan taraf 5%.

commit to user

A. Tinggi Tanaman

Pertumbuhan tanaman adalah suatu proses pada tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar. Sebagai salah satu indikator dalam pertumbuhan, tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Sebagai parameter pengukur pengaruh lingkungan, tinggi tanaman sensitif terhadap faktor lingkungan.

Tinggi tanaman bawang merah akan meningkat seiring bertambahnya umur tanaman. Pada penelitian ini pengamatan tinggi tanaman dilakukan mulai umur 2 minggu setelah tanam, dengan cara mengukur tanaman bawang merah dari permukaan tanah sampai ujung daun yang terpanjang. Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada 10 MST (cm)

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

1 2 3 Bima brebes

38,89

38,23

38,63 38,58 p Super philip

39,63

41,80

39,00 40,14 p Bima curut

39,44

43,57

45,40 42,80 p Bangkok

39,10

37,73

40,00 38,94 p Rata-rata

39,36 a

40,33 a

40,76 a (-)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi

Hasil analisis ragam menunjukkan hanya perlakuan macam varietas yang memberikan pengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman. sementara perlakuan periode vernalisasi dan interaksi kedua perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tinggi tanaman. Pada Tabel 1, dapat dilihat rata-rata tinggi tanaman tertinggi adalah varietas bima curut, tingginya mencapai 42,80 cm. Sedangkan rata-rata tinggi tanaman paling rendah ada

commit to user

bawang merah memberikan respon yang berbeda terhadap tinggi tanaman. Hal ini terlihat dari data yang didapat setelah pengamatan tinggi tanaman beberapa minggu, perlakuan periode vernalisasi tidak mempengaruhi tinggi tanaman semua varietas. Namun bila dilihat dari rata-rata perlakuan periode vernalisasi, periode selama 3 minggu menunjukan rata-rata tertinggi dibanding dengan periode vernalisasi 1 dan 2 minggu. Penyebab utama berbedanya rata-rata tinggi tanaman adalah berbedanya ciri-ciri yang dimiliki setiap varietas, seperti tinggi maksimum pada setiap varietas.

Gambar 1. Grafik pengamatan tinggi tanaman bawang merah pada berbagai

kombinasi perlakuan setiap minggu (cm)

Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat pertambahan tinggi tanaman bawang merah selalu menunjukkan grafik meningkat setiap minggunya, namun setelah umur 10 MST, grafik tinggi tanaman mengalami grafik yang konstan. Hal ini dikarenakan bawang merah mengalami proses pembungaan rata-rata pada umur 10 MST. Menurut Putrasamedja et al. (1994), pertumbuhan vegetatif bawang merah yang ditanam didataran tinggi (± 1400 meter) akan berhenti pada umur 10 minggu setelah tanam. Pada saat ini tanaman sudah membentuk tangkai bunga (bolting), dimana umbi juga mulai terbentuk dan pertumbuhan vegetatif baru akan berhenti.

commit to user

Anakan bawang merah merupakan pangkal dari daun bawang merah, seiring bertambahnya umur banyak daun bawang merah yang kering. Berdasarkan hasil analisis ragam, perlakuan macam varietas dan pemberian perlakuan vernalisasi memberikan pengaruh nyata terhadap jumlah anakan bawang merah. Sementara interaksi kedua perlakuan menunjukkan tidak adanya pengaruh nyata. Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan bawang merah pada 10 MST

Varietas

Periode vernalisasi (minggu)

Rata-rata

Bima brebes

8 8 9 8,33 p Super philip

8 9 9 8,67 p Bima curut

8 8 9 8,33 p Bangkok

7 8 8 7,67 p Rata-rata

7,75 a

8,25 a

8,75 a (-)

Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom maupun baris yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut DMRT 5%

(-) = tidak terjadi interaksi antar varietas dan perlakuan vernalisasi