TINJAUAN PUSTAKA

6. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasioanal riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang, yang dalam hal ini proses kenaikan mengandung unsur dinamis (Kuncoro, 2004). Jadi presentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari presentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Menrut Kuznets dalam Jhingan (1996) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang- barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengankemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya. Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Menrut Kuznets dalam Jhingan (1996) pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kemampuan suatu negara (daerah) untuk menyediakan barang- barang ekonomi bagi penduduknya, yang terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang disertai dengankemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap dan ideologi yang dibutuhkannya. Ada 4 (empat) faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Suatu wilayah akan menjadi pusat pertumbuhan jika memenuhi persyaratan antara lain keuntungan lokasi (location advantages), ketersediaan sumberdaya, dan adanya kegiatan atau industri pendorong (Muta’ali, 2003). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi tidak muncul di berbagai daerah atau wilayah pada waktu yang sama (Hairul dan Kuncoro, 2002). Suatu wilayah yang mempunyai sektor industri sebagai sektor unggulan akan mempercepat pertumbuhan perekonomian karena akan menciptakan pola konsumsi yang berbeda antar daerah atau wilayah.

Ada 2 (dua) foktor yang mempengaruhi pertumbuahn ekonomi di suatu negara atau daerah, yaitu pertama, faktor ekonomi yang terdiri dari sumber alam, akumulasi modal, kemajuan teknologi, pembagian kerja dan skala produksi. Kedua, faktor ekonomi yang terdiri dari faktor sosial, faktor manusia, dan faktor politik dan administratif (Jhingan, 1996).

Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan

Untuk menganilisis pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah digunakan teori ekonomi pembangunan dengan mengubah batas wilayah dan disesuaikan dengan wilayah operasionalnya. Jadi apabila dalam ekonomi pembangunan istilah yang digunakan ekspor dan impor antar negara maka dalam kontek regional hal tersebut disesuaikan menjadi perdagangan antar wilayah regional di daerah.

Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam prkembangan ekonomi antara berbagai daerah disuatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan per kapita antara daerah (Kuncoro, 2004).

Perekonomian merupakan gabungan dari sistem industri yang relatif aktif (industri unggulan) dengan sistem industri-industri yang relatif pasif yaitu industri yang tergantung dari industri unggulan atau pusat pertumbuhan, sehingga daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif (Hairul dan Kuncoro, 2002).

Arsyad (1999) menganalisa pertumbuhan ekonomi daerah atau regional antara lain: Arsyad (1999) menganalisa pertumbuhan ekonomi daerah atau regional antara lain:

b. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) Faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah di dalam teori ekonomi basis merupakan yang berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan industri- industri yang menggunakan sumber daya lokal termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan lapangan kerja. Strategi pembangunan daerah yang muncul yang didasarkan pada teori ini adalah penekanan terhadap arti penting bantuan internasional.

Implementasi kebijakannya mencakup pengurangan hambatan atau batasan terhadap perusahaan-perusahaan yang berorientasi ekspor yang ada dan akan didirikan di daerah tersebut.

c. Teori Lokasi Perusahaan cenderung untuk meminimkan biayanya dengan cara memilih lokasi yang memaksimumkan peluangnya untuk mendekati pasar. Model pengembangan industri kuno menyatakan bahwa lokasi yang terbaik adalah biaya yang termurah antara bahan baku dengan pasar.

d. Teori Tempat Sentral Teori tempat sentral (central place theory) menganggap bahwa ada hierarki tempat (hierarchy of place). Setiap tempat sentral didukung oleh sejumlah tempat yang lebih kecil yang menyediakan sumberdaya industri dan bahan baku. Tempat setral tersebut merupakan suatu pemukiman yang menyediakan jasa-jasa bagi penduduk daerah yang mendukungnya. Teori tempat sentral ini bisa diterapkan pada pembangunan ekonomi daerah, baik daerah perkotaan maupun pedesaan.

e. Teori Kausasi Kumulatif Kondisi daerah-daerah sekitar kota yang semakin buruk menunjukkan konsep dasar dari tesis kuasi kumulatif ini. Kekuatan- kekuatan pasar cenderung memperparah kesenjangan antar daerah-daerah tersebut. Daerah yang maju mengalami akumulasi keunggulan kompetitif dibanding daerah-daerah lain.

f. Model Daya Tarik Teori daya tarik industri adalah model pembangunan ekonomi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat. Teori ekonomi yang mendasarinya adalah suatu masyarakat dapat memerbaiki posisi pasarnya terhadap industrialisasi melalui pemberian subsidi dan intensif.

7. Peran Pemerintah dalam Pembangunan Ekonomi Daerah

Menurut Arsyad (1999), ada 4 (empat) peran pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi daerah, yaitu: Menurut Arsyad (1999), ada 4 (empat) peran pemerintah dalam proses pembangunan ekonomi daerah, yaitu:

b. Koordinator Pemerintah daerah dapat bertindak sebagai koordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Dalam peranannya sebagai koordinator, pemerintah daerah bisa juga melibatkan lembaga-lembaga pemerintah lainnya, dunia usaha, dan masyarakat dalam penyusunan sasaran-sasaran ekonomi, rencana-rencana, dan strategi-strategi.

c. Fasilitator Pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan attitudinal (perilaku atau budaya masyarakat) di daerahnya. Hal ini mempercepat proses pembangunan daerah yang lebih baik.

d. Stimulator Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lian: pembuatan brosur-brosur pembangunan kawasan industri, pembuatan d. Stimulator Pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut. Stimulasi ini dapat dilakukan dengan cara antara lian: pembuatan brosur-brosur pembangunan kawasan industri, pembuatan

Berdasarkan pembangunan ekonomi, maka pengerttian pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses. Proses yang dimaksud adalah proses yang mencakup pembentukan institusi-institusi alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru, ahli ilmu pengetahuan alam dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru (Arsyad, 1999).

8. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Salah satu indikator penting untuk mengetahui dan menganilisis kondisi ekonomi di suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir (netto) yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.

Produk Domestik Regional Bruto menurut PDRB Kabupaten Klaten (2009:1-2), PDRB di definisikan menurut tiga sudut pandang yang paling berbeda namun mempunyai satu pengertian yang sama, yaitu:

a. Menurut pendekatan produksi adalah merupakan jumlah nilai tambah bruto dari barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di dalam region/wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini dikelompokkan menjadi

Penggalian; (iii) Industri Pengolahan; (iv) Listrik dan Air Minum; (v) Bangunan/Kontruksi; (vi) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (vii) Angkutan dan Komunikasi; (viii) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; (ix) Jasa-jasa.

b. Menurut pendekatan pendapatan adalah merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh berbagai faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi dalam satu region/wilayah dalam jangka waktu tertentu. Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah/gai, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan sebelum dipotong pajak penghasilann dan pajak langsungm lainnya.

c. Menurut pendekatan pengeluaran adalah merupakan jumlah pengeluaran oleh rumah tangga, konsumsi pemerintah, lembaga swasta tidak mencari keuntungan, pengeluaran untuk pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stock dan ekspor netto di suatu daerah/wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor netto yang dimaksud adalah nilai ekspor dikurangi dengan jumlah nilai impor.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap bulan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap bulan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku digunakan untuk melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan

B. Kajian Terdahulu

1. Kuncoro dalam penelitiannya yang berjudul “ Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris Di Kalimantan Selatan 1993-1999 ” memiliki kesimpulan bahwa menurut Tipologi Klassen, maka keberadaan Kabupaten Kotabaru merupakan daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Analisis LQ menunjukkan bahwa kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan memiliki sub-sektor unggulan dan penetapan kawasan andalan berdasarkan persyaratan sektor unggulan dapat dipandang tepat. Berdasarkan analisis indeks spesialisasi menunjukkan bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata indeks spesialisasi kabupaten/kota di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 0,11 yaitu dari 0,74 pada tahun 1993 menjadi 0,85 pada tahun 1999.

2. Radianto (2003) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Perubahan Struktur Ekonomi Pasca Kerusuhan di Maluku (Studi Kasus di Kota Ambon)”. Diketahui bahwa berdasarkan klassen typologi, Kota Ambon masuk dalam klasifikasi daerah cepat maju dan cepat tumbuh. Berdasarkan location quotient, Kota Ambon mengalami penambahan subsektor unggulan dari 10 subsektor (2003) menjadi 12 subsektor unggulan (2005) dari 22 subsektor yang ada.

3. Purwantoro (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Mengenali Pembangunan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Sukoharjo”. Diketahui bahwa berdasarkan analisis klassen typologi, terdapat 3 kecamatan yang masuk dalam klasifikasi daerah maju dan cepat tumbuh, 2 kecamatan dalam 3. Purwantoro (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Mengenali Pembangunan Ekonomi Wilayah di Kabupaten Sukoharjo”. Diketahui bahwa berdasarkan analisis klassen typologi, terdapat 3 kecamatan yang masuk dalam klasifikasi daerah maju dan cepat tumbuh, 2 kecamatan dalam

4. Erawati (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Kajian Tentang Status, Perubahan Struktur Ekonomi dan Potensi Wilayah Kabupaten Magelang Sebelum dan Selama Otonomi Daerah (1998-2008)”. Diketahui bahwa status kondisi perekonomian Kabupaten Magelang sebelum dan selama dilaksanakan otonomi daerah tergolong daerah tertinggal. Sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Magelang. Sektor Listrik, Gas, dan Air Minum merupakan sektor potensial di Kabupaten Magelang yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan kontribusinya, mengingat sektor tersebut memunyai pertumbuhan yang tinggi. Perekonomian Kabupaten Magelang baik masa sebelum dan sesudah otonomi daerah tidak terdapat perubahan secara meyakinkan dalam hal bauran industri, keunggulan kompetitif, sektor basis dan non basis, serta sektor potensial.

5. Indriyani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Struktur Ekonomi, Sektor Basis dan Sektor Potensial Ekonomi Kabupaten Semarang Selama Otonomi Daerah (2001-2008”. Hasil analisis pola kontribusi sektoral PDRB Kabupaten Semarang selama otonomi daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Hasil analisis pola laju PDRB Kabupaten semarang selama otonomi daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Sektor basis Kabupaten Semarang selama otonomi daerah adalah sektor industri dan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi. Pada pola LQ 5. Indriyani (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Struktur Ekonomi, Sektor Basis dan Sektor Potensial Ekonomi Kabupaten Semarang Selama Otonomi Daerah (2001-2008”. Hasil analisis pola kontribusi sektoral PDRB Kabupaten Semarang selama otonomi daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Hasil analisis pola laju PDRB Kabupaten semarang selama otonomi daerah menunjukkan perkembangan yang relatif stabil dari tahun ke tahun. Sektor basis Kabupaten Semarang selama otonomi daerah adalah sektor industri dan sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi. Pada pola LQ

C. Kerangka Pemikiran

Pembangunan ekonomi merupakan salah satu tolok ukur untuk melihat keberhasilan daerah dalam membangun daerahnya. Salah satunya dengan melihat komposisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dihasilkan dari nilai tambah 9 (sembilan) sektor ekonomi.

Dengan melihat data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), baik secara atas dasar harga konstan dan atas dasar harga berlaku di Kabupaten Sragen yang dijadikan sebagai wilayah reverensi dan data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) tingkat kecamatan di Kabupaten Sragen sebagai wilayah studi akan dilakukan identifikasi dan analisis mengenai pembangunan ekonomi di daerah tersebut. Sehingga dari data olahan tersebut akan diketahui sektor-sektor basis dan non basis di wilayah studi dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ) dan dapat diidentifikasi terjadi tidaknya pergeseran atau perubahan struktur ekonomi di wilayah tersebut dengan menggunakan alat analisis Shift Share (SS). Selain itu, juga akan diketahui status perekonomian di wilayah tersebut dengan menggunakan alat analisis Klassen Typologi.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis

Berdasarkan uraian yang sudah dijelaskan di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Sektor basis di tingkat kecamatan Kabupaten Sragen tahun 2005-2010 diduga didominasi oleh Sektor Pertanian dan Sektor Bangunan.

2. Pada tahun 2005-2010 di tingkat kecamatan Kabupaten Sragen diduga tarjadi pergeseran atau perubahan struktur ekonomi.

3. Status kondisi perekonomian pada tahun 2005-2010 di tingkat kecamatan Kabupaten Sragen diduga didominasi daerah yang berada diklasifikasi daerah relatif tertinggal.

PDRB Wilayah Tingkat Kecamatan Kabupaten Sragen Tahun 2005-2010

Pembangunan Ekonomi Kabupaten Sragen

Location Quotient

(LQ)

Perubahan Struktur

Ekonomi

Sektor Basis dan

Non Basis

Status Kondisi Perekonomian

Shift Share (SS)

Klassen Typologi