Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut tata bahasa, kata ” Presiden ” adalah derivative dari to preside verbum yang artinya memimpin atau tampil di depan. Kalau dicermati dari bahasa latin, yaitu prae yang artinya di depan dan sedere yang artinya menduduki. Presiden adalah suatu nama jabatan yang digunakan untuk pimpimpinan suatu organisasi, perusahaan, perguruan tinggi, atau negara. pada awalnya, istilah ini digunakan untuk seseorang yang memimpin suatu acara atau rapat ketua, tetapi kemudian secara umum berkembang menjadi istilah bagi seseorang yang memiliki kekuasaan eksekutif. Lebih spesifiknya, istilah ”Presiden” terutama digunakan untuk kepala negara bagi negara yang berbentuk republik, baik dipilih secara langsung, ataupun tidak langsung. Sejarah mencatat, untuk pertama kalinya di dunia, jabatan presiden di eropa berasal dari negara Perancis, yang dibentuk pada era Republik Kedua Perancis 1848-1851. Ketika itu yang menjabat sebagai presiden adalah Louis-Napoleon Bonaparte. Namun, presiden pertama yang diakui oleh masyarakat internasional adalah Presiden Amerika Serikat yaitu George Washington yang menjabat pada 30 April 1789 sampai 3 Maret 1797. Menurut A. Hamid S. Attamimi kata ”Presiden” di Indonesia adalah gelar kepala negara dan kepala pemerintahan. Posisi presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan secara otomatis didapatkan oleh seorang presiden di negara yang menganut sistem pemerintahan presidensial seperti Indonesia dan Amerika Serikat Abdul Ghoffar, 2009 : 14. Indonesia adalah negara kesatuan berbentuk republik yang merupakan negara hukum. Pengertian itu adalah salah satu prinsip dasar yang mendapatkan penegasan dalam UUD 1945 sebagai prinsip negara hukum, prinsip tersebut tertuang dalam pasal 1 Ayat 3 UUD 1945 yang menyatakan bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Secara historis, negara hukum adalah negara commit to user yang diidealkan oleh pendiri bangsa sebagaimana dituangkan dalam penjelasan umum UUD 1945 tentang sistem pemeritahan yang menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum Rechsstaat, tidak berdasarkan kekuasaan belaka Machtsstaat. Dengan demikian, segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-undangan yang sah dan tertulis. Peraturan perundang-undangan tersebut harus ada dan berlaku terlebih dahulu atau mendahului perbuatan yang dilakukan. Presiden sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam penyelengaraan negara Republik Indonesia seperti diamanahkan dalam UUD 1945 yaitu dalam pasal 4 Ayat 1 yang menyatakan bahwa Presiden Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar 1945, oleh karena itu presiden memiliki tanggung jawab penuh dalam hal sebagai kepala negara sekaligus kepala pemerintahan. Dalam menjalankan pemerintahan, presiden dibantu oleh seorang wakil presiden yang kemudian bertindak sebagai lembaga eksekutif negara. Pembagian kekuasaan di Indonesia menempatkan Dewan Perwakilan Rakyat DPR dan Dewan Perwakilan DaerahDPD sebagai lembaga legislatif dan menempatkan Mahkamah Agung MA, Mahkamah Konstitusi MK dan Komisi Yudisial KY sebagai lembaga yudikatif. Pembagian kekuasaan negara tersebut bertujuan memenuhi mekanisme check and balance. Mekanisme ini berwujud saling mengawasi satu sama lain sehingga pertanggungjawaban setiap lembaga negara kepada rakyat transparan. Melihat ke belakang, sejak kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945 sampai sekarang telah terjadi pasang surut dalam kekuasaan Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan ketentuan pasal 4 UUD 1945, pada awal kemerdekaan RI yang saat itu masih disebut aturan peralihan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945, presiden memiliki kekuasaan yang sangat besar karena memegang kekuasaan dalam arti luas, ketika itu presiden dalam menjalankan kekuasaannya hanya dibantu oleh sebuah komite nasional. Kekuasaan yang diberikan oleh pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 secara formal menyerupai kekuasaan seorang penguasa dalam pemerintahan autokrasi. Kekuasaan yang begitu besar tersebut berakhir dengan dikeluarkannya Maklumat commit to user No X oleh wakil presiden yang ditetapkan pada tanggal 16 Oktober 1945. Inti dari maklumat tersebut, presiden bersama-sama dengan komite nasional menjalankan kekuasaan legislatif dan berhak ikut serta dalam menetapkan garis-garis besar daripada haluan negara. Pada 2 September 1945, presiden membentuk kabinet pertama berdasarkan usul Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Kabinet ini tercatat dalam sejarah sebagai kabinet presidensial pertama. Dalam susunan kabinet presidensial, presiden memegang kekuasaan eksekutif. Namun, fungsi presiden selaku pemegang kekuasaan eksekutif tersebut menjadi goyah ketika ada usul Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat BP-KNIP yang menghendaki adanya perubahan sistem pertanggungjawaban kepada parlemen. Usul tersebut diterima oleh pemerintah dengan keluarnya maklumat pemerintah pada 14 November 1945, yang berisikan perubahan sistem dari presidensial menjadi parlementer. Dengan dikeluarkannya maklumat tersebut, presiden tidak lagi berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 4 Ayat 1 UUD 1945, melainkan hanya berkedudukan sebagai kepala negara presiden konstitusional, hal ini berarti untuk kedua kalinya terjadi pengurangan kekuasaan presiden. Kekuasaan menjadi presiden menjadi besar kembali setelah mengambil alih kekuasaan eksekutif, pengambilalihan ini terjadi karena sehubungan dengan dinyatakannya negara dalam keadaan bahaya oleh Menteri Pertahanan Amir Syarifuddin dan penculikan Perdana Menteri Sutan Syahrir. Pada masa berlakunya konstitusi Republik Indonesia Serikat RIS tahun 1949 dan Undang-Undang Dasar Sementara 1950, sistem pemerintahan yang dianut adalah sistem parlementer, sehingga menempatkan presiden hanya sebagai kepala negara, hal ini berarti kekuasaan presiden berkurang kembali. Kemudian ketika Undang-Undang Dasar 1945 berlaku kembali, presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan berfungsi kembali sehingga memberikan peluang yang besar bagi presiden untuk menjalankan kekuasaannya. Kekuasaan presiden RI menurut UUD 1945 lebih besar daripada kekuasaan presiden Amerika Serikat. Sebagai contoh, presiden AS tidak mempunyai kekuasaan untuk membentuk commit to user undang-undang sebagaimana yang dimiliki oleh presiden RI, presiden AS hanya mempunyai kekuasaan untuk memveto suatu rancangan undang-undang. Pada perkembangan selanjutnya, UUD 1945 mengalami perubahan setelah lengsernya presiden Soeharto pada 21 Mei 1998 akibat protes yang bertubi-tubi dan terus menerus dari rakyat pada umumnya dan dari mahasiswa pada khususnya, ditengah merosotnya keadaan sosial dan ekonomi. Setelah Soeharto lengser dari kursi jabatan kepresidenan, atas desakan dari berbagai masyarakat, MPR untuk pertama kalinya dalam sejarah republik ini, melakukan perubahan terhadap UUD 1945 yang dilakukan dalam empat tahapan. Pada perubahan tahap pertama pada tahun 1999, tepatnya tanggal 19 Oktober 1999 telah terjadi perubahan dalam sembilan pasal di UUD 1945. Hal- hal subtantif yang mengalami perubahan adalah sebagai berikut: pertama, terjadi pembatasan masa jabatan presiden. Sebelum dilakukan perubahan, ada peluang bagi presiden dapat menjabat terus-menerus sebagaimana yang dilakukan oleh Soekarno dan Soeharto, karena bunyi pasal tentang masa jabatan presiden sangat terbuka untuk dilakukan interprestasi. Sesudah dilakukan perubahan tahap pertama, seorang Presiden Indonesia paling lama menjabat sebagai presiden selama 10 tahun. Kedua, pembatasan kekuasaan presiden dalam bidang legislasi. Dalam perubahan tahap pertama ditegaskan bahwa kekuasaan legislasi ada ditangan Dewan Perwakilan Rakyat DPR, sekalipun demikian presiden dapat mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Ketiga, adanya usaha untuk membangun meknisme cheks and balances. Dalam perubahan yang pertama ini, ada usaha untuk membangun mekanisme cheks and balances antara lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Pada tahun 2000, tepatnya tangal 18 Agustus 2000 terjadi perubahan tahap kedua, pada perubahan tahap kedua ini ada 25 pasal yang mengalami perubahan dengan enam materi pokok, yaitu: menyangkut pemerintahan daerah atau desentralisasi, wilayah negara, kedudukan warga negara dan penduduk, hak asasi manusia, pertahanan dan keamanan negara, dan menyangkut bendera, bahasa dan lambang negara, serta lagu kebangsaan. Dari sejumlah perubahan tersebut, ada dua hal yang mengalami perubahan paling mendasar, yaitu: pertama, commit to user pemerintahan daerah yang terdapat pada pasal 18, dalam pasal ini ada penegasan yang kuat melalui konstitusi bahwa negara Indonesia menjamin dilaksanakannya pemberian otonomi yang luas kepada daerah. Kedua, mengenai HAM yang diatur dalam pasal 28, pasal ini mengalami penambahan jika dilihat dari jumlah ayatnya dan sekaligus juga mengalami penegasan. Pada November 2001, tepatnya tanggal 9 November 2001 MPR melakukan perubahan UUD 1945 tahap ketiga, dalam perubahan tahap ketiga ini terjadi perubahan yang sangat mendasar terhadap UUD 1945 yaitu yang berkaitan dengan kedaulatan, perombakan parlemen, pemilihan presiden secara langsung, membentuk lembaga baru yang bernama Mahkamah Konstitusi MK dan mengatur prosedur perubahan UUD 1945. Pada Agustus 2002, tepatnya tanggal 10 Agustus 2002 MPR kembali melakukan perubahan tahap keempat. perubahan tersebut memfokuskan pada persoalan susunan MPR, cara pemilihan presiden, penyelesaian jika presiden mangkat, berhenti atau diberhentikan atau tidak bisa menjalankan kewajibannya, pemberian hak kepada presiden untuk membentuk suatu Dewan Pertimbangan Presiden, penghapusan Dewan Pertimbangan Agung, serta ketentuan mengenai independensi Bank Indonesia. Selain itu, pada perubahan tersebut juga menetapkan batas minimal untuk anggaran pendidikan sebesar 20 dari APBN, serta adanya ketentuan yang mengharamkan perubahan pada bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia. Perubahan UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945 adalah mengikuti sistem amandemen, sungguhpun secara material jumlah muatan materi lebih besar daripada naskah aslinya, akan tetapi dalam sistem amandemen yang utama adalah berlakunya konstitusi yang telah diubah itu tetap didasarkan pada saat berlakunya konstitusi asli Taufiqurrahman Syahuri.2004:157. Hasil dari perubahan tersebut kalau dicermati telah terjadi pengurangan kekuasaan presiden. Namun sebaliknya, kekuasaan legislatif DPR semakin besar dan kita bisa melihat perihal kekuasaan legislatif yang dimiliki presiden sebelum perubahan, pasal 5 ayat 1 UUD 1945, sebelum perubahan tegas menyatakan bahwa presiden mempunyai kekuasaan membentuk undang-undang dengan commit to user persetujuan DPR. Selanjutnya pasal 20 ayat 1 juga menegaskan bahwa DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang, sehingga berdasarkan perubahan tahap pertama dan kedua UUD 1945, kekuasaan membentuk undang- undang itu dialihkan dari Presiden kepada DPR. Selain itu, beberapa hak mutlak prerogatif presiden yang tercantum dalam UUD 1945 setelah perubahan telah terjadi sedikit pengurangan. Pengurangan tersebut bisa dilihat dari adanya pelibatan DPR, baik harus mendapatkan persetujuan DPR atau sekedar minta pertimbangan saja. Dari uraian diatas, jelas sekali terjadi pasang surut kekuasaan presiden yang terjadi di Indonesia, mulai zaman kemerdekaan sampai sekarang. Meskipun kekuasaan presiden Indonesia sekarang dinilai banyak kalangan kekuasaanya lebih kecil daripada sebelum perubahan UUD 1945 tahun 1999-2002, namun tidak menutup kemungkinan di lain waktu, akan dilakukan perubahan lagi yang menambah kekuasaan presiden, atau bahkan akan kembali kepada UUD 1945 sebelum perubahan, sebagaimana yang dituntut oleh banyak kalangan beberapa tahun terakhir ini. Untuk itu, perlu dikaji secara mendalam sebagaimana kekuasaan presiden sebelum dan sesudah perubahan, apakah memang telah terjadi pengurangan atau tidak. Jika dibandingkan dengan negara Amerika Serikat, apakah kekuasaan Presiden Indonesia lebih kecil atau masih lebih besar. Untuk itu, diperlukan kajian mendalam dengan cara membandingkan kekuasaan Presiden Indonesia dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat agar diperoleh pengetahuan yang mendalam. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul ”PERBANDINGAN KEKUASAAN PRESIDEN INDONESIA SETELAH PERUBAHAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN KEKUASAAN PRESIDEN AMERIKA SERIKAT”. B. Rumusan Masalah Bertitik tolak dari latar belakang di atas, maka masalah-masalah yang dapat diidentifikasi dan dirumuskan berkenaan dengan masalah pokok yang commit to user menyangkut perbandingan kekuasaan Presiden Republik Indonesia setelah perubahan UUD 1945 tahun 1999-2002 dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat adalah sebagai berikut: 1. Apa persamaan dan perbedaan kekuasaan Presiden Republik Indonesia setelah amandemen dengan Presiden Amerika Serikat? 2. Apa kelebihan dan kekurangan kekuasaan Presiden Republik Indonesia setelah amandemen dengan kekuasaan Presiden Amerika Serikat?

A. Tujuan Penelitian