HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

F. Deskripsi Data

1. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini diperoleh dari wawancara dengan pimpinan perusahaan. Dalam hal ini, pimpinan yang berhasil diwawancarai adalah Direktur Operasional sebagai informan penelitian. Berdasarkan informasi Direktur Operasional, dalam menentukan kebijakan kredit dinyatakan bahwa:

Dalam menentukan kebijakan kredit, perusahaan mengambil kebijakan dengan melakukan diskusi antar pimpinan, memperhatikan kredibilitas calon konsumen, dan tawar menawar kredit dengan calon konsumen. Rapat antar pimpinan membicarakan kredibilitas calon konsumen dan besarnya kredit maksimal yang dapat diberikan.

Berdasarkan informasi tersebut, dalam menentukan kebijakan kredit, perusahaan melakukan rapat terlebih dahulu. Dalam rapat dibicarakan tentang kredibilitas konsumen apakah konsumen merupakan konsumen yang dapat dipercaya atau tidak. Selain itu, rapat membicarakan besarnya kredit yang dapat diberikan kepada calon konsumen yang tentunya didasarkan pada kredibilitas perusahaan.

Mengenai cara penetapan kredit yang diberikan kepada calon konsumennya, informan menyatakan bahwa: Untuk cara menetapkan kredit, kami menggunakan dengan jangka waktu kredit. Jangka waktu yang kami berikan diperhitungkan dengan besarnya kredit yang kami berikan.

Dari informasi tersebut, PT Obor Sewu Mandiri menggunakan dasar jangka waktu dalam memberikan kredit kepada konsumen. Pemberian kredit tersebut diperhitungkan besarnya kredit dan jangka waktunya. Jangka waktu yang diberikan berdasarkan besarnya kredit tentunya memperhitungkan kondisi keuangan perusahaan dan dari sisi konsumen tentunya terkait dengan kemampuan membayar kredit.

Penjualan dengan sistem kredit merupakan salah satu kemudahan bagi konsumen dalam melakukan pembelian. Menurut informan, tentang hal tersebut menyatakan bahwa: Konsumen dari perusahaan kami lebih banyak yang melakukan pembelian secara kredit. Mereka lebih tertarik dengan sistem pembayaran dengan kredit. Menurut saya, dengan pembayaran secara kredit, mereka memperoleh keringanan.

Jadi, sistem penjualan secara kredit tersebut, konsumen memperoleh keuntungan. Keuntungan yang diperoleh konsumen yaitu adanya keringanan dalam membayar. Konsumen tidak perlu membayar secara keseluruhan, karena jumlahnya juga cukup besar. Dengan adanya tempo pembayaran, maka konsumen dalam melakukan pembayaran beberapa kali sehingga tidak terlalu berat.

Sistem penjualan secara kredit tentunya akan mempengaruhi keuntungan perusahaan. Perusahaan dalam memperoleh keuntungan tambahan atau kemungkinan mengalami kerugian. Mengenai hal tersebut, informan menyatakan bahwa:

Kalau besarnya keuntungan sama. Hanya saja kami kehilangan sedikit waktu. Dalam bisnis setiap hari mestinya uang terus bertambah seiring dengan perputarannya. Jika penjualan dilakukan secara kredit, berarti uang tidak berputar. Jadi dari segi waktu ada kerugian. Namun bagi kami, hal itu adalah fasilitas bagi pembeli agar mereka tertarik dengan fasilitas tersebut.

Bagi perusahaan, penjualan secara kredit akan mengurangi keuntungan. Keuntungan yang berkurang bukan berarti nominal keuntungannya berkurang, akan tetapi berkurang karena uang tidak berputar. Dalam kegiatan bisnis, setiap saat mestinya uang dapat bertambah seiring dengan perputarannya. Jika uang tidak berputar berarti tidak akan bertambah. Namun, sebagai suatu fasilitas bagi konsumen, tidak berputarnya uang dalam jangka tertentu tidak menjadi masalah. Hal itu sebagai promosi atau daya tarik tersendiri bagi konsumen agar melakukan pembelian.

Kebijakan penjualan secara kredit merupakan kebijakan yang dapat berubah sewaktu- waktu sesuai dengan perkembangan perekonomian secara global. Jika penjualan secara kredit lama-kelamaan dapat menimbulkan kerugian, maka kebijakan kredit dapat dihentikan. Mengenai hal tersebut, informan menyatakan bahwa:

Penjualan dengan sistem kredit akan kami pertahankan. Bagi kami, penjualan kredit merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Namun kami akan mempertimbangkan besarnya kredit yang kami berikan kepada konsumen, dan kebijakan- kebijakan lain yang tidak merugikan perusahaan.

Berdasarkan informasi tersebut, maka perusahaan akan mempertahankan penjualan secara kredit. Penjualan secara kredit tetap dipertahankan oleh perusahaan karena merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Penjualan secara kredit merupakan salah satu fasilitas dalam pembelian bagi konsumen. Fasilitas yang dimaksud adalah dalam hal waktu pembayaran. Pembelian dapat dibayar dalam beberapa waktu sehingga pembeli tidak merasa keberatan dengan nominal yang cukup besar. Namun demikian, perusahaan harus mengambil kebijakan-kebijakan agar penjualan yang dilakukan secara kredit tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

Berdasarkan uraian tentang informasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan menggunakan sistem atau cara tertentu. Bagi PT Obor Sewu Mandiri, penjualan secara kredit dilakukan dengan cara menetapkan jangka waktu kredit. Penetapan cara tersebut dilakukan dengan melihat besarnya kredit sebagai dasar dalam menentukan jangka waktu kredit. Semakin besar kredit yang diberikan, semakin lama waktu pembayarannya. Penjualan secara kredit merupakan fasilitas bagi konsumen, yaitu berupa pembayaran yang dapat dilakukan beberapa kali sesuai dengan jangka waktu yang diberikan. Kebijakan penjualan secara kredit juga akan dipertahankan, namun dengan kebijakan-kebijakan lain agar tidak menimbulkan kerugian bagi perusahaan.

2. Data Kuantitatif

a. Piutang Tabel 1. Deskripsi Data Piutang PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Piutang

Peningkatan/ Penurunan

Tahun Prosentase

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang piutang PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan adanya

peningkatan jumlah. Namun dilihat dari prosentase, tahun 2007 ada penurunan dari tahun sebelumnya. Peningkatan piutang dari tahun 2005 ke tahun 2006 meningkat sebesar 63%. Sedangkan dari tahun 2006 ke tahun 2007 ada penurunan. Hal ini berarti bahwa jumlah harta yang ada di tangan pihak lain menurun. Piutang rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 1.359.196.333.

3. Penjualan

Tabel 2. Deskripsi Data Penjualan PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Penjualan /

Peningkatan/

Tahun Prosentase

Sales

Penurunan

Sumber : Data sekuder yang diolah

Data tentang penjualan PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan adanya penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2007 ada penurunan. Peningkatan penjualan dari tahun 2005 ke tahun 2006 meningkat sebesar 52%. Sedangkan dari tahun 2006 ke tahun 2007 meningkat sebesar 32%. Peningkatan selama tiga tahun tersebut semakin kecil, yaitu dari 52% menjadi 32%. Hal ini berarti bahwa jumlah penjualan yang dilakukan menurun. Penjualan rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 2.707.442.333. Penjualan yang menurun dapa disebabkan oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Jika dilihat dari banyaknya usaha percetakan, maka penurunan tersebut karena banyaknya usaha sejenis yang bermunculan sehingga dapat dikatakan banyaknya pesaing dari usaha sejenis.

4. Penjualan Bersih Kredit

Tabel 3. Deskripsi Data Penjualan Bersih Kredit PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Penjualan Bersih Kredit

Peningkatan/

Tahun / Net Credit Sales

2.383.344.333 Sumber : Data sekuder yang diolah

Data tentang penjualan bersih kredit PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan adanya peningkatan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2007 ada peningkatan. Peningkatan penjualan dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 36%. Sedangkan dari tahun 2006 ke tahun 2007 meningkat sebesar 43%. Dengan demikian, peningkatan selama tiga tahun tersebut semakin besar, yaitu dari 36% menjadi 43%. Hal ini berarti bahwa jumlah penjualan bersih kredit mengalami peningkatan. Penjualan bersih kredit rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 2.383.344.333. Peningkatan penjualan bersih selama tiga tahun memang mengalami peningkatan, namun perlu diketahui bahwa peningkatan selama tiga tahun terakhir cenderung menurun. Karena itu, perusahaan harus mewaspadai hal tersebut.

5. Penjualan Rata-rata

Tabel 4. Deskripsi Data Penjualan Rata-rata PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Penjualan Rata-rata /

Peningkatan/

Tahun Average Receivable

Penurunan

Prosentase

(Rp)

(Rp)

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang penjualan rata-rata PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan

adanya penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2007 ada penurunan. Peningkatan penjualan dari tahun 2005 ke tahun 2006 sebesar 52%. Sedangkan dari tahun 2006 ke tahun 2007 meningkat sebesar 32%. Dengan demikian, peningkatan selama tiga tahun tersebut semakin kecil, yaitu dari 52% menjadi 32%. Hal ini berarti bahwa jumlah penjualan rata-rata mengalami penurunan. Penjualan rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 memiliki rata-rata sebesar Rp. 7.520.673.148. Adanya penjualan yang menurun, penjualan rata-rata juga menurun sebagaimana data yang pada tabel

4 di atas.

6. Biaya Penjualan

Tabel 5. Deskripsi Data Biaya Penjualan PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Biaya Penjualan /

Peningkatan/

Tahun Cost of Good Sold

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang biaya penjualan PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan

adanya peningkatan dan penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 229%. Sedangkan dati tahun 2006-2007 ada penurunan sebesar 25%. Dengan demikian, biaya penjualan selama tiga tahun tersebut adanya peningkatan dan penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 229%. Sedangkan dati tahun 2006-2007 ada penurunan sebesar 25%. Dengan demikian, biaya penjualan selama tiga tahun tersebut

7. Pendapatan Bersih Sesudah Pajak

Tabel 6. Deskripsi Data Pendapatan Bersih Sesudah Pajak PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005- 2007

Pendapatan bersih sesudah

Peningkatan /

pajak / Net Profit After Tahun

Penurunan

Prosentase

Tax (Rp) (Rp)

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang Pendapatan bersih sesudah pajak PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007

menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 108%. Sedangkan dari tahun 2006-2007 ada peningkatan sebesar 11%. Dengan demikian, Pendapatan bersih sesudah pajak selama tiga tahun tersebut berkurang, yaitu dari 108% menjadi 11%. Hal ini berarti bahwa Pendapatan bersih sesudah pajak mengalami penurunan. Pendapatan bersih sesudah pajak rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 453.817.333. Penurunan pendapatan bersih sesudah pajak tersebut harus segera mendapat perhatian karena penurunannya cukup tajam. Perusahaan harus segera mengkaji mengapa penurunan pendapatan bersih sangat jauh selisihnya.

8. Penjualan Bersih

Tabel 7. Deskripsi Data Penjualan Bersih PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Penjualan Bersih /

Peningkatan/

Tahun

Net Sales

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang penjualan bersih PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan

adanya peningkatan dan penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 85%. Sedangkan dari tahun 2006-2007 ada peningkatan sebesar 9%. Dengan demikian, penjualan bersih selama tiga tahun tersebut berkurang, yaitu dari 85% menjadi 9%. Hal ini berarti bahwa penjualan bersih mengalami penurunan. Penjualan bersih sesudah pajak rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 518.996.000.

9. Earning Before Interest and Tax (EBIT)

Tabel 8. Deskripsi Data EBIT PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

EBIT

Peningkatan/Penurunan

Tahun Prosentase

(Rp)

(Rp)

21% Rata-rata

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang EBIT atau laba bersih operasi PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007

menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 88%. Sedangkan dari tahun 2006-2007 ada peningkatan sebesar 21%. Dengan demikian, EBIT selama tiga tahun tersebut berkurang, yaitu dari 88% menjadi 21%. Hal ini berarti bahwa EBIT atau laba bersih operasi mengalami penurunan. EBIT rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 574.367.333. Penurunan laba bersih operasi terkait dengan jumlah penjualan yang menurun sebagaimana data yang telah dipaparkan di atas. Dengan penurunan laba bersih operasi, maka perusahaan harus dapat mengambil kebijakan baru agar laba bersih operasi dapat meningkat.

10. Earning After Tax (EAT)

Tabel 9. Deskripsi Data EAT PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

EAT

Peningkatan/Penurunan

Tahun Prosentase

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang EAT PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan adanya

peningkatan dan penurunan jumlah. Demikian pula dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 108%. Sedangkan dari tahun 2006-2007 ada peningkatan sebesar 11%. Dengan demikian, EAT selama tiga tahun tersebut berkurang, yaitu dari 108% menjadi 11%. Hal ini berarti bahwa EAT mengalami penurunan. EAT rata- rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 453.817.333.

11. Modal sendiri

Tabel 10. Deskripsi Data Modal Sendiri PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Modal sendiri / equity

Peningkatan/Penurunan

Tahun Prosentase

Sumber : Data sekuder yang diolah Data tentang Modal sendiri PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan adanya

peningkatan jumlah. Namun dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 94%. Sedangkan dari tahun 2006-2007 ada peningkatan sebesar 64%. Dengan demikian, Modal sendiri selama tiga tahun tersebut berkurang, yaitu dari 94% menjadi 64%. Hal ini berarti bahwa Modal sendiri mengalami penurunan. Modal sendiri rata- rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 1.142.154.667.

12. Total Asset

Tabel 11. Deskripsi Data Total Asset PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Total Asset

Peningkatan/Penurunan

Tahun Prosentase

Sumber : Data sekuder yang diolah

Data tentang Total Asset PT Obor Sewu Mandiri dari tahun 2005 – 2007 menunjukkan adanya peningkatan dan penurunan jumlah. Dilihat dari prosentase, dari tahun 2005 sampai tahun 2006 ada peningkatan sebesar 116%. Sedangkan dari tahun 2006-2007 ada peningkatan sebesar 31%. Dengan demikian, Total Asset selama tiga tahun tersebut berkurang, yaitu dari 116% menjadi 31%. Hal ini berarti bahwa Total Asset mengalami penurunan. Total Asset rata-rata selama tiga tahun dari tahun 2005 – 2007 sebesar Rp. 3.077.633.333.

G. Analisis Data

1. Analisis Efisiensi Pengendalian Piutang

a. Days Sales Outstanding (DSO) Analisis days sales outstanding menunjukkan berapa lama rata–rata uang hasil penjualan akan diterima sejak penjualan dilakukan. Analisis ini dilakukan dengan membagi piutang usaha dengan penjualan rata–rata per hari. Analisis terhadap Days Sales Outstanding (DSO) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 12. Analisis Days Sales Outstanding PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Piutang

Penjualan Rata-rata / hari

Tahun DSO (Rp)

0,055% Sumber : Data sekuder yang diolah

Hasil analisis Days Sales Outstanding (DSO) dari tahun 2005 sampai tahun 2007 terlihat selalu meningkat. Pada tahun 2005 tingkat DSO sebesar 0,044% meningkat menjadi 0,048% pada tahun 2006. Pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 0,055%. Berdasarkan keadaan tersebut, maka secara rata-rata pelanggan membayar utangnya sesuai dengan waktunya. Dengan demikian, kebijakan yang ditetapkan perusahaan masih menguntungkan.

b. Account Receivable Turnover Account Receivable Turnover adalah tingkat perputaran piutang yang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang dan mengalami perputaran dalam satu periode tertentu. Hasil analisis terhadap Account Receivable Turnover dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 13. Analisis Account Receivable Turnover PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Net Credit Sales

Average Receivable

Tahun ART (Rp)

32,45% Sumber : Data sekuder yang diolah

Hasil analisis di atas menunjukkan pada tahun 2005 tingkat perputaran piutang sebesar 33,12%. Kemudian pada tahun berikutnya menurun menjadi 29,75%, namun pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi 32,45%. Memperhatikan perputaran tersebut, selama tahun 2005- 2007 perputaran piutang cenderung menurun. Berdasarkan analisis tersebut, maka diperlukan kajian pada bagian kredit.

c. Average Collection Period Average Collection Period menunjukkan rata – rata waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dalam satu periode. Hasil analisis berdasarkan laporan keuangan dapat dilihat di bawah ini: Tabel 14. Analisis Average Collection Period PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Average Receivable

Net Credit Sales

Tahun ACP

3,081 Sumber : Data sekuder yang diolah

Berdasarkan hasil analisis tersebut dapat diketahui bahwa Average Collection Period tahun 2005 sebesar 3,019, kemudian meningkat pada tahun 2006. Namun pada tahun 2007 menurun menjadi 3,081. Berdasarkan pergerakan selama tiga tahun tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan tingkat Average Collection Period pada tahun 2006. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2006 terdapat resiko yang semakin besar atas tidak tertagihnya utang. Namun resiko tersebut menurun pada tahun 2007.

2. Hasil Analisis Profitabilitas

a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin adalah rasio yang menunjukkan tingkat laba kotor dengan volume penjualan. Laba kotor merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi berbagai biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya bunga, biaya pajak, dan biaya-biaya a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin adalah rasio yang menunjukkan tingkat laba kotor dengan volume penjualan. Laba kotor merupakan laba yang diperoleh sebelum dikurangi berbagai biaya seperti biaya tenaga kerja, biaya transportasi, biaya bunga, biaya pajak, dan biaya-biaya

Tabel 15. Analisis Gross Profit Margin PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Sales

Cost of Goods Sold

Tahun GPM (Rp)

90,14% Sumber : Data sekuder yang diolah

Berdasarkan analisis tersebut dapat dilihat bahwa Gross Profit Margin tahun 2005 sebesar 92%. Pada tahun 2006 menurun dan meningkat lagi pada tahun 2007, tetapi tidak sebesar tahun 2005. Berdasarkan analisis tersebut maka Gross Profit Margin cenderung menurun.

b. Net Profit Margin Net Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui tingkat laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Hasil analisis tentang Net Profit Margin dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 16. Analisis Net Profit Margin PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

Net Profit After Tax

Net Sales

Tahun NPM

17,98% Sumber : Data sekuder yang diolah

Berdasarkan analisis seperti terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa Net Profit Margin selama tahun 2005-2007 terjadi kenaikan dan penurunan. Hal ini berarti tingkat Gross Profit Margin tidak stabil yang menunjukkan bahwa laba bersih setiap tahun tidak Berdasarkan analisis seperti terlihat pada tabel di atas menunjukkan bahwa Net Profit Margin selama tahun 2005-2007 terjadi kenaikan dan penurunan. Hal ini berarti tingkat Gross Profit Margin tidak stabil yang menunjukkan bahwa laba bersih setiap tahun tidak

c. Operating Profit Margin Operating Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui tingkat laba operasi sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Hasil analisis Operating Profit Margin dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 17. Analisis Operating Profit Margin PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

EBIT

Net Sales

Tahun OPM (Rp)

117,78% Sumber : Data sekuder yang diolah

Hasil analisis menunjukkan adanya peningkatan Operating Profit Margin dari tahun 2005-2007. Adanya peningkatan tersebut menunjukkan bahwa biaya bunga dan pajak semakin menurun.

d. Return on Equity Return on Equity dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Hasil analisis terhadap Return on Equity tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 18. Analisis Return on Equity PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

EAT

Equity

Tahun

ROE

(Rp)

(Rp)

32,65% Sumber : Data sekuder yang diolah

Hasil analisis menunjukkan bahwa Return on Equity meningkat dari tahun 2005 ke tahun 2006, dan kemudian menurun tajam pada tahun 2007. Dengan hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa laba yang diperoleh untuk para pemegang saham naik turun dan turun drastis pada tahun 2007.

e. Earning Power Earning Power dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan. Hasil analisis tentang Earning Power dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 19. Analisis Earning Power PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

EBIT

Total Assets

Tahun EP

17,49% Sumber : Data sekuder yang diolah

Hasil analisis tentang Earning Power sebagaimana terlihat pada tabel di atas menunjukkan penurunan dari tahun 2005 hingga tahun 2007. Penurunan angka tersebut menunjukkan bahwa perusahaan selama tiga tahun tersebut semakin melemah dalam memperoleh laba usaha.

f. Return on Investment Return on Investment dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam usaha menghasilkan keuntungan. Analisis Return on Investment berdasarkan data laporan keuangan dari tahun 2005-2007 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 20. Analisis Return on Investment PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007

EAT

Total Assets

13,36% Sumber : Data sekuder yang diolah

Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat dilihat adanya penurunan dari tahun 2005-2007. Penurunan tersebut menunjukkan adanya penurunan kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari penanaman modal dalam aktiva.

H. Pembahasan Hasil Analisis

1. Analisis Efisiensi Pengendalian Piutang

a. Days Sales Outstanding (DSO) Days Sales Outstanding (DSO) menunjukkan berapa lama rata–rata uang hasil

penjualan akan diterima sejak penjualan dilakukan. DSO sedapat mungkin semakin mengecil, atau setidak-tidaknya dalam keadaan tetap. DSO berkaitan dengan jangka waktu pembayaran sejak terjadi transaksi kredit. Jika DSO semakin tinggi, maka perusahaan akan rugi dari sisi waktu. Artinya, uang yang seharusnya sudah dapat diterima dan dipergunakan untuk melakukan kegiatan usaha, tidak dapat berkembang. DSO yang semakin tinggi menunjukkan bahwa tingkat pengembalian uang menjadi terlambat. Karena itu, perusahaan harus mencari penggantinya dahulu agar dapat tetap beroperasi. Dengan demikian, jika DSO semakin tinggi, perusahaan akan menderita kerugian di berbagai hal antara lain waktu menunggu, uang tidak dapat berputar dan berkembang, serta perusahaan harus mengeluarkan biaya untuk memperoleh modal pengganti.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa DSO dari tahun 2005-2007 semakin tinggi. Hal ini berarti tingkat pengembalian piutang semakin lama. Kondisi yang demikian ini kurang baik bagi perusahaan, karena perusahaan semakin merugi, meskipun agak kurang dirasakan. Kerugian terutama dalam hal waktu dan kegiatan lain untuk mencari pengganti uang yang berhenti di pihak lain.

b. Account Receivable Turnover Account Receivable Turnover adalah tingkat perputaran piutang. Semakin tinggi perputaran berarti semakin cepat pengembalian modal dalam bentuk kas atau makin tinggi turnover yang rendah berarti over invesment (kelebihan investasi) dalam piutang. Account Receivable Turnover perusahaan sedapat mungkin tinggi, karena dengan tingginya Account Receivable Turnover, maka perputaran uang semakin cepat. Dengan semakin cepatnya perputaran uang, maka uang akan berkembang dengan lebih cepat juga.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat Account Receivable Turnover dari tahun 2005 sampai tahun 2007 mengalami fluktuasi. Tahun 2005, tingkat Account Receivable Turnover sebesar 33,12%. Kemudian tahun berikutnya menurun menjadi 29,7%. Tahun berikutnya yaitu tahun 2007 naik lagi tetapi tidak setinggi tahun 2005. Hal ini berarti ada kecenderungan menurun. Jika kondisi tersebut terus menerus seperti itu, maka lama-kelamaan tingkat Account Receivable Turnover semakin menurun. Jika semakin lama semakin menurun, berarti tingkat perputaran uang semakin melambat. Semakin lambatnya tingkat perputaran piutang, maka perkembangan uang juga semakin lambat dan dapat mengancam eksisteni perusahaan. Karena pendapatan juga akan semakin berkurang, padahal kebutuhan operasional semakin lama semakin tinggi.

c. Average Collection Period Average Collection Period pada suatu perusahaan menunjukkan resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Oleh karena itu penting bagi perusahaan untuk membandingkan antara rata-rata waktu pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Apabila rata-rata waktu pengumpulan piutang selalu lebih besar dari pada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan berarti cara pengumpulan kurang efisien.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Average Collection Period berfluktuasi. Dari tahun 2005 tingkat Average Collection Period sebesar 3,019 kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 3,362 dan menurun lagi pada tahun 2007 menjadi 3,081. Terjadinya peningkatan dan penurunan dalam kurun waktu tiga tahun menunjukkan bahwa pengumpulan piutang juga naik turun. Dalam hal ini belum dapat disimpulkan permasalahannya, dan juga belum memerlukan kebijakan khusus. Namun jika keadaan terus menurun dalam waktu beberapa tahun, diperlukan kebijakan baru agar pengumpulan piutang menjadi lancar. Kebijakan-kebijakan baru yang diambil harus didasarkan pada informasi yang benar. Karena Hasil penelitian menunjukkan bahwa Average Collection Period berfluktuasi. Dari tahun 2005 tingkat Average Collection Period sebesar 3,019 kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 3,362 dan menurun lagi pada tahun 2007 menjadi 3,081. Terjadinya peningkatan dan penurunan dalam kurun waktu tiga tahun menunjukkan bahwa pengumpulan piutang juga naik turun. Dalam hal ini belum dapat disimpulkan permasalahannya, dan juga belum memerlukan kebijakan khusus. Namun jika keadaan terus menurun dalam waktu beberapa tahun, diperlukan kebijakan baru agar pengumpulan piutang menjadi lancar. Kebijakan-kebijakan baru yang diambil harus didasarkan pada informasi yang benar. Karena

2. Analisis Profitabilitas

a. Gross Profit Margin Gross Profit Margin adalah rasio untuk mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan. Laba kotor dapat mengambarkan penghasilan bruto perusahaan. Dengan mengetahui penghasilan bruto, maka perusahaan dapat memperhitungkan biaya operasional yang harus dikeluarkan agar laba tersebut tidak habis untuk operasional saja, akan tetapi masih ada sisa sebagai penghasilan bersih perusahaan.

Hasil analisis dari tahun 2005-2007 menunjukkan bahwa Gross Profit Margin cenderung menurun. Tahun 2005 Gross Profit Margin sebesar 92%, kemudian menurun pada tahun 2006 menjadi 82,63%. Penurunan tersebut dapat dikatakan cukup tajam. Namun tahun berikutnya yaitu tahun 2007 meningkat menjadi 90,14%. Jika keadaan terus meningkat, maka perusahaan dapat mempertahankan kebijakannya. Namun bila terjadi penurunan lagi, maka perusahaan perlu mengambil kebijakan baru yang dapat meningkatkan Gross Profit Margin.

b. Net Profit Margin Net Profit Margin merupakan rasio laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Dapat dikatakan bahwa Net Profit Margin adalah penghasilan nyata yang dapat dinikmati semuanya. Net Profit Margin yang semakin meningkat menunjukkan bahwa perusahaan tersebut dapat berkembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Net Profit Margin tahun 2005 sebesar 15,27%. Kemudian meningkat pada tahun 2006 menjadi 23,33%. Kenaikan tersebut tentunya menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan selama tahun 2006 membawa hasil yang menggembirakan. Namun pada tahun 2007 berkurang menjadi 17,98%. Penurunan ini tentunya perlu diwaspadai dan dicari penyebabnya. Karena dengan menurunnya tingkat Net Profit Margin berarti usaha yang dilakukan selama ini kurang membawa hasil.

c. Operating Profit Margin

Operating Profit Margin menunjukkan rasio tingkat laba operasi sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan volume penjualan. Dengan mengetahui rasio laba sebelum bunga dan pajak, maka perusahaan dapat memperhitungkan hasil usahanya. Sementara itu, bunga dan pajak dapat diperhitungkan kemudian agar diperoleh pembayaran bunga dan pajak yang lebih menguntungkan.

Hasil penelitian tentang Operating Profit Margin dari data keuangan selama tahun 2005-2007 terjadi peningkatan. Tahun 2005 tingkat Operating Profit Margin sebesar 104,61%. Kemudian tahun berikutnya yaitu tahun 2006 meningkat menjadi 106,16%. Peningkatan tersebut mungkin tidak terlalu banyak, namun jelas menunjukkan bahwa usaha selama tahun 2006 mampu meningkatkan hasil usaha. Tahun 2007 meningkat tajam sebesar 117,78%. Hasil tersebut tentunya menguntungkan perusahaan. Adanya peningkatan tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat keputusan kapan bunga dan pajak akan dibayarkan.

d. Return on Equity Return on Equity menunjukkan kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Bagi perusahaan yang memperoleh modal dengan menjual saham, sangat penting untuk mengetahui keadaan ini. Perusahaan yang memiliki Return on Equity tinggi akan memperoleh banyak manfaat, salah satunya akan dipercaya oleh masyarakat yang ingin meningkatkan partisipasinya. Dengan adanya kepercayaan dari masyarakat, maka perusahaan dapat memperoleh modal dengan mudah melalui penjualan saham.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Return on Equity selama tahun 2005-2007 mengalami fluktuasi. Tahun 2005 perusahaan memiliki tingkat Return on Equity sebesar 45,28%, kemudian meningkat pada tahun berikutnya menjadi 48,53%. Keadaan ini cukup menggembirakan yang berarti para pemegang saham akan memperoleh pembagian laba yang lebih banyak. Namun tahun 2007 tingkat Return on Equity menurun tajam menjadi 32,65%. Dengan menurunnya tingkat Return on Equity maka kemampuan perusahaan dalam membayar pembagian laba usaha kepada pemegang saham menjadi berkurang.

e. Earning Power Earning Power adalah kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam menghasilkan laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan.

Earning Power dapat menggambarkan hasil usaha sesuai dengan seluruh investasi yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui Earning Power ini, maka dapat mengetahui apakah seluruh nilai investasi menguntungkan atau tidak. Karena bagiamanapun, usaha akan dikatakan berhasil bila seluruh investasi yang ditanamkan dapat memperoleh hasil yang sepadan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dari tahun 2005-2007 semakin menurun. Hal ini berarti bahwa investasi yang ditanamkan dalam usaha selama ini mengalami penurunan.

f. Return on Investment Return on Investment adalah kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Setiap perusahaan tentunya menggunakan seluruh dananya agar dapat memperoleh keuntungan yang besar. Namun perlu diketahui bahwa tidak seluruh dana yang ditanamkan dalam aktiva memberikan keuntungan yang optimal. Kegiatan usaha yang dilakukan dengan kelebihan dana dapat saja menimbulkan pemborosan. Karena itu, investasi dalam aktiva harus dicari perbandingan yang terbaik.

Hasil analisis berdasarkan data selama tahun 2005-2007 terlihat menurun. Tahun 2006, tingkat Return on Investment sebesar 16,39%. Kemudian tahun berikutnya yaitu tahun 2006 menurun menjadi 15,79%. Penurunan tersebut memang tidak terlalu banyak. Tahun 2007 tingkat Return on Investment menurun tajam menjadi 13,36%. Adanya penurunan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut harus segera dicari agar tingkat Return on Investment tidak selalu menurun.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

I. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah diuraikan pada Bab IV, maka penelitian ini diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007 menentukan kebijakan penjualan kredit dengan menetapkan jangka waktu kredit, sebagaimana informasi yang diperoleh dari perusahaan.

2. Kebijaksanaan penjualan kredit yang dilakukan oleh PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005- 2007 belum dapat meningkatkan keuntungan. Hal ini dapat dilihat dari perputaran piutang yang cenderung menurun. Demikian pula dari resiko tidak tertagihnya piutang yang tidak stabil.

3. Pengumpulan piutang yang dilakukan oleh PT Obor Sewu Mandiri tahun 2005-2007 belum efisien. Hal ini dapat dilihat dari gross profit margin yang cenderung menurun, net profit margin yang tidak stabil, return of equity menurun, earning power yang semakin melemah, dan return on investment yang cenderung menurun.

4. Temuan penelitian lain dari hasil analisis yang dapat dikemukakan antara lain adalah: Days Sales Outstanding atau waktu pengembalian piutang rata-ratra sesuai dengan waktu yang

telah ditentukan dan biaya bunga dan pajak yang menurun. Pengembalian piutang yang sesuai dengan waktu yang telah ditentukan menunjukkan bahwa konsumen masih dapat dipercaya untuk diberikan kredit. Sedangkan biaya bunga dan pajak yang menurun berarti perusahaan dapat mengurangi pengeluaran khususnya untuk biaya bunga dan pajak.

J. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan kesimpulan penelitian sebagaimana di atas, maka hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kebijakan penjualan kredit merupakan kebijakan yang harus selalu mendapat perhatian dan kajian-kajian berdasarkan realita-realita yang ada. Penjualan kredit merupakan penjualan yang memiliki resiko. Resiko bagi sebuah perusahaan yang melakukan penjualan kredit adalah resiko kehilangan atau tidak tertagihnya piutang. Resiko tersebut dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mempertahankan produksinya.

Penjualan secara kredit yang telah ditentukan manajemen merupakan kebijakan yang telah dipertimbangkan secara matang. Berbagai faktor yang perlu dipertimbangan dapat bersifat internal maupun eksternal. Faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi kebijakan penjualan kredit antara lain adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan produksi secara terus menerus. Penjualan secara kredit tentunya akan mengurangi modal yang ada dalam perusahaan, sehingga jika sebagian modal berada di luar perusahaan, maka perusahaan menjadi tidak dapat berproduksi lagi. Jika tidak dapat berproduksi, maka perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan konsumen. Kondisi yang demikian dapat mengurangi kepercayaan konsumen dalam mengandalkan produk dari perusahaan.

Faktor eksternal yang mempengaruhi kebijakan kredit adalah konsumen itu sendiri. Konsumen merupakan pengguna barang produksi. Daya beli konsumen merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan perusahaan dalam menetapkan kebijakan kredit. Selain daya beli, kepercayaan perusahaan terhadap konsumen juga menjadi faktor yang mempengaruhi untuk memberikan kredit. Kepercayaan tersebut terkait dengan kemampuan membayar piutang sesuai dengan waktu yang telah disepakati bersama. Faktor-faktor eksternal tersebut harus dikaitkan pula dengan kondisi perekonomian secara global. Hal ini dilakukan karena pada saat tertentu, konsumen mungkin dapat dipercaya dapat mengembalikan piutang pada waktunya. Namun keadaan perekonomian secara global dapat menyebabkan konsumen kehilangan kemampuan ekonominya sehingga tidak dapat mengembalikan piutang. Karena itulah maka faktor eksternal juga perlu dipertimbangkan baik dari kemampuan konsumen maupun dari keadaan perekonomian secara global.

K. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan penelitian, maka penelitian ini mengajukan saran-saran sebagai berikut:

1. Kepada perusahaan Kepada perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan penjualan kredit secara lebih matang. Hal ini dikarenakan kebijakan kredit yang dilakukan selama tiga tahun terakhir kurang efektif. Untuk dapat menentukan kebijakan penjualan kredit secara lebih matang, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi dalam 1. Kepada perusahaan Kepada perusahaan diharapkan dapat mempertimbangkan penjualan kredit secara lebih matang. Hal ini dikarenakan kebijakan kredit yang dilakukan selama tiga tahun terakhir kurang efektif. Untuk dapat menentukan kebijakan penjualan kredit secara lebih matang, perusahaan harus memiliki sumber daya manusia yang memiliki kemampuan tinggi dalam

Untuk dapat mengambil kebijakan kredit secara tepat, maka sebaiknya perusahaan melakukan analisis terhadap penjualan kredit yang telah dilakukan, sehingga dapat mengetahui efektivitas penjualan kredit. Untuk melaksanakan analisis tersebut, perusahaan dapat melakukan kerjasama dengan peneliti dari mahasiswa sehingga perusahaan tidak perlu mengeluarkan dana untuk melakukan analisis.

2. Bagi Peneliti yang akan datang Bagi peneliti yang akan datang, diharapkan dapat melakukan penelitian dengan lebih baik. Penelitian dapat dilakukan dalam jangka waktu yang lebih lama, karena dengan jangka waktu yang lebih lama, analisis keuangan akan lebih terlihat kestabilannya.

Dokumen yang terkait

ANALISIS SENYAWA ANTIBAKTERI PADA BEBERAPA JENIS KARANG GORGONIAN DAN IDENTIFIKASI BERDASARKAN KARAKTER SPIKULA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

0 0 83

1 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (PLANTAGO MAYOR L.) TERHADAP DERAJAT INFLAMASI BRONKUS MENCIT BALBC MODEL ASMA ALERGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 51

EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN OBAT (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)

2 9 69

PERBEDAAN PROFIL LIPID ANTARA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPA HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 59

PERUBAHAN MORFOLOGI DAN SITOLOGI LIMA VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX (L.) MERRILL) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK POSPHAT

0 1 38

PERBEDAAN KADAR KORTISOL AKIBAT BISING PESAWAT UDARA PADA MASYARAKAT DI SEKITAR BANDARA ADI SUMARMO BOYOLALI

0 0 41

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH BANK TERKAIT TRANSAKSI DERIVATIF PERBANKAN

0 0 148

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH INFORMASI PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP PERUBAHAN VOLATILITAS HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN ” (Studi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2000 – 2007 )

0 0 54

DAYA BUNUH EKSTRAK DAUN KEMANGI UNGU (Ocimum sanctum) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 54

ANALISIS KAPASITAS BALOK DAN KOLOM PADA STRUKTUR PORTAL B AJA MENGGUNAKA N BALOK KOMPOSIT

0 0 21