EVALUASI TERHADAP PENERAPAN KEBIJAKAN PENJUALAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PERCETAKAN DAN PENERBITAN PT OBOR SEWU MANDIRI

PT T OBOR SEWU MANDIRI SKRIPSI

Oleh : JOKO TRIYONO NIM: K7401090 FAKULTAS KEGU GURUAN DAN ILMU PENDIDIK IKAN UNIVERS RSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini perekonomian Internasional telah memasuki era globalisasi yang tidak mengenal batas. Di era globalisasi seperti ini, setiap perusahaan yang bermodal kuat dapat membuka sumber-sumber ekonomi yang mereka inginkan. Melihat realitas ekonomi internasional saat ini, menunjukkan bahwa perkembangan dan persaingan dunia usaha semakin tajam, maka setiap dunia usaha ikut dalam pergulatan kancah persaingan global. Untuk mempersiapkan dan menghadapi berbagai hal yang timbul akibat pergeseran ekonomi internasional, dunia usaha yang berperan sebagai pelaku ekonomi berusaha untuk mengambil dan menerapkan suatu kebijakan tertentu.

Para pengambil keputusan dalam perusahaan berupaya untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai apa dan bagaimana suatu kebijakan akan diambil dan diterapkan, sehingga dengan kebijakan yang tepat perusahaan dapat mempertahankan usahanya, mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan meningkatkan daya saing pada perusahaan sejenis.

Dewasa ini banyak dunia usaha yang digeluti oleh para pemilik modal, salah satunya adalah dunia usaha di bidang penerbitan dan percetakan. Usaha di bidang penerbitan dan percetakan saat ini mempunyai prospek yang bagus. Hal ini disebabkan karena adanya permintaan pasar yang semakin meningkat akan kebutuhan barang-barang di bidang percetakan tersebut. Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin maju, meka menuntut para pelaku bisnis untuk menciptakan suatu inovasi baru agar tetap mampu bersaing dan bertahan dengan perusahaan sejenis.

Persaingan dalam usaha percetakan dan penerbitan pun sangat ketat. Begitu pula dengan perusahaan percetakan dan penerbitan PT. Obor Sewu Mandiri yang tumbuh berkembang di daerah potensial usaha percetakan dan penerbitan di Surakarta memiliki beberapa pesaing di antaranya PT. Tiga Serangkai, PT. Pabelan, CV. Ramadhani, CV. Mediatama sehingga untuk dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya maka harus menetapkan kebijakan penjualan yang tepat. Salah satu di antaranya adalah pola kebijakan Persaingan dalam usaha percetakan dan penerbitan pun sangat ketat. Begitu pula dengan perusahaan percetakan dan penerbitan PT. Obor Sewu Mandiri yang tumbuh berkembang di daerah potensial usaha percetakan dan penerbitan di Surakarta memiliki beberapa pesaing di antaranya PT. Tiga Serangkai, PT. Pabelan, CV. Ramadhani, CV. Mediatama sehingga untuk dapat bersaing dengan perusahaan sejenis lainnya maka harus menetapkan kebijakan penjualan yang tepat. Salah satu di antaranya adalah pola kebijakan

Perusahaan percetakan dan penerbitan PT. Obor Sewu Mandiri dalam melakukan penjualan dengan sistem penjualan secara kredit karena penjualan dengan sistem kredit merupakan salah satu alternatif untuk mencapai tingkat penjualan yang diinginkan. Sistem penjualan secara kredit memudahkan pembeli untuk melakukan transaksi penjualan, karena pembeli dapat melakukan pembayaran pada saat jatuh tempo. Berbeda dengan penjualan secara tunai yang menuntut pembeli untuk menyediakan uang tunai pada saat transaksi penjualan.

Penjualan kredit ini diberikan kepada sales atau perwakilan dari perusahaan percetakan dan pernerbitan PT. Obor Sewu Mandiri Surakarta yang ada dibeberapa kota besar dan kecil di pulau Jawa, Madura, Sumatra, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat. Proporsi penjualan keseluruha dianggap sebagai penjualan kredit.

Kebijakan penjualan kredit tidak lepas dari trade off antara laba yang diperoleh dari penjualan beban yang timbul karenanya adanya piutang tersebut seperti potongan kredit dan besarnya resiko piutang tak tertagih. Untuk mengantisipasi resiko piutang tak tertagih tersebut maka PT. Obor Sewu Mandiri menetapkan penjualan kredit sebagai berikut :

1. Jangka waktu kredit atau jangka waktu pengumpulan piutang ditetapkan maksimal 6 bulan

2. Piutang tak tertagih ditetapkan sebesar 5% (Sumber : Manajemen PT. Obor Sewu Mandiri Surakarta ) Penentuan kebijakan kredit yang optimal memerlukan perhitungan yang cermat yang menyangkut tambahan biaya dan tambahan laba pada berbagi kebijakan kredit. Menurut. Lukas Setia Atmaja (2003 : 398 ), yang perlu dipertimbangkan adalah :

1. Standar kredit / kualitas langganan yang akan diperkenankan memperoleh kredit.

2. Jangka waktu kredit yaitu berapa lama seorang langganan yang membeli secara kredit sudah harus membayar hutangnya.

3. Potongan yang diberikan kepada langganan untuk mendorong pembayaran lebih cepat.

4. Kebijakan pengumpulan yaitu merujuk pada prosedur-prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk menagih piutang yang sudah jatuh tempo.

Kebijakan tersebut masing-masing memberikan pengaruh yang berbeda terhadap keuntungan yang diharapkan. Kebijakan penjualan kredit yang memberikan keuntungan itulah yang akan dipilih.

Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka peneliti ingin mengkaji lebih dalam mengenai “EVALUASI TERHADAP PENERAPAN KEBIJAKAN

PENJUALAN KREDIT PADA PERUSAHAAN PERCETAKAN DAN PENERBITAN PT. OBOR SEWU MANDIRI “

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka terdapat beberapa permasalahan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana perusahaan menentukan kebijakan penjualan kredit, apakah dengan menetapkan standar kredit, jangka waktu kredit, atau potongan penjualan?

2. Apakah kebijaksanaan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan sudah dapat meningkatkan keuntungan?

3. Apakah pengumpulan piutang yang dilakukan oleh perusahaan sudah efisien?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana perusahaan menentukan kebijakan penjualan kredit.

2. Untuk mengetahui kebijakan penjualan kredit apakah sudah dapat meningkatkan keuntungan.

3. Untuk mengetahui efisiensi pengumpulan piutang yang dilakukan oleh perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperluas pengetahuan tentang penjualan secara kredit.

b. Untuk menambah referensi dan bahan masukan bagi penelitian yang sejenis.

c. Sebagai bahan perbandingan antara teori-teori tentang Penjualan Kredit dan Manajemen Keuangan yang penulis peroleh dengan penerapannya di lapangan.

2. Manfaat Praktis 2. Manfaat Praktis

b. Sebagai bahan untuk mengadakan evaluasi bagi manajemen perusahaan terhadap kebijakan yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh perusahaan.

c. Sebagai dasar acuan dan masukan bagi peneliti berikutnya yang meneliti masalah sejenis secara lebih mendalam.

BAB II LANDASAN TEORI

E. Tinjauan Pustaka

1. Penjualan Kredit

Kondisi persaingan yang semakin tajam, memaksa perusahaan-perusahaan untuk berlomba memberikan kemudahan dalam persyaratan penjualan. Hal ini dilakukan misalnya dengan merubah syarat pembayarannya. Perusahaan dapat menjual produknya semula dengan cara tunai kemudian dirubah dengan cara kredit. Perubahan sistem penjualan tersebut diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan sehingga dapat meningkatkan masukan (laba perusahaan).

Viethzal Rivai dan Andria Permata Viethzal (2005 : 4) mengungkapkan, “kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari suatu pihak (kreditur / pemberi kredit) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah / pengutang / borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belah pihak”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa kredit adalah penundaan pembayaran atas transaksi yang telah disepakati kedua belah pihak.

Dengan demikian penjualan kredit adalah : Dengan demikian penjualan kredit adalah :

b. Suatu penjualan atas dasar perjanjian dimana dalam perjanjian tersebut jasa dan balas jasa (prestasi / kontra prestasi) yang keduanya dipisahkan oleh unsur waktu.

Penjualan kredit yang diberikan oleh penjual kredit didasarkan atas kepercayaan, sehingga dapat dikatakan penjualan kredit merupakan pemberian kepercayaan. Ini berarti penjual kredit baru akan memberikan kredit baru kalau ia benar-benar yakin bahwa sipembeli kredit akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

Penjualan yang dilakukan secara kredit apabila memenuhi unsur-unsurnya. Kasmir (2000 : 74) mengemukakan unsur - unsur kredit adalah : “1. Kepercayaan, 2. Waktu, 3. Resiko yang ditanggung, dan 4. Prestasi”.

Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikan baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterima kembali dalam jangka waktu tertentu dimasa yang akan datang. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Resiko yang ditanggung, yaitu tingkat suatu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberi prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari. Prestasi, atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dalam bentuk barang atau jasa.

Adapun tujuan kredit menurut Viethzal Rivai dan Andria Permata Viethzal (2005 : 6) adalah: 1. Keuntungan atau profitability dan 2. Keamanan atau safety. Keuntungan atau profitability yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang diraih dari bunga yang harus dibayar oleh nasbah. Keamanan atau safety, yaitu keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar–benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar–benar tercapai tanpa hambatan yang berarti.

2. Kebijakan Kredit

Kredit merupakan salah satu kebijakan perusahaan dalam kegiatan pemasaran. Kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan tentunya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan Kredit merupakan salah satu kebijakan perusahaan dalam kegiatan pemasaran. Kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan tentunya didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

Kebijakan penjualan kredit merupakan pedoman yang ditempuh oleh perusahaan dalam menentukan apakah kepada seorang langganan akan diberikan kredit dan kalau diberikan berapa banyak atau berapa jumlah kredit yang akan diberikan tersebut. Perusahaan – perusahaan tidak hanya mementingkan penentuan standar kredit yang diberikan tetapi juga penerapan standar tersebut secara tepat dalam membuat keputusan kredit. Sumber- sumber informasi dan analisa-analisa kredit merupakan suatu hal yang penting bagi keberhasilan manajemen piutang perusahaan. Penerapan yang tepat dari kebijaksanaan yang tidak tepat ataupun penerapan yang tidak tepat dari kebijaksanaan yang tepat tidak akan dapat memberikan hasil yang optimal bagi perusahaan.

Berdasarkan pendapat tersebut, bahwa kebijakan kredit diambil oleh manajemen karena adanya pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan-pertimbangan tersebut tentunya dilihat dari pihak perusahaan sendiri berkaitan dengan untung rugi. Pertimbangan lainnya yaitu pertimbangan berkaitan dengan konsumen terutama dalam hal kepercayaan. Pertimbangan kepercayaan tersebut dikaitkan dengan waktu yang telah disepakati bersama. Waktu yang dimaksud adalah waktu pembayaran yang telah ditentukan.

Meskipun ada perjanjian, namun adanya faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan menjadikan pembayaran piutang menjadi terhambat. Karena itulah maka perlu dipertimbangkan secara matang penjualan yang dilakukan secara kredit. Waktu yang telah ditetapkan harus mempertimbangkan berbagai kondisi perkonomian dan kemampuan konsumen dalam mengembalikan piutang. Sehingga waktu pembayaran yang telah ditetapkan tidak meleset dan tidak menimbulkan kerugian. Jika terjadi keadaan yang tidak diinginkan, maka waktu pembayaran dapat terganggu. Sehingga diperlukan waktu tersendiri untuk melakukan penagihan piutang.

Waktu penagihan piutang dapat dipengaruhi secara langsung oleh faktor- faktor yang tidak dapat dikendalikan dan besarnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi lesu, sehingga sering terjadi bahwa pelanggan terpaksa harus menunda pembayaran hutangnya. Sedangkan sebagian lainnya tergantung pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan sering disebut sebagai variabel kebijakan kredit. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan merupakan faktor yang dapat diperhitungkan secara logika, sehingga jika perkiraannya tepat, maka perusahaan tidak mengalami kerugian. Sehubungan dengan Waktu penagihan piutang dapat dipengaruhi secara langsung oleh faktor- faktor yang tidak dapat dikendalikan dan besarnya dipengaruhi oleh kondisi ekonomi lesu, sehingga sering terjadi bahwa pelanggan terpaksa harus menunda pembayaran hutangnya. Sedangkan sebagian lainnya tergantung pada faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh manajemen perusahaan sering disebut sebagai variabel kebijakan kredit. Faktor-faktor yang dapat dikendalikan oleh perusahaan merupakan faktor yang dapat diperhitungkan secara logika, sehingga jika perkiraannya tepat, maka perusahaan tidak mengalami kerugian. Sehubungan dengan

a. Standar Kredit

Menurut Sudjaja dan Barlian (2003 : 276) Standar kredit (credit standards) adalah standar yang menerapkan kemampuan finansial minimum dari calon pelanggan agar dapat memperoleh pembelian secara kredit. Penentuan standar kredit pada dasarnya merupaka trade oof antara peningkatan penjualan dengan peningkattan resiko tidak terbayarnya piutang. Standar kredit mengacu pada layak tidaknya seorang pelanggan untuk mendapat kredit (credit worthiness). Standar kredit perusahaan akan diterapkan untuk menentukan pelanggan yang akan mampu memenuhi syarat umum kredit dan berapa jumlah kredit maksimum untuk setiap pelanggan. Faktor-faktor utama yang dipertimbangkan dalam pemberian kredit tersebut dikaitkan dengan kemungkinan terjadinya pembayaran yang melampaui jadwal, atau bahkan kemungkinan tidak adanya pembayaran sama sekali.

Apabila perusahaan menjalankan standar kredit yang sangat longgar maka bisa diperkirakan penjualan akan meningkat, namun proporsi piutang tidak terbayar meningkat pula. Secara ekonomi, pelonggaran standar kredit dibenarkan apabila maksimum penambahan biaya sebagai akibat peningkatan piutang sama dengan penambahan keuntungan sebagai akibat peningkatan penjualan. Apabila pembeli yang akan diberi kredit dan yang akan ditolak dapat ditentukan dengan tepat, maka kemungkinan piutang tidak terbayar bisa diminimumkan.

Oleh karena itu calon pembeli atau pelanggan harus dianalisis berdasarkan informasi yang dapat diperoleh dengan menyelidiki calon pembeli kredit berdasarkan lima faktor yang disebut ”5C dan 7P” dan berpedoman pada 3R (Kasmir : 2000 : 91) yaitu : ”1) Character, 2) Capital, 3) Capacity, 4) Collateral, 5) Condition, 6) Personality, 7) Party, 8) Purpose, 9) Prospect, 10) Payment, 11) Profitability, 12) dan Protection”. Disamping itu terdapat pedoman 3R yang digunakan dalam penilaian kredit adalah : 1) Returns, 2) Repayment Capacity, dan 3) Risk bearing ability. Returns , yaitu hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari penggunaan kredit tesebut. Repayment Capacity, yaitu kemampuan pelanggan untuk dapat membayar kembali pinjamannya pada saat pinjaman tersebut harus diangsur atau dilunasi. Risk bearing ability, yaitu kemampuan pelanggan untuk menanggung resiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut. Dalam hal Oleh karena itu calon pembeli atau pelanggan harus dianalisis berdasarkan informasi yang dapat diperoleh dengan menyelidiki calon pembeli kredit berdasarkan lima faktor yang disebut ”5C dan 7P” dan berpedoman pada 3R (Kasmir : 2000 : 91) yaitu : ”1) Character, 2) Capital, 3) Capacity, 4) Collateral, 5) Condition, 6) Personality, 7) Party, 8) Purpose, 9) Prospect, 10) Payment, 11) Profitability, 12) dan Protection”. Disamping itu terdapat pedoman 3R yang digunakan dalam penilaian kredit adalah : 1) Returns, 2) Repayment Capacity, dan 3) Risk bearing ability. Returns , yaitu hasil yang diharapkan dapat diperoleh dari penggunaan kredit tesebut. Repayment Capacity, yaitu kemampuan pelanggan untuk dapat membayar kembali pinjamannya pada saat pinjaman tersebut harus diangsur atau dilunasi. Risk bearing ability, yaitu kemampuan pelanggan untuk menanggung resiko kegagalan atau ketidakpastian yang berkaitan dengan penggunaan kredit tersebut. Dalam hal

Bambang Riyanto (1997) mengemukakan, terdapat beberapa fakor yang harus diperhatikan dalam penilaian resiko kredit untuk memperkecil resiko tidak tertagihnya piutang yaitu :

1) Penentuan besarnya resiko yang akan ditanggung oleh perusahaan. Pertama-tama dalam hubungan ini haruslah ditentukan oleh perusahaan, yang akan disediakan sebagai cadangan piutang.

2) Penyelidikan tentang kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya. Untuk dapat mengklarifikasikan para pelanggan menurut kelompoknya, perusahaan perlu mengadakan penyelidikan mengenai kemampuan pelanggan tersebut dalam memenuhi kewajiban finansialnya. Dalam hal ini perlu dipertimbangkan mengenai ”soliditasnya”. Soliditas adalah menyangkut kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, soliditas ini dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

a) Soliditas komersiil, yaitu tingkat kepercayaan pihak luar yang diberikan kepada perusahaan yang bersangkutan sebagai akibat kejujuran pimpinan perusahaan untuk selalu memenuhi janji-janji dan kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya.

b) Soliditas finansiil, yaitu kepercayaan yang diberikan pihak luar kepada perusahaan yang bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari terdapatnya modal kerja yang cukup di dalam perusahaan tersebut, sehingga diharapkan perusahaan tersebut akan dapat memenuhi kewajiban finansiil tepat pada waktunya.

c) Soliditas moril, adalah kepercayaan yang diberikan oleh pihak luar kepada perusahaan bersangkutan yang timbul sebagai akibat dari sifat-sifat dan moril. Dengan singkat dapat dikatakan perlu diadakan penyelididikan mengenai ” five C’s Credit ”.

3) Mengadakan klarifikasi dari para pelanggan berdasarkan resiko pembayaran. Setelah mengadakan penyelidikan menganai kemampuan dan keadaan perusahaan, sifat, kebiasaan dan moril dari pimpinan perusahaan yang bersangkutan, maka dapat diklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok menurut resiko tidak tertagihnya.

4) Mengadakan seleksi dari para pelanggan. Berdasarkan penggolongan tersebut perusahaan dapat memutuskan untuk tidak memberikan kredit penjual atau memperberat syarat pembayaran kepada langganan-langganan yang termasuk dalam golongan resiko yang 4) Mengadakan seleksi dari para pelanggan. Berdasarkan penggolongan tersebut perusahaan dapat memutuskan untuk tidak memberikan kredit penjual atau memperberat syarat pembayaran kepada langganan-langganan yang termasuk dalam golongan resiko yang

b. Jangka Waktu Kredit

Adalah jangka atau tenggang ”waktu” yang diberikan perusahaan kepada para pelanggannya untuk membayar hutangnya atau berapa lama seorang pelanggan yang membeli secara kredit harus sudah membayar hutangnya. Pada dasarnya hal tersebu dapat ditempuh dengan memperpanjang waktu kredit dengan harapan agar penjualan bisa meningkat. Karena yang ditingkatkan hanya jangka waktu kreditnya, maka umumnya resiko tidak terbayarnya piutang tidak banyak berubah. Perpanjangan waktu kredit bisa dibenarkan bila tambahan keuntungan lebih besar daripada keuntungan yang disyaratkan.

c. Potongan atau Discount

Adalah pengurangan harga barang yang diberikan kepada pelanggan untuk mendorong pelanggan agar membayar lebih cepat. Besarnya potongan atau diskon tersebut ditentukan dengan menganalisis perimbangan biaya dan manfaat dari berbagai persyaratan diskon yang ada. Pemberian potongan bisa diberikan apabila besarnya potongan harga barang yang diberikan kepada pelanggan tersebut lebih kecil dari tambahan keuntungan karena kenaikan penjualan dan keuntungan yang disyaratkan kerena pengurangan piutang.

d. Kebijakan Mengenai Penagihan

Yaitu prosedur yang ditempuh untuk menagih piutang usaha perusahaan atau sampai sejauh mana tindakan atau kelonggaran yang diberikan atas piutang yang tidak dibayar pada waktunya. Proses ini mungkin memerlukan biaya besar dan memperburuk hubungan usaha, namun ada baiknya perusahaan mengambil sikap tegas untuk mencegah penundaan waktu pembayaran serta kerugian yang mungkin diderita.

Setelah perusahaan menjalankan kebijakan kredit dan pengumpulan piutang, selanjutnya dapat dilakukan evaluasi terhadap calon pelanggan baru. Dengan berdasarkan pada cara-cara yang secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut (Horne dan Wachowicz : 2005 :383) :

a. Mengumpulkan informasi yang relevan tentang calon pelanggan yang diperoleh dari laporan keuangan, peringkat dan laporan kredit, pemeriksaan bank, pemeriksaan mitra dagang, dan pengalaman perusahaan sendiri.

b. Menganalisis kredit dari kondisi calon pelanggan atas dasar informasi yang diperoleh. Analisa ini akan mempertimbangkan karakter perusahaan dan manajemennya, kekuatan keuangan perusahaan, dan berbagai hal lainnya.

c. Mengambil keputusan apakah calon pelanggan akan diberikan kredit atau tidak, dan berapa jumlahnya.

Analisis pemberian kredit ini tentunya dengan memperhatikan kendala waktu dan biaya. Jangka waktu yang panjang dalam mengevaluasi pelanggan juga dapat mengakibatkan perusahaan kehilangan pelanggan yang potensial. Proses evaluasi juga dibatasi dana, karena dana yang terlalu kecil mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan dalam melakukan evaluasi sehingga kehilangan calon pelanggan yang potensial.

Kebijakan pengumpulan piutang dalam suatu perusahaan mencakup beberapa keputusan yang penting (Horne, 1995 : 403)yaitu :

a. Kualitas dari pelanggan yang diberikan kredit

b. Lamanya jangka waktu kredit (credit period)

c. Besarnya potongan tunai yang ditawarkan

d. Penawaran khusus pada musim- musim tertentu

e. Biaya yang dikeluarkan untuk pengumpulan piutang Keputusan–keputusan di atas harus membandingkan antara kemungkinan keuntungan

yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut. Kebijakan pengumpulan piutang yang optimal dapat dicapai apabila marginal gains sama besarnya dengan marginal cost.

2. Mengevaluasi Perubahan dalam Kebijakan Kredit

Evaluasi kebijakan sekedar merupakan alat pembantu atau pedoman untuk membuat suatu keputusan. Besar kecilnya piutang yang dimiliki oleh perusahaan selain dipengaruhi oleh kondisi perekonomian pada umumnya, juga dipengaruhi oleh kebijaksanaan perkreditan yang ditentukan oleh perusahaan. Sementara kondisi perekonomian pada umumnya tidak bisa dipengaruhi oleh manajer keuangan, kebijaksanaan perkreditan jelas tidak bisa ditentukan oleh perusahaan. Untuk menilai kebijaksanaan kredit ini dengan membandingkan antara rasio dengan probabilitas. Apabila perusahaan menurunkan standar kreditnya, maka penjualan akan meningkat, yang berarti peningkatan piutang pula, dan ini akan membawa keuntungan yang lebih besar. Tetapi dengan peningkatan kredit ini berarti perusahaan harus menanggung beban investasi pada piutang yang makin besar, plus kemungkinan meningkatnya piutang yang tidak bisa terkumpul.

Sedang faktor–faktor yang dipertimbangkan dalam kebijaksanaan perkreditan tersebut meliputi : standar kredit, jangka waktu kredit, dan potongan yang diberikan kepada Sedang faktor–faktor yang dipertimbangkan dalam kebijaksanaan perkreditan tersebut meliputi : standar kredit, jangka waktu kredit, dan potongan yang diberikan kepada

Apabila dari analisis tersebut diketahui bahwa tambahan keuntungan lebih besar dari tambahan biaya, maka perubahan kebijakan kredit dapat dilaksanakan. Namun jika ternyata yang terjadi tambahan biaya lebih besar dari tambahan keuntungan maka perubahan kebijakan kredit tidak layak untuk dilaksanakan.

3. Manajemen Piutang

a. Pengertian

Seperti halnya dengan aktiva lancar lainya, piutang juga memerlukan pengelolaan yang tepat. Hal ini mengingat proporsi piutang cukup besar dari seluruh aktiva lancar di dalam neraca perusahaan. Agar piutang tidak menimbulkan kerugian pada perusahaan, diperlukan manajemen piutang untuk pengelolaannya.

Manajemen piutang merupakan kemampuan perusahaan dalam mengkoordinasikan serta mengendalikan piutang sebagai akibat adanya kebijakan penjualan secara kedit yang optimal yaitu dapat menyeimbangkan biaya dan manfaat piutang usaha, sehingga akan memaksimumkan nilai perusahaan.

Horne dan Wachowich (2005 : 372) mengemukakan, ”Piutang didefinisikan sebagai jumlah uang yang masih belum dibayar ke perusahaan oleh para pelanggan yang telah membeli barang atau jasa secara kredit”. Sedangkan menurut Hauston dan Brigham (2004 : 168) ”piutang adalah sejumlah saldo yang akan diterima dari pelanggan”. Jadi, dapat dikatakan bahwa piutang adalah harta perusahaan yang belum diterima.

b. Faktor – faktor yang mempengaruhi besarnya investasi dalam piutang

Pada sebagian perusahaan, piutang dagang merupakan bagian tebesar dari aktiva lancar, sehingga manajemen piutang amat perlu dan penting dianalisis secara hati–hati dan seksama. Manajemen piutang terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap kebijakan kredit yang dilaksanakan di perusahaan. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang menurut Bambang Riyanto (2001) adalah sebagai berikut :

1) Volume penjualan kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan kredit memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti perusahaan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti makin besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar ”profitability”nya.

2) Syarat pembayaran penjualan kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Apabila perusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan profitabilitas.

3) Ketentuan tentang pembatasan kredit Perusahaan dapat menetapkan batasan maksimal atau plafon yang ditetapkan bagi masing – masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang.

4) Kebijakan dalam menagih piutang

Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam piutang secara aktif atau pasif. Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif dalam pengumpulan piutang akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktifitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secar pasif. Sehingga keseimbangan antara biaya usaha dan besarnya tambahan revenue yang diperoleh benar – benar diperhitungkan dalam pengumpulan piutang.

5) Kebiasaan membayar para pelanggan Ada sebagian langganan yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount dan ada sebagian lain yang tidak menggunakan kesempatan tersebut. Perbedaan cara pembayaran ini tergantung kepada cara penilaian mereka terhadap mana yang lebih menguntungkan antar kedua alternatif tersebut.

c. Pengawasan dan Pengendalian Piutang

Walaupun kebijakan piutang yang baik telah ditetapkan oleh perusahaan, namun kebijakan yang baik tidak akan ada artinya jika tidak ada pengendaliannya ataupun pengawasan. Pengawasan dan pengendalian terhadap piutang dagang perusahaan sebenarnya Walaupun kebijakan piutang yang baik telah ditetapkan oleh perusahaan, namun kebijakan yang baik tidak akan ada artinya jika tidak ada pengendaliannya ataupun pengawasan. Pengawasan dan pengendalian terhadap piutang dagang perusahaan sebenarnya

Untuk menilai piutang yang diberikan apakah telah sesuai dengan harapan perusahaan atau tegasnya yang diberikan itu efektif atau tidak, maka secara periodik harus diadakan analisis terhadap piutang, sebab dengan menganalisis piutang akan dapat diketahu efisien dan tidaknya penggunaan modal. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin efisien penggunaan modal. Dan semakin rendah perputaran piutang berarti modal yang digunakan banyak yang tertanam pada piutang. Perputaran piutang tersebut juga akan mempengaruhi laba perusahaan. Semakin tinggi perputaran piutang maka pendapatan perusahaan akan semakin banyak.

Adapun beberapa alat analisis yang dipergunakan untuk menilai efisiensi pengendalian piutang adalah sebagia berikut :

1) Days Sales Outstanding (DSO) Menurut Hauston dan Brigham (2004 : 170) ”Days Sale Outstanding adalah rasio yang dihitung dengan membagi piutang usaha dengan penjualan rata–rata per hari, hal itu menunjukkan berapa lama rata–rata jangka waktu penerimaan hasil penjualan sejak penjualan terlaksana”.

Jadi DSO menunjukkan berapa lama rata–rata uang hasil penjualan akan diterima sejak penjualan dilakukan. DSO = jangka waktu penagihan = Piutang : Penjualan rata– rata perhari = piutang : penjualan tahunan / 360. DSO dapat juga dievaluasi dengan membandingkannya terhadap syarat–syarat penjualan. Misalnya jika syarat penjualan menyebutkan pembayaran dalam 30 hari, padahal penanggihan sesungguhnya baru terjadi dalam 42 hari, maka secara rata – rata pelanggan tidak membayar utangnya pada waktunya. Apabila trend dalam DSO selama beberapa tahun lalu naik, tetapi kebijakan penjualan kredit tidak berubah, ini menjadi petunjuk yang kuat bahwa langkah–langkah harus diambil untuk mempelancar penagihan piutang usaha.

2) Aging Schedule Suatu alat lain yang bukan merupakan analisis rasio, adalah ”aging schedule” atau skedul usia piutang, yang memperinci piutang sesuai dengan berapa lama piutang tersebut 2) Aging Schedule Suatu alat lain yang bukan merupakan analisis rasio, adalah ”aging schedule” atau skedul usia piutang, yang memperinci piutang sesuai dengan berapa lama piutang tersebut

3) Account Receivable Turnover Tingkat perputaran piutang menunjukkan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang dan berputar berapa kali dalam satu periode tertentu. Account Receivable Turnover menurut Bambang Riyanto (2001 : 90) dapat dihitung dengan rumus:

Account Receivable Turnover = Net Credit Sales / Average Receivable, untuk menghitung dapat dilakukan dengan menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir piutang dagang, tanpa dikurangi piutang ragu –ragu kemudian dibagi dua. Semakin tinggi perputaran berarti semakin cepat pengembalian modal dalam bentuk kas atau makin tinggi turnover yang rendah berarti over invesment (kelebihan investasi) dalam piutang. Hal tersebut mungkin dikarenakan bagian kredit dan penagihan bekerja tidak efektif atau mungkin ada perubahan kebijakan kredit.

Di dalam menggunakan Account Receivable Turnover, biasanya perusahaan hanya menggunakan sebagai indikasi saja, karena tingkat perputaran ini menyesatkan, khususnya jika penjualan perusahaan bersifat musiman.

4) Average Collection Period Average Collection Period (rata–rata waktu pengumpulan piutang) menunjukkan rata–rata waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan piutang dalam satu periode

tertentu. Bambang Riyanto (2001 : 90) menghitung Average Collection Period dengan rumus :

Average Collection Period = 360 hari / Receivable Turnover atau

360 x Average Revecable Net Credit Sales

Semakin besar Average Collection Period pada suatu perusahaan, semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Oleh karena itu penting bagi Semakin besar Average Collection Period pada suatu perusahaan, semakin besar pula resiko kemungkinan tidak tertagihnya piutang. Oleh karena itu penting bagi

4. Analisis Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan Darsono dan Ashari (2005 : 4-5) mengungkapkan bahwa :

Laporan keuangan dari suatu perusahaan adalah hasil akhir dari akuntansi. Laporan keuangan memuat informasi tentang pelaksanaan tanggung jawab manajeman. Laporan keuangan merupakan pernyataan manajeman tentang kondisi perusahaan yang diungkapkan dalam bentuk mata uang .

Pada umumnya laporan keuangan terdiri dari neraca, laporan rugi laba, dan laporan perubahan modal. Disamping jenis-jenis laporan tersebut, dalam prakteknya perusahaan biasanya juga mempunyai laporan pelengkap, misalnya laporan bagian yang laba yang ditahan, laporan sumber dan penggunaan dana atau lapora arus kas.

b. Analisa Ratio Angka-angka rasio dapat digolongkan sebagai berikut :

1) Rasio Likuiditas Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau pada saat ditagih dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Likuiditas perusahaan ditunjukkan dengan besar kecilnya aktiva lancar, yaitu aktiva yang dapat diubah menjadi kas, yang meliputi kas, piutang, dan persediaan.

Rita Widayanti dkk (2002 : 31) rasio-rasio yang biasa umum sering dipakai adalah :

a) Current ratio = Current asseys / Current liabilities. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancarnya.

b) Quick ratio = Current assets – Inventory / Current liabilities. Quick ratio dihitung dengan membandingkan kas dan current asset di satu pihak dengan hutang jangka pendek di lain pihak. Current asset terdiri dari piutang dan surat- surat berharga yang dapat direalisir menjadi uang dalam waktu relatif pendek. Persediaan tidak diperhitungkan karena dipandang memerlukan waktu relatif lama untuk direalisir menjadi uang, dan tidak ada kepastian apakah persediaan bisa terjual atau tidak. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka pendek dengan aktiva lancar yang lebih likuid.

Cash ratio= Cash / Current liabilities. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban finansiil jangka pendek dengan kas yang tersedia dalam perusahaan.

2) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas digunakan untuk mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber-sumber daya sebagaimana digariskan oleh kebijaksanaan perusahaan yang tercermin dalam perputaran modalnya. Darsono dan Ashari (2005:59), rasio yang sering digunakan adalah : Receivable Turnover, Rata-rata penerimaan piutang, Inventory Turnover, Lama Persediaan Mengendap, Total asset Turnover

a) Receivable Turnover = Penjualan bersih / Rata-rata piutang dagang Rasio ini menunjukkan kualitas perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam

penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Tetapi rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan sehingga mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang ketat.

b) Rata-rata penerimaan piutang = 365/ Receivable Turnover Rasio piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek yang harus dipertimbangkan dalam mengurangi rasio penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih. Dengan mengurangi penjualan, berarti mengurangi pula harta yang ada di luar perusahaan, namun juga berpengaruh pada produksi yang menurun.

c) Inventory Turnover = H P P / Rata-rata Persediaan Barang Rasio perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada di tangan. Sebaliknya rasio perputaran persediaan yang terlalu tinggi bisa menunjukkan kondisi persediaan yang habis sehingga bisa mengakibatkan ketidak puasaan.

d) Lama Persediaan Menggelap = 365 / Inventori Turnover Rasio untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap. Semakin cepat persediaan mengendap, semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang menganggur terlalu lama.

e) Total asset Turnover = Penjualan Bersih / Rata-rata Total aktiva Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini.

Dengan melihat rasio ini kita bisa mengetahui efektivitas penggunaan aktiva dalam menghasilkan penjualan.

3) Rasio Leverage Rasio-rasio laverage mengukur berapa besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Rasio yang dipakai menurut Bambang Riyanto (2001 : 333) antara lain : a) Debt Ratio , b) Debt to equity ratio, c) Long term debt to equity ratio, dan d) Time interest earned ratio.

a) Debt Ratio = Total debt / Total assets Rasio ini mengukur berapa besarnya aktiva perusahaan yang dibiayai kreditor.

b) Debt to equity ratio = Total debt / Equity ratio Rasio ini mengukur berapa berapa besarya bagian modal sendiri yang dijadikan jaminan

untuk keseluruhan hutang perusahaan.

c) Long term debt to equity ratio = Long term debt / Equity Rasio ini mengukur perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri.

d) Time interest earned ratio = Earning before interest and tax / Interest charge Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi beban tetapnya berupa

bunga.

4) Rasio Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, karena merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi, karena rasio-rasio yang telah diulas sejauh ini hanya memberikan gambaran mengenai operasi perusahaan. Sedangkan rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil operasi. Rasio yang dipakai menururt Darsono 4) Rasio Profitabilitas Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu, karena merupakan hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan keputusan. Profitabilitas diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Untuk mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi, karena rasio-rasio yang telah diulas sejauh ini hanya memberikan gambaran mengenai operasi perusahaan. Sedangkan rasio profitabilitas menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, pengelolaan aktiva, dan pengelolaan hutang terhadap hasil-hasil operasi. Rasio yang dipakai menururt Darsono

a) Gross profit margin = Sales – cost of goods sold / Sales Rasio ini mengukur tingkat laba kotor dibandingkan dengan volume penjualan.

b) Net profit margin = Net profit after tax / Net sales Rasio ini mengukur laba bersih sesudah pajak dibandingkan dengan volume penjualan.

c) Operating profit margin = EBIT / Net sales Rasio ini mengukur tingkat laba operasi sebelum bunga dan pajak dibandingkan dengan

volume penjualan.

d) Return on equity (ROE) = EAT / Equity Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi

pemegang saham perusahaan.

e) Earning power = EBIT / Total asset Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan

laba dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia dalam perusahaan.

f) Return on invesment = EAT / Total asset Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang

ditanamkan dalam aktiva untuk operasi perusahaan.

B. Kerangka Pemikiran

Analisa ROI - NPM

KEBIJAKAN Jangka

efisiensi

semula

PENJUAL wakt

KREDIT kredit

piutang

KEUNTUNGAN

Rabat/ diskon

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran.

Dalam kebijakan penjualan kredit perusahaan dapat menerapkan adanya standar kredit, jangka waktu kredit, dan discount, dimana ketiganya mempunyai pengaruh yang berbeda-beda terhadap keuntungan yang akan dipaeroleh perusahaan. Kebijakan penjualan kredit yang mendorong kenaikan keuntungan itulah yang akan dipilih. Untuk itu perlu sekali dilakukan analisis agar kebijakan yang dipilih tepat, dan apakah perusahaan akan melakukan perubahan kebijakan dalam penjualan kreditnya atau perusahaan tetap melakukan kebijakan penjualan yang saat ini dijalankan. Efisiensi pengumpulan piutang juga harus diperhatikan dalm rangka mencapai keuntungan yang optimal melalui penjualan kredit.

Penentuan standar kredit pada dasarnya merupakan trade off antara peningkatan penjualan dengan peningkatan rasio tidak terbayarnya piutang. Jika suatu perusahaan menetapkan kebijakan kredit dengan standar kredit yang longgar, berarti setiap pembeli diperkenankan membeli dengan cara kredit, maka, diperkirakan penjualan meningkat pula.

Secara ekonomis pelonggaran standar kredit ini dapat dibenarkan apabila maksimum pembelian biaya karena peningkatan piutang ini sama dengan penambahan keuntungan karena meningkatnya penjualan. Apabila tambahn biaya ini sudah lebih besar daripada tambahan keuntungan, maka pelonggaran standar kredit ini sudah tidak bisa dibenarkan.

Analisa Return of Invesment merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksud untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang diperguankan. Sehingga dalam analisis Return of Invesment akan diketahui apakah kebijakan penjualan kredit yang diterapkan oleh perusahaan percetakan dan penerbitan PT. Obor Sewu Mandiri Surakarta sudah dapat meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari laba usaha dengan jumlah aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi atau laba usaha tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 136) “Metodologi penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya”. Cholid Narbuko & Abu Achmadi (2003 : 2) menyebutkan: “metodologi penelitian adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan / mempersoalkan mengenai cara – cara melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan – kegiatan mencari, mencatat, merumuskan, menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta – fakta atau gejala – gejala ilmiah”.

Dalam membahas tentang metode penelitian tentu tidak akan terlepas dari metodologi penelitian. Iqbal Hasan (2002 : 20) mengemukakan bahwa “Metodologi penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan. Sedangkan Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi (2002 : 2) menjelaskan bahwa :

Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari cara – cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan – tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data – data, Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari cara – cara melakukan pengamatan dengan pemikiran yang tepat secara terpadu melalui tahapan – tahapan yang disusun secara ilmiah untuk mencari, menyusun serta menganalisis dan menyimpulkan data – data,

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil suatu pengertian bahwa metodologi penelitian merupakan suatu ilmu yang membahas cara atau metode yang ditempuh dalam kegiatan penelitian ilmiah, dimana kegiatan penelitian itu antara lain meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data secara sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau menguji hipotesis sesuai dengan tujuan penelitian.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian digunakan untuk mendapatkan data, informasi, keterangan-keterangan, dan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan penelitian serta sekaligus sebagai tempat dilaksanakannya penelitian. Dalam melaksanakan penelitian ini penulis memilih lokasi di PT. Obor Sewu Mandiri Surakarta, karena lokasi yang sangat strategis dan mudah dijangkau oleh peneliti.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan setelah usulan penelitian disetujui oleh pembimbing skripsi dan telah mendapat ijin dari pihak – pihak terkait.

D. Bentuk dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Penelitian merupakan suatu kegiatan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis guna memperoleh kebenaran secara ilmiah. Dengan demikian suatu penelitian harus menggunakan prosedur, metode, atau cara tertentu agar penelitian tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Winarno Surakhmad (1998 :131)”metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan menggunakan teknik serta cara-cara tertentu”. Metode penelitian dibagi menjadi tiga yaitu : metode historis, metode deskriptif, dan metode eksperimental. Winarno Surakhmad (1998 :139) mengemukakan :

Metode penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada masa sekarang, karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian, metode penelitian deskriptif lebih merupakan Metode penelitian deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada masa sekarang, karena banyak sekali ragam penyelidikan demikian, metode penelitian deskriptif lebih merupakan

Berdasarkan pendapat tersebut penelitian ini termasuk penelitian deskriptif bentuk analisis kuantitatif dengan teknik wawancara dan analisis dokumentasi, karena penelitian ini tidak hanya sekedar menyajikan data tetapi juga menganalisis dan mengimplementasikan data yang telah diperoleh dari laporan keuangan PT. Obor Sewu Mandiri Surakarta dan hasil wawancara dengan manajer pemasaran.

2. Strategi Penelitian

Strategi dapat diartikan cara atau siasat berdasar rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran atau maksud tertentu. Oleh karena itu strategi penelitian dapat dimaknai sebagai cara, metode, atau pendekatan yang direncanakan secara cermat untuk menjawab permasalahan penelitian sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

H.B. Sutopo (2002:42) menyebutkan “Penelitian terpancang yaitu penelitian yang sudah menentukan fokus penelitian berupa variabel utamanya yang akan dikaji berdasarkan pada tujuan dan minat penelitian di lapangan studinya”. Sesuai dengan judul penelitian dan jenis data yang digunakan, maka strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah strategi terpancang tunggal yaitu sasaran yang akan diteliti sudah dibatasi dan terpusat pada permasalahan yang telah ditetapkan dan berada di PT. Obor Sewu Mandiri Surakarta. Karena penelitian ini memfokuskan pada penerapan kebijakan penjualan kredit yang dilakukan oleh perusahaan.

E. Teknik Sampling (Cuplikan)

Teknik sampling digunakan untuk menyeleksi atau memfokuskan permasalahan agar pemilihan sample lebih mengarah pada tujuan penelitian. H.B. Sutopo (2002:54) menyatakan bahwa “Cuplikan berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis dari data yang akan digunakan dalam penelitian. Teknik cuplikan merupakan suatu bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang mengarah pada seleksi”.

Menurut Patton dalam H.B. Sutopo (2002:56) :

Cuplikan yang dikenal sebagai purposive sampling, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Namun demikian informan yang dipilih dapat menunjuk informan lain yang lebih tahu, maka informan dapat berkembang sesuai kebutuhan peneliti dalam memperoleh data.

Dokumen yang terkait

ANALISIS SENYAWA ANTIBAKTERI PADA BEBERAPA JENIS KARANG GORGONIAN DAN IDENTIFIKASI BERDASARKAN KARAKTER SPIKULA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Sains

0 0 83

1 PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK DAUN SENDOK (PLANTAGO MAYOR L.) TERHADAP DERAJAT INFLAMASI BRONKUS MENCIT BALBC MODEL ASMA ALERGI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 51

EVALUASI SISTEM INFORMASI AKUNTANSI PERSEDIAAN OBAT (Studi Kasus pada Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Kebumen)

2 9 69

PERBEDAAN PROFIL LIPID ANTARA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DAN TANPA HIPERTENSI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 59

PERUBAHAN MORFOLOGI DAN SITOLOGI LIMA VARIETAS KEDELAI (GLYCINE MAX (L.) MERRILL) DENGAN PERLAKUAN PEMBERIAN PUPUK POSPHAT

0 1 38

PERBEDAAN KADAR KORTISOL AKIBAT BISING PESAWAT UDARA PADA MASYARAKAT DI SEKITAR BANDARA ADI SUMARMO BOYOLALI

0 0 41

KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERLINDUNGAN HUKUM NASABAH BANK TERKAIT TRANSAKSI DERIVATIF PERBANKAN

0 0 148

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Skripsi dengan judul : “ ANALISIS PENGARUH INFORMASI PENGUMUMAN RIGHT ISSUE TERHADAP PERUBAHAN VOLATILITAS HARGA SAHAM DAN VOLUME PERDAGANGAN ” (Studi pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI periode 2000 – 2007 )

0 0 54

DAYA BUNUH EKSTRAK DAUN KEMANGI UNGU (Ocimum sanctum) TERHADAP LARVA Anopheles aconitus SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 54

ANALISIS KAPASITAS BALOK DAN KOLOM PADA STRUKTUR PORTAL B AJA MENGGUNAKA N BALOK KOMPOSIT

0 0 21