sangatlah jarang. Keadaan ini lebih disebabkan oleh penyakit lain, seperti tumor Carr, 2000.
2.3 Patofiologi Apendisitis Akut
Hingga saat ini etiologi dari apendisitis akut masih belum jelas diketahui dengan pasti. Selama ini dipercaya bahwa obstruksi lumen apendiks merupakan
penyebab tersering, diikuti oleh infeksi bakteri sekunder pada dinding apendiks. Fekalit, hiperplasi limfoid, benda asing, parasit dan tumor merupakan penyebab
obstruksi pada apendisitis akut Prystowsky, 2005; Birnbaum dan Wilson, 2000. Pada penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Wangensteen dan
Dennis 1939 ditemukan obstruksi lumen yang pada akhirnya menjadi apendisitis akut. Dasar teori ini adalah obstruksi menyebabkan inflamasi, meningkatkan
tekanan intralumen dan pada akhirnya terjadi iskemia. Apendiks mempunyai lumen yang relatif lebih kecil apabila dihubungkan dengan panjangnya.
Konfigurasi ini merupakan predisposisi terbentuknya obstruksi “closed-loop” dan
berlanjut menjadi inflamasi. Obstruksi lumen yang terjadi pada bagian proksimal membuat tekanan intralumen di distal dari obstruksi meningkat. Kapasitas lumen
apendiks hanya 1 ml, dimana peningkatan volume intralumen sebesar 0,5 ml dapat meningkatkan tekanan intralumen sebesar 50-65 mmHg. Sekali tekanan
intralumen melebihi 85 mmHg, terjadilah trombosis pada vena yang menyebabkan kongesti pembuluh darah, drainase limfatik terganggu dan apendiks
membengkak. Pada saat pembuluh darah kongesti, mukosa apendiks menjadi hipoksik dan terjadi ulserasi. Hal ini menimbulkan kerusakan pada barrier
mukosa menyebabkan invasi bakteri intralumen ke dinding apendiks. Kebanyakan bakteri yang teridentifikasi merupakan bakteri gram negatif, yaitu Escherichia
coli 70, Bacteroides fragilis 70, Enterococcus 30 dan Pseudomonas
20. Secara umum, lebih dari 10 jenis bakteri dapat ditemukan. Perbandingan bakteri anaerobik dan aerobik adalah 3:1. Pada tahap awal apendisitis akut,
kerusakan mukosa yang terjadi oleh karena infeksi dan inflamasi merupakan karakteristik yang ditemukan pada pemeriksaan patologi. Proses inflamasi dapat
berlanjut pada serosa apendiks, melibatkan peritoneum parietalis sehingga menyebabkan nyeri yang spesifik pada perut kanan bawah. Jika proses ini
terlampaui, tekanan intralumen meningkat merangsang terjadinya infark vena, nekro
sis “full-thickness” dan akhirnya perforasi. Perforasi dapat berlanjut menjadi peritonitis atau berkembang membentuk abses. Waktu untuk terjadinya gangren
dan perforasi bervariasi. Waktu terjadinya nyeri abdomen pada apendiks gangrenosa adalah 46,2 jam dan pada perforasi adalah 70,9 jam Prystowsky,
2005; Petroianu, 2012. Fekalit yang diduga sebagai penyebab obstruksi pada apendisitis akut
seringkali tidak ditemukan pada saat operasi Carr, 2000. Pada penelitian dalam skala kecil yang dilakukan oleh Horton 1977, dilaporkan fekalit hanya
ditemukan sebanyak 9 sedangkan 25 lumen berisi kosong. Sisa kasus lainnya lumen berisi feses yang lembek dan material purulen. Penelitian tersebut diperkuat
oleh Arnbjörnsson dan Bengmark 1984 yang mengukur tekanan intralumen pada 33 pasien yang menjalani apendisektomi. Mereka melaporkan tekanan intralumen
yang tidak meningkat pada sebagian besar kasus, terutama pada apendisitis
phlegmonosa. Obstruksi apendiks dengan peningkatan tekanan intralumen timbul oleh karena proses inflamasi dan berhubungan dengan apendisitis gangrenosa.
Sisson, dkk. 1971 melaporkan ulserasi yang terbentuk pada mukosa superfisial terjadi lebih awal daripada dilatasi apendiks. Infeksi virus disinyalir
memiliki peran penting terbentuknya ulserasi tersebut. Hal ini diikuti oleh invasi bakteri sekunder yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya apendisitis akut.
Apendisitis akut lebih sering dijumpai di negara maju dibanding negara berkembang. Kebiasaan dalam mengkonsumsi makanan rendah serat dan
pengaruh konstipasi berperan dalam timbulnya penyakit apendisitis. Feses yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi. Kemudian konstipasi akan
menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon
biasa. Sayuran hijau dan tomat memegang peran sebagai pelindung mukosa apendiks dari invasi bakteri Prystowsky, 2005.
2.4 Klasifikasi Apendisitis Akut