STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN Yang dipersiapkan dan disusun oleh Nandika Wisnu Prakoso H0808129 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta

Program Studi Agribisnis

Oleh : Nandika Wisnu Prakoso H0808129 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI SOHUN DI DESA MANJUNG KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN KLATEN

Yang dipersiapkan dan disusun oleh Nandika Wisnu Prakoso H0808129

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : Agustus 2012 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Tim Penguji

Surakarta, Agustus 2012 Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret

Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS NIP. 19560225 198601 1001

Ketua

Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS NIP. 19470713 198103 1 001

Anggota I

Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP NIP. 19670824 199203 1 003

Anggota II

Dr. Ir. Kusnandar, M.Si NIP.19670703 199203 1 004

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan

lancar. Skripsi yang berjudul ”Strategi Pengembangan Agroindustri Sohun Di

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten ” ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Univesitas Sebelas Maret Surakarta.

Pelaksanaan penelitian serta proses penyelesaian skripsi ini dapat terlaksana dengan lancar berkat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Dr. Ir. Mohd. Harisudin, M.Si selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ibu Nuning Setyowati, SP, M.Sc selaku Ketua Komisi Sarjana Program Studi

Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS selaku Pembimbing Akademik sekaligus Pembimbing Utama yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skipsi ini.

5. Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP selaku Pembimbing Pendamping yang telah

membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi.

6. Dr. Ir. Kusnandar, M.Si selaku Dosen Penguji yang memberikan

masukan/saran yang sangat membangun dalam penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Seluruh Karyawan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta atas segala bantuan dan kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.

commit to user

Klaten, Kecamatan Ngawen dan Desa Manjung yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Kedua orang tua ku tercinta (Bapak Sukimin dan Ibu Sugiyarti), kakak-kakak ku tersayang (Mbak Ninuk dan Mas Arif, Mbak Ninik dan Mas Tarto serta Mas Nanang), keponakan-keponakan ku terlucu (Malika, Aulan, Nafi dan Ilyas) serta seluruh keluarga besar Arjo Sakir atas kasih sayang, kepercayaan, dukungan, do’a, perhatian, dan nasehatnya.

11. Sahabat Kost Pondok ”Ragil” dan Tim Futsal ”Fusabi” (Ari, Radit, Aria, Bayu, Udin, Heru, Hendro, Adnan, Nova, Lilik, Nanda, Budi, Kiki, Agung, Rendhi dan Heri) atas perjuangan kalian dan keceriaan yang selalu mampu membuatku tertawa.

12. Mas Sasongko dan keluarga yang telah membantu dalam pengumpulan data dan informasi pada saat penelitian.

13. Teman magang di KPI (Anggun, Reni, Resty, Puri, Ocha, Tisya, Agus, Ashar dan Aklis) atas kebersamaan dan berbagi cerita disana.

14. Segenap keluarga besar Agribisnis angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 dan 2011. Terima kasih atas semangat, motivasi, dukungan, keceriaan, kerjasama dan kebersamaannya selama kuliah ini.

15. Semua pihak yang telah membantu kelancaran proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terima kasih atas bantuannya selama ini.

Sebagai salah satu tahapan dalam proses pembelajaran, penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan baru bagi yang membaca.

Surakarta, Agustus 2012

Penulis

commit to user

DAFTAR TABEL

Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan di Kabupaten Klaten ……………………...

3 Tabel 2.

Analisis Lingkungan Internal………………………….

15 Tabel 3.

Analisis Lingkungan Eksternal………………………...

15 Tabel 4.

Standar mutu Sohun (SNI 01-3723-19 95)……………..

23 Tabel 5.

Jumlah Sentra Agroindustri Sohun Di Kabupaten Klaten………………………………………………….

30 Tabel 6.

Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan……………...

34 Tabel 7.

Matriks TOWS………………………………………...

38 Tabel 8.

Matriks QSP…………………………………………...

39 Tabel 9.

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011.....................................................................

44

Tabel 10. Komposisi Penduduk Menurut Umur di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Pada Tahun 2011................................................................................

45 Tabel 11

Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011.....................................................................

47

Tabel 12. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011…………………………………………….

48

Tabel 13. Keadaan Sarana Perekonomian di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011......

49 Tabel 14. Panjang Jalan Menurut Status jalan, Jenis Permukaan

dan Kondisi Jalan di Kabupaten Klaten Tahun 2011….

50

Tabel 15. Luas Wilayah Menurut Penggunaannya di Desa

commit to user

Tahun 2011.....................................................................

51

Tabel 16. Jenis Ternak, Jumlah Pemilik dan Jumlah Ternak di

Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011.....................................................................

52

Tabel 17. Jenis Industri Kecil Potensial Di Desa Manjung

Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten Tahun 2011…..

53 Tabel 18. Identifikasi

dalam Pengembangan Agroindustri Sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten………………..

78

Tabel 19. Identifikasi Kelemahan dan Kekuatan dalam

Pengembangan Agroindustri Sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten……………......

79 Tabel 20. Perhitungan Analisis Lingkungan Eksternal…………..

89

Tabel 21. Perhitungan Analisis Lingku ngan Internal…………….

90

Tabel 22. Alternatif Strategi Matriks TOWS Pengembangan

Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.............................................

92

Tabel 23. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Pengembangan Agroindustri Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten..........................

96

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategis yang Komprehensif……………………….

11 Gambar 2.

Skema Kerangka Berpikir Strategi Pengembangan Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten………………………….

27 Gambar 3.

Skema Trianggulasi………………………………….

36 Gambar 4.

Proses Produksi Sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten………………………….

Lingkungan Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten…………………………..

90

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ………………………………... 106 Lampiran 2.

Identitas Responden ………………………………... 107 Lampiran 3.

Catatan Harian Penelitian ………………………….. 109 Lampiran 4.

Pedoman Wawancara Mendalam ………………….. 113 Lampiran 5.

Rekapitulasi Hasil Wawancara …………………….. 119 Lampiran 6.

Triaggulasi Sumber ………………………………… 148 Lampiran 7.

Kuesioner Penentuan Bobot dan Skor ……………... 162 Lampiran 8.

Perhitungan QSPM ………………………………… 167 Lampiran 9.

Foto Dokumentasi Penelitian ……………………… 176

Lampiran 10. Peta Lokasi Penelitian………………………………

180

commit to user

Nandika Wisnu Prakoso. H0808129. 2012. “Strategi Pengembangan Agroindustri Sohun Di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten”.

Dibawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS dan Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui deskripsi faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi pengembangan agroindustri sohun dan mengetahui strategi yang paling efektif yang diterapkan dalam pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten berdasarkan pertimbangan karena merupakan sentra agroindustri sohun yang memiliki jumlah pengusaha/unit yang paling banyak. Desain penelitian yang digunakan dengan metode kualitatif melalui pendekatan deskriptif. Teknik penentuan sampel dengan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah (1) analisis TOWS untuk mengidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal (2) matriks TOWS untuk merumuskan alternatif strategi dalam pengembangan agrondustri sohun (3) QSPM untuk menentukan prioritas strategi yang paling efektif diterapkan.

Hasil penelitian diketahui bahwa faktor eksternal yang menjadi ancaman adalah tingginya tingkat persaingan, fluktuasi harga bahan baku, adanya komplain dari pelanggan, kondisi cuaca yang tidak menentu, kurangnya pengawasan langsung dari pemerintah, kondisi ekonomi yang tidak kondusif dan kesenjangan social antar pengusaha. Faktor eksternal yang menjadi peluang adalah pangsa pasar yang masih luas, perhatian pemerintah terhadap pengembangan agroindustri sohun, kondisi lingkungan yang aman, hubungan yang baik dengan stakeholder dan perkembangan teknologi yang cukup maju. Faktor internal yang menjadi kelemahan adalah permodalan yang masih kurang, kualitas SDM yang masih rendah, pengelolaan kurang optimal, kurangnya sistem pembuangan limbah, biaya transportasi tinggi dan promosi masih kurang. Faktor internal yang menjadi kekuatan pengalaman mengusahakan sudah lama, usaha mudah dilakukan dan resiko kecil, kualitas produk sohun yang tahan lama, kontinyuitas hasil produksi dan pemanfaatan adanya penelitian dan pengembangan.

Alternatif strategi yang dihasilkan adalah pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, pengembangan pemasaran produk sohun, penghematan biaya dan penggunaan saprodi, peningkatan kualitas sumber daya manusia, penganekaragaman kemasan dengan harga jual produk yang bervariasi, penciptaan usaha baru diluar agroindustri sohun, pertahankan hubungan dan kerjasama dengan pihak terkait dan desinvestasi dalam perusahaan. Prioritas strategi yang paling efektif untuk diterapkan adalah pengembangan pemasaran produk sohun.

commit to user

Nandika Wisnu Prakoso. H0808129. 2012. “The Strategy of Vermicelli

Agroindustry Development in Manjung Village, Ngawen, Klaten”. Supervised by Prof. Dr. Totok Mardikanto, MS and Dr. Ir. Joko Sutrisno, MP. Faculty of Agriculture. Sebelas Maret University.

The objectives of this research were to find out the description of external and internal factor which influenced the quality development of vermicelli and to find out the most effective strategy applied in the quality development of vermicelli in Manjung village, Ngawen, Klaten.

The research location was chosen purposively in Manjung village, Ngawen, Klaten based on the consideration that it has the most unit/enterpreuner of vermicelli agroindustry. This was a descriptive qualitative research with purposive and snowball sampling. The techniques analysis employed were (1) TOWS analysis to identify the external and internal factor (2) TOWS matrix to formulate the strategy alternative in developing the vermicelli agroindustry (3) QSPM to determine the priority of strategy which is considered as the most effective strategy to be applied.

The results of this research show that the external factors which become threats were the height of competition level, the fluctuation of raw material price, complaint from customer, uncertain of weather conditions, lack of direct government control, economic condition which is not conducive and social gap between entrepreneurs. Further, the external factors which become opportunities were the market segment which is still widely open, the government attention toward the development of vermicelli agroindustry, natural condition which is conducive, good relationship with stakeholder and the development of technology. Moreover, the internal factors which become weaknesses were the capital which is still lacking, the quality of human resources which is still low, the management which is still not optimal, the lack of waste disposal system, transportation cost which is still expensive and lack of promotion. Otherwise, the internal factor which become strengths were the entrepreneur long experiences, easy enterprise and low risk, the vermicelli quality which is long lasting, continuity of result production and the advantages of research and development results.

Based on the research, it is found that strategy alternatives were the use of technology are to improve quality and quantity of product, the marketing development of vermicelli product, the cost saving and the use of saprodi, the quality development of human resources, the package diversing with the variety of selling price, the creating of new enterprise outside vermicelli agroindustry, maintain the relation and cooperation with the related parties and desinvestation inside the company. The most effective strategy priority to be applied was the marketing development of vermicelli product.

commit to user

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan perkembangan dunia pada era globalisasi dan pesatnya pertumbuhan negara-negara berkembang seperti Indonesia menyebabkan sektor industri kembali bergairah, ditandai dengan semakin banyaknya industri yang turut ambil bagian dalam perkembangan tersebut. Terlebih dengan adanya perkembangan teknologi dan informasi membuat perkembangan dunia industri semakin tinggi dan komplek. Salah satunya sektor industri yang banyak digeluti yaitu yang bergerak di sektor industri pengolahan pangan atau sekarang yang lebih dikenal dengan agroindustri. Agroindustri merupakan suatu sistem pengolahan secara terpadu antara sektor pertanian dengan sektor industri sehingga akan diperoleh nilai tambah dari hasil pertanian tersebut.

Pengembangan agroindustri merupakan salah satu cara sebagai pembangunan di sektor pertanian. Dimana sektor pertanian mempunyai peran yang penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara, terutama bagi negara yang bercorak agraris seperti Indonesia. Dengan didukung oleh potensi alam dan keanekaragaman hasil alam yang sangat melimpah dapat menjadi pendukung utama dalam pengembangan agroindustri. Menurut Soekartawi (2001), agroindustri mampu meningkatkan pendapatan para pelaku agribisnis, mampu menyerap tenaga kerja, mampu meningkatkan perolehan devisa, dan mampu mendorong munculnya industri yang lain. Hal ini dapat mewujudkan sektor pertanian di Indonesia mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pertumbuhan ekonomi nasional yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Sektor agroindustri merupakan salah satu penyumbang dalam memantapkan perekonomian di Indonesia. Keberadaan sektor agroindustri merupakan salah satu motor penggerak yang penting bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Agroindustri merupakan industri yang bergerak dalam pengolahan hasil pertanian, baik nabati maupun hewani menjadi produk

commit to user

oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati mapun hewani yang mampu menghasilkan berbagai produksi olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumberdaya alam lokal. Saat ini Indonesia memiliki banyak produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya.

Salah satu hasil dari produk agroindustri yang memliki keunikan dan daya tarik akan bahan bakunya, proses produksinya, bentuk produknya dan permintaannya adalah agroindustri dengan produk sohun yang keberadaanya telah lama dan yang masih eksis sampai sekarang. Sohun merupakan jenis mie yang dibuat dari pati murni. Jenis pati yang sering digunakan dalam produksi sohun adalah pati aren. Proses pembuatan sohun hampir sama dengan pembuatan bihun, terutama dalam hal pengepresan adonan. Bedanya, pembuatan sohun dilakukan dengan membuat slurry pati yang kemudian digelatinisasi membentuk bubur lem sebelum dipres atau dicetak. Sedangkan pengeringannya biasanya dilakukan dengan cara dijemur pada rak yang dioleskan minyak di atas permukaannya.

Beragam jenis mie telah dikenal masyarakat, namun mie instan merupakan mie yang paling dikenal oleh masyarakat. Ini menunjukkan bahwa mie merupakan jenis makanan yang sesuai dengan kebutuhan konsumen Indonesia. Namun konsumsi mie yang meningkat ini dapat menurunkan devisa negara karena bahan baku mie dari tepung terigu merupakan salah satu komoditas impor. Jadi untuk mengurangi beban negara sebaiknya dibuat makanan alternatif yaitu pengembangan pembuatan mie berbahan baku selain tepung terigu, seperti dengan memanfaatkan pati aren, sagu, tepung beras, singkong dan sebagainya.

Pengembangan pengolahan mie berbahan baku non-terigu telah banyak dilakukan di Indonesia. Suismono (1995) melaporkan keberhasilannya dalam memproduksi mie basah dengan bahan baku utama tepung ubijalar. Sementara itu, Munarso (1998) mengembangkan teknologi pengolahan mie

commit to user

sebagai bahan baku mie untuk menggantikan terigu (Munarso dan Jumali, 2000). Belakangan dilaporkan adanya mie berbahan baku pati sagu atau tepung ganyong yang cukup popular di wilayah Kabupaten Sukabumi Jawa Barat dengan sebutan Mie Gleser (Purwani et al., 2003).

Kabupaten Klaten sebagai salah satu daerah yang memiliki berbagai industri pengolahan pangan yang dapat dikategorikan dalam usaha skala rumah tangga, skala industri kecil dan skala industri besar. Berdasarkan data Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM (Usaha Menengah Kecil dan Mikro) Kabupaten Klaten tahun 2011 keberadaan agroindustri memiliki potensi sebagai penopang perekonomian daerah dan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis, Jumlah Unit Usaha dan Tenaga Kerja Industri Pengolahan di

Kabupaten Klaten.

No.

Jenis Industri

Jumlah Usaha

(Unit)

Jumlah Tenaga Kerja (Orang)

1. Tepung Beras

78 125

2. Sosoh Wijen

4. Roti/Kue Kering

38 110

5. Gula Kelapa

7. Kacang Asin/Oven

21 30

8. Keripik

92 164 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UMKM Kabupaten

Klaten Tahun 2011. Berdasarkan Tabel 1. menunjukkan bahwa ada beberapa jenis agroindustri terdapat di Kabupaten Klaten. Salah satunya yaitu sohun, yang merupakan agroindustri dengan jumlah unit usaha sebanyak 70 dan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 350. Sehingga merupakan salah satu agroindustri yang mempunyai potensi dan prospek yang perlu untuk dikembangkan sebagai optimalisasi peranan yang besar dari kegiatan agroindustri itu sendiri. Dengan demikian penelitian ini ingin mengkaji lebih dalam lagi khususnya pada produk sohun karena potensi dan prospek yang

commit to user

dalam pemilihan menu masyarakat Indonesia. Sekarang ini berbagai pihak telah mencoba untuk mengembangkan mie sebagai produk yang diharapkan menjadi jembatan dalam usaha penganekaragaman pangan. Selain itu menjadikan mie sebagai produk yang dapat memberikan tambahan pendapatan melalui pengembangan bisnis mie sehingga sebagai penyediaaan penyerapan tenaga kerja dan penopang perekonomian suatu daerah. Perhatian seperti ini lebih banyak diberikan pada pengembangan pengolahan mie berbahan baku non-terigu, mengingat bahan baku non-terigu merupakan produk lokal yang mendapat dorongan lebih kuat dalam pengembangannya.

Melihat potensi industri pengolahan khususnya agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten terhadap penyediaan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat yang dapat dijadikan sebagai penopang perekonomian daerah, sehingga perlu untuk mengoptimalkan lebih jauh lagi akan peranan dari agroindustri sohun yang merupakan salah satu sektor yang harus terus dikembangkan. Akan tetapi, dalam pengembangan suatu agroindustri tidak selalu berjalan seperti yang dibayangkan karena pasti akan menghadapi masalah maupun tantangan yang harus disikapi yang disebabkan adanya faktor-faktor kendala yang menjadi permasalahan dalam pengembangan agroindustri sohun.

Secara umum permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan agroindustri adalah: (a) kualitas produk agroindustri dipengaruhi oleh bahan baku yang digunakan dari hasil produk pertanian yang mudah rusak bila tidak ditangani dengan tepat; (b) aspek kontinuitas produksi agroindustri menjadi tidak terjamin karena sebagian besar produk pertanian yang dijadiakan bahan baku bersifat musiman dan sangat dipengaruhi oleh kondisi iklim; (c) produk agroindustri sohun yang dihasilkan pada umumnya masih rendah sehingga mengalami kesulitan dalam persaingan pasar baik didalam negeri maupun di pasar internasional; dan (d) sebagian besar agroindustri berskala kecil dengan teknologi yang rendah sehingga sulit untuk mengembangkan produknya. Oleh

commit to user

disesuaikan dengan karakteristik dan permasalahan agroindustri yang bersangkutan. Dengan demikian, strategi pengembangan juga akan berpengaruh besar dalam menjaga kelangsungan hidup atau eksistensi usaha dan mengatasi masalah-masalah yang ada pada usaha agroindustri sohun.

B. Rumusan Masalah

Potensi yang dimiliki agroindustri sohun yaitu sebagai peluang penambah pendapatan, penyedia lapangan pekerjaan dan kontribusi penopang perekonomian. Hal ini menggambarkan usaha agroindustri sohun banyak mempunyai peranan yang bermanfaat bagi masyarakat agroindustri, dimana potensi yang sangat besar tersebut belum mampu sepenuhnya diwujudkan secara optimal. Selain itu potensi agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten mempunyai tenaga kerja yang melimpah dalam menjalankan sentra agroindustri ini, penyediaan bahan baku yang selalu ada, prospek pasar yang bagus dan dukungan dari pihak luar yang dapat menjadi kekuatan dan peluang bagi sentra agroindustri sohun ini.

Agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten yang sudah berlangsung lama yaitu sejak tahun 1970-an yang sudah mempunyai nilai tradisi yang sangat tinggi karena dilakukan secara turun- temurun dari generasi ke generasi berikutnya menunjukkan perkembangannya selama ini yang hanya relatif stabil saja dimana tidak terjadi kesamaan kemajuan antara unit pengusaha satu dan unit pengusaha yang lain dalam mengembangkan usahanya dan bahkan sampai sekarang ini terjadi pengurangan jumlah unit usaha yang ditunjukkan ada beberapa pengusaha yang menghentikan atau menutup unit produksinya sehingga untuk menyikapi fenomena yang telah terjadi seperti itu maka perlunya untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan usaha agoindustri ini dalam upaya mengatasi permasalahan yang terjadi. Dengan demikian agroindustri sohun ini harus dikembangkan supaya agroindustri sohun tetap terus ada dan berkembang serta dapat menghadapi persaingan.

commit to user

yang diambil adalah :

1. Bagaimana deskripsi faktor eksternal dan internal yang berpengaruh terhadap pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten?

2. Bagaimana strategi yang paling efektif diterapkan dalam pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian tentang strategi pengembangan agroindustri sohun ini mempunyai tujuan untuk :

1. Mengetahui deskripsi faktor eksternal dan internal yang dapat mempengaruhi pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

2. Mengetahui strategi yang paling efektif yang dapat diterapkan dalam pengembangan agroindustri sohun di Desa Manjung Kecamatan Ngawen Kabupaten Klaten.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan menambah wawasan peneliti terkait dengan pengembangan usaha agroindustri sohun dan merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bagi pengusaha sohun, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mengenai strategi pengembangan agroindustri sohunnya.

3. Bagi pemerintah daerah setempat, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran atau pertimbangan dalam menyusun suatu kebijakan pengembangan di sektor industri khususnya sub sektor industri bahan pangan, terutama agroindustri sohun.

4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dan referensi penelitian selanjutnya.

commit to user

A. Tinjaun Pustaka

1. Manajemen Agribisnis

Agribisnis adalah semua aktivitas dalam bidang pertanian. Mulai dari industri hulu, usaha tani, indutri hilir hingga distribusinya. Menurut Semaoen (1996), agribisnis adalah suatu kegiatan usaha yang berkaitan dengan sektor agribisnis mencakup perusahaan yang memasok input agribisnis dan jasa pengangkutan serta jasa keuangan. Agribisnis adalah sifat dari usaha yang yang berkaitan dengan agro-based industries yang berorientasi pada bisnis, yaitu yang bertujuan memperoleh keuntungan.

Sedangkan, manajemen adalah suatu proses untuk mencapai hasil- hasil yang diinginkan dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dengan menjalankan fungsi-fungsi manajemen yaitu fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengimplementasian dan fungsi pengawasan dan pengendalain. Menurut George R. Terry dalam Kusnandar et al. (2010), manajemen merupakan sebuah proses yang khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan : perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.

Manajemen agribisnis adalah suatu kegiatan dalam bidang pertanian yang menerapkan manajemen dengan melaksanakan fungsi fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian, fungsi pengarahan dan pengimplementasian dan fungsi pengawasan dan pengendalian dengan menggunakan sumber daya yang tersedia untuk menghasilkan produk pertanian dan keuntungan yang maksimal. Dengan demikian manajemen agribisnis pada prinsipnya adalah penerapan manajemen dalam sistem agribisnis yang merupakan suatu konsep yang menempatkan kegiatan pertanian sebagai suatu kegiatan yang utuh dan komprehensif sekaligus

commit to user

masalah dan tantangan (Firdaus, 2008). Menginggat adanya karakteristik agribisnis yang khas maka manajemen agribisnis harus dibedakan dengan manajemen lainnya. Beberapa hal yang membedakan manajemen agribisnis dengan manajemen lainnya menurut Dawney dan Erickson dalam Firdaus (2008) ialah sebagai berikut :

a. Keanekaragaman jenis bisnis yang sangat besar pada sektor agribisnis yaitu dari para produsen dasar sampai para pengirim, perantara, pedagang borongan, pemproses, pengepak, pembuat barang, usaha pergudangan, pengangkutan, lembaga keuangan, pengecer, kongsi bahan pangan, restoran sampai daftar ini tidak ada akhirnya.

b. Besarnya jumlah pelaku agribisnis, secara kasar berjuta-juta bisnis yang berbeda telah lazim menangani rute dari produsen sampai ke pemasar eceran.

c. Cara pembentukan agribisnis dasar di sekeliling pengusaha tani. Para pengusaha tani ini menghasilkan beratus-ratus macam bahan pangan dan sandang (serat).

d. Keanekaragaman yang tidak menentu dalam hal ukuran agribisnis, dari perusahaan raksasa sampai pada organisasi yang di kelola oleh satu orang.

e. Agribisnis yang berukuran kecil dan harus bersaing di pasar yang relatif bebas dengan penjual yang berjumlah banyak dan pembeli yang lebih sedikit.

f. Falsafah hidup tradisional yang dianut oleh para pekerja agribisnis cenderung membuat agribisnis lebih kolot dibanding bisnis lainnya.

g. Kenyataan badan usaha agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat luas.

h. Kenyataan bahwa agribisnis cenderung berorientasi pada masyarakat, banyak di antaranya terdapat dikota kecil dan pedesaan, dimana hubungan antar perorangan penting dan ikatan bersifat jangka panjang.

commit to user

sekali pun sangat bersifat musiman. j. Agribisnis bertalian dengan lingkungan eksternal gejala alam. k. Dampak dari program dan kebijakan pemerintah mengena langsung

pada agribisnis. Misalnya harga gabah sangat dipengaruhi oleh peraturan pemerintah.

2. Manajemen Agroindustri

Manajemen agroindustri terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan agroindustri. Manajemen menurut Sisk dalam Kusnandar et al. (2010), didefinisikan sebagai proses mengkoordinasikan sumberdaya demi tercapainya tujuan tertentu, melalui kegiatan-kegiatan : perencanaan (planning),

pengorganisasian

(organizing),

pelaksanaan dan kepemimpinan (actuating), dan pengawasan/pengendalian (controlling). Dalam pengertian ini, manajemen mengandung tiga pengertian pokok, yaitu :

a. Pengkoordinasian sumberdaya, baik yang berupa : sumberdaya manusia, modal, peralatan, dll.

b. Pengkoordinasian sumberdaya tersebut, dilakukan melalui suatu proses yang sistematis dalam bentuk : perencanaan, pengordinasian, kepemimpinan dan pengendalian.

c. Manajemen merupakan proses pengambilan keputusan untuk menetapkan pilihan-pilihan, demi tercapainya tujuan tertentu.

Menurut Kusnandar et al. (2010), agroindustri berasal dari dua kata agricultural dan industry yang berarti suatu industri yang menggunakan hasil pertanian sebagai bahan baku utamanya atau suatu industri yang menghasilkan suatu produk yang digunakan sebagai sarana atau input dalam usaha pertanian. Definisi agroindustri dapat dijabarkan sebagai kegiatan industri yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang, dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut.

Fungsi manajemen agroindustri harus dipahami sebagai kegiatan strategis yang menambah nilai dalam mata rantai produksi dan

commit to user

merancang dan mengoperasikan kegiatan pengolahan yang hemat biaya atau dengan meragamkan produk. Dengan demikian manfaat manajemen agroindustri adalah untuk merubah bentuk dari satu jenis produk menjadi bentuk yang lain sesuai dengan keinginan konsumen, terjadinya fungsi waktu, yang tadinya komoditas perishable menjadi tahan simpan lebih lama dan meningkatkan kualitas dari produk itu sendiri, sehingga meningkatkan harga dan nilai tambah (Kusnandar, et al., 2010).

3. Manajemen Strategi

Hunger & Wheelen (1996) menyatakan bahwa manajemen strategis adalah suatu kesatuan rangkaian keputusan dan tindakan yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang. Tercakup di dalamnya mengenali dan menganalisa lingkungan, memformulasi strategi, mengimplementasikan strategi dan melakukan evaluasi pengendalian berikutnya. Sedangkan Pearce & Robinson (2008), mendefinisikan manajemen strategis merupakan sekumpulan keputusan dan tindakan yang menghasilkan perumusan dan implementasi rencana yang didesain untuk mencapai tujuan suatu perusahaan.

Manajemen strategis menurut David (2004) adalah seni dan ilmu pengetahuan untuk merumsukan, mengimplementasikan dan mengevaluasi keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai tujuan obyektifnya. Adapun skema penyusunan strategis seperti digambarkan pada Gambar 1.

Sesuai dengan skema pada gambar 1., manajemen strategis adalah proses yang sangat interaktif yang memerlukan koordinatif diantara para manajer pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan, dan sistem informasi manajemen. Meskipun proses manajemen strategis diawasi oleh para perencana strategi, agar berhasil proses tersebut harus melibatkan para manajer dan karyawan dari semua bidang fungsional untuk bekerja sama memberikan gagasan atau informasi (David, 2004).

commit to user

Gambar 1. Skema Model Proses Manajemen Penyusunan Strategis

yang Komprehensif (David, 2004).

4. Strategi

Strategi adalah rencana berskala besar dengan orientasi ke masa depan untuk berinteraksi dengan kondisi persaingan demi mencapai tujuan perusahaan. Strategi mencerminkan pengetahuan perusahaan mengenai bagaimana, kapan dan dimana perusahaan akan bersaing, dengan siapa sebaiknya bersaing dan untuk tujuan apa perusahaan harus bersaing (Pearce and Robinson, 2008).

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu dimulai dari “apa yang dapat terjadi” bukan dimulai dari “apa yang terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan (Hamel and Prahalad, 1995). Menurut

Melakukan

Audit Eksternal

Membuat Pernyataan Visi dan Misi

Menetapkan

Tujuan Jangka

Panjang

Membuat, Mengevaluasi

dan memilih

strategi

Melaksana- kan Strategi,

isu-isu

Melaksanakan strategi, isu-isu

Pemasaran, Keuangan, Akuntansi,

Litbang, SIM

Mengukur dan mengeva- luasi Kinerja

Melakukan

Audit Internal

Perumusan Strategi

Pelaksanaan Strategi

Evaluasi Strategi

commit to user

dalam organisasi yang menganalisis dan mengenali lingkungan eksternal dan internal. Selain itu, perencanaan strategis dapat membantu untuk membuat strategi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

5. Perumusan Strategi

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan berbagai peluang dan ancaman yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut (Rangkuti, 2001).

Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menetukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi, dan memilih strategi tertentu untuk digunakan (David, 2004).

a. Penentuan Visi, Misi dan Tujuan Bisnis

Visi bisnis merupakan pernyataan apa yang perusahaan inginkan di masa depan. Visi dapat memberikan aspirasi dan motivasi disamping memberikan panduan atau rambu-rambu dalam menyusun strategi. Sedangkan misi mengandung tujuan pokok perusahaan, dan misi juga merupakan visi dari si pendiri perusahaan. Misi perusahaan adalah sebuah ekspresi dari ambisi untuk mengembangkan perusahaan. Pernyataan misi yang efektif adalah mendefinisikan bisnis dari tiap group kecil dalam organisasi. Pernyataan tersebut akan membuat para karyawan lebih mengerti mengenai tujuan mereka (Kusuma, 2009).

Tujuan dapat didefinisikan sebagai hasil tertentu yang perlu dicapai organisasi dalam memenuhi misi utamanya. Tujuan juga

commit to user

membantu dalam melakukan evaluasi, menciptakan sinergi, menunjukkan prioritas, memusatkan koordinasi, dan menjadi dasar perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, serta pengendalian kegiatan yang efektif. Tujuan haruslah menantang, dapat diukur, konsisten, wajar dan jelas (David, 2004).

b. Analisis Faktor-Faktor Strategis

1) Faktor Eksternal Menurut Salusu (2003), lingkungan eksternal terdiri atas dua faktor strategik, yaitu peluang dan ancaman atau tantangan. Peluang sebagai situasi dari faktor-faktor eksternal yang membantu organisasi mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian sasarannya, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan organisasi tidak dapat mencapai sasarannya.

Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan, teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu organisasi secara berarti di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di luar kendali suatu organisasi karena itu digunakan istilah eksternal (David, 2004).

Menurut Umar (2001), lingkungan eksternal dibagi kedalam dua kategori, yaitu lingkungan industri (Industry environment ) dan lingkungan jauh (Remote environment).

a) Lingkungan Perusahaan/Industri (Industry Environment) Aspek lingkungan industri akan lebih mengarah pada aspek persaingan dimana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman-ancaman dan peluang-peluang yang dimiliki perusahaan. Michael Porter, penggagas konsep strategi kompetitif, menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5 aspek

commit to user

kelompok perusahaan yang telah ada, ancaman produk pengganti (subtitusi), kekuatan tawar-menawar pembeli (buyers), kekuatan tawar-menawar pemasok (suppliers), dan kekuatan relatif dari pihak-pihak berkepentingan (stakeholder) lainnya.

b) Lingkungan Jauh (Remote Environment)

Lingkungan jauh perusahaan terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya diluar, dan biasanya terlepas dari perusahaan, faktor-faktor utama yang biasa diperhatikan adalah faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi yang sering disingkat (PEST). Lingkungan jauh ini memberikan kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat menjadi hambatan dan ancaman untuk maju.

2) Faktor Internal Menurut Salusu (2003), kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal yang bersifat positif, yang memungkinkan organisasi memiliki keuntungan strategik dalam mencapai sasarannya, sedangkan kelemahan adalah situasi dan ketidak mampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai sasaranya. Kekuatan dan kelemahan tersebut menurut David (2004) ada dalam kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan. Faktor- faktor internal dapat ditentukan dengan banyak cara, termasuk dengan menghitung rasio, mengukur kerja, dan membandingkan dengan prestasi masa lalu atau dengan rata-rata industri.

Kekuatan adalah sesuatu yang paling baik dilakukan oleh organisasi atau suatu karakteristik yang memberinya kemampuan yang sangat besar. Kekuatan itu dapat berupa ketrampilan, kompetensi, sumber daya organisasi yang sangat bernilai atau

commit to user

kedudukan yang superior, misalnya mutu produk yang lebih baik, adanya pengakuan dari pihak luar dan penguasa, teknologi yang superior, atau pelayanan yang memuaskan. Kelemahan dipihak lain, adalah sesuatu yang membuat organisasi sangat lemah, miskin, berpenampilan buruk, atau suatu kondisi yang menempatkanya pada posisi ketidak-beruntungan dan tidak kompetitif (Salusu, 2003).

6. Teknik Pengukuran Analisis Lingkungan

Menurut Mardikanto (1999), teknik pengukuran analisis lingkungan faktor internal dan faktor eksternal bisa dilakukan dengan memberikan nilai skor dengan skala ordinal (jenjang) dari (-5) untuk kelemahan dan ancaman sampai dengan (+5) untuk kekuatan dan peluang. Kemudian dilihat seberapa jauh perbandingan kekuatan dibanding kelemahan serta peluang terhadap ancamannya. Tabel 2. Analisis Lingkungan Internal

Variabel Internal

Kelemahan

Kekuatan -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Jumlah Sumber : Mardikanto, 1999

Tabel 3. Analisis Lingkungan Eksternal Variabel Eksternal

Ancaman

Peluang -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5

Jumlah Sumber : Mardikanto, 1999

Pengukuran seperti ini seperti halnya pada SPACE matrix yang dipakai untuk menentukan kondisi perusahaan dengan menggunakan model yang dipresentari dengan menggunakan sebuah diagram cartesius yang terdiri atas empat kuadran dengan skala ukuran yang sama. Kerangkakerja keempat kuadran-kuadran itu adalah dengan menunjukkan apakah hasil analisisnya akan mengidentifikasikan pemakaian strategi

commit to user

Masing-masing sumbu (axes) dari matriks SPACE menyatakan dua dimensi, yaitu :

a. Dimensi internal yang terdiri atas financial strenght (FS) dan competitive advantage (CA).

b. Dimensi eksternal yaitu environment stability (ES) dan industry strenght (IS). Keempat faktor ini adalah faktor penentu yang paling penting untuk menentukan posisi strategis perusahaan (Umar, 2001).

7. Alternatif Strategi

a. Pengembangan Alternatif Strategi

Menurut Mardikanto (1999), pengembangan alternatif pada hakekatnya merupakan suatu proses kreatif yang bersifat inovatif untuk mencoba sesuatu yang baru atau menggantikan sesuatu yang sudah ada dengan sesuatu yang baru. Pengembangan alternatif sering terjadi di dalam proses manajemen, karena dilator belakangi oleh :

1) Yang “sudah ada” dinilai akan segera “ketinggalan jaman” atau tidak

layak secara ekonomis.

2) Penerapan inovasi dapat memberikan suasana “baru” untuk menghilangkan kejenuhan dan meningkatkan produktifitas kerja.

3) Inovasi dapat membantu memecahkan tantangan massa depan yang tidak selalu dapat diatasi dengan tetap menerapkan ide-ide yang konvensional.

4) Banyak hal yang seharusnya dilakukan, tetapi tidak pernah

dipikirkan atau dilaksanakan.

5) Meskipun sering kali menimbulkan “kerugian”, tetapi penerapan inovasi pada umumnya dapat memberikan keuntungan yang tidak mungkin diperoleh dengan tetap menerapkan ide-ide yang konvensional.

commit to user

Menurut Mardikanto (1999), pada dasarnya ada dua alternatif strategi yaitu :

1) Strategi aktif atau offensive postures, yaitu strategi yang dirancang sebelum menghadapi reaksi tantangan dan kesempatan lingkungan.

2) Strategi pasif atau defensive postures yang dirancang sebagai reaksi

terhadap tantangan dan kesempatan lingkungan.

8. Analisis Threats, Opportunities, Weakness and Strengths (TOWS)

Menurut David (1989) dalam Salusu (2003), tidak memakai singkatan SWOT seperti yang lazim didengar, tetapi lebih senang menggunakan TOWS yang tampaknya ingin mendahulukan analisis ancaman dan peluang untuk kemudian melihat sejauh mana kapabilitas faktor internal kelemahan dan kekuatan sesuai yang cocok dengan faktor- faktor eksternal tersebut.

Sekarang rasakan bedanya dengan analisis TOWS. Analisis ini dimulai dari sebuah threat (ancaman) & opportunity (peluang) yang secara tidak langsung akan memaksa untuk mulai berorientasi pada ”masa depan”. Terlebih lagi bila secara nyata threat itu sangat mengancam, pasti akan mencari peluang-peluang untuk masa depan. Tentu analisis TOWS ini lebih obyektif untuk menyusun strategi-strategi bisnis menuju sengitnya sebuah kompetisi (Anonim, 2010).

Analisis SWOT (atau TOWS) merupakan teknis historis yang terkenal dimana para manajer menciptakan gambaran umum secara cepat mengenai situasi strategis perusahaan. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif diturunkan dari ”kesesuaian” yang baik antara sumber daya internal perusahan (kekekuatan dan kelemahan) dengan situasi eksternalnya (peluang dan ancaman). Kesesuain yang baik akan memaksimalkan kekuatan dan peluang perusahaan serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Jika diterapkn secara akurat, asumsi sederhana ini memiliki implikasi yang bagus dan mendalam bagi desain dan strategi yang berhasil (Pearce & Robinson, 2008).

commit to user

perencanaan strategis bisnis yang bertujuan untuk menyusun strategi- strategi jangka panjang sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat dicapai dengan jelas dan dapat segera diambil keputusan, berikut semua sikap dalam menghadapi pesaing. Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan (Rangkuti, 2001).

9. Matriks TOWS

Matriks TOWS merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer mengembangkan empat tipe strategi. Keempat strategi yang dimaksud adalah strategi Strength-Opportunity (SO), strategi Weakness-Opportunity (WO), strategi Srtenght-Threat (ST), dan strategi Weakness-Threat (WT). Pada matriks ini, menentukan key succes factors untuk lingkungan internal dan eksternal merupakan bagian yang sulit sehingga dibutuhkan judgement yang baik (Umar, 2001).

Matriks SWOT digunakan untuk menganalisis kekuatan dan kelemahan sebagai faktor internal dan peluang dengan ancaman sebagai faktor eksternal serta menyarankan strategi untuk organisasi. Strategi ini membagi dalam empat kelompok seperti, S-O (Strength-Opportunities) dengan menggunakan kekuatan untuk keuntungan dari kesempatan, W-O (Weakness-Opportunities) dengan menggunakan peluang untuk menghilangkan kelemahan, S-T (Strength-Threath) dengan menggunakan kekuatan untuk mengurangi kerentanan ancaman, dan W-T (Weakness- Threath ) dengan menghilangkan kelemahan untuk mengurangi kerentanan terhadap ancaman (Nikolaou, et al., 2010).

10. Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM)

Quantitative Startegic Planning Matric (QSPM) adalah alat yang dirokemendasikan para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan key success factor internal- eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Secara konseptual tujuan QSPM adalah untuk menetapkan kemenarikan relatif (relative

commit to user

untuk menentukan strategi mana yang dianggap paling baik untuk diimplementasikan (Umar, 2001).

Secara konseptual, QSPM menentukan daya tarik dari berbagai strategi yang didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik dari masing-masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-masing faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal. Setiap jumlah rangkaian strategi alternatif dapat diikutkan dalam QSPM, dan setiap jumlah strategi dapat menyusun rangkaian strategi tertentu. Tetapi, hanya strategi-strategi dari suatu rangkaian tertentu yang dinilai relatif terhadap satu sama lain (David, 2004).

11. Agroindustri

Agroindustri merupakan titik sentral suatu agribisnis. Berbeda dengan bisnis ”on farm” proses agroindustri dapat lebih terkontrol dan

dapat lebih pasti dalam proses produksinya. Sebagai penggerak yang berposisi di tengah dalam agrobisnis, agroindustri merupakan kunci suksesnya agrobisnis. Orientasi pasar didorong oleh komponen industri, karena komponen ini sangat memegang teguh target mutu produk akhir yang dikehendaki pasar. Kualitas demikian akhirnya menjadi tuntutan pasar dan komponen dalam agribisnis harus dapat memenuhi standar mutu