23 Pem. Siantar 1
24 Karo 2
25 Tj. Balai 1
26 Sibolga -
T o t a l 42
Sumber: BLH Prov.SU, 2007 Adapun kriteria pemilihan perusahaan yang dilakukan pengawasan oleh BLH
Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut: a. Berdampak penting dan besar terhadap lingkungan;
1. skala besar dalam kapasitas produksi dan jumlah limbah b. Berpotensi merusak dan mencemari lingkungan;
c. Perusahaan yang memiliki : 1. Dokumen Lingkungan
2. Izin HO; d. Contoh: industri, perumahan, hotel, rumah sakit, pertambangan, perkebunan, dan
lain-lain.
2. Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara
Bertitik tolak dari dan dalam kerangka penaatan dan penegakan hukum lingkungan sebagai alasan untuk penjatuhan sanksi dalam kasus lingkungan, maka
diharapkan temuan pelanggaran atau pencemaran lingkungan tersebut terjadi pada
Universitas Sumatera Utara
waktu dilakukannya inspeksi atau pemantauan dan pengawasan terhadap lingkungan compliance inspections atau inspeksi rutin.
Pengawasan merupakan langkah pereventif dalam rangka penegakan hukum administrasi handhaving van het bestuursrecht merupakan bagian dari bestuuren.
Menurut P. De Haan “penegakan hukum administrasi seringkali diartikan sebagai penerapan sanksi administrasi. Sanksi merupakan penerapan alat kekuasaan sebagai
reaksi sebagai pelanggaran norma hukum administrasi. Ciri khas penegakan hukum administrasi adalah paksaan dwang”.
21
Sedangkan J.B.J.M ten Berge menyatakan bahwa “instrumen penegakan hukum administrasi meliputi dua hal yaitu pengawasan
dan penegakan sanksi. Pengawasan merupakan langkah preventif untuk melaksanakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif
untuk memaksakan kepatuhan”.
22
Berdasarkan Pasal 71 ayat 1 UUPPLH yang melakukan pengawasan adalah Menteri, Gubernur, atau BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya wajib
melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian, berturut-turut pada pasal 71 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup ayat 2 dan 3 menyatakan pengendalian dampak lingkungan hidup
21
Haan, P. De., et.al, Bestuursrecht in Sociale Rechtstaat, deel 2 Bestuurshandelingen en waarborgen,
Kluwer Deventer, 1986, hal. 91-92.
22
J.B.J.M ten Berge, Course Book, Recent Development in General Administrative Law in The Neteherlands
, Utrecht, 1994 hal. 21.
Universitas Sumatera Utara
sebagai alat pengawasan dilakukan kepada pejabatinstansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dalam
melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur atau BupatiWalikota menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional.
Selanjutnya, dalam melaksanakan pengawasan tersebut PPLHD memiliki kewenangan:
a. melakukan pemantauan; b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen danatau membuat catatan yang diperlukan; d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret; f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel; h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi danatau alat transportasi; danatau j. menghentikan pelanggaran tertentu.
Adapun tugas dan fungsi BLHSU sesuai dengan Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2001 adalah sebagai berikut:
1. Tugas: membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan pembinaan dan koordinasi pengendalian dampak lingkungan hidup di daerah.
2. Fungsi :
Universitas Sumatera Utara
a. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas
lingkungan hidup; b. Menyelenggarakan pembinaan teknik lingkungan, pengendalian pencemaran
lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan dan pengelolaan lingkungan; c. Melakukan pengkajian dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup.
Untuk lebih mengefektifkan dan memberdayakan hukum lingkungan, khususnya di Sumatera Utara, BLHSU sebagai salah satu instansi pemerintah yang
berfungsi membantu dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi daerah dalam memberhasilkan program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan, berupaya membangun sistem penegakan hukum lingkungan baik penegakan hukum administrasi, penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar
pengadilan atau melalui pengadilan, dan tindakan pidana lingkungan bagi perusak danatau pencemar lingkungan baik yang dilakukan dengan sengaja atau kelalaian.
Sistem penegakan hukum lingkungan ini dirancang dalam bentuk pedoman dan standar operasional prosedur SOP penegakan hukum lingkungan, disusun atas
kerjasama BLHSU dengan Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan adanya sistem dan standar operasional prosedur ini, penegakan hak
masyarakat baik untuk memperoleh hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, informasi atas pengelolaan lingkungan hidup maupun kewajiban untuk memelihara
lingkungan telah diakomodir dalam pedoman tersebut, sehingga tercipta kepastian
Universitas Sumatera Utara
hukum di tengah kehidupan masyarakat melalui upaya penegakan hukum yang efektif.
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penyusunan pedoman dan standar operasional prosedur SOP penegakan hukum lingkungan mengacu kepada alur
pemikiran proses penegakan hukum lingkungan pra dan pasca konflik sesuai dengan pasal-pasal dari UUPPLH, sebagaimana terlihat dalam skema berikut ini :
Skema 1: Pemikiran Proses Penegakan Hukum Lingkungan Pra dan Pasca Konflik
Pra Konflik - Izin
- Wasdal - Dsr : UUPPKepresKepmen
Konflik Selesai
Tidak ada
ya Verfikasi Bapedalda
PencemaranPerusakan LH Selesai
Tidak ada
Hentikan pencemaranperusakan LH
Proses ya
Administrasi Penyelesaian Pengadilan:
- Pidana Penyelesaian Luar Pengadilan
- Ruang lingkup - Mencegah, menaggulangi, menyelamatkan
- Pencabutan izin - Audit paksa
Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU
Universitas Sumatera Utara
Dari skema di atas jelas bahwa penegakan hukum administrasi lebih mendominasi penyelesaian kasus lingkungan hidup sesuai dengan asas subsidiaritas
sebagaimana dianut UUPPLH. Hal ini juga sesuai dengan penjelasan mantan Kepala BLHSU Prof. H. Syamsul Arifin, SH. MH, bahwa “penegakan hukum administrasi
harus diutamakan dari penegakan hukum lainnya. Karena keberhasilan pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yang dilakukan oleh BLHSU sebagai aparat
birokrasi bukan ditentukan oleh banyaknya orang masuk penjara”.
23
Selanjutnya beliau mengemukakan ruang lingkup penegakan hukum administrasi lingkungan dan alur penegakan hukum administrasi lingkungan adalah
sebagaimana terangkum dalam skema berikut ini:
Skema 2: Alur Penegakan Hukum Administrasi Penerapan Perangkat Pengelolaan LH dan Perizinan
23
Mantan Kepala BLHSU, Prof. H. Syamsul Arifin, SH.MH. kutipan hasil wawancara. tanggal 3 Mei 2005.
Instansi Yang Membidangi UsahaKegiatan
Instansi Yang Berwenangan Berdasarkan Kelengkapan Dokumen Tersebut Mengeluarkan Ketetapan Menentukan Persyaratan Kewajiban Upaya
Pengelolaan LH dan Upaya Pemantauan LH Pelaksana UsahaKegiatan Pemrakarsa
Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU
Instansi Yang Bertanggungjawab
IZIN USAHA
Menerbitkan Keputusan Kelayakan LH Berdasarkan Penilaian Dokumen ANDAL, RPL RKL
Dokumen Permohonan Izin Diverifikasi dan Diteruskan Kepada Pihak Terkait
Instansi Yang Berwenang Mengajukan Permohonan Izin
Universitas Sumatera Utara
Skema 3: Alur Penegakan Hukum Administrasi Pengawasan, Sanksi Adm. Dan Audit LH
Sedangkan bagan alir penanganan kasus lingkungan di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, adalah sebagaimana skema di bawah ini :
Wajib menyampaikan Lap. Pelaks. RKLH dan RPLH Inst. Yg membidangi UshKgtn
Inst. Yg Ditugasi Mengendalikan Dampak Lingk. Gubernur
Pemrakarsa Penanggung jwb UshKgtn Beroperasinya
Perusahaan Melakukan Bin. PLH
Pantau LH
WAJIB AUDIT LH
Inst. Yg Berwenang Menerbitkan Izin MENLH
Gubernur MENCABUT
IZIN USAHA Menyampaikan Lap. Was Ev. Hasilnya
LapInfo Masy. Ditemukan Adanya Pelanggaran
Tdk Ditemukan Adanya Pelanggaran
Paksaan Pemerintah Mencegah, Mengakhiri Pelanggaran, Serta
Menanggulangi Akibat Yg Ditimbulkan, Melakukan Penyelamatan,
Penanggulangan Pemulihan Melakukan Pengawasan Evaluasi Penerapan
Peraturan dibid. AMDAL Melakukan Pengujian Lap. Pemrakarsa
Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU
Universitas Sumatera Utara
Skema 4: Bagan Alir Penanganan Kasus Lingkungan Di BLH Provinsi Sumatera Utara
Untuk mengurangi birokrasi sebaiknya anak panah dari peninjauan lapangan menuju laporan hasil peninjauan lapangan dan saran tindak lanjut dibuat dengan garis
putus-putus, seperti pada skema di bawah ini:
Sumber : BLHSU
MEDIA MASSA
Lapo- ran
Kab Kota
Temuan Lapa-
ngan Penga-
duan masya-
rakat
SUMBER KASUS
SEKRETARIS BADAN
SUBBID PENEGAKAN
HUKUM - SaranPendapat
- Usulan nama-nama petugas lapangan.
RAPAT KOORDINASI
PEMBAHASAN KASUS :
- Subbid Penegakan
Hukum - PPNSPPLHD
- Bidang Terkait - Staf AhliTenaga
Teknis - Pembinaan.
- Sanksi Administrasi
- Proses Pidana
Laporan hasil peninjauan lapangan
dan saran tindak - Koordinasi dengan
Instansi Teknis
dan KabKota. - Klarifikasi kepada
sumber kasus. - Analisis
teknis sesuai
fungsi masing-masing.
PRENINJAUAN LAPANGAN :
- PPNSPPLHD - Bidang Terkait
- Staf Ahli Tenaga
Teknis - Subbag HukumSet
Bid.Terkait PPLHD
PPNS
Universitas Sumatera Utara
Skema 5: Bagan Alir Penanganan Kasus Lingkungan Di BLH Provinsi Sumatera Utara
Sedangkan mekanisme penanganan kasus-kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup di daerah Sumatera Utara telah diatur dalam Keputusan
Kepala Bapedaldasu Nomor 296BPDL-SUS2004, tanggal 17 Mei 2004 tentang Mekanisme Penanganan Kasus-Kasus Pencemaran danatau perusakan lingkungan
hidup.
MEDIA MASSA
Lapo- ran
Kab Kota
Temuan Lapa-
ngan Penga-
duan masya-
rakat
SUMBER KASUS
SEKRETARIS BADAN
SUBBID PENEGAKAN
HUKUM - SaranPendapat
- Usulan nama-nama petugas lapangan.
RAPAT KOORDINASI
PEMBAHASAN KASUS :
- Subbid Penegakan
Hukum - PPNSPPLHD
- Bidang Terkait - Staf AhliTenaga
Teknis - Pembinaan.
- Sanksi Administrasi
- Proses Pidana
Laporan hasil peninjauan lapangan
dan saran tindak lanjut.
- Koordinasi dengan Instansi
Teknis dan KabKota.
- Klarifikasi kepada sumber kasus.
- Analisis teknis
sesuai fungsi
masing-masing. PRENINJAUAN
LAPANGAN : - PPNSPPLHD
- Bidang Terkait - Staf Ahli Tenaga
Teknis - Subbag HukumSet
Bid.Terkait PPLHD
PPNS
Universitas Sumatera Utara
Keputusan Kepala Bapedaldasu tersebut mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004, tanggal 29 Januari 2004 tentang
Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran danatau Perusakan Lingkungan Hidup.
Untuk menangani kasus-kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup di BLHSU telah dibentuk Tim Koordinasi Penanganan Kasus Lingkungan
Hidup sesuai dengan Keputusan Kepala BLHSU Nomor 283BPDL-SUS2004 tanggal 14 Mei 2004 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Kasus-kasus
Pencemaran danatau Perusakan Lingkungan Hidup. Tim Penanganan Kasus terdiri dari bidang hukum, bidang teknis, tenaga ahli dan PPNS-LH serta PPLHD. Dalam
rangka efektifitas pelaksanaan penanganan kasus lingkungan dibentuk Sekretariat Tim Penanganan Kasus Lingkungan Hidup.
Tata laksana penanganan kasus lingkungan hidup sebagaimana diatur pada Pasal 4 Keputusan Kepala BLHSU Nomor 296BPDL-SUS2004 adalah sebagai
berikut : 1. Sekretariat penanganan kasus lingkungan hidup menerima dan mempelajari data-
data kasus untuk menentukan klasifikasi kasus; 2. Sekretariat penanganan kasus selanjutnya menyampaikan laporan tertulis kepada
Kepala BLHSU untuk tindak lanjut penanganan kasus; 3. Laporan dimaksud di atas dilengkapi dengan rencana penanganan kasus dan
personil Tim Penanganan Kasus yang akan ditugaskan untuk melakukan verifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya pada Pasal 5 ditentukan bahwa : 1. Verifikasi dapat dilakukan melalui surat, telepon atau alat komunikasi lainnya,
atau melakukan pengecekan dan penelitian lokasi yang diduga telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, atau mengundang pihak
terkait; 2. Khusus untuk kasus-kasus yang perlu dilakukan verifikasi lapangan, Kepala
BLHSU menugaskan Tim untuk melakukan verifikasi; 3. Tim verifikasi beranggotakan bidang teknis atau PPLHD, sekretariat kasus serta
tenaga ahli yang sesuai dengan sifat kasus apabila diperlukan. Tim verifikasi mempunyai tugas :
1. Memeriksa kebenaran informasi danatau pengaduan danatau laporan tentang adanya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup;
2. Meneliti sumber pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang terjadi; 3. Meneliti tingkat pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang terjadi;
4. Meneliti perkiraan jenis dan besarnya kerugian yang timbul terhadap masyarakat korban dan lingkungan;
5. Meneliti peraturan perundang-undangan yang dilanggar. Pihak pengadu dan pihak yang diadukan dapat mendampingi tim verifikasi
pada saat tim tersebut menjalankan tugasnya, apabila diperlukan. Juga dapat melibatkan instansi terkait dan instansi yang menangani lingkungan hidup
KabupatenKota untuk bersama-sama dengan tim melaksanakan verifikasi.
Universitas Sumatera Utara
Hasil temuan tim verifikasi dapat berupa : a. Bukan merupakan kasus lingkungan tetapi permasalahan sosial lainnya;
b. Telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran administratif, tetapi tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup;
c. Telah terjadi pelanggaran administratif, mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup;
d. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian;
e. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup dan ditemukan bukti-bukti awal terjadinya tindak pidana lingkungan hidup.
Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, tim verifikasi mengusulkan rekomendasi tindak lanjut penanganan kepada Kepala BLHSU sebagai berikut :
a. Bukan kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, maka segera diteruskan kepada instansi teknis yang membidangi usaha danatau kegiatan yang
bersangkutan; b. Telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran administratif, tetapi tidak
mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, maka dilakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan
lingkungan hidup oleh bidang teknis yang berwenang melakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup;
c. Telah terjadi pelanggaran administratif, dan mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, maka dijatuhkan tindakan
Universitas Sumatera Utara
administratif dan dilakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup.
d. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian, maka dilakukan langkah-langkah untuk memfasilitasi
dan mengkoordinasikan penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan;
e. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup dan ditemukan bukti-bukti awal terjadinya tindak pidana, maka dilakukan langkah penegakan
hukum pidana oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup.
Pada pasal 10 Keputusan Kepala BLHSU Nomor 296BPDL-SUS2004 diatur mengenai:
1. Kepala BLHSU menetapkan Keputusan untuk meyetujui atau menolak rekomendasi tindak lanjut yang diajukan tim verifikasi;
2. Apabila rekomendasi tindak lanjut disetujui, Sekretariat Tim Penanganan Kasus mempersiapkan
administrasi tindak
lanjut penanganan
kasus dan
menginformasikannya kepada pihak-pihak terkait. Hasil verifikasi pengaduan kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan
hidup bersifat terbuka sepanjang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat. Bidang teknis yang berfungsi melakukan pembinaan teknis
kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan danatau usaha yang telah dikenakan
Universitas Sumatera Utara
sanksi administrasi. Hasil pengawasan dan pengendalian tersebut dilaporkan secara tertulis kepada Kepala BLH Provinsi Sumatera Utara.
Mengacu kepada mekanisme penanganan kasus-kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup sebagaimana dikemukan di atas, maka jelaslah bahwa
penegakan hukum administrasi lebih diutamakan jika dibandingkan dengan penegakan hukum lainnya. Hal ini menurut Kepala Bapedaldasu sekarang BLHSU
adalah “karena penegakan hukum administrasi selain mempunyai fungsi sebagai instrumental, yaitu pengendalian, pencegahan dan penanggulangan perbuatan yang
terlarang juga bersifat represif untuk mengakhiri pelanggaran ketentuan yang dicantumkan dalam persyaratan-persyaratan perlindungan lingkungan”.
24
Selanjutnya beliau
mengemukakan bahwa
“pendayagunaan sanksi
administrasi jauh lebih menguntungkan, ketimbang mendayagunakan sanksi lainnya. Karena melalui penerapan sanksi administrasi diharapkan pencemaran danatau
perusakan lingkungan hidup dapat dikendalikan”.
25
Pada tahun 2004 sd 2009 kasus-kasus yang ditangani oleh BLHSU sebanyak 15 kasus, dan telah dijatuhkan sanksi administrasi berupa teguran tertulis dengan
kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pengusaha danatau pelaksana kegiatan sebanyak 7 perusahaan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam tabel berikut
ini:
24
Ibid.
25
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
Tabel: 2 Daftar Kasus Yang Ditangani Tim Penanganan Kasus BLH Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 sd 2007
No. Nama Kasus
Lingkungan Lokasi
Uraian Kasus Langkah tindak lanjut yang
telah dilakukan Besarnya
tuntutan ganti
kerugian Keterangan
1 2
3 4
5 6
7
1. Pencemaran
Sungai Bilah
diduga berasal dari
limbah
PT. Siringo-
ringo
Daerah Aliran
Sungai Bilah
Kab.L,Batu -
Diduga PKS
PT. Siringo-
ringo membuang
limbah cair
langsung ke
Sungai Bilah.
- Air
Sungai Bilah
yang digunakan
masyarakat untuk kegiatan
mandi, cuci
dan kakus
mengakibatkan timbulnya
penyakit gatal- gatal
yang diduga berasal
dari buangan limbah
cair PKS.
PT. Siringo-ringo.
Telah dilakukan Verifikasi Lapangan
dan sudah
disampaikan Surat Tegoran I No. 820.ABPDL-SUS2004
tanggal 29-10-2004
untuk kesediaan pihak Perusahaan
memperbaiki IPALnya dalam waktu 3 bulan sebagaimana
tercantum dalam
Surat Tegoran.
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
2. Pencemaran
lingkungan oleh
PT.Nubika Jaya
Desa Sisumut
Kec. Kota
Pinang Kab.L.Batu
- PKS.
PT. Nubika
Jaya diduga
telah membuang
limbah pabrik ke
media lingkungan
yaitu parit
Ramona yang bermuara
ke
Sungai Baba tanpa di proses
terlebih dahulu melalui IPAL.
- Pencemaran
udara diduga
berasal dari
kegiatan PKS. PT.
Nubika Jaya
yang menimbulkan
dampak terhadap
kesehatan masyarakat
Telah dilakukan Verifikasi ke Lapangan
dan sudah
disampaikan Surat Tegoran I No. 819.ABPDL-SUS2004
tanggal 29-10-04 dalam waktu 3 bulan agar pihak perusahaan
menyelesaikan Dokumen
Pengelolaan Lingkungan,
perbaikan IPAL,
memeriksakan Sampel
ke Laboratorium dan
melaporkan hasilnya kepada Bapedaldasu.
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
Universitas Sumatera Utara
- Pembangunan
tembok yang dijanjikan oleh
pihak Perusahaan
kepada masyarakat
untuk mengantisipasi
dampak kebisingan
belum juga dibangun
3. Pencemaran
udara oleh kegiatan
Pabrik PT. Marindal
Cipta Prima Desa
Marendal I Kec.
Patumbak. Kab.Deli
Serdang Warga masyarakat
yang berdomisili
disekitar lokasi
Pabrik merasa
resah dan
terganggu akibat
dampak Pencemaran Udara
yang diduga
berasal dari
PT.MCP berupa : a. Kebisingan,
debu dan
serbuk hitam, b. Akibat
pencemaran tersebut
kesehatan masyarakat
terganggu yaitu
timbulnya penyakit
sesak
nafas, batuk – batuk
dan gatal-
gatal. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dan
sudah disampaikan Surat Tegoran I
No. 115 BPDL-SUS2004 tanggal 26 Februari 2004
dalam waktu 3 bulan agar pihak
perusahaan bersangkutan
memperbaiki proses
pengolahan limbah
udara yaitu : a. Meninggikan cerobong asap dan membuat
stage untuk mempermudah pemeriksaan emisi :
b. Mengadakan
alat Ancenerator
c. Membuat
Dokumen UKLUPL.
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
4. Dampak
negatif dari
pembangunan PT.
Inalum
terhadap masyarakat
sejak tahun
1980. Desa Kuala
Tanjung Kec.
Air Putih Kab.
Asahan -
Dampak kerusakan
lingkungan sawah
dan rumah
penduduk ±
800 Ha sejak tahun
1980 mengalami
banjir yang di duga
disebabkan oleh
pembangunan PT. Inalum.
- Pembangunan
transmisi line menimbulkan
dampak kesehatan
terhadap masyarakat.
Telah dilakukan Verifikasi Lapangan
dan dalam
pertemuan Tim Bapedaldasu dengan pihak PT. Inalum
telah disampaikan agar PT. Inalum
melakukan proses
pengolahan limbah sludge yang ada pada land field,
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang- undangan lingkungan yang
berlaku. Dalam proses
pembinaan dan
pengawasan Bapedaldasu
Universitas Sumatera Utara
5. PT. Mandiri
Inti Buana. Dusun I
Desa Dalu X.A
Kec. Tj. Morawa
Kab. D. Serdang
Masyarakat Dusun I
Desa Dalu
merasa resah
akibat pembuangan
limbah padat ke tanah
milik Buchairi
yang berada
ditengah- tengah pemukiman
penduduk, sehingga
menimbulkan dampak berupa :
-
Pencemaran udara
asap yang
menggangu kesehatan
: batuk
dan sesak nafas.
- Sumur
masyarakat tercemar
karena resapan air.
Telah dilakukan Verifikasi Lapangan
dan sudah
disampaikan Surat Tegoran I No. 279 BPDL-SUS2004
tanggal 12 Mei 2004 dalam batas waktu 3 bulan agar
melakukan perbaikan : -
Limbah padat
yang dibuang ketanah milik
Buchairi agar
segera diangkut dikosongkan.
- Mengefektifkan
tangki clarifier dan aerator pada
IPAL. -
Memeriksakan sampel air ke
Laboratorium dan
melaporkan hasilnya
kepada Bapedaldasu. -
Limbah sludge
agar dikumpulkan pada tempat
tertutup. Dalam proses
pembinaan dan
pengawasan Bapedaldasu
6. Limbah
Cair PKS.
PT. Asam
Jawa
belum memenuhi
Standar Baku Mutu.
Kec. Kota
Pinang Kab. L. Batu
Sesuai hasil
Analisa Laboratorium
PT. Sucopindo
terhadap limbah
cair PKS. PT. Asam Jawa salah
satu parameter
yang di analisa masih
melebihi Baku Mutu yaitu
parameter BOD. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dan
sudah menyarankan kepada pihak
perusahaan agar melakukan : 5. Perbaikan IPAL sekaligus
mengope- rasikannya
secara efektif dan optimal. 6. Memeriksakan limbah cair
ke Lab. Dan melaporkan hasilnya
kepada Bapedaldasu.
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
7. Pembangunan
Pabrik Pengolahan
Karet PT.
Fairco Bumi Lestari .
Ds. Parapat Janji
Kec. Buntu Pane
Kab. Asahan.
Pendirian bangunan
Pabrik Pengolahan Karet
PT. Fairco Bumi Lestari di DAS Sei
Silau tidak
mendapat izin dari PU. Pengairan SU,
karena lokasinya
berbatasan langsung
dengan Sungai sehingga
berpotensi menimbulkan
dampak lingkungan
yaitu terjadinya
erosi dan
penurunan kualitas air Sei
Silau. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dan
sudah disampaikan Surat Tegotan I
No. 821.ABPDL-SUS2004 tanggal 29 – 10-04 dalam
batas waktu 3 bulan kepada pihak
perusahaan untuk
menyelesaikan : -
Surat Izin
dari PU.
Pengairan SU. -
PerbaikanPenyempurnaan IPAL dan pengoperasian
IPAL secara kontinu dan optimal.
- Menanggulangi
dampak kerusakan
lingkungan terhadap Sei Silau.
- Memeriksakan sampel air
limbah ke laboratorium dan melaporkan hasilnya
kepada Bapedaldasu. Dalam proses
pembinaan dan
pengawasan Bapedaldasu
Universitas Sumatera Utara
8. Pembuangan
air limbah
Peternakan Ayam
milik Ramlan
Barus
CS PT. Comfeed
ke media
lingkungan. Dusun
I Desa
Bangun Rejo Kec. T.
Morawa Kab.
Deli Serdang.
Diduga ikan-ikan yang ada dikolam-
kolam penduduk
banyak yang mati karena
buangan air limbah yang
berasal dari
peternakan Ayam milik
Ramlan Barus
CSPT. Comfeed.
Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan pemeriksaan
ulang akan
dilaksanakan apabila kegiatan ternak ayam
beroperasi kembali, karena pada saat investigasi kandang
ayam dalam keadaan kosong. Dalam proses
pengawasan
9. Pembuangan
limbah cair ke media
lingkungan parit,
sawah penduduk
oleh
PT. Shamrock.
Jalan Namorambe
Kec. Delitua Kab.Deli
Serdang Diduga
PT Samhrock
telah membuang limbah
cair kemedia
lingkungan yaitu
Parit, Sawah
penduduk sehingga
menimbulkan keresahan
masyarakat dan
dikhawatirkan hasil
pertanian menurun.
- Memeriksakan
Sample limbah cair ke lab dan
melaporkan hasilnya ke Bapedaldasu.
- Membuat
tempat penimbunan
sludge wadah yang tertutup.
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
10. Kegiatan
Penambangan Emas oleh PT.
Newmont Horas Nauli.
Kec. Batangtoru
Kab. Tapsel. Berdasarkan Surat
Kadis Pertambangan dan
Energi Propsu No. 540665DP-
E2004 tanggal 13 Juli 2004 meminta
Bapedaldasu turut menyaksikan
penggambilan sampel
limbah khususnya
PT. Newmont
Horas Nauli
dan mengirimkannya
ke Pusarpedal di Serpong,
Laboratorium Corelab Indonesia,
dan
PT. ALS
Bogor. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dan
sudah dilakukan
pengambilan sampel
di lokasi
penambangan pada 5 lima titik yaitu :
Anak Sungai di Hulu tumpahan lumpor bor
Anak Sungai di Hilir tumpahan lumpur bor
Aek Pahu setelah anak sungai
Aek Pahu Sungai Aek Pahu
Aek Pahu
setelah bercampur dengan
Menurut hasil
analisis ketiga
Laboratorium yang
ditunjuk bahwa
kandungan Sianida Cu pada
limbah PT.
Hewmonth Horas Nauli masih
dibawah Baku
Mutu Limbah domestik masyarakat Batang Toru.
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
Universitas Sumatera Utara
11. PMKS.
PT. Sungai
Pinang membuang
limbah cair ke Aliran Sungai
Simangayak. Dusun Aek
Batu Desa
Asam Jawa Kec.
Torgamba Kab.
L. Batu.
Diduga PMKS PT. Sungai
Pinang membuang limbah
cair ke
Sungai Simangayak
sehingga meresahkan
masyarakat petani, akibat
pembuangan limbah
tersebut hasil
pertanian penduduk berupa
palawija dari tahun ketahun
terjadi penurunan.
Telah dilakukan Verifikasi Lapangan
dan sudah
disampaikan Surat Tegoran I No. 818.ABPDL-SUS2004
tanggal 29-10-04 dalam batas waktu
3 bulan
pihak perusahaan
berkewajiban meyelesaikan :
- Dokumen UKLUPL
- Perbaikan
IPAL dan
mengoperasikannya secara optimal.
- Memeriksakan
sampel limbah cair ke lab dan
melaporkan hasilnya ke Bapedaldasu..
Dalam proses pembinaan
dan pengawasan
Bapedaldasu
12. Perambahan
Hutan Register VI
Angkola yang dilakukan
oleh
PT. Mujur
Lestari. Desa
Picorkoling Kec.
BT. Angkola
Kab. Tapsel. -
Perambahan hutan Register
VI Angkola
diduga dilakukan oleh
Yayasan Bagas Godang
Bege Hami
Pijorkoling bekerjasama
dengan PT.
Mujur Lestari. -
Batas waktu
IPKHH yang dikeluarkan
Pemkab Tapsel kepada
Yayasan tanggal
1-8- 2001 sd 1-8-
2002 namun
kenyataan di
lapangan penebangan
kayu masih
terus berlangsung
walaupun izinnya sudah
habis masa
berlakunya. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dengan
hasil sebagai berikut :
- Kegiatan
penebangan kayu
masih terus
berlangsung, karena
secara kasat mata alat-alat berat
yang digunakan
untuk penebangan kayu masih terlihat di basecame
- Pihak Dishut Tapsel tidak
melibatkan Kapedal
Tapsel dalam pemberian izin.
- Tim menyarankan kepada
Pemkab Tapsel
untuk menghentikan penebangan
kayu tersebut
karena arealnya
masih dalam
DTA. -
Bupati Tapsel
telah memerintahkan
Dishut Tapsel untuk penghentian
kegiatan penebangan kayu Penanganan
Kasus telah diambil alih
oleh Kementerian
Negara LH
Universitas Sumatera Utara
13. PT.
PERTAMINA Persero
DOH
NAD Sumbagut
yang ada di Desa
Bukit Kunci
termasuk kategori
penghasil limbah B-3.
Desa Bukit Kunci Kec.
PKL. Susu Kab.
Langkat Limbah
sludge yang berasal dari
proses pencucian Tangki
Timbun termasuk kategori
limbah B3,
pencucian Tanki
Timbun dilakukan 3-4 tahun sekali.
Jika tidak diolah dengan baik maka
dikhawatirkan menimbulkan
dampak pencemaran
lingkungan. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dan
sudah menyarankan kepada pihak
Perusahaan untuk : -
Memeriksakan limbah
sludge melalui metode TCLP dan atau LD 50 di
Pusar Pedal Bogor-Jawa Barat
- Jika
hasil pengujian
ternyata limbah sludge mengandung B3 maka
pihak Perusahaan
berkewajiban mengurus
Izin Penimbunan Sludge sementara
sesuai ketentuan yang tertuang
dalam PP No.18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun
1999. -
Bila ternyata hasil uji TCLP dan LD50 limbah
sludge tersebut
tidak mengandung B3 maka
pihak Perusahaan
diperbolehkan membuang, menanam limbah sludge
di lahan milik Perusahaan. -
Pihak Pertamina
agar melakukan koordinasi dan
konsultasi dengan Instansi Lingkungan Hidup Daerah
untuk menemukan solusi tehnologi apa yang sesuai
digunakan. Dalam
pengawasan Bapedaldasu
14 Pembuangan
limbah oleh
PT. Good
Year
ke media
lingkungan Desa Nagori
Dolok Marangir,
Kec. Dolok Batu
Nanggar Kab.
Simalungun. Diduga
Pabrik Pengolahan Karet
Rubber PT. Good
Year membuang limbah
cair ke
badan Sungai
Langgar Serbelawan
sehingga meresahkan
masyarakat Pasar Bawah
yang menggunakan air
Sungai untuk
kegiatan mandi
mencuci, kakus,
karena air sungai tersebut
tidak dapat
lagi digunakan
untuk kebutuhan sehari-
hari, bahkan air Sungai
tersebut sumber
penyakit gatal-gatal bila
digunakan. Telah dilakukan Verifikasi
Lapangan dan
sudah disampaikan saran agar :
- Pihak
perusahaan melakukan
perbaikanpenyempurnaan IPAL
dan mengoperasikannya
secara kontinu
dan optimal.
- Limbah
cair agar
diperiksakan ke Lab dan hasilnya
disampaikan kepada Bapedaldasu.
Proses pembinaan
dan pengawasan
oleh Bapedalda
Kabupaten Simalungun
Universitas Sumatera Utara
15 Dugaan
pembuangan limbah akibat
kegiatan
PD. Murni
Desa Tembung
Kec. Percut Sei
Tuan Kab.
Deli Serdang.
Masyarakat dusun VII
Pasar VIII
merasa resah
akibat pencemaran yang
diduga berasal dari PD.
Murni yaitu : a. Pencemaran
udara bau
busuk yang
sangat menyengat.
b. Sumur masyarakat
telah terkontaminasi
oleh limbah. c. Masyarakat
terjangkit penyakit gatal-
gatal, ispah
dan lain-lain. Telah dilakukan investigasi
lapangan dengan hasil : a. IPAL belum memenuhi
standar teknis
yang ditentukan.
b. Perusahaan membuang
limbah ke
media lingkungan
tanpa pengolahan
terlebih dahulu
sehingga meresahkan
masyarakat sekitar lokasi pabrik.
Proses pembinaan
dan pengawasan
oleh Bapedaldasu
Sesuai dengan Tabel 2 di atas, bahwa sanksi administrasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara berupa teguran tertulis disertai
dengan perintah administratif untuk melakukan perbaikan-perbaikan merupakan kategori menengah. Hal ini sesuai dengan penjelasan responden penulis yaitu PPNS-
LHPPLHD BLHSU, bahwa “pemilihan sanksi administrasi terhadap perusahaan harus berlandaskan kepada asas-asas pemerintahan yang baik dan mengacu kepada
ketentuan pasal 71 sd 83 UUPPLH merupakan ketentuan yang berhubungan dengan sanksi administratif sebagaimana ditegaskan dalam pasal 74 Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menetapkan bahwa:
1 Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 3 berwenang:
Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
a. melakukan pemantauan; b. meminta keterangan;
c. membuat salinan dari dokumen danatau membuat catatan yang diperlukan d. memasuki tempat tertentu;
e. memotret; f. membuat rekaman audio visual;
g. mengambil sampel; h. memeriksa peralatan;
i. memeriksa instalasi danatau alat transportasi; danatau j. menghentikan pelanggaran tertentu.
2 Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil.
3 Penanggung jawab usaha danatau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup.
Dari ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah dapat melakukan paksaan terhadap perusahaan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya
pelanggaran, menanggulangi akibat yang ditimbulkan dan melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan danatau pemulihan“.
26
Lebih lanjut beliau mengemukakan bahwa “secara umum pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut aspek teknis administrasi
26
PPNS-LH PPLHD BLHSU kutipan wawancara 11 Mei 2005.
Universitas Sumatera Utara
seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL, pelanggaran standard baku mutu air limbah dan dokumen perusahaan, sehingga sanksi administrasi yang dijatuhkanpun
berupa tegoran tertulis disertai kewajiban perusahaan memperbaiki peralatan teknis yang ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu“.
27
Strategi penanganan kasus lingkungan yang dilakukan oleh BLHSU mengacu kepada konsep kebijakan berupa pembinaan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang
disampaikan oleh Kasubbid Evaluasi dan Program BLHSU, sebagai berikut “bahwa BLHSU sebagai salah satu Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera
Utara sebaiknya mengedepankan aspek pembinaan dengan penegakan hukum administrasi. Hal ini sesuai dengan sifat kelembagaan BLHSU sebagai aparat
birokrasi dan sekaligus memenuhi asas subsidiaritas sebagaimana dianut oleh UUPLH, dimana aspek hukum pidana baru diberlakukan apabila sanksi administrasi
danatau sanksi hukum lainnya tidak efektif”.
28
Mengacu kepada ketentuan Pasal 76 sd 83 UUPPLH, sanksi administrasi dibedakan atas paksaan pemerintahan, dan pencabutan izin. BLHSU mempunyai
kewenangan: a. Teguran tertulis;
b. Paksaan pemerintah; c. Pembekuan izin lingkungan; atau
d. Pencabutan izin lingkungan.
27
Ibid.
28
Mantan Kasubid Evaluasi dan Program BLHSU, Dra. Nasri Yetti N., kutipan wawancara tanggal 17 Mei 2005.
Universitas Sumatera Utara
Pencabutan izin lingkungan dimaksud tidak membebaskan penanggung jawab usaha danatau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana.
Akan tetapi kewenangan pencabutan izin usaha dimaksud belum pernah dilakukan oleh BLHSU.
Dan sejak tahun 2008 hingga saat ini peranan PPLHD Provinsi Sumatera Utara sendiri belum berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh UUPPLH. Hal ini
dapat dilihat dari tidak adanya laporan pengawasan secara reguler yang didokumentasi. Selain daripada itu, peralihan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997
menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dimana aturan tentang tata cara pengawasan dan sanksi administratif di bidang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup masih berbentuk rancangan, sehingga secara otomatis pengawasan terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Sumatera Utara belum
dapat berjalan optimal.
D. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan 3.