Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
34
kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan treatment yaitu berupa penggunaan model pembelajaran Learning Cycle 5E dan terakhir diberi tes akhir posttes
dengan menggunakan instrumen yang sama seperti pada tes awal pretes. Instrumen yang digunakan sebagai pretes dan post-tes dalam penelitian ini
merupakan instrumen untuk mengukur hasil belajar yang telah diuji cobakan terlebih dahulu. Cara mengetahui peningkatan hasil belajar setelah penggunaan
model pembelajaran Learning Cycle 5E, hasil pretes dan postes kelompok eksperimen pada tiap seri diolah dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono 2009: 117 “populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyeksubyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari.” Bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi disebut sampel.
Penelitian ini yang dijadikan populasi adalah seluruh siswa kelas XI TKR di SMK Negeri 8 di Kota Bandung tahun ajaran 20122013 yang tersebar dalam
tujuh kelas.
2. Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sampel yang digunakan untuk menentukan sampel penelitian ini adalah purposive sample, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu Sugiyono, 2009:124. Sesuai dengan rekomendasi koordinator guru produktif dan guru bidang studi Teknik Kendaraan Ringan, di
sekolah yang bersangkutan, serta kelas yang belum menerima materi Standar Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian, maka sampel penelitian yang
digunakan adalah kelas XI TKR 6 di SMK Negeri 8 di Kota Bandung dengan jumlah siswa sebanyak 34 orang.
C. Difinisi Oprasional
1. Model pembelajaran Learning Cycle 5E adalah model pembelajaran yang
berlandaskan teori kontruktivisme, dimana siswa berperan aktif dalam mencari pengetahuannya sendiri student center. Model pembelajaran
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
35
Learning Cycle 5E terdiri dari 5 fase, yaitu: Engage, Explore, Explain, Elaborate dan Evaluate.
2. Hasil belajar merupakan penilaian setelah dilakukan proses pembelajaran,
hasil belajar siswa dapat diukur melalui ranah kognitif, afektif dan psikomotor, namun pada penelitian ini, aspek yang akan di bahas yaitu pada
ranah kognitif saja. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah tes hasil belajar berupa tes tertulis.
D. Variabel dan Paradigma Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel pada penelitian ini terdiri dari dua jenis, yaitu independen bebas dan dependen terikat. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab
timbulnya atau berubahnya variabel dependent variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya
variabel bebas Sugiyono. 2004:3. Variabel pada penelitian ini adalah: a.
Variabel independent bebas: model pembelajaran learning cycle 5E pada Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.
b. Variabel dependent terikat: hasil belajar siswa pada Kompetensi
Memperbaiki Sistem Pengapian.
Hubungan antara dua variabel yang dimaksud yang diperhatikan oleh Gambar 3.1 berikut:
Gambar 3.1: Hubungan Antara Dua Variabel Gambar 3.1 di atas merupakan hubungan antara dua variabel, yaitu penerapan
model pembelajaran learning cycle 5E X dan hasil belajar siswa Y. Hubungan ini menjelaskan bahwa penerapan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru
Y Hasil Belajar Siswa
X Model Pembelajaran LC
5E
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
36
berkaitan erat dengan hasil belajar siswa dalam Standar Kompetensi Memperbaiki Sistem Pengapian.
2. Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian dibuat untuk memudahkan dalam mencapai tujuan penelitian yang telah diterapkan. Paradigma penelitian menurut Sugiyono
2009:66 adalah sebagai berikut: Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan
hubungan antara variabel yang akan diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori yang
digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis, dan teknik analisis statistik yang akan digunakan.
Sejalan dengan pendapat di atas, maka penulis menggambarkan paradigma penelitian seperti pada Gambar 3.2.
Paradigma penelitian ditunjukan oleh Gambar 3.2 di bawah ini:
Keterangan: : Wilayah Penelitian
Gambar 3.2: Paradigma Penelitian.
E. Prosedur Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Berikut akan dijelaskan perincian langkah
pada setiap tahap: Siswa SMK
Teknik Kendaraan
Ringan TKR
Model Pembelajaran
Learning Cycle 5E:
- Engage
- Explain
- Explore
- Elaborate
- Evaluate
Hasil Belajar Siswa:
Nilai-nilai pada Standar
Kompetensi Memperbaiki
Sistem Pengapian
Temuan
Kesimpulan dan Saran
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
37
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi: a.
Kajian pustaka, yaitu mengkaji sumber-sumber yang berkaitan dengan hasil belajar dan model pembelajaran Learning Cycle 5E.
b. Telaah kurikulum TKR SMK dan penentuan materi pembelajaran yang
dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kompetensi dasar yang hendak dicapai agar pembelajaran yang
diterapkan dapat memperoleh hasil akhir sesuai dengan kompetensi dasar yang dijabarkan dalam kurikulum.
c. Membuat instrument penelitian.
d. Melakukan uji coba dan analisis instrument penelitian.
e. Membuat surat pengantar dari jurusan.
f. Menghubungi pihak sekolah yang hendak dijadikan tempat penelitian untuk
meminta izin dan menentukan tanggal pelaksanaan penelitian. g.
Menghubungi guru produktif yang bersangkutan untuk menentukan sampel dan tanggal pelaksanaan penelitian.
h. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen penelitian.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan ialah menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 5E dalam pembelajaran sebanyak tiga seri
pembelajaran, setiap seri pembelajaran meliputi: a.
Memberikan tes awal pretes untuk mengukur hasil belajar siswa sebelum diberi perlakuan treatment.
b. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran
Learning Cycle 5E dalam pembelajaran pada kelas eksperimen. c.
Pada saat pelaksanaan pembelajaran, dilakukan observasi keterlaksanaan model pembelajaran Learning Cycle 5E yang dilakukan oleh observer.
d. Memberikan
tes akhir postes untuk mengukur hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan.
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
38
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir meliputi: a.
Mengolah dan menganalisis data hasil pretes dan postes serta instrumen lainnya.
b. Membahas hasil penelitian.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan
data. Alur Tahapan Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.3 berikut:
Gambar 3.3 : Alur Tahapan Penelitian
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
39
F. Teknik Analisis Uji Coba Instrumen
Sugiyono 2009: 148 mengatakan bahwa: “instrumen penelitian adalah
suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati
”. semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian terlebih dahulu di uji
coba, agar data yang diperoleh merupakan data yang benar. Hasil uji coba instrumen kemudian di analisis kelayakannya dari segi validitas, realibilitas,
tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Berikut merupakan uraian teknik analisis hasil uji coba instrumen:
1. Validitas Butir Soal
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketetapan suatu tes. Tes yang valid absah =sah adalah tes yang mengukur apa yang hendak diukur. Validitas
tes menunjukkan tingkat ketepatan tes dalam mengukur sasaran yang hendak diukur. Cara mengetahui validitas butir soal digunakan rumus korelasi
Pearson’s Product moment sebagai berikut:
2 2
2 2
Y Y
N X
X N
Y X
XY N
r
XY
.........3.1
Arikunto, S, 2008 : 72
Keterangan: r
XY
= koefisien korelasi skor butir soal dengan skor total. X = skor siswa pada butir yang diuji validitasnya
Y = skor total yang diperoleh siswa N = Jumlah siswa.
Menurut Arikunto. S 2008:75, interpretasi mengenai besarnyan koefisien korelasi dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut:
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
40
Tabel 3.2 Klasifikasi Validitas Butir Soal
Nilai r
XY
Interpretasi
0,800 – 1,000
Sangat tinggi 0,600
– 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600
Cukup 0,200
– 0,400 Rendah
0,000 – 0,200
Sangat rendah Arikunto. S, 2008 :75
2. Reliabilitas Butir Tes
Reabilitas tes menurut Arikunto. S 2008 : 86 “Realibilitas tes berhubungan
dengan masalah ketetapan tes, atau seandainya hasilnya berubah-ubah perubahan yang terjadi sangat kecil dan
dapat diartikan tidak berarti”. Pada penelitian ini, dalam teknik perhitungan realibilitas butir soal
digunakan metode belah dua split-half method atau sering juga disebut single- test-single-trial method. Saat menggunakan metode ini pengetes hanya
menggunakan sebuah tes dan dicobakan satu kali. Ketika penyekoran perangkat test dibelah dua yang bernomor ganjil dan
yang bernomor genap, kemudian dihitung kolerasinya dengan persamaan sebagai berikut:
Arikunto. S, 2008: 93
Keterangan: r
11
= Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan r
1212
= Korelasi antara skor-skor tiap belahan tes.
Menurut Arikunto. S 2008:75 interpretasi nilai koefisien korelasi ditunjukkan oleh Tabel 3.3 di bawah ini:
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
41
Tabel 3.3 Kriteria Reliabilitas Instrumen Tes
Nilai r
XY
Interpretasi
0,800 – 1,000
Sangat tinggi 0,600
– 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600
Cukup 0,200
– 0,400 Rendah
0,000 – 0,200
Sangat rendah Arikunto. S, 2008 :75
3. Tingkat Kesukaran Soal
Menurut Arikunto. S 2008:207, soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang
siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat
untuk mencoba lagi karena di luar jangkauannya. Menghitung tingkat kesukaran soal digunakan persamaan sebagai berikut:
100 x
I I
S S
TK
B A
B A
...............3.3 Karnoto, 1996 :16
Keterangan: TK
= indeks tingkat kesukaran tes dalam bentuk uraian S
A
= jumlah skor kelompok atas S
B
= jumlah skor kelompok bawah I
A
= Jumlah skor ideal kelompok atas I
B
= jumlah skor ideal kelompok bawah Menurut Karnoto 1996:16 Interpretasi tingkat kesukaran ditunjukkan pada
Tabel 3.4 di bawah ini:
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
42
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Nilai TK
Interpretasi
– 15 Sangat sukar
16 – 30
Sukar 31
– 70 Sedang
71 – 85
Mudah 86
– 100 Sangat mudah
Karnoto, 1996 : 16
4. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal menurut Arikunto. S 2008 :211 adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi
dengan siswa yang bodoh berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi, disingkat D. Untuk menghitung daya pembeda soal digunakan persamaan:
100 x
I S
S DP
A B
A
…….3.4
Karnoto, 1996 : 15 Keterangan:
DP = indeks daya pembeda butir soal tertentu S
A
= jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah S
B
= jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah I
A
= jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah pada butir soal yang sedang diolah
Menurut Karnoto 1996: 15 interpretasi daya pembeda ditunjukkan pada Tabel 3.5 di bawah ini:
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
43
Tabel 3.5 Interpretasi Daya Pembeda Instrumen Tes
Nilai DP Interpretasi
Negatif – 10
Sangat buruk 10
– 19 Buruk
20 – 29
Cukup 30
– 49 Baik
50 keatas Sangat baik
Karnoto, 1996 :15
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan tes.
Tes digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa. Instrumen tes yang digunakan berbentuk tes Pilihan Ganda dalam bentuk pre-test dan pos-
test soal pre-test sama dengan soal post-test. Langkah-langkah yang ditempuh dalam pembuatan soal adalah:
1 Membuat kisi-kisi soal.
2 Membuat soal tes hasil belajar siswa berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.
3 Malakukan uji coba soal di sekolah.
4 Melakukan analisis soal yang meliputi uji validitas, uji realibilitas,
menghitung tingkat kesukaran dan menghitung daya pembeda soal.
H. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data hasil tes Pre-test dan Post-test. Adapun teknik pengolahan data-data tersebut langkah-langkah yang
dilakukan adalah: a.
Pemberian Skor Memberi skor pada lembar jawaban siswa dengan berpatokan pada rubrik
penilaian yang telah dibuat. Kemudian menentukan skor maksimal ideal SMI. b.
Gain Dinormalisasi
Perhitungan dan pengklasifikasian gain yang dinormalisasi akan digunakan persamaan Hake, 1998 sebagai berikut:
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
44
100
f i
maks i
S S
G g
G S
...............3.8
Hake, 1998: 65 Keterangan :
g = rata-rata gain yang dinormalisasi G = rata-rata gain aktual
G
maks
= gain maksimum yang mungkin terjadi S
f
= rata-rata skor tes akhir S
i
= rata-rata skor tes awal Menurut Hake 1998:65 Nilai
g yang diperoleh diinterpretasikan dengan klasifikasi pada Tabel 3.7 di bawah ini:
Tabel 3.7 Interpretasi Nilai Gain dinormalisasi
Nilai g
Interpretasi
0,7 ≤ g Tinggif
0,3 ≤ g 0,7 Sedang
g 0,3 Rendah
Hake, 1998 :65 c.
Ketuntasan Belajar Ketuntasan belajar menyatakan tuntasnya pembelajaran siswa pada setiap
akhir materi tertentu atau pada akhir semester. Ketuntasan belajar tiap sekolah berbeda, untuk SMKN 8 Bandung Ketuntasan belajanya 75 dan Kriteria
Ketuntasan Minimal KKM untuk kompetensi memperbaiki sistem pengapian adalah 7 dalam sekala 10. Artinya minimal siswa mendapatkan nilai 7 dan
minimal 75 siswa mendapatkan nilai 7 atau lebih. Ketuntasan belajar ini dihitung sebagai berikut:
KTSP SMKN 8 Bandung, 2012
Syaeful Munawar,2013 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
SISWA SMK PADA MATA PELAJARAN PRODULTIF Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
45
H. Teknik Analisis Data