Keaslian Penelitian Pengawasan Lingkungan Hidup

pengembangan ilmu pengetahuan bagi bidang ilmu hukum secara umum dan hukum lingkungan secara khusus. 2. Secara praktis a. Sebagai pedoman dan masukan bagi pemerintah dalam hal ini Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah PPLHD dan aparat penegak hukum dalam upaya penegakan hukum lingkungan di Sumatera Utara. b. Sebagai bahan kajian bagi akademisi untuk menambah wawasan ilmu hukum terutama dalam bidang hukum lingkungan, khususnya mengenai Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah PPLHD di Sumatera Utara.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Dalam Rangka Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup di Daerah Sumatera Utara” belum pernah dilakukan dalam topik dan permasalahan yang sama. Jadi penelitian ini dapat disebut asli dan sesuai dengan azas-azas keilmuan yang jujur, rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini merupakan implikasi etis dari proses menemukan kebenaran ilmiah. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah. Universitas Sumatera Utara

F. Kerangka Teori dan Konsep 1. Kerangka Teori

Menentukan suatu teori dalam penelitian adalah penting, sedemikian pentingnya sehingga menurut David Madsen sebagaimana dikutip oleh Lintong O. Siahaan mengatakan “The basic purposes of scientific research is theory he adds that a good theory properly seen present a systematic view of phenomene by specifiying realitations among cariables, with the purposes of exploring and prediction the phenomenona” 15 Penelitian hukum dalam rangka penulisan tesis ini dimulai dari pembahasan tentang pengawasan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Indonesia dan Sumatera Utara pada khususnya. Pengawasan dimaksud dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah KabupatenKota. Pengertian tentang pengawasan menurut definisi penekanannya sama. Beberapa definisi yang diberikan terhadap pengawasan antara lain dari George R. Tery yang mengemukakan bahwa pengawasan adalah: “determinasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan” Selanjutnya, Terry dalam Sujamto, menyatakan: “Pengawasan adalah untuk menentukan apa yang telah dicapai, mengadakan evaluasi atasannya, dan mengambil tindakan-tidakan korektif bila diperlukan untuk menjamin agar hasilnya sesuai dengan rencana” 15 Siahaan, Lintong O. Prospek PTUN sebagaimana Penyelesaian Sengketa Administrasi Indonesia, Cetakan pertama , Perum Percetakan Negara RI 2000, Jakarta, hal. 5. Universitas Sumatera Utara Seorang pakar lain yaitu Dale dalam Winardi menyatakan bahwa: “pengawasan tidak hanya melihat sesuatu dengan seksama dan melaporkan hasil kegiatan mengawasi, tetapi juga mengandung arti memperbaiki dan meluruskannya sehingga mencapai tujuan yang sesuai dengan apa yang direncanakan” Dari pendapat tentang pengawasan di atas diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan–tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan. Berkaitan dengan penulisan tesis tentang judul dimaksud, pengawasan lingkungan hidup juga berlandaskan kepada definisi diatas dengan objeknya lingkungan hidup yang dalam hal ini diperankan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup.

2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep ini akan dijelaskan hal-hal yang berkenaan dengan konsep yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan tesis ini. Konsep adalah suatu bagian yang terpenting dalam perumusan suatu teori. Peranan konsep pada dasarnya dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia teori dan observasi, antara abstraksi generalisasi dan realitas. Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dalam hal-hal yang khusus yang disebut dengan defenisi operasional. Pentingnya defenisi operasional adalah untuk menghindarkan perbedaan Universitas Sumatera Utara pengertian antara penafsiran mendua debius dari suatu istilah yang dipakai. Selain itu dipergunakan juga untuk memberikan pegangan pada proses penelitian disertasi ini. Pasal 3 huruf g Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlidungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bertujuan untuk menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai bagian dari hak asasi manusia. Artinya bahwa orang perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum berhak untuk menikmati lingkungan hidup yang tertata apik asri dan memenuhi syarat-syarat kesehatan, sehingga terwujud lingkungan yang harmoni dimana manusia Indonesia dapat berkembang dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan yang dinamis. Secara tidak langsung, pemerintah mempunyai kewajiban untuk mewujudkan suatu lingkungan yang baik dan sehat tersebut. Dengan adanya hak asasi sosial atau hak subjektif ini, maka setiap warga negara berhak menuntut negara untuk mewujudkan suatu lingkungan yang baik dan sehat. Heinhard Steiger dengan tulisan “The Fundamental Right to a Decent Environment ” dalam “Trends in Environmental Policy and Law” menyatakan bahwa “apa yang dinamakan hak-hak subjektif subjective right adalah bentuk yang paling luas dari perlindungan seseorang”. 16 16 Rachmadi Usman. Pembaharuan Hukum Lingkungan Nasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 75. Universitas Sumatera Utara Dengan hak-hak subjektif tersebut akan diberikan kepada yang mempunyainya suatu tuntutan yang sah guna meminta kepentingannya akan suatu lingkungan hidup yang baik dan sehat itu dihormati, suatu tuntutan yang dapat didukung oleh prosedur hukum, dengan perlindungan hukum oleh pengadilan dan perangkat-perangkat lainnya. Tuntutan tersebut mempunyai 2 dua fungsi yang berbeda, yaitu fungsi pertama, adalah yang dikaitkan pada hak membela diri terhadap gangguan dari luar yang menimbulkan kerugian pada lingkungannya, sedangkan fungsi yang kedua dikaitkan pada hak menuntut dilakukannya sesuatu tindakan agar lingkungannya dapat dilestarikan, dipulihkan atau diperbaiki. Penegakan peraturan perundang-undangan perlu sekali bagi perlindungan hukum lingkungan hidup seseorang. Perlindungan ini biasanya dilaksanakan melalui proses peradilan. Akan tetapi, adapula kemungkinan-kemungkinan lain guna penegakan hukum lingkungan, sepeti misalnya hak untuk berperan serta dalam prosedur administratif atau untuk mengajukan permohonan banding kepada lembaga- lembaga administratif yang lebih tinggi. Apabila hak atas lingkungan yang baik dan sehat dihubungkan dengan kewajiban memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, berarti lingkungan hidup beserta dengan sumber daya yang terdapat di dalamnya merupakan milik bersama dan dengan sendirinya tidak hanya melindungi kepentingan individual, kelompok orang atau badan hukum saja, tetapi juga melindungi kepentingan bersama secara menyeluruh dari orang yang mendiami lingkungan hidup tersebut. Karena itu, masyarakat atau individu dapat mengajukan gugatan ganti kerugian danatau tuntutan Universitas Sumatera Utara melakukan tindakan tertentu terhadap individu, kelompok orang atau badan hukum yang telah melakukan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, yang membawa akibat pada terganggunya kelestarian fungsi lingkungan hidup yang baik dan sehat tersebut. Guna mencegah terjadi permasalahan dalam pengelolaan lingkungan hidup diperlukan sebuah pengawasan yang eligible memenuhi syarat dan dilengkapi dengan perangkat-perangkat hukum sebagai dasar pengawasan itu sendiri. Secara terminologi menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 7 Tahun 2001 bahwa pengawasan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh PPLH dan PPLHD untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan hidup. Ironisnya, meskipun konstitusi dan Undang-Undang berikut peraturan perundang-undangan lainnya telah mengamanatkan bahwa pemerintah mempunyai kewenangan untuk melakukan pengawasan terhadap kegiatan danatau usaha, namun dalam kenyataannya pengawasan dimaksud belum dapat berjalan dengan optimal. Masih banyak kendala yang dihadapi oleh pemerintah yang dalam hal ini dijalankan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup PPLH dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah PPLHD untuk melakukan pengawasan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup khususnya di Sumatera Utara. Kendala itu muncul baik dari lingkup internal maupun eksternal institusi Badan Universitas Sumatera Utara Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara. Oleh karenya, dalam tesis ini, penulis akan menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pengawasan dan kendalanya berikut solusi penyelesaian kendala tersebut.

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Sesuai dengan rumusan penelitian maka penelitian ini dilakukan dengan yuridis normatif dengan pertimbangan bahwa titik tolak penelitian analisis terhadap peraturan perundang-undangan yang menggambarkan prinsip-prinsip hukum dalam pengawasan lingkungan hidup di daerah Sumatera Utara yang diaplikasikan oleh aparatur pemerintahan yang disebut dengan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah.

2. Sumber Data

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan sehingga data yang dikumpulkan pada dasarnya merupakan data sekunder. teknik pengumpulan data dilakukan melalui penelaahan kepustakaan berupa peraturan perundang – undangan yang berhubungan dengan masalah yang dikaji. Dilakukan pula penelaahan terhadap bahan – bahan hukum lainnya, seperti karya ilmiah dan kamus yang membantu dalam menganalisis dan memahami kajian masalah peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Teknik pengumpulan data dilakukan melalui data kepustakaan dan sebagai pendukung digunakan data lapangan yang pengumpulan datanya melalui wawancara 17 .

3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Dalam menjelaskan prosedur pengambilan dan pengumpulan data ini, sangat berkaitan dengan cara untuk memperoleh data yang relefan dengan permasalahan yang akan diteliti dalam disertasi ini. Untuk memperoleh data yang relepan dengan permasalahan yang akan diteliti, dilaksanakan dua tahap penelitian: 1. Kepustakaan dan Dokumen Sumber data kepustakaan dan dokumen diperoleh dari : a. Bahan hukum primer, terdiri dari : 1. Norma atau kaedah dasar; 2. Peraturan Dasar; 3. Peraturan perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Perda ataupun Pergub. b. Bahan hukum sekunder, seperti: hasil-hasil penelitian, artikel, hasil-hasil seminar atau pertemuan ilmiah lainnya dari kalangan pakar hukum. 17 Wawancara merupakan alat pengumpulan data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara yaitu pewawancara interviewer, responder, pedoman wawancara yang digunakan pewawancara dan situasi wawancara. Sedangkan pedoman yang digunakan pewawancara menguraikan masalah penelitian yang biasanya dituangkan dalam bentuk daftar pertanyaan. Isi pertanyaan yang peka dan tidak menghambat jalannya wawancara. Herman Tarsito, Pengantar Metodologi Penelitian. Buku Pedoman Mahasiswa, Jakarta: Gramedia, 1917, hal. 171 Universitas Sumatera Utara c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder, serta bahan-bahan primer, sekunder tersier penunjang di luar bidang hukum, misalnya yang berasal dari: Sosiologi, Ekologi, Teknik, Filsafat, dan lainnya yang dipergunakan untuk melengkapi atau menunjang data penelitian. Surat kabar, majalah mingguan juga menjadi sumber bahan bagi penulisan tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan pengaturan penegakan hukum lingkungan. 2. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan yang dilaksanakan merupakan upaya memperoleh bahan- bahan langsung berupa dokumentasi dari instansi pemerintah yang berwenang dan terkait dengan penegakan hukum lingkungan. Hal ini dilakukan oleh karena kemungkinan besar tidak semua bahan-bahan yang diperlukan dapat diperoleh atau tersedia di perpustakaan, dalam hal ini dilakukan wawancara dengan aparatur pengelola lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.

4. Analisis Data

Analisis data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian dalam rangka memberikan jawaban terhadap masalah yang diteliti, sebelum analisis data dilakukan, terlebih dahulu diadakan pengumpulan data, kemudian dianalisis secara kualitatif dan ditafsirkan secara logis dan sistematis, kerangka berpikir deduktif dan induktif akan membantu penelitian ini khususnya dalam taraf Universitas Sumatera Utara konsistensi, serta konseptual dengan prosedur dan tata cara sebagaimana yang telah ditetapkan oleh asas-asas hukum yang berlaku umum dalam perundang-undangan. Kegiatan analisis dimulai dengan melakukan pemeriksaan terhadap data yang terkumpul melalui wawancara Dept Interview secara langsung dan terarah, inventarisasi karya ilmiah, peraturan perundang-undangan, jurnal, bulletin, majalah, surat kabar dan artikel yang berkaitan dengan judul penelitian untuk mendukung studi kepustakaan. Kemudian baik data primer maupun data sekunder dilakukan analisa penelitian. Dengan analisa kualitatif juga dilakukan interpretasi. Berdasarkan metode interpretasi ini diharapkan dapat menjawab permasalahan hukum yang ada dalam tesis ini. Penelitian hukum normatif yang dilakukan disini mengutamakan penelitian tentang peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di daerah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB II PERANAN PEJABAT PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DI SUMATERA UTARA

A. Pengawasan Lingkungan Hidup

Menurut Mockler pengawasan dalam konteks manajemen pada dasarnya merupakan upaya yang sistematis untuk menentukan standar kinerja performance standards, merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi aktual dengan standar yang ditentukan, menentukan apakah terdapat penyimpangan dan mengukur besarnya, serta mengambil tindakan yang diperlukan untuk menjamin bahwa seluruh sumberdaya organisasi digunakan dengan cara yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi. Dari pemahaman atas definisi tersebut terlihat secara jelas tujuan dari pengawasan dan hakekat pengawasan sebagai sebuah proses yang terdiri atas tahapan kegiatan yang saling terkait. Dikaitkan dengan otonomi daerah, pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup telah ditetapkan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup PPLH dan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah PPLHD yang berwenang melakukan pengawasan penaatan penanggung jawab Universitas Sumatera Utara usaha danatau kegiatan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan Hidup. Pengawasan lingkungan hidup yang selanjutnya disebut pengawasan adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup danatau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah untuk mengetahui, memastikan, dan menetapkan tingkat ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam izin lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Pengawasan lingkungan hidup merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung oleh Pegawai Negeri yang mendapat surat tugas untuk melakukan pengawasan lingkungan hidup atau Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup PPLH di pusat atau daerah. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memeriksa dan mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab kegiatan danatau usaha terhadap ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup termasuk di dalamnya pengawasan terhadap ketaatan yang diatur dalam perizinan maupun dalam dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL atau Upaya Pengelolaan Lingkungan UKL dan Upaya Pemantauan Lingkungan UPL 18 Sebenarnya peranan Petugas PPLHPPLHD tidak terbatas pada kegiatan pengawasan saja, namun dituntut untuk lebih dari itu, antara lain memberikan 18 Hamrat Hamid dan Bambang Pramudyanto. Pengawasan Industri Dalam Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Edisi I, Granit, Jakarta, 2007, hal. 21-22 Universitas Sumatera Utara kesaksian di dalam proses peradilan lingkungan atau memberikan masukan kepada atasan dalam menentukan kebijakan di bidang penegakan hukum lingkungan dan sebagainya. Dengan demikian, sebagai PPLHPPLHD dituntut untuk selalu belajar dan mengembangkan diri dalam melakukan pengawasan, khususnya pengawasan dalam rangka penegakan hukum lingkungan. Hal penting yang perlu diperhatikan oleh para PPLHPPLHD adalah menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran dan tidak melakukan Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. Kesempatan tersebut sangat mungkin terjadi karena wewenang dan peranan yang cukup luas menjadikan kedudukannya sangat strategis dan sangat penting dalam proses penegakan hukum lingkungan. Tipe Pengawasan 19 Tipe pengawasan berkaitan erat dengan tujuan pelaksanaan pengawasan tersebut. Terdapat 2 dua tipe pengawasan terhadap suatu kegiatan danatau usaha, yaitu pengawasan yang bersifat rutin dan pengawasan mendadak atau sering dikenal dengan Sidak. Pengawasan rutin dilakukan secara kontinyu dengan interval waktu tertentu atau berkala misal: dilakukan setiap satu bulan sekali pada akhir bulan, sedangkan pengawasan yang bersifat mendadak incognito dilakukan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Pengawasan yang bersifat rutin dilakukan pada kondisi kegiatan danatau usaha yang sudah stabil, sedangkan Sidak dilakukan pada kegiatan danatau usaha yang sedang bermasalah ada kasus lingkungan. Sidak dapat 19 Ibid, hal. 29-30 Universitas Sumatera Utara dilakukan setiap saat tergantung kebutuhan, misalnya pada jam dini hari tanpa pemberitahuan terlebih dahulu kepada pihak penanggung jawab usaha atau kegiatan. Pengawasan juga dapat digolongkan menjadi 2 dua tipe yang lain, yaitu pengawasan oleh pihak penanggung jawab usaha danatau kegiatan sendiri self monitoring dan pengawasan yang dilakukan oleh pihak lain, misalnya oleh pemerintah atau Lembaga Sawadaya Masyarakat. Self monitoring bersifat rutin dan dilakukan untuk memenuhi persyaratan izin atau peraturan yang ada. Pengawasan jenis ini memerlukan kejujuran dari pihak penanggung jawab usaha danatau kegiatan. Pengawasan yang dilakukan pemerintah biasanya tidak dilakukan secara rutin atau berkala dan bersifat sesaat, karena terbatasnya dana dan tenaga. Tujuannya adalah sebagai cross check atas hasil pengawasan yang telah dilakukan oleh pihak penanggung jawab kegiatan danatau usaha. Dengan demikian, dapat diketahui kebenaran data self monitoring yang telah disampaikan kepada pemerintah. Pengawasan yang bersifat cross check ini lebih baik dilakukan secara mendadak tanpa memberi tahu pihak pengusaha atau penanggungjawab kegiatan. B. Peranan Pejabat Pengawas Sebagai Wakil Pemerintah, Pemberi Data dalam Penegakan Hukum, Penganalisis Penegakan Hukum, Pembina Teknis dan Ahli Teknis di Instansinya 20 Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup secara umum adalah melakukan inspeksi ketaatan, mengumpulkan dokumen dan memberikan kesaksian 20 Ibid, hal 34-38 Universitas Sumatera Utara terhadap bukti-bukti yang ditemukan. Peranan lain Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup diuraikan di bawah ini. 1. Sebagai Wakil Pemerintah Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang di beberapa negara disebut dengan inspektur lingkungan environment inspector adalah orang yang melakukan kegiatan inspeksi atau pemeriksaan lingkungan. Namun di beberapa negara seperti Kanada, inspektur ini juga dapat melakukan penyidikan dan memberikan sanksi administrasi secara langsung, misalnya memberikan peringatan atau perintah-perintah. Kualitas kerja Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup ini dapat menunjukkan kredibilitas instansi yang menugaskan PPLHPPLHD itu sendiri. Untuk menjadi PPLHPPLHD harus mempunyai kemampuan khusus dengan mengikuti beberapa macam kursus di bidang lingkungan hidup, antara lain kursus AMDAL, kursus pengambilan sampelsampling, kursus pengawasan lingkungan dan lain-lain Sebagai seseorang PPLH baik di pusat maupun di daerah harus dapat menunjukkan kemampuan teknis melakukan pengawasan, berdiplomasi dan tidak menunjukkan sikap ingin menguasai atau sombong apalagi selalu berkeinginan untuk berkolusi. Seseorang PPLH harus dapat mencari atau mengumpulkan informasi dan fakta lapangan yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau menjadi saksi dalam proses peradilan untuk menjelaskan data maupun fakta yang sebenarnya. Mengingat kewenangan PPLH ini diatur dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka pada hakekatnya PPLH merupakan wakil pemerintah pada saat melakukan inspeksi atau investigasi terhadap usaha danatau Universitas Sumatera Utara kegiatan. Sebagai wakil agent dari instansi pemerintah, PPLH harus dapat memelihara ketelitian, kode etik sumpah pegawai negeri dan jaminan kualitas hasil pengawasan. 2. Sebagai Pemberi Data Dalam Penegakan Hukum PPLH dapat memberikan data kepada para Penyidik baik PPNS Lingkungan atau pihak Kepolisian untuk menangani kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Data dan fakta yang dikumpulkan oleh PPLH juga dapat digunakan oleh atasan mereka dalam menerapkan sanksi administrasi, perdata maupun pidana, sehingga validitas data tersebut sangat penting. 3. Sebagai Saksi Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup baik di pusat maupun di daerah, apabila diminta, harus memberikan kesaksian dalam proses penegakan hukum lingkungan. Kesaksian yang diberikan harus apa adanya tidak boleh direkayasa. Pada proses peradilan sebelum memberikan kesaksian, mereka disumpah terlebih dahulu. Jadi dalam memberikan kesaksian ada tanggung jawab yang lebih besar, yaitu kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Allah SWT. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup harus berani memberikan kesaksian berdasarkan data dan fakta yang ada tanpa merasa takut atau mendapat tekanan dari pihak tertentu. 4. Sebagai Ahli Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup yang mempunyai keahlian khusus misalnya ahli masalah perminyakan, dapat memberikan keterangan ahli di bidang perminyakan pada proses penegakan hukum lingkungan untuk kasus lingkungan yang Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan industri perminyakan atau tambang minyak. Sebelum PPLH tersebut memberikan keterangan ahli di depan penyidik, sebaiknya dilakukan penyumpahan dahulu dengan menghadirkan rohaniawan, sehingga apabila yang bersangkutan berhalangan hadir dalam proses persidangan, maka proses peradilan sudah dianggap sah, mengingat tingkat kesibukan PPLH yang mempunyai keahlian tertentu tersebut sangat tinggi dan sulit mencocokkan waktunya dengan jadwal persidangan. PPLH yang mempunyai keahlian tertentu juga dapat memberikan keterangan ahli dalam proses penegakan hukum administrasi maupun penegakan hukum perdata dan pidana sesuai dengan keahlian dan permasalahannya. “Saksi Ahli” dalam sub judul diatas sengaja ditempatkan diantara tanda petik untuk menunjukkan bahwa sesungguhnya Hukum Acara Pidana KUHAP dan ketentuan Hukum Acara Pidana yang terdapat dalam berbagai undang-undang lainya, tidak mengenal istilah “saksi ahli “ Istilah saksi ahli menjadi sangat populer karana sering digunakan aparat penegak hukum dalam praktek penyidikan, penuntutan sampai kepada peradilan. Hukum Acara Pidana Indonesia hanya mengenal: saksi, keterangan saksi, ahli dan keterangan ahli. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan dan sasaran pemeriksaan yang berhubungan dengan diterimanya informasi, laporan atau pengaduan tentang terjadinya suatu pelanggaran atau kejahatan lingkungan hidup adalah untuk klarifikasi data dan fakta serta untuk mendapatkan alat-alat bukti yang dapat membuktikan siapa atau siapa-siapa pelaku pelanggaran atau kejahatan, Universitas Sumatera Utara bagaiman proses terjadinya, kapan dan dimana terjadinya, apa akibat pelanggaran atau kejahatan tersebut dan apa motif prilaku melakukan pelanggaran atau kejahatan lingkungna hidup tersebut. Alat-alat bukti yang diperoleh dari pengawasan atau pemeriksaan sangat diperlukan dan menentukan tindak lanjut penaatan dan penegakan hukum yang akan ditempuh oleh pemeriksaPPLH. Tindak lanjut penyelesaian perkara yang adil, arif dan bijaksana sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dapat berbentuk musyawarah negoisasi atau mediasi di luar pengadilan atau berbentuk litigasi melalui pengadilan perkara perdata dalam bentuk gugatan perdataganti kerugian atau melalui pengadilan perkara pidana dalam bentuk dakwaan dan tuntutan pidana oleh Jaksa Penuntut Umum. Demi kepentingan penyelesaian perkara yang adil, arif dan bijaksana berdasarkan hukum yang berlaku, diharapkan PPLHD dapat mengumpulkan alat bukti yang relevan dan kuat sebanyak mungkin. Menurut KUHAP Pasal 184, alat bukti yang sah ialah: a. keterangan saksi; b. keterangan ahli; c. surat; d. petunjuk dan e. keterangan terdakwa. Universitas Sumatera Utara Diantara lima macam alat bukti yang sah tersebut ada dua alat bukti yang sangat efektif dalam pemeriksaan atau peradilan perkara pelanggarankejahatan lingkungan hidup, yaitu: a. Apa yang dijelaskan oleh pemeriksaPPLH di depan sidang pengadilan dalam kedudukannya sebagai saksi yang dinamakan keterangan saksi; b. Pendapat yang dijelaskan oleh pemeriksaPPLH dan orang lain di depan sidang pengadilan dalam kedudukannya sebagai ahli yang dinamakan keterangan ahli. Menurut KUHAP, saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri. Keterangan saksi adalah satu alat bukti berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, lihat sendiri dan alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan pemeriksaan. Apakah seorang PPLH akan berperan sebagai saksi atau ahli, tergantung kepada permintaanpenentuan pihak-pihak yaitu penyidik atau penuntut umum dan tersangkaterdakwa. Lazimnya sudah dapat diketahui semenjak proses penyidikan yaitu apakah seorang PPLH diperiksa sebagai saksi atau sebagai ahli oleh penyidik. Apakah seorang PPLH diperiksa sebagai saksiahli sebaiknya dibicarakan antara penyidik dengan PPLH yang bersangkutan. Universitas Sumatera Utara Perbedaan prosedural berita acara pemeriksaan terhadap saksi dengan saksi ahli, pemeriksaan saksi tidak perlu disumpah terlebih dahulu, sedangkan pemeriksaan ahli, sebelum diperiksa, ahli tersebut harus mengucapkan sumpah terlebih dahulu, menyatakan bahwa semua keterangan yang akan diberikannya tersebut adalah benar menurut pengetahuaannya yang terbaik. Kembali diingatkan bahwa seorang saksi hanya dapat memberikan keterangan dibawah sumpah di depan sidang pengadilan tentang peristiwa yang ia dengar sendiri, yang ia lihat sendiri dan yang ia alami sendiri. Seorang saksi PPLH yang memberikan keterangan saksi tidak diperkenankan mengemukakan pendapat atau rekaaan dan juga tidak diperkenankan menerangkan suatu peristiwa yang ia dengar dari orang lain testimonium de auditu. Sedangkan tugas utama dari seorang ahli adalah justru memberikan pendapat berdasarkan keahlian yang dimilikinya, yang diperlukan membuat terangnya perkara. Tidak menjadi masalah apakah pendapat keahlian yang diterangkannya itu adalah mengenai peristiwa yang ia lihat sendiri, ia dengar sendiri atau ia alami sendiri. Ia dapat memberikan keterangan ahli mengacu semata-mata kepada teori atau referensi ilmiah yang dikuasainya. 5. Sebagai Penganalisis Penegakan Hukum Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup juga berfungsi sebagai penganalisis dalam proses penegakan hukum lingkungan, sehingga PPLHPPLHD perlu melakukan analisis permasalahan lingkungan dan memberikan masukan kepada pimpinan dalam menerapkan penegkan hukum lingkungan. Dalam proses persidangan maupun terhadap hasil putusan pengadilan, PPLH perlu melakukan Universitas Sumatera Utara kajian-kajian untuk mengambil hikmahnya dari proses pengadilan maupun putusan tersebut. Hal ini dapat dipergunakan untuk perbaikan proses penegakan hukum lingkungan dan pengambilan kebijakan di masa yang akan datang. 6. Sebagai Pembina Teknis Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dapat memposisikan sebagai pembina teknis sesuai dengan keahliannya dan pengalaman yang dimilikinya, baik pembina teknis dalam proses pengawasan di instansinya maupun di instansi lainnya. Hal penting yang perlu diperhatikan, PPLH sebaiknya tidak memberikan saran teknis penyempurnaan Instalasi Pengolahan Air Limbah atau membuat desain pengolahan air limbah bagi pabrik yang sedang dalam pengawasannya, walaupun secara teknis dia mampu dalam bidang ini. Hal ini dikarenakan akan terjadi konflik kepentingan dan dapat menjadi bumerang bagi PPLH yang bersangkutan. PPLH yang berfungsi sebagai konsultan pengolahan air limbah atau konsultan AMDAL akan membuka peluang terjadinya Kolusi, Korupsi dan Nepotisme. 7. Sebagai Ahli Teknis di Instansinya Selain hal-hal tersebut di atas, PPLHPPLHD yang memiliki keahlian teknis dapat memberikan masukan kepada pimpinan instansinya. Sebagai contoh adalah, apabila PPLH tersebut ahli di bidang teknologi pengolahan pulp dan kertas, maka dapat diminta masukannya pada saat instansi yang bersangkutan akan mengeluarkan Baku Mutu Air Limbah untuk pabrik pulp dan kertas Universitas Sumatera Utara

C. Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara dan Peranannya