Analisis Kelayakan Kawasan Industri

4.3.2 Analisis Kelayakan Kawasan Industri

Analisis data kelayakan kawasan adalah analisis keadaan dasar kawasan pada saat ini. Selanjutnya analisis kawasan persyaratan kluster industry pertanian yang meliputi, jaringan primer prasarana lingkungan, jalan, saluran pembuangan air hujan dan limbah, potensi ketersediaan air bersih, potensi ketersediaan energi, dan fasilitas umum lainnya.

Lokasi pengamatan difokuskan pada kemampuan daya dukung lahan yang berada di kawasan calon lokasi kluster industri pertanian dan oleokimia dengan:

a. Menganalisis kawasan lokasi dilihat dari kondisi topografi (kemiringan lahan), jenis tanah, dan curah hujan. Analisis dilakukan dengan memberikan skor/nilai

lahan dengan mempertimbangkan kemiringan lahan, curah hujan, dan kemampuan jenis tanahnya. Kedua analisis kesesuaian lahan terhadappenggunaan lahan.

b. Analisis nilai lahan dilihat dari letak atau lokasi relatif lahan, kemudian menilai lahan terhadap dekatnya jarak dengan prasarana jalan, dan dengan mempertimbangkan lokasi lahan terhadap tersedianya fasilitas umum

c. Analisis aksesibilitas dapat ditinjau dari sistem transportasi dan penunjang parasarana jalannya, analisis dilakukan secara deskriptif c. Analisis aksesibilitas dapat ditinjau dari sistem transportasi dan penunjang parasarana jalannya, analisis dilakukan secara deskriptif

Tabel 4.1: Jenis Data dan Cara Pengumpulannya Dalam Studi Kelayakan

Penentuan Kawasan Calon Lokasi Industri Di Kuala Enok.

Metode

Komponen

Pengumpulan Data Alat yang Analisis

Parameter

Satuan

Digunakan Dan Metode Analisis

Citra satelit

Remote Sensing

Foto satelit Lokasi

A Landsat TM

Luas lokasi

Ha (indraja)

Jarak /lokasi bahan B Industri baku, lokasi pasar

Komputer C Tanah

(km)

Analisis kuantitatif

Studi Pustaka Uji petik Clinometer dan Fisiografi

a Kemiringan

%m

meteran 1 Lahan

dan pengukuran

Ketinggian

Studi Pustaka Uji petik

Altimeter

Tempat

dan pengukuran

A Fungsi hutan

Ha %

Pengukuran Peta

Planimeter

Kondisi B Penggunaan

Studi Pustaka uji petik Planimeter 2 Penggunaan

Penutupan C lahan

Ha %

Studi pustaka Uji petik Planimeter

Kesesuaian

GPS dan Software

D lahan

Ha Overlay peta

Arcview

A Formasi geologi

Ha %

Studi pustaka

Peta Geologi

& sebarannya

pengukuran peta

Planimeter

Peta satuan lahan Geologi dan

Jenis Tanah &

Studi pustaka dan uji

dan tanah 3 Tanah

Sifat Fisik

Analisis laboratorium

C Tanah (tekstur,

dan pengamatan

Alat laboratorium

struktur,

a Curah hujan

Mm/tahu

Data sekunder

Data iklim

stasiun BMG

Psycometric sling 4 Iklim

b Suhu

0 C Pengukuran in-situ

c Kelembaban

Pengukuran in-situ

Hygrometer

Udara d Hari Hujan

Hari/bln

Data Sekunder

e. Evaluasi lokasi lahan industri, seberapa besar faktor yang mempengaruhi kelayakan lokasi industri di Kuala Enok. Kelayakan lokasi industri tersebut menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dan bagi pihak industri swasta ( investor). Beberapa pengamatan terhadap tanah meliputi; tofografi lahan, geologi e. Evaluasi lokasi lahan industri, seberapa besar faktor yang mempengaruhi kelayakan lokasi industri di Kuala Enok. Kelayakan lokasi industri tersebut menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah dan bagi pihak industri swasta ( investor). Beberapa pengamatan terhadap tanah meliputi; tofografi lahan, geologi

Analisis data dilakukan dengan cara yang berbeda pada bagian pokok bahasan yang pertama analisis remote sensing dilakukan dengan dengan cara menginterpretasikan Cira landsat. Pengolahan analisis data penginderaan jauh dilakukan dengan cara:

a. Pemotongan Citra: bertujuan untuk membatasi citra sesuai dengan daerah penelitian, karena perekaman data satelit melingkupi daerah yang luas sesuai dengan resolusi spasial dari sensor yang digunakan oleh wahana satelit tersebut.

b. Koreksi Radiometrik: dilakukan dalam proses pengolahan data awal Koreksi ini bertujuan untuk mengembalikan sebaran nilai piksel pada kondisi yang seharusnya dengan menghilangkan dampak atau distorsi yang disebabkan oleh pengaruh atmosfer maupun kesalahan sensor.

c. Pembentukan Citra Komposit: dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum tentang data yang akan diproses lebih lanjut, khususnya untuk mengetahui keberadaan objek kawasan calon lokasi kluster industry berbasis pertanian dan oleokimia dan kondisi wilayah guna mendukung analisis kesesuaian eksistensi calon lokasi pada daerah yang bersangkutan Citra komposit yang dibuat terdiri atas dua kombinasi, yaitu kombinasi band 452 untuk keperluan deteksi umum eksistensi calon lokasi dan kombinasi band 421 untuk keperluan penentuan titik kontrol dalam proses koreksi geometrik presisi dan rektifikasi.

d. Transformasi Citra: Transformasi citra Landsat TM menjadi citra objek calon lokasi dilakukan dengan menggunakan metode yang didasari pada Model Pengurangan Eksponensial (Exponential Attenuation Model) Persamaan ini telah diturunkan menjadi persamaan yang lebih representatif sebagai berikut (Lyzenga, 1981):

Ki

Y  ln  TM 1    ln TM 2 

Kj

Di mana:

= Citra hasil ekstraksi dasar perairan TM1 = Nilai digital band 1 TM2 = Nilai digital band 2 Ki/Kj = Nilai koefisien attenuasi

Klasifikasi citra: digunakan untuk mendapatkan citra yang telah dikelompokkan dalam kelas-kelas tertentu berdasarkan nilai pantulan tiap-tiap objek sehingga memudahkan dalam menganalisis dan pengecekan di lapangan. Adapun tahapan untuk melakukan proses klasifikasi citra yang dilakukan sebagai berikut:

a. Penentuan Training Area, pada tahap ini dilakukan beberapa langkah kegiatan, yaitu kontras citra (Enhacement Signature) Hasil perhitungan statistik ini selanjutnya akan mendapatkan nilai konstanta yang akan dimasukkan dalam formula Lyzenga.

b. Analisis ketelitian training area, dilaksanakan untuk mengetahui ketepatan training Area yang telah diambil untuk memastikan bahwa proses klasifikasi selanjutnya akan menghasilkan kelas-kelas yang tepat. Klasifikasi Unsupervised ISOClassification, merupakan tahap pengambilan

keputusan dalam proses digital dengan tujuan untuk mengelompokkan jenis- jenis obyek ke dalam kelas tertentu.

a. Filtering dan Editing: proses filtering dilakukan untuk mendapatkan gambaran calon lokasi yang baik, sehingga memudahkan dalam menentukan batas-batas dan pembentukan poligon setiap kawasan. Sedangkan proses editing dilakukan untuk memperbaiki akurasi hasil perhitungan luas dan analisis calon lokasi dengan cara mengeliminir objek-objek yang merupakan gangguan atau penyimpangan dalam proses klasifikasi.

b. Koreksi Geometrik: dilakukan adalah koreksi geometrik sistematik yang dimaksudkan untuk menstransformasikan citra obyek bumi pada posisi peta datar sehingga didapatkan akurasi data yang lebih tepat Koreksi ini menggunakan empat titik acuan koordinat UTM (Universe Transversal Mercantor ), yaitu koordinat kiri atas, pojok kiri bawah, pojok kanan atas dan pojok kanan bawah.

Penentuan luasan kawasan calon lokasi industri: penghitungan luasan diambil berdasarkan citra hasil klasifikasi yang didapatkan merupakan luasan kawasan calon lokasi industri.

Pengolahan Data Lapangan: data lapangan diperoleh dengan melakukan observasi langsung ke daerah penelitian Data Visual diambil dengan cara melakukan metode Manta Tow Daerah yang dipilih sebagai site pada setiap stasiun ditentukan dengan koordinat GPS yang mengacu pada pengolahan citra awal, selanjutnya hasil yang di dapat akan dijadikan salah satu panduan dalam pengolahan citra lanjutan.