Sebuah kasus bernama IPTN

Sebuah kasus bernama IPTN

IPTN didirikan Prof. Dr. Dipl . Ing. BJ . Habibie pada 1976. Dia dikembangkan dengan dana yang tidak sedikit, dibalut pula dengan visi yang jauh ke depan dan keinginan un tuk menjadi tuan di negeri sendiri . Cuma kaum terdidik Indonesia gagal memahami IPTN sebagaimana mestinya . Akiba tnya ke tika dimin ta IMF un tuk menotok jalan dananya sebagai syara t bantuan, industri pesawat i tu tidak mendapat pembelaan sepantasnya . Para pakar ekonomi penganut neoliberalisme apalagi. Mereka nam­ paknya tidak kebera tan bila republik cuma menjadi pasar buat segala produk dari negeri lain . Berbeda dari Jepang, Korea, Cina, dan juga India yang para pakar ekonominya sekaligus merupakan nasionalis sejati, sehingga tekanan dunia luar tidak mengurangi laju industrialisasi negara . Padahal Indonesia, yang luasnya hampir sama dengan Uni Eropa secara ke seluruhan, ten tu lebih berhak dari negeri manapun un tuk memiliki industri perkapalan dan pesawat yang bisa dibanggakan.

IPTN sendiri memang tidak cepat bisa mencata t laba IPTN sendiri memang tidak cepat bisa mencata t laba

Nasional (BPPN) tercatat Rp 900 miliar. I tu pun lebih lain- lain. I tu pun sebenarnya masih dapat dimaklumi.

banyak karena melonjaknya nilai tukar dolar. Sementara Sejarah mencata t perusahaan- perusahaan AS i tu pada

to tal kewajibannya sekitar Rp 1,8 triliun . Baginya i tu tahun- tahun awalnya memang mendapa t banyak order

wajar. "Banyak perusahaan besar milik konglomera t kakap pembua tan pesawat un tuk kebutuhan Perang Dunia II.

yang keadaannya jauh lebih parah dari IPTN . Bila mereka Toh dalam perjalanan waktu tidak semuanya dapat

dibantu pemerin tah, mengapa IPTN yang notabene milik bertahan . Banyak industri pesawat ron tok sa tu per sa tu

negara tidak boleh dibantu?" ka tanya re toris. Paramayuda akibat persaingan global . Keadaan i tu kemudian memaksa

yakin bila diberi kesempatan IPTN akan dapat menutup mereka merger un tuk bisa bertahan . Liha t saja Mac

kewajibannya i tu .

Donald Douglas, misalnya, dia sudah merger dengan Optimisme Paramayuda agaknya didasari beberapa Boing, Lockheed merger dengan Advanced Airodynamics.

perhitungan bisnis yang hampir pasti dapat diraihnya . Gejala serupa juga melanda industri pesawat di Eropa .

Pada tahun 2000, misalnya, pemerintah Australia telah Sekadar contoh, Airbus misalnya, merupakan hasil

membuka tender pengadaan 16- 18 pesawat sekelas CN- merger beberapa perusahaan pesawat terbang Eropa

235, produk yang selama ini menjadi andalan IPTN . seperti Airospacial, British Air, Air I talia, dan lain- lain.

Pengadaan pesawat senilai USS 350 juta i tu dimaksudkan Dengan membandingkan industri serupa di negara- negara

un tuk menggan tikan pesawat Caribou yang selama ini lain, termasuk di negara- negara maju tersebut, pres tasi

digunakan Australia . Tanpa pasokan dana segar, menu­ IPTN sebenarnya tidak jelek-jelek amat. Apalagi bila

rutnya, amat sulit bagi IPTI\I memenuhi permin taan ter­ diingat pemerintah di negara- negara maju semacam AS

sebut. Padahal IPTN, ka ta Paramayuda yang juga Dirut dan Uni Eropa biasa membantu industri pesawat terbang­

BPIS, telah menanda tangani MoU dengan pemerintah nya dengan memberikan tender- tender proyek penelitian,

Australia .

pembua tan mesin- mesin a tau pesawat terten tu agar Meskipun harus kehilangan peluang tersebut, mana­ industri s tra tegis i tu bisa hidup.

jemen IPTN merasa nasibnya belum lagi ditentukan un tuk Kondisi IPTN sebenarnya tidak buruk-buruk amat dan

Menristek Kabinet namanya telah cukup dikenal di bidangnya . Cuma IMF

mati

mud a . Apalagi AS

Hikam,

Persa tuan Abdurrahman Wahid- Megawa ti Soekarno Putri lebih senang bila pemerintah berhenti membantu pengem­

di depan Komisi VIII DPR- RI ( 14 Februari 2000 ), dengan bangannya . "Pemerintah dilarang menyediakan dana buat

tegas mengatakan: "No way un tuk menghentikan Industri

( IPTI\I ) l " Tentu tidak tapi harus menyediakan dana Rp ra tusan triliun buat

restrukturisasi IPTI\I y a ng cuma butuh sekitar Rp 2 triliun,

Pesawa t Terbang Nusan tara

gampang melanjutkan megaproyek prestigeus tersebut, restrukturisasi perbankan. Ini kan tidak adil," ka ta Dirut

ke tika IMF tak mau menyukonginya . Apalagi fasili tas IPTN waktu i tu Paramayuda kesal. Menurutnya u tang

bebas pajak yang selama ini dinikmati IPTN telah dihapus bebas pajak yang selama ini dinikmati IPTN telah dihapus

Alasannya? Dari beberapa kali kunjungannya ke industri s tra tegis, seperti PT Pal, PT Boma Bisma Indra, dan PT Pindad, ternyata yang masih bisa meraih laba adalah indus tri- indus tri yang berani melakukan diversifikasi.

Bagi manajemen IPTN diversifikasi usaha bukanlah barang baru . Dia sa tu pake t dengan restrukturisasi mana­

Di samping i tu IPTN di bawah komando Paramayuda jemen yang telah dijalankan sejak krisis. Sejak dipaksa

sedang berusaha mengundang investor asing. 49% saham un tuk menghidupkan dirinya sendiri dengan kerja, BUMN

BUMN i tu nantinya akan dilego kepada asing agar bisa buatan Habibie i tu telah mengurangi sekitar 6 ribu

bernafas lebih lega buat pengembangan- pengembangan karyawannya tahun 1999 . Kini dengan hanya sekitar 10

yang memang butuh dana banyak. Ini sebe tulnya langkah ribu karyawan, IPTN merasa lebih lincah melangkah un tuk

mundur, tapi manajemen nampaknya tak punya al ter­ melakukan diversifikasi. "Core business kita te tap pem­

na tive lain. Menurutnya hal i tu amat perlu agar IPTN buatan pesawat. Jadi policy- nya 70% core competen kita

nantinya bisa menjadi pemain terbesar dalam industri te tap diarahkan ke pembua tan pesawat dan komponen­

pesawat terbang di Asia . Saat ini un tuk pesawat sekelas

CI\I- 235 IPTN sudah menjadi yang terbesar. Tentu maksud melakukan pekerjaan - pekerjaan yang cepat menghasilkan

komponennya . Sisanya y a ng 30% kita arahkan un tuk

tersebut cuma bisa kesampaian, bila IPTN berhasil revenue un tuk biaya operasional, misalnya membuat

merestrukturisasi u tangnya yang Rp 900 miliar i tu . antena parabola, simula tor pelabuhan, Airtraffic con troll,

Sementara ini un tuk sekadar menyambung hidup anjungan minyak, barang- barang elektronik, mendisain

IPTN merasa tidak ada yang perlu dikhawa tirkan. "Kami mobil, gedung, jemba tan, dan lain- lain," papar Parama­

tidak pernah berhenti berproduksi. Cuma kegia tannya yuda tenang. Paramajuda memang tidak mengada-ada.

menjadi agak lamba t. Produksi massal memang kita ku­ Sampai saa t i tu IPTN telah memproduksi sekitar 2000

rangi drastis. Namun kegia tan produksi te tap jalan dengan antena parabola buat kebutuhan Indovision. Sedangkan

pesawat- pesawat yang sudah un tuk disain o tomo tif, BUMN ini telah menanda tangani

hanya

memproduksi

disertifikasi dan sudah ada kon traknya," ungkap Parama­ kerjasama dengan Toyo ta (Jepang) dan tidak lama lagi

yuda sengit sekaligus membantah isu bahwa kegia tan bekerjasama juga dengan Pro ton Saga (Malaysia ).

produksi di IPTN sempat terhenti .

Hal i tu dibenarkan Deputy Teknologi Industri Ran­ cang Bangun BPPT Dr. Said D. Jenie yang banyak meman- Hal i tu dibenarkan Deputy Teknologi Industri Ran­ cang Bangun BPPT Dr. Said D. Jenie yang banyak meman-

yang cuma menghamburkan uang negara . "Saya enggak sekali. IPTN, menurutnya, masih mempunyai kon trak

melihat proyek ini sebagai mercusuar. Liha t saja pesawat­ dengan beberapa negara un tuk memproduksi pesawat

pesawat yang kita buat! Semuanya kan dibua t un tuk jenis CN- 235 . "Kini IPTN sedang membuat 8 unit pesawat

melayani geografis kita," bantahnya dengan suara CN- 235 pesanan Korea Sela tan . Malaysia memesan 12

meninggi. "C- 2 12, misalnya, pesawat terbang jarak se­ unit. Brunei, dan Uni Emira t Arab juga memesan pesawat

dang yang bisa terbang rendah, dan bisa mendara t di jenis ini. Dengan rolling kon trak- ko trak ini saja sebenarnya

rumput dan lapangan. Ini sangat berguna un tuk meng­ un tuk operasional IPTN sudah tidak ada masalah," ka ta

angkut pasukan. Kemudian CN- 235, jarak sedang tapi Said datar ke tika ditemui penulis waktu i tu un tuk SWA.

dengan teknologi lebih canggih daripada C - 2 12 . Bahkan Masalah yang paling mendasar justru terle tak pada

N- 250, yang terpaksa dihen tikan separuh jalan, sanga t sere tnya dana pengembangan . Sebagai contoh dia

baik buat transportasi antar pulau," sambung ahli tekno­ menunjuk proyek N- 250 .

logi rancang bangun i tu cepat. "Kalau bikin roke t a tau Produk N- 250, ka ta Said, sebenarnya sudah separuh

pesawat jet, i tu baru bisa disebut proyek mercusuar," jalan. Cuma karena kekurangan dana proyek ini terpaksa

imbuhnya lagi. Sebagai negara bahari, menurut Said, dihentikan di tengah jalan. Sampai saa t ini sertifikasinya

Indonesia tak mungkin dilayani tanpa pene trasi udara, belum selesai . "Un tuk mendapa tkan sertifikasi, N- 250

laut, dan sistem telekomunikasi sa telit. "Un tuk jenis pesa­ se tidaknya harus memenuhi jam terbang selama 1 . 700

wat terbang dengan 40- 100 penumpang, saa t In! jam . 1\1- 250 telah melakukannya 800 jam, lalu dihentikan

sebenarnya tak ada perusahaan yang menyaingi IPTI\I karena kesuli tan dana . Padahal produksi massalnya cuma

dengan CN- 235nya . Di jenis ini cuma ada IPTN dan boleh dilakukan bila sertifikasinya sudah selesai, " tu tur

Embraer (Brazil ) . Sejak kita menandatangi Le tter of Intent Said menyesalkan. "Padahal pemerintah sudah invest

(LoI) dengan IMF, kita punya pesaing Fairchild, Dornier banyak sekali di situ . Solusinya sekarang, N-250 harus

Perusahaan ini dulunya sudah dicarikan partner yang mau mengembangkan pesawat

(Pa tungan AS-Jerman ).

sekara t.

jenis ini," tambahnya . Menurut mantan Mensristek dan Sebagaimana Menristek AS Hikam dan Dirut IPTN Presiden Habibie dalam 5 tahun mendatang kebutuhan

Paramayuda, Said juga melihat diversifikasi usaha sebagai dunia akan pesawat jenis ini akan mencapai 4 . 500 unit.

solusi yang baik buat IPTN. Cuma bagi Said, karena IPTN dulu berencana bisa memenuhi sekitar 1 . 800 unit.

peralatan dan kompe tensi IPTN sebagian besar memang Perhitungan seperti

dalam pembua tan pesawat, maka diversifikasi i tu harus pemerintah se telah Habibie, sehingga dapat berargumen­

In!

mestinya juga diperha tikan

te tap diarahkan ke situ . "Akan lebih mengun tungkan bila tasi ke tika berhadapan dengan IMF yang menganggapnya

IPTN mencoba menerima pekerjaan pembua tan pesawat sebagai proyek mercusuar.

terbang dari perusahaan lain . Yang ini sudah berjalan .

IPTN, misalnya, telah bekerjasama secara subkon trak pemerin tah . Bila i tu bisa diwujudkan, maka IPTN akan dengan Boing, Dornier, Fairchild, Aerospace corp un tuk

mudah menggaet mitra asing.

membua t pesawa t je t- 738 . Juga masih ada beberapa Kemudahan lain yang juga diinginkan IPTN adalah kerjasama lain," jelas Said hati- hati . Di samping i tu, ka ta

soal bank guarante e . "Dulu bila orang order pesawat, dia Said, karena reputasinya sudah diakui dunia, bidang jasa

memberikan do w n payment (DP) . DP i tulah yang kita maintenance pesawat pasti bisa dilakukan IPTN. Juga

jadikan modal kerj a . Namun sejak krisis situasi perbankan jasa simulasi dan pela tihan. Sebagai bukti Said menunjuk

amat membera tkan . Bila kita mendapat DP, orang i tu Boing, yang melakukan tes un tuk jumbo je tnya mulai dari

meminta bank guarantee sebagai jaminan, karena dia pita suara sampai tes tingnya di IPTI\I . Hal-hal lain yang

sudah membayar sementara barang belum didapa t. Nah juga dapat dilakukan IPTN adalah pembua t komponen

un tuk bisa mendapatkan bank guarantee i tu, kini bank pesawat. Ini pun sudah berjalan . General Dynamic,

mengharuskan kita menaruh uang sebesar bank guarantee misalnya, telah meminta IPTN un tuk membuatkan ekor

i tu . Jadi sama saja kita mendapatkan DP, tapi tidak boleh pesawat F- 16- nya .

diambil. Yah kita tidak bisa kerja juga don g ' " jelas Meskipun agak miris akibat lepas tangannya peme­

Paramayuda se tengah mengeluh .

rin tah dari kewajiban mengembangkan industri s tra tegis - Boleh jadi, kurangnya sense of tec hn ology dan visi terutama yang berkaitan dengan pembua tan pesawat

dari pemerintahan pasca Suharto dan Habibie, turut mem­ terbang, masa depan IPTN nampaknya tidak terlalu

beri andil membuat persoalan di IPTN berlarut- Iarut. sura m . Di a tas kertas industri ini, ka ta Paramayuda, telah

Arealnya pun kemudian meluas dari soal keuangan sampai mulai melaba. "Labanya memang tidak banyak, cuma Rp

ke sumber daya manusia (SDM), dan teknologi canggih 500 juta, terlalu kecil buat perusahaan dengan aset

yang dimilikinya . Bila dibiarkan terus berlaru t, dapat sekitar Rp 5,7 triliun . Toh i tu saja sudah cukup meng­

dipastikan IPTN, kemudian berganti nama menjadi PT gembirakan," ka ta Paramayuda tersenyum . Dirut IPTN i tu

Dirgan tara Indonesia (PTD I) , akan menjelma menjadi memang berhak senang. Apalagi belum lama ini pada

tumpukan besi tua, mangkrak di tengah modernisasi yang acara Air Show di Singapura IPTI\I telah mendapatkan

macet. Menurut Dirut PTDI Jusman SD y a ng menggan­ kon trak senilai USS 3,6 juta un tuk pembua tan helikopter

tikan Paramayuda, se tidaknya ada 3 persoalan besar Bell- 4 1 2 . Pada waktu hampir bersamaan IPTN juga men­

yang belakangan melilit perusahaan yang dipilo tinya . dapat pesanan baru dari Filipina senilai USS 8 juta .

Pertama, masalah keuangan akibat diputusnya sumber Sementara Garuda juga mempercayakan perawa tan

logistik oleh IMF . Selain i tu, dana- dana yang akan in teriornya pada IPTI\I . Tentu kemajuan i tu bisa lebih

digunakan un tuk mega proyek 1\1- 250 harus dihen tikan . cepat lagi bila restrukturisasi u tang IPTN bisa segera

Padahal mega proyek i tu telah menelan biaya USS 700 dibereskan. Paramayuda berharap pemerintah mau meng­

juta .

konversi u tang IPTN

Terputusnya jalur logistik tadi memunculkan masalah Terputusnya jalur logistik tadi memunculkan masalah

PTDI jelas masih lebih baik daripada Chandra Asri . sepenuhnya bisa diharapkan dari proyek tersebut. "Itu

Persoalan ke tiga PTDI, ka ta Jusman, menciutnya sebabnya timbul masalah mendasar: apa yang harus

rasa percaya diri SDM perusahaan pesawat terbang ini. menjadi tulang punggung bisnis PTDI di masa depan?"

"Ada keraguan dari karyawan, apakah restrukturisasi yang ka ta Jusman re toris.

dilakukan ini akan membawa perubahan," ka tanya . Para Persoalan kedua yang melilit PTDI, ka ta Jusman,

karyawan PTDI kini tidak yakin masa depannya akan lebih adalah langkanya sumber pendanaan . PTDI mengalami

bagus daripada masa lalunya . Nah un tuk mengatasi kesulitan mendapat kredit, karena belum ada kepercayaan

semua persoalan di a tas, manajemen PTDI melakukan dari lembaga keuangan . Mereka menganggap PTDI belum

reorien tasi dan restrukturisasi bisnis . Targe tnya apalagi mampu meng- cover biaya operasionalnya . Sebelum krisis

bila bukan un tuk mendapatkan revenue dengan meman­ perusahaan pesawa t terbang milik negara ini selalu men­

faa tkan teknologi, SDM dan keahlian. Maka pada Sep­ dapat kucuran dana dari pemerin tah . Ini ten tu w ajar,

tember 1998, sebagaimana telah disinggung di a tas, Amerika, Inggris, Prancis, Belanda, Jepang, dan negara­

dilakukan reorien tasi bisnis, dengan tujuan mengkaji ulang negara maju lain pun melakukan hal serupa . Bagi mereka

seluruh s tra tegi PTDI di masa depan . Dite tapkanlah kemampuan teknologi dan industri adalah inves tasi masa

sampai dengan 2003, sebagai fase konsolidasi dan depan . Menurut penelusuran penulis pada 10 tahun

survival . Setelah i tu, PTDI akan masuk ke fase pertum­ pertama, PTDI (baca IPTN) mendapat suplai dana dari

buhan bertahap dan berkesinambungan . pemerintah US$ 1 miliar. Lalu 10 tahun berikut digelo­

Dalam fase konsolidasi dan survival ini langkah­ n torkan lagi sebesar US$ 1,3 miliar. Jadi to tal inves tasi

langkah efisiensi dilakukan, supaya tidak terjadi pen­ yang telah ditanamkan pemerintah un tuk membangun

darahan finansial (financial bleeding) . Termasuk di dalam­ industri pesawat terbang tersebut mencapai USS 2,3

nya rasionalisasi karyawan. Jika sebelumnya jumlah miliar, a tau Rp 4,6 triliun dengan kurs waktu itu.

karyawannya mencapai 1 5 . 7 15 orang . Jumlahnya lalu Jumlah i tu sebe tulnya tidak terlalu besar, mengingat

diciutkan sampai tinggal sekitar 9 . 777. Selain i tu sejak pabrik pe tro kimia Chandra Asri milik Prayogo Pangestu

menggan tikan Paramayuda pada September 2000, Jusman saja bisa menelan dana sampai diatas US$ 1,5 miliar.

melakukan diversifikasi portofolio bisnis PTDI . Maksudnya Padahal operasinya selama 5 tahun berturut- turut rugi

jika sebelumnya seluruh kegia tan PTDI difokuskan hanya terus . Total kerugian Chandra Asri bahkan mencapai USS

memproduksi CN- 235, misalnya, di tangannya orien tasi 500 juta . Anehnya perusahaan In! tidak dibiarkan

bisnis diubah: PTDI tidak hanya mengembangkan sa tu mangkrak. Sebagian besar u tangnya malah dikonversi

bisnis, yakni pesawat terbang. Portofolio bisnisnya diper­ menjadi penyertaan modal pemerin tah . Pada saa t sama

luas menjadi 4 jenis dan dibagi ke dalam 2 unit: yakni unit pemerintah ikut pula menanggung beban- beban lain dari

engineering dan uni t bisnis . Unit engineering mencakup

Revenue Cen ter dan Profi t Cen ter. Lalu uni t bisnis meliputi

i tu bersungguh-sungguh .

S tra tegic Business Units (SBU) dan Sa tuan Usaha Mandiri Model usaha seperti i tulah yang akan dikembangkan ( S UM ) . oo Jadi di masa depan dari PTDI ini akan ada 4 pintu

PTDI di masa depan . Dengan begitu, nantinya aliran dana yang bisa menghasilkan pendapa tan," ucap Jusman

akan masuk dari 4 ka tegori bisnis portofolio tersebut. menjanjikan.

Jusman enggan menyebutkan berapa alokasi dana yang Dengan begitu, selain dari core business-nya mem­

dipersiapkan un tuk keperluan tersebut. "Pokoknya uang produksi pesawa t terbang (seperti CN- 2 12, CN- 235,

i tu hanya akan kita keluarkan kalau suatu unit usaha i tu N- 250), revenue PTDI akan datang dari produksi kom­

mendapat kon trak," tandasnya . Polanya, ka ta dia, setiap ponen dan rekayasa & rancang bangun pesawa t terbang.

SBU diberikan modal sebesar Rp 600 juta . Termasuk PTDI juga mengembangkan bisnis turunannya, an tara lain :

tanggungan gaji selama 6 bulan. Nantinya mereka diwa­ SBU jasa manufaktur, teknologi in terior, jasa teknologi

jibkan mencari dan mengembangkan pasar sendiri, Juga mesin, aircraft, helikop ter, depend tecnologi, sistem

harus bisa membiayai overhead-nya sendiri . an tariksa, TI dan SBU Ate c . Oleh karena i tu, jangan

Apabila suatu SBU selama 3 tahun berturut- turut heran bila karyawan PTDI menggarap pembua tan antena

bisa survive dan mempunyai potensi sehingga dilirik parabola un tuk Indovision dan meraki t komputer merek

inves tor, maka akan dilepas menjadi anak perusahaan . Garud a .

Namun bila ternyata dianggap gagal, maka unit usaha i tu Masuknya PTDI ke produksi antena parabola un tuk

harus dires trukturisasi. Sejauh ini, lanjut Jusman, pertum­ Indovison, ka ta Jusman, tidak muncul begitu saj a . Ada

buhan unit usahanya cukup bagus . Sebagai contoh dia sejarah y a ng lumayan panjang . Pada awalnya sejumlah

menunjuk bisnis peraki tan komputer, yang masuk SBU TI. karyawan PTDI ditugasi mengembangkan software navi­

"Dalam tempo 2 tahun SBU TI sudah mampu membukukan gasi pesawa t terbang berbasis satelit. Untuk tujuan i tu,

pendapatan sebesar Rp 54 miliar. Sedangkan pendapatan mereka dimagangkan selama 4 tahun di pabrik satelit

yang diperoleh dari bisnis antena lebih besar lagi," papar Hyes, Amerika Serika t. Ke tika pulang ke Indonesia proyek

Jusman bangga tanpa menyebut angka . tadi kandas akiba t krisis. Padahal mereka mempunyai

Tak berhenti sampai di situ . Sayap PTDI yang lain, keahlian dalam pembua tan software entertainment melalui

yai tu bisnis part & komponen pesawa t terbang, juga satelit, yang disebut Digital Entertainment Sistem (DES ) .

berhasil menyabet kon trak kerja dari pemerintah Inggris . DES sendiri merupakan software parabola yang digunakan

PTDI diminta membuat ujung sayap un tuk jenis pesawa t Indovision. Ben tuknya berupa antena a tau tape recorder.

airbus . Nilai kon traknya mencapai US$ 10 juta per tahun. Untuk menyalurkan keahlian i tu, lalu mereka diposisikan ke

Jusman yakin bila krunya bisa mempertahankan kuali tas SBU antariksa. "Jadi i tu bukan usaha sampingan yang

dan deliver time, maka ada kemungkinan kon traknya bisa serabutan. Mereka memang diarahkan ke sana, karena

mencapai 10 tahun.

kami harus hidup di a tas kekuatan sendiri," ujar Dirut PTDI Jusman mencata t setiap tahun ra ta- ra ta pendapat- kami harus hidup di a tas kekuatan sendiri," ujar Dirut PTDI Jusman mencata t setiap tahun ra ta- ra ta pendapat-

jaminan-jaminan, performance bonds) mencapai Rp 2,7 (gaji karyawan), yang setiap tahunnya mencapai Rp 240

triliun . "Sekarang u tang yang non cash loan mulai miliar. Adapun yang menjadi penyumbang terbesar pema­

menyusut, karena kita ada prestasi . Termasuk dalam sukan PTDI 3 tahun terakhir adalah pembua tan pesawa t

teknik penyelesaiannya . Sedangkan y a ng cash loan, terbang CN- 235 . Selain i tu kedua SBU di a tas juga telah

harus diselesaikan melalui debt to equity swap, " ka ta ikut menyumbang. Jusman tak bersedia menyebut berapa

Jusman tenang .

Dirut PTDI i tu berharap pemerintah bertindak lebih menilai wajar bila CN- 235 memberi sumbangan terbesar

sumbangan masing- masing

kepada perusahaan .

Dia

bijak dan adil terhadap perusahaan yang dipimpinnya kepada perusahaan . Sebab pesawa t i tu diminati banyak

pada tahun- tahun menda tang. Meski era AFT A sudah negara, dan harganya rela tif murah. Dia tak mengada­

diambang pintu, dia berharap se tidaknya pemerintah ada . Satu unit CN- 235 harga basic- nya cuma USS 1 1- 12

dapat memberikan semacam pro teksi semu dan insen tif juta .

kepada produsen dalam negeri, termasuk PTDI. I tu CI\I- 235 telah diekspor, an tara lain ke Uni Emira t

penting agar bisa bersaing dengan produsen luar y ang Arab sebanyak 7 pesawa t, Malaysia 6 pesawa t, Korea 8

juga masuk ke Indonesia lewat pintu perdagangan bebas. pesawa t, dan Brunei 1 pesawat. Rencananya PTDI akan

"Saya jamin pro teksi i tu tidak akan menyebabkan high mengekspor lagi ke Pakis tan sebanyak 4 pesawat. "Dari

cost economi. Sebab sifa t pro teksi i tu hanya un tuk mem­ hasil penjualan CN- 235 inilah se tidaknya kita bisa memberi

berikan kemudahan kepada produk dalam negeri agar bisa makan seki tar 7 ribu karyawan," ungkap Jusman ter­

melakukan pene trasi, baik terhadap pasar domestik senyum . Sampai saat ini indus tri pesawa t terbang nasio­

maupun luar negeri . Pemerintah Cina dan Malaysia juga nal i tu telah memproduksi hampir 200 pesawa t terbang

melakukan hal serupa," tutur Jusman penuh harap. dan

Sayangnya harapan Jusman tak menjadi kenya taan. perusahaan ini masih dirundung masalah? "Ini kan proses

helikop ter. Pertanyaannya

kemudian :

mengapa

Setelah Presiden Abdurrahman dimakzulkan MPR dan me tamorfosa . Wajar bila masih ada masalah. Apalagi

Megawa ti menggantikan kedudukannya sebagai RI- 1, res trukturisasi y ang dilakukan di sini kan belum lama .

nasib PTDI semakin suram saj a . Res trukturisasi yang telah Perusahaan- perusahaan swasta yang heba t- heba t i tu

berhasil dilakukan pada masa Paramayudha dan kinerja juga belum pada beres," jawab Jusman sedikit mem­

yang semakin membaik pada masa Jusman seakan kembali banding.

ke titik nol. Persoalan menjadi semakin banyak. Apalagi Sampai saat i tu PTDI masih mempunyai u tang sebe­

setelah karyawan juga mulai menuntut hak- haknya y ang sar Rp 4 triliun . Dari u tang sejumlah i tu, sebesar Rp 1,3

terbengkalai begitu lama akibat ulah pemerintah y ang triliun merupakan cash loan. Sedang u tang pokoknya

lebih senang mengikuti keinginan IMF daripada membiar­ seki tar USS 100 juta . Yang non cash loan (fasilitas yang

kan PTDI te tap hidup . Bahkan setelah Edwin, yang kan PTDI te tap hidup . Bahkan setelah Edwin, yang

Sekilas

dirumahkan. Edwin, yang sudah bekerja keras menye­ lesaikan persoalan i tu dan menghidupkan kembali PTDI,

Tentang Penulis

akhirnya kabur. Pemerintah Megawa ti, bahkan menolak permin taan mantan orang nomor satu di IPTN BJ Habibie un tuk menyehatkan IPTI\I kembali, dengan kopensasi saham 5% bila dia berhasil. Ini sebenarnya peluang yang

bagus, tapi pemerintah waktu i tu

mem- biarkannya

terlepas begitu saj a . Kini bola ada di tangan pemerintah SBY, yang mempunyai legitimasi langsung dari rakya tnya .

Tentu orang boleh berharap penyehatan IPTN bisa lebih Ishak Rafick memulai karir jurnalis tiknya pada 26 April cepat dan laju indus trialisasi bisa lebih terstruktur

1995 di majalah bisnis terkemuka SWAsembada . Waktu i tu dia sudah meraih gelar Master of Art dari Rijks Universiteit

z Leiden, Nederland. Sebelumnya dia sempa t melamar di majalah Warta Ekonomi, tapi tak jadi bergabung karena masalah gaj i . Meski gelar MA terlalu tinggi bua t profesi wartawan waktu i tu, dia tidak peduli. Baginya nilai seseorang tidak diten tukan oleh titel akademis yang disandangnya, juga tidak oleh profesinya, tapi jus tru oleh caranya menjalankan profesi i tu dan karya a tau out put yang dihasilkannya . Namun keputusannya bergabung ke majalah SWA telah menam- bah panjang daftar orang­ orang

karena kecelakaan Qournalist by ecciden t ). Jadi satu grup dengan Gunawan Muhammad (Tempo ), Parni Hadi (Republika ), dan lain- lain.

yang

menjadi wartawan

Meski rada menyimpang dalam pemilihan profesi, Ishak tak pernah menyesali keputusan i tu . Dia pernah ditelepon Acho, kawan ciliknya yang cerdas dari Rotter­ dam . Temann y

a i tu men y esalkan mengapa dia tidak a i tu men y esalkan mengapa dia tidak

liputannya sendiri . Setelah i tu dia diangka t menjadi tomorrow," jawabnya bercanda, candaan yang bukan

penanggungjawab rubrik Tanah Air, yang menangani tidak mungkin menjadi kenya taan suatu saat. Ishak

makro ekonomi- politk selama setahun . Sukses di rubrik memang diplot un tuk menjadi dosen di Fakultas Sastra,

Tanah Air, Ishak kemudian seperti melakukan tour of duty

dari satu rubrik ke rubrik lain di SWA mulai dari rubrik un tuk program master. Dia sudah menyelesaikan S2

Universitas Indonesia, y a ng telah mengirimnya ke Belanda

perbankan, indus tri s tra tegis, sektor riil, Management, dengan baik dan kembali membawa ijazah MA dan thesis

pariwisata dan o tonomi daerah, sampai ke rubrik- rubrik berjudul : Het Beeld van Indonesie in de 20ste eewse

tidak te tap semacam pe trokimia, tekstil, indus tri jasa, koloniale literatuur ( W ajah Indonesia dalam Literatur

kertas, properti, dan lain-lain . Sehingga ketika dia Kolonial Abad

Dia kemudian pamit kepada Profesor XX) . direkruit oleh majalah ekonomi terkemuka Forbes ( New Tajuddin, Rektor UI saat i tu, un tuk berada di luar UI

York) un tuk menjadi tim Indonesia bua t cover s tory The selama adminis trasinya belum beres. Sebab dia sudah

40 orang-orang kava Indonesia) mengurusn y a hampir 3 bulan, tapi tak selesai. Ishak tak

Indonesia 40 riches t (

Oktober 2006, sudah tak ada lagi rubrik yang belum bersedia merengek- rengek kepada dekan a tau rektor agar

pernah dijamahnya di SWA. Ishak memang kemudian adminis trasinya dibereskan. Menurutnya, kalau i tu dilaku­

meninggalkan SWA dan bergabung dengan Forbes . Namun kan, maka dia berubah dari seorang intelektual menjadi

Forbes Indonesia tak jadi terbit. Yang muncul GlobeAsia, pengemls.

berbahasa Inggris di Kendati urung menjadi dosen di kampus bergengsi

satu- satunya

majalah

bisnis

Indonesia . Edisi perdananya terbi t Januari 2007. Majalah UI, Ishak tak setengah- setengah menjalani profesi baru­

ini tumbuh sangat spektakuler dan kini menjadi majalah nya sebagai jurnalis. Dia bahkan memulainya dari bawah

bisnis terbesar di Indonesia dari sisi oplah (di a tas 90 ribu sebagai reporter sampai Oktober 1997. Dialah yang

exemplar) . Ishak menjadi senior editor di almater barunya mewawancarai

minyak di Canada setelah mantan bos Grup Summa i tu Kelahiran Denpasar, 15 November 1 9 6 1 ini adalah meninggalkan tanah air. Dia juga y ang berhasil membuat

sosok yang menarik, supel, rendah hati, ringan tangan pohon bisnis Bob Hasan, bos Kiani Kertas dan Bank Umum

dan cepat menguasai sesua tu yang baru . I tu sebabn y a Nasional setelah mewawancarain y a selama 4 jam di

ketika dia meminta saya untuk menuliskan o tobiografin y a, lapangan golf Matoa, Ciganjur. Anak muda inilah yang

saya langsung setuju . Saya sendiri sudah mengenaln y a membongkar kasus jual- beli kuo ta dan eksportir fiktif

sejak awal 1996, ketika dia memulai babak baru dalam tekstil dan produk tekstil lewat laporan investiga tivenya

kehidupannya . Sepanjang karirnya sebagai wartawan ber­ di Deperindag setelah ja tuhnya Soeharto . Dia kemudian

bagai training dan kursus singka t diiku tinya un tuk menam­ diangka t menjadi redaktur magang sampai Okktober 1998 .

bah ilmu dan wawasan . Sekadar menyebut sebagian saj a : bah ilmu dan wawasan . Sekadar menyebut sebagian saj a :

mad, dan lain- lain yang pernah diwawancarainya . sebelumnya dia telah mengikuti In ternational S tra tegic

Man tan Ke tua Departemen Luar Negeri Pengurus Alliances and Joint Ven tures by Andre- Mark Chevallier

Besar Pelajar Islam Indonesia (PB- PII ) periode 1983- 86 ini (LPPM - AMA Week ) . Lalu Journalists Training Programme,

sejak beberapa tahun terakhir ac tive di ProDEMokrasi The World Bank, Konrad Adenauer S tiftung and Antara

sebagai sena tor. Dia juga aktive di Indonesia Demokrasi News Agenc y , Februari 1999 ten tang Inves tigative

Monitor (Indemo) pimpinan Harriman Siregar dan Ika tan Reporting . Dia juga telah mengikuti the Newro Language

Alumni Universitas Indonesia (ILUNI ) . Dengan bendera Program (I\lLP) Training ( 1998), the Edunet Training

ILUI\lI, Ishak dan kawan- kawan sempa t membangun sumur (2004) dan the Focus Learning (2003 ) . Semua training

dalam di daerah- daerah pengungsi di Aceh, saat negeri dan kursus singka t tersebut telah diikutinya secara serius

Serambi Mekah i tu dihantam tsunami.

sampai mendapa tkan sertifika t. Hal ini langka di kalangan Di samping aktivitas jurnalis tik dan kegiatan sosial­ wartawan yang umumnya tak be tah berlama- Iama di

nya di LSM, pada 2001 Ishak Rafick sempa t menjadi dalam ruangan .

presenter di Quick Channel ( Indovision ) dalam kerjasama Di bidang akademis sosok ini termasuk orang yang

dengan majalah SWA. Dia juga sering menjadi pembicara mumpuni, sehingga dia bisa masuk UI tanpa tes dan

di berbagai seminar dan diskusi di bidang ekonomi, sosial, bahkan mendapat beasiswa. Dia sempa t dikirim ke

jurnalis tik dan politik.

Nijenrode Management Insti tu te, Breukelen, Nederland ( 1987) mengikuti Somer Course selama 6 minggu yang diiku ti 28 negara . Tak heran bila kemudian dia diplot un tuk

Sylvia Hanan, SE

menjadi dosen di almamaternya i tu dan mendapat bea­ siswa un tuk melanjutkan S2 di negeri kincir angin. Pria ini sempa t menjadi asisten Prof. Dr. Art van Zoest di FS- UI

jurusan s tudi Belanda . Ayah dua anak Inl sangat menjunjung tinggi kebebasan . Namun bila sudah memu­ tuskan sesua tu, dia selalu mengerjakannya sebaik­ baiknya dan tak pernah menyerah. Tak heran bila sepan­

jang karirnya sebagai jurnalis sampai saat InI, dia disenangi dan dihormati rekan- rekannya karena kemampu­ annya menembus sumber dan menjaga hubungan yang

baik dengan narasumbernya . Dia berteman akrab dengan keluarga Soeryadjaya, Aksa Mahmud, Pe ter F Gotha, Bos

Daftar Pustaka

Abeng, Tantri, 'Indonesia, Inc," Times Academic Press, 2001 Abeng, Tanri, -Profesi Manajemen , · Gramedia Pustak Utama,

2006 Abugre, Charles, 'Critique of World BankjIMF Insistence on More Structural Adjustment Policies for Least Developent Cuntries,= Third World Economic, 1-15 Oktober, 1993

Ahmad Mubarik, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenaikan Hutang Luar Negeri Indonesia, Jakarta : CPIS, 1993 Anderson, James E, -The Uruguay Round and Welfare in Some Distort

Agricultural Economies,= journal of development Economic, vol. 56, 1998 Arief, Sritua, -Dari Prestasi Pembangunan Sampai Ekonomi Politik," Jakarta : UI Press, 1990 Arief, Sritua, -'Who Murdered The Rupiah,· dalam Inside Indo­ nesia, Melbourne, Australia, edisi Oktober, 1998 Arief, Sritua, indonesia Tanah Air Beta,� Muhammadiyah University Press, Surakarta, 2001 Chalak, Tal, The Art of Business,= Tower Books, 1993 Crouch, Herold, -Militer & Politik di Indonesia Uudul asli: Army

& Politics in Indonesia), penerjemah Th. Sumartana, Pustaka Sinar harapan, Jakarta, 1999

Fanon, Frantz, ° Bumi Berantakan , � judul asli "The W retched of the Earth , · penerjemah A hmad Asnawi, Tep LOK

Press, Jakarta, 2000

Dastan Books, Jakarta, 2006

Fukuyama, Francis, "The End of His tory and the Las t man, Kiyosaki, Robert T., ''The Cashflow Quadrant,"' alih bahasa Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal,"

Rina Buntaran, Gramedia Pustaka Utama, 2003 CV Qalam, Yogyakarta, 2003

Sarjadi, Soegeng dan Rinakit, Sukardi, "Membaca Indone­ sia," Soegeng Sarjadi Syndicate (SSS), 2005

Perkins, John, "Confession of an Economic Hit Man," Peng­ Rich, Bruce, "Menggadaikan Bumi," judul asli "Mortgaging akuan Seorang Ekonom

the Earth : The world Bank, Environmetal Impove­ Herman Tirtaa tmaja dan Dwi Karyani. Editor

Perusak,

penerjemah

risment and the Crisis of Development," penerjemah Michael AR. Tosin, Jakarta, Abdi Tandur, 2005

AS Burhan dan R. Benu Hidayat, penerbit Interna­ Gie, Kwik Kian, "Ekonomi Indonesia dalam Krisis dan Transi­

tional NGO Forum on Indonesia Development (INFID), si Politik, Gramedia Pus taka U tama, Jakarta, 1999

Gie, Kwik Kian, "Praktik Bisnis dan Orientasi Ekonomi Indo­ Jay, Anton y, " Sistem manajemen Machiavelli , · alih bahasa D. nesia," Gramedia Pus taka U tama dan Sekolah Tinggi

Prasetyo, BA, IQRA, Bandung, 1983 Kahin, George Mc Turnan ,

dan Revolusi di Indo­ Ilmu Ekonomi, Jakarta, 1998

nesia,� judul asli �Nationalism and Revolution in Gie, Kwik Kian, Kebijakan Ekonomi Politik dan Hilangnya Na­

Indonesia , R penerjemah Nin Bakdi Soemanto, UNS lar, " Kompas, Jakarta, 2006

Press, 1995

Dananjaya, U tomo, "Sekolah Gratis, Esai- esai Pendidikan W ibisono, Christianto, RMenelusuri Akar Krisis,� editor Igna­ yang Membebaskan," Paramadina, Jakarta, 2005

tius Haryanto, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, Levitt, S teven D & Dubner, S tephen J, " FREAKonoomics,"

alih bahasa Ahmad Fauzi, Gramedia Pus taka U tama, Stiglitz, Joseph E. , R Dekade Keserakahan era '90-an dan Jakarta, 2006

awal mula petaka Ekonomi Dunia," penerjemah Aan Schoorl, J. W, "Modernisasi, Pengan tar Sosiologi Pemba­

Suhaeni, Cipta Lintas Wacana, Tangerang, 2003 Hertz, I\loreena, ' Membunuh atas nama Kebebasan , · judul as­

ngunan Negara- negara Sedang Berkembang," alih Ii Silent Take Over,· penerjemah Dindin Solahudin, bahasa R . G . Soekadijo, Gramedia, Jakarta, 1982

editor Munir dkk, Penerbit Nuansa, 2004 Mushashi, Miyamoto, "Lima Unsur Mushashi," alih bahasa

Sanit, Arbi, "Ormas dan Politik,� Lembaga studi Informasi drs Suharsono, Ken tindo Publisher, 2000

Pembangunan, 1995

Machiavelli, Nicollo," IL Principe, Sang Penguasa," alih ba­ Syahrir, 1<risis Ekonomi Menuju Reformasi Total , · Yayasan hasa C . Woekirsari, Gramedia, Jakarta, 2002

Obor Indonesia, Jakarta, 1998

Naisbitt, John, "Global Paradox," alih bahasa drs Budiyan­ Rafsanjani, �Keadilan Sosial, Pandangan Islam tentang HAM, to, Binarupa Aksara, 1996

Hegenoni B�rat & Solusi Dunia Modern, � judul a�li. . Naisbitt, John, "Mega trends Asia, " Nicholas Brealey Pub­

-Social Justice and Problem of Racial lishing, London, 1996

penerjemah Anna Farida, editor Purwanto, Nuansa, Yee, James, "For God and Coun try," penerjemah Soemarni,

Said, Edward W., " K ebudayaan dan Kekuasaan,

Membongkar Mitos Hegemoni Barat, " judul asli Syariati, Ali, '"Kritik Islam terhadap Marxisme dan Sesat Pikir "Culture and Imperealism," Mizan, 1995

Barat Lainnya,'" pengantar Dawam Raharjo, Mizan, Said, Edward W., "Orientalisme," judul asli "Orientalism,'" Pus­

taka, 1994 Syariati, Ali, "Peranan Cendekiawan Muslim," penerjemah tim Wahid, Agus, " 60 tahun AM Saifuddin : Indonesia dari Refor­

naskah Shalahuddin Press, 1985

Syariati, Ali, "Paradigma Kaum Tertindas," Pengantar Hamid Sumantoro, "Kegiatan Perusahaan Multinasional, problema

masi ke Masyarakat Madani, Media Da' w a h, 1991

Algar, Islamic Center Jakarta, AI Huda, 2001 politik, hukum & ekonomi dalam pembangunan

Silbar, laura and Allan Little, "Yugoslavia, Death of a Nation," nasional," Gramedia, Jakarta, 1987

Penguin Books, 1997

Gde Agung, Ide Anak Agung, " Bali in de XIXde Eeuw, Dutawa­ Hettne, Bjorn, '"Teori Pembangunan dan Tiga Dunia," judul cana Unversity Press, 1990

asli '"Development Theory and the Three Worlds, alih Sumawinata, Sarbini Prof, '"Politik Ekonomi Kerakyatan,'" Gra­

bahasa tim redaksi Gramedia, Editor A Puspo media, Jakarta, 2002

Kuntjoro, Gramdedia Pustaka Utama, 2001 Chapra, M. Umer, 'The Future of Econoomics, an Islamic Pres­

Suta, I Putu Gde Ary & Musa, Subowo, "Membedah Krisis pective," penerjemah Amdiar Amir, Van Mahmudi

Perbankan, " Y ayasan Sad Satria Bhakti, 2003 at.al, Shari'ah Economics and Banking Institute

Suta, I Putu Gde Ary & Musa, Subowo, "BPPN the End," (SEBI), Jakarta, 2001

Yayasan Sad Satria Bhakti, 2004 Fromm, Erich, � Lari dari Kebebasan, judul asli -Escape from

Mahathir, Muhammad, "A New Deal for Asia," penerjemah Riki Freedom,� penerjemah Kamdani, editor Ahmad

Nalsya, penerbit Handal Niaga Pustaka Baidlawi, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999

Muhammad, Quthb Ibramhim, "Kebijakan Ekonomi Umar bin Mc Elroy, Michael B, 'The Macroeconomy, Private Choices,

Khatthab,= penerjemah Ahmad Syarifuddin Shaleh, Public Actions, and Agregate Autcomes, Prentice Hall,

editor Titi Tartilah S,ag., Ummu Fahmi, S.ag., Pustaka New Jerse y , 1996

Azzam, 2002

Scagrave, Sterling, " Lord of the Rim, Sepak Terjang para Ricklefs, M.C., -Sejarah Indonesia Modern 1200-2004,= judul Taipan,= penyunting Hamid Basyaib, cetakan kedua,

asli "A History of Modern Indonesia since 1200 , · Pustaka Alvabet, Jakarta, Januari, 2005

penerjemah Satrio Wahono dkk, Serambi I1mu Nordhaus & Samuelson, 'llmu Makro Ekonomi,= alih bahasa

Semesta, 2005

Gretta, Theresa Tanoto, Bosco Carvallo, Anna Elly, AsShadr, Syahid Muhammad Baqir, -Keunggulan Ekonomi Is­ penerbit Media Global Edukasi, 2004

lam, · judul asli Islam and Schools of Economics,= Gibne y , Frank, =De Opkomst van het Verre Oosten,= judul asli

penerjemah M. Hashem, Pustaka Zahra, 2002 " The Pacific Century,= penerjemah Chiel Vetter, De

Miller, Christian T., <Blood Mon e y, · penerjemah Leinnovar Haan/Teleac, 1993

Bahfein & Sigit Setia, Ufuk Press, 2007 Habibie, Baharuddin Jusuf, -Detik-detik yang Menentukan,=

Siddiqi, Muhammad Nejatullah, -Bank Islam,� judul asli THC Mandiri, 2006

-Issues in Islamic Banking,· penerjemah Asep Hikmat Syairati, Ali, "Ideologi Kaum Intelektual, · penyunting Syafiq

Suhendi, Pustaka, 1984

Basri & Haidar Bagir, Mizan, 1984 Soros, George, Zaman kenisbian: konsekuensi perang terha- Basri & Haidar Bagir, Mizan, 1984 Soros, George, Zaman kenisbian: konsekuensi perang terha-

Sastrosoenarto, Hartarto, -rndustrialisasi Serta Pembangun­ an Sektor Pertanian dan jasa Menuju Visi Indonesia 2030,c editor Hikmat Hardono dkk, Gramedia Pustaka utama, 2006

Johnson, Chalmers , Blow Back, the cost and consequences of American Empire , " Fitzhenry & Whiteside Ltd, Canada, 2000

rahkan aset tambahan . Namun siapa lagi yang mau berbeda . Skema MRA mewajibkan penenggak BLBI i tu berpikir soal holdback asset, bila ada klausul bagus yang

untuk menyerahkan jaminan pribadi (personal guarantee ), membebaskannya dari i tu?

jika u tang BLBI mereka ternyata lebih besar daripada aset MSAA memang bukan satu- satunya kesepaka tan

yang diserahkan. Mereka ini berteriak merasa diperlakukan yang disodorkan BPPN kepada konglomera t kakap pema­

tidak adil oleh BPPN . Mereka lebih suka bila diizinkan mah BLBI. Paralel dengan MSAA telah ditandatangani pula

menyelesaikan u tang BLBI lewa t skema MSAA. Master of Refinancing Agreement (MRA ) . Empat konglo­

Tidak kurang galaknya adalah 2S mantan pemegang mera t papan a tas menanda tanganinya, dan telah pula

saham bank beku kegiatan usaha (BBKU), yang kini menyerahkan sejumlah aset. Usman Admadjaja (Bank

diwajibkan mengikuti s truktur penyelesaian kewajiban Danamon) yang menerima Rp 12,32 triliun BLBI, misalnya,

pemegang saham (PKPS ) . Skema i tu memaksa mereka menyerahkan 26 aset yang digabung dalam PT Bantala

untuk menyelesaikan kewajibannya dengan uang tunai. Kartika Abadi . Kaharuddin Ongko (BUN ), yang melahap Rp

"Seharusnya pemilik BBKU juga mendapat perlakukan yang 7,839 triliun, menyerahkan 20 aset dan disa tukan dalam

sama, yai tu menyelesaikan kewajibannya dengan skema PT Arya Mus tika . Bank Umum Nasional (BUN) yang dimiliki

MSAA," ka ta pemilik Bank Mashill Philip Widjaja. Bos Hasan dan Kaharuddin Ongko, ka ta sumber di BPPN

Diliha t dari semangatnya, menurut Kwik yang kemu­ waktu i tu memang telah dijadikan mesin uang kedua

dian kembali ke habita tnya di DPR, MSAA amat meng­ konglomera t i tu lewat orangnya masing- masing . Jadi

untungkan konglomera t perampok uang negara . Meskipun mereka berdua harus menanggulangi: Bob lewa t MSAA,

tak banyak yang mendukungnya di pemerintahan, banyak dan Kaharuddin lewat MRA. Samadikun Hartono (Bank

orang secara diam- diam membenarkan pandangan kritis Modern) yang memakan Rp 2, 663 triliun BLBI menye­

politikus POI Perjuangan i tu . Bahkan Presiden Abdur­ rahkan 10 asetnya dan digabung dalam PT Cakrawala Gita

rahman Wahid dan para wakil rakya t akhirnya se tuju Pra tam a . Lalu Hokiarto, Hokianto (Bank Hokindo) yang

meninjau kembali MSAA. Sebelumnya, masih pada tahun memakai Rp 339 miliar BLBI menyerahkan 12 aset.

1999, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah melaporkan Meskipun kedua kesepaka tan i tu sama- sama meru­

adanya kejanggalan dalam MSAA tersebut, te tapi tidak pakan skema penyelesaian u tang BLBI dengan jaminan

mendapat tanggapan berarti . Pandangan Kwik sendiri soal aset, asumsi yang mendasari keduanya amat berbeda .

dasarnya tidaklah berbeda jauh dari Menurut sumber di BPPN (kini mantan ) MSAA didasari

MSAA pada

pandangan Econit. Menurut Econit, yang dinakhodai Rizal asumsi bahwa aset- aset yang diserahkan para bankir

Ramli sebelum menjadi Menko Perekonomian i tu, se tidak­ tersebut bagus- bagus dan nilainya melebihi u tang BLBI.

nya ada 6 kelemahan MSAA. Pertama, kesepaka tan Sementara skema MRA didasari asumsi bahwa aset- aset

tersebut membebaskan debi tur dari tindakan pidana yang yang diserahkan tidaklah bagus, dan nilainya di bawah

telah mereka lakukan (release & discharge ), seperti u tang BLBI. Akiba tnya perlakuan terhadap mereka juga

pelanggaran ba tas maksimum pemberian kredit (BMPK) .

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Aplikasi forecasting untuk memprediksi kepadatan penduduk di Dinas Kependudkan dan Catatan Sipil Kabupaten Aceh Timur

9 92 261