Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara

23 Pem. Siantar 1 24 Karo 2 25 Tj. Balai 1 26 Sibolga - T o t a l 42 Sumber: BLH Prov.SU, 2007 Adapun kriteria pemilihan perusahaan yang dilakukan pengawasan oleh BLH Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut: a. Berdampak penting dan besar terhadap lingkungan; 1. skala besar dalam kapasitas produksi dan jumlah limbah b. Berpotensi merusak dan mencemari lingkungan; c. Perusahaan yang memiliki : 1. Dokumen Lingkungan 2. Izin HO; d. Contoh: industri, perumahan, hotel, rumah sakit, pertambangan, perkebunan, dan lain-lain.

2. Peranan Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara

Bertitik tolak dari dan dalam kerangka penaatan dan penegakan hukum lingkungan sebagai alasan untuk penjatuhan sanksi dalam kasus lingkungan, maka diharapkan temuan pelanggaran atau pencemaran lingkungan tersebut terjadi pada Universitas Sumatera Utara waktu dilakukannya inspeksi atau pemantauan dan pengawasan terhadap lingkungan compliance inspections atau inspeksi rutin. Pengawasan merupakan langkah pereventif dalam rangka penegakan hukum administrasi handhaving van het bestuursrecht merupakan bagian dari bestuuren. Menurut P. De Haan “penegakan hukum administrasi seringkali diartikan sebagai penerapan sanksi administrasi. Sanksi merupakan penerapan alat kekuasaan sebagai reaksi sebagai pelanggaran norma hukum administrasi. Ciri khas penegakan hukum administrasi adalah paksaan dwang”. 21 Sedangkan J.B.J.M ten Berge menyatakan bahwa “instrumen penegakan hukum administrasi meliputi dua hal yaitu pengawasan dan penegakan sanksi. Pengawasan merupakan langkah preventif untuk melaksanakan kepatuhan, sedangkan penerapan sanksi merupakan langkah represif untuk memaksakan kepatuhan”. 22 Berdasarkan Pasal 71 ayat 1 UUPPLH yang melakukan pengawasan adalah Menteri, Gubernur, atau BupatiWalikota sesuai dengan kewenangannya wajib melakukan pengawasan terhadap ketaatan penanggung jawab usaha danatau kegiatan atas ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Kemudian, berturut-turut pada pasal 71 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup ayat 2 dan 3 menyatakan pengendalian dampak lingkungan hidup 21 Haan, P. De., et.al, Bestuursrecht in Sociale Rechtstaat, deel 2 Bestuurshandelingen en waarborgen, Kluwer Deventer, 1986, hal. 91-92. 22 J.B.J.M ten Berge, Course Book, Recent Development in General Administrative Law in The Neteherlands , Utrecht, 1994 hal. 21. Universitas Sumatera Utara sebagai alat pengawasan dilakukan kepada pejabatinstansi teknis yang bertanggung jawab di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan dalam melaksanakan pengawasan, Menteri, Gubernur atau BupatiWalikota menetapkan pejabat pengawas lingkungan hidup yang merupakan pejabat fungsional. Selanjutnya, dalam melaksanakan pengawasan tersebut PPLHD memiliki kewenangan: a. melakukan pemantauan; b. meminta keterangan; c. membuat salinan dari dokumen danatau membuat catatan yang diperlukan; d. memasuki tempat tertentu; e. memotret; f. membuat rekaman audio visual; g. mengambil sampel; h. memeriksa peralatan; i. memeriksa instalasi danatau alat transportasi; danatau j. menghentikan pelanggaran tertentu. Adapun tugas dan fungsi BLHSU sesuai dengan Perda Provinsi Sumatera Utara Nomor 4 Tahun 2001 adalah sebagai berikut: 1. Tugas: membantu Kepala Daerah dalam melaksanakan pembinaan dan koordinasi pengendalian dampak lingkungan hidup di daerah. 2. Fungsi : Universitas Sumatera Utara a. Menyiapkan bahan dalam perumusan kebijakan teknis pencegahan dan penanggulangan pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup; b. Menyelenggarakan pembinaan teknik lingkungan, pengendalian pencemaran lingkungan, pengendalian kerusakan lingkungan dan pengelolaan lingkungan; c. Melakukan pengkajian dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup. Untuk lebih mengefektifkan dan memberdayakan hukum lingkungan, khususnya di Sumatera Utara, BLHSU sebagai salah satu instansi pemerintah yang berfungsi membantu dan mencari alternatif pemecahan masalah yang dihadapi daerah dalam memberhasilkan program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, berupaya membangun sistem penegakan hukum lingkungan baik penegakan hukum administrasi, penyelesaian sengketa lingkungan hidup di luar pengadilan atau melalui pengadilan, dan tindakan pidana lingkungan bagi perusak danatau pencemar lingkungan baik yang dilakukan dengan sengaja atau kelalaian. Sistem penegakan hukum lingkungan ini dirancang dalam bentuk pedoman dan standar operasional prosedur SOP penegakan hukum lingkungan, disusun atas kerjasama BLHSU dengan Lembaga Penelitian Universitas Sumatera Utara Medan. Dengan adanya sistem dan standar operasional prosedur ini, penegakan hak masyarakat baik untuk memperoleh hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat, informasi atas pengelolaan lingkungan hidup maupun kewajiban untuk memelihara lingkungan telah diakomodir dalam pedoman tersebut, sehingga tercipta kepastian Universitas Sumatera Utara hukum di tengah kehidupan masyarakat melalui upaya penegakan hukum yang efektif. Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penyusunan pedoman dan standar operasional prosedur SOP penegakan hukum lingkungan mengacu kepada alur pemikiran proses penegakan hukum lingkungan pra dan pasca konflik sesuai dengan pasal-pasal dari UUPPLH, sebagaimana terlihat dalam skema berikut ini : Skema 1: Pemikiran Proses Penegakan Hukum Lingkungan Pra dan Pasca Konflik Pra Konflik - Izin - Wasdal - Dsr : UUPPKepresKepmen Konflik Selesai Tidak ada ya Verfikasi Bapedalda PencemaranPerusakan LH Selesai Tidak ada Hentikan pencemaranperusakan LH Proses ya Administrasi Penyelesaian Pengadilan: - Pidana Penyelesaian Luar Pengadilan - Ruang lingkup - Mencegah, menaggulangi, menyelamatkan - Pencabutan izin - Audit paksa Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU Universitas Sumatera Utara Dari skema di atas jelas bahwa penegakan hukum administrasi lebih mendominasi penyelesaian kasus lingkungan hidup sesuai dengan asas subsidiaritas sebagaimana dianut UUPPLH. Hal ini juga sesuai dengan penjelasan mantan Kepala BLHSU Prof. H. Syamsul Arifin, SH. MH, bahwa “penegakan hukum administrasi harus diutamakan dari penegakan hukum lainnya. Karena keberhasilan pengelolaan dan pengendalian dampak lingkungan yang dilakukan oleh BLHSU sebagai aparat birokrasi bukan ditentukan oleh banyaknya orang masuk penjara”. 23 Selanjutnya beliau mengemukakan ruang lingkup penegakan hukum administrasi lingkungan dan alur penegakan hukum administrasi lingkungan adalah sebagaimana terangkum dalam skema berikut ini: Skema 2: Alur Penegakan Hukum Administrasi Penerapan Perangkat Pengelolaan LH dan Perizinan 23 Mantan Kepala BLHSU, Prof. H. Syamsul Arifin, SH.MH. kutipan hasil wawancara. tanggal 3 Mei 2005. Instansi Yang Membidangi UsahaKegiatan Instansi Yang Berwenangan Berdasarkan Kelengkapan Dokumen Tersebut Mengeluarkan Ketetapan Menentukan Persyaratan Kewajiban Upaya Pengelolaan LH dan Upaya Pemantauan LH Pelaksana UsahaKegiatan Pemrakarsa Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU Instansi Yang Bertanggungjawab IZIN USAHA Menerbitkan Keputusan Kelayakan LH Berdasarkan Penilaian Dokumen ANDAL, RPL RKL Dokumen Permohonan Izin Diverifikasi dan Diteruskan Kepada Pihak Terkait Instansi Yang Berwenang Mengajukan Permohonan Izin Universitas Sumatera Utara Skema 3: Alur Penegakan Hukum Administrasi Pengawasan, Sanksi Adm. Dan Audit LH Sedangkan bagan alir penanganan kasus lingkungan di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, adalah sebagaimana skema di bawah ini : Wajib menyampaikan Lap. Pelaks. RKLH dan RPLH Inst. Yg membidangi UshKgtn Inst. Yg Ditugasi Mengendalikan Dampak Lingk. Gubernur Pemrakarsa Penanggung jwb UshKgtn Beroperasinya Perusahaan Melakukan Bin. PLH Pantau LH WAJIB AUDIT LH Inst. Yg Berwenang Menerbitkan Izin MENLH Gubernur MENCABUT IZIN USAHA Menyampaikan Lap. Was Ev. Hasilnya LapInfo Masy. Ditemukan Adanya Pelanggaran Tdk Ditemukan Adanya Pelanggaran Paksaan Pemerintah Mencegah, Mengakhiri Pelanggaran, Serta Menanggulangi Akibat Yg Ditimbulkan, Melakukan Penyelamatan, Penanggulangan Pemulihan Melakukan Pengawasan Evaluasi Penerapan Peraturan dibid. AMDAL Melakukan Pengujian Lap. Pemrakarsa Sumber : Buku Pedoman dan SOP Penegakan Hukum Lingkungan BLHSU Universitas Sumatera Utara Skema 4: Bagan Alir Penanganan Kasus Lingkungan Di BLH Provinsi Sumatera Utara Untuk mengurangi birokrasi sebaiknya anak panah dari peninjauan lapangan menuju laporan hasil peninjauan lapangan dan saran tindak lanjut dibuat dengan garis putus-putus, seperti pada skema di bawah ini: Sumber : BLHSU MEDIA MASSA Lapo- ran Kab Kota Temuan Lapa- ngan Penga- duan masya- rakat SUMBER KASUS SEKRETARIS BADAN SUBBID PENEGAKAN HUKUM - SaranPendapat - Usulan nama-nama petugas lapangan. RAPAT KOORDINASI PEMBAHASAN KASUS : - Subbid Penegakan Hukum - PPNSPPLHD - Bidang Terkait - Staf AhliTenaga Teknis - Pembinaan. - Sanksi Administrasi - Proses Pidana Laporan hasil peninjauan lapangan dan saran tindak - Koordinasi dengan Instansi Teknis dan KabKota. - Klarifikasi kepada sumber kasus. - Analisis teknis sesuai fungsi masing-masing. PRENINJAUAN LAPANGAN : - PPNSPPLHD - Bidang Terkait - Staf Ahli Tenaga Teknis - Subbag HukumSet Bid.Terkait PPLHD PPNS Universitas Sumatera Utara Skema 5: Bagan Alir Penanganan Kasus Lingkungan Di BLH Provinsi Sumatera Utara Sedangkan mekanisme penanganan kasus-kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup di daerah Sumatera Utara telah diatur dalam Keputusan Kepala Bapedaldasu Nomor 296BPDL-SUS2004, tanggal 17 Mei 2004 tentang Mekanisme Penanganan Kasus-Kasus Pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. MEDIA MASSA Lapo- ran Kab Kota Temuan Lapa- ngan Penga- duan masya- rakat SUMBER KASUS SEKRETARIS BADAN SUBBID PENEGAKAN HUKUM - SaranPendapat - Usulan nama-nama petugas lapangan. RAPAT KOORDINASI PEMBAHASAN KASUS : - Subbid Penegakan Hukum - PPNSPPLHD - Bidang Terkait - Staf AhliTenaga Teknis - Pembinaan. - Sanksi Administrasi - Proses Pidana Laporan hasil peninjauan lapangan dan saran tindak lanjut. - Koordinasi dengan Instansi Teknis dan KabKota. - Klarifikasi kepada sumber kasus. - Analisis teknis sesuai fungsi masing-masing. PRENINJAUAN LAPANGAN : - PPNSPPLHD - Bidang Terkait - Staf Ahli Tenaga Teknis - Subbag HukumSet Bid.Terkait PPLHD PPNS Universitas Sumatera Utara Keputusan Kepala Bapedaldasu tersebut mengacu kepada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 19 Tahun 2004, tanggal 29 Januari 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Pengaduan Kasus Pencemaran danatau Perusakan Lingkungan Hidup. Untuk menangani kasus-kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup di BLHSU telah dibentuk Tim Koordinasi Penanganan Kasus Lingkungan Hidup sesuai dengan Keputusan Kepala BLHSU Nomor 283BPDL-SUS2004 tanggal 14 Mei 2004 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penanganan Kasus-kasus Pencemaran danatau Perusakan Lingkungan Hidup. Tim Penanganan Kasus terdiri dari bidang hukum, bidang teknis, tenaga ahli dan PPNS-LH serta PPLHD. Dalam rangka efektifitas pelaksanaan penanganan kasus lingkungan dibentuk Sekretariat Tim Penanganan Kasus Lingkungan Hidup. Tata laksana penanganan kasus lingkungan hidup sebagaimana diatur pada Pasal 4 Keputusan Kepala BLHSU Nomor 296BPDL-SUS2004 adalah sebagai berikut : 1. Sekretariat penanganan kasus lingkungan hidup menerima dan mempelajari data- data kasus untuk menentukan klasifikasi kasus; 2. Sekretariat penanganan kasus selanjutnya menyampaikan laporan tertulis kepada Kepala BLHSU untuk tindak lanjut penanganan kasus; 3. Laporan dimaksud di atas dilengkapi dengan rencana penanganan kasus dan personil Tim Penanganan Kasus yang akan ditugaskan untuk melakukan verifikasi. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya pada Pasal 5 ditentukan bahwa : 1. Verifikasi dapat dilakukan melalui surat, telepon atau alat komunikasi lainnya, atau melakukan pengecekan dan penelitian lokasi yang diduga telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, atau mengundang pihak terkait; 2. Khusus untuk kasus-kasus yang perlu dilakukan verifikasi lapangan, Kepala BLHSU menugaskan Tim untuk melakukan verifikasi; 3. Tim verifikasi beranggotakan bidang teknis atau PPLHD, sekretariat kasus serta tenaga ahli yang sesuai dengan sifat kasus apabila diperlukan. Tim verifikasi mempunyai tugas : 1. Memeriksa kebenaran informasi danatau pengaduan danatau laporan tentang adanya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup; 2. Meneliti sumber pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang terjadi; 3. Meneliti tingkat pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang terjadi; 4. Meneliti perkiraan jenis dan besarnya kerugian yang timbul terhadap masyarakat korban dan lingkungan; 5. Meneliti peraturan perundang-undangan yang dilanggar. Pihak pengadu dan pihak yang diadukan dapat mendampingi tim verifikasi pada saat tim tersebut menjalankan tugasnya, apabila diperlukan. Juga dapat melibatkan instansi terkait dan instansi yang menangani lingkungan hidup KabupatenKota untuk bersama-sama dengan tim melaksanakan verifikasi. Universitas Sumatera Utara Hasil temuan tim verifikasi dapat berupa : a. Bukan merupakan kasus lingkungan tetapi permasalahan sosial lainnya; b. Telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran administratif, tetapi tidak mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau kerusakan lingkungan hidup; c. Telah terjadi pelanggaran administratif, mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup; d. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian; e. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup dan ditemukan bukti-bukti awal terjadinya tindak pidana lingkungan hidup. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, tim verifikasi mengusulkan rekomendasi tindak lanjut penanganan kepada Kepala BLHSU sebagai berikut : a. Bukan kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, maka segera diteruskan kepada instansi teknis yang membidangi usaha danatau kegiatan yang bersangkutan; b. Telah mengakibatkan terjadinya pelanggaran administratif, tetapi tidak mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, maka dilakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup oleh bidang teknis yang berwenang melakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup; c. Telah terjadi pelanggaran administratif, dan mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, maka dijatuhkan tindakan Universitas Sumatera Utara administratif dan dilakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. d. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup yang mengakibatkan kerugian, maka dilakukan langkah-langkah untuk memfasilitasi dan mengkoordinasikan penyelesaian sengketa lingkungan hidup baik melalui pengadilan maupun di luar pengadilan; e. Telah terjadi pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup dan ditemukan bukti-bukti awal terjadinya tindak pidana, maka dilakukan langkah penegakan hukum pidana oleh Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil Lingkungan Hidup. Pada pasal 10 Keputusan Kepala BLHSU Nomor 296BPDL-SUS2004 diatur mengenai: 1. Kepala BLHSU menetapkan Keputusan untuk meyetujui atau menolak rekomendasi tindak lanjut yang diajukan tim verifikasi; 2. Apabila rekomendasi tindak lanjut disetujui, Sekretariat Tim Penanganan Kasus mempersiapkan administrasi tindak lanjut penanganan kasus dan menginformasikannya kepada pihak-pihak terkait. Hasil verifikasi pengaduan kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup bersifat terbuka sepanjang menurut sifat dan tujuannya memang terbuka untuk diketahui masyarakat. Bidang teknis yang berfungsi melakukan pembinaan teknis kinerja pengendalian pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap kegiatan danatau usaha yang telah dikenakan Universitas Sumatera Utara sanksi administrasi. Hasil pengawasan dan pengendalian tersebut dilaporkan secara tertulis kepada Kepala BLH Provinsi Sumatera Utara. Mengacu kepada mekanisme penanganan kasus-kasus pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup sebagaimana dikemukan di atas, maka jelaslah bahwa penegakan hukum administrasi lebih diutamakan jika dibandingkan dengan penegakan hukum lainnya. Hal ini menurut Kepala Bapedaldasu sekarang BLHSU adalah “karena penegakan hukum administrasi selain mempunyai fungsi sebagai instrumental, yaitu pengendalian, pencegahan dan penanggulangan perbuatan yang terlarang juga bersifat represif untuk mengakhiri pelanggaran ketentuan yang dicantumkan dalam persyaratan-persyaratan perlindungan lingkungan”. 24 Selanjutnya beliau mengemukakan bahwa “pendayagunaan sanksi administrasi jauh lebih menguntungkan, ketimbang mendayagunakan sanksi lainnya. Karena melalui penerapan sanksi administrasi diharapkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup dapat dikendalikan”. 25 Pada tahun 2004 sd 2009 kasus-kasus yang ditangani oleh BLHSU sebanyak 15 kasus, dan telah dijatuhkan sanksi administrasi berupa teguran tertulis dengan kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh pengusaha danatau pelaksana kegiatan sebanyak 7 perusahaan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini: 24 Ibid. 25 Ibid. Universitas Sumatera Utara Tabel: 2 Daftar Kasus Yang Ditangani Tim Penanganan Kasus BLH Provinsi Sumatera Utara Tahun 2004 sd 2007 No. Nama Kasus Lingkungan Lokasi Uraian Kasus Langkah tindak lanjut yang telah dilakukan Besarnya tuntutan ganti kerugian Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 1. Pencemaran Sungai Bilah diduga berasal dari limbah PT. Siringo- ringo Daerah Aliran Sungai Bilah Kab.L,Batu - Diduga PKS PT. Siringo- ringo membuang limbah cair langsung ke Sungai Bilah. - Air Sungai Bilah yang digunakan masyarakat untuk kegiatan mandi, cuci dan kakus mengakibatkan timbulnya penyakit gatal- gatal yang diduga berasal dari buangan limbah cair PKS. PT. Siringo-ringo. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah disampaikan Surat Tegoran I No. 820.ABPDL-SUS2004 tanggal 29-10-2004 untuk kesediaan pihak Perusahaan memperbaiki IPALnya dalam waktu 3 bulan sebagaimana tercantum dalam Surat Tegoran. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu 2. Pencemaran lingkungan oleh PT.Nubika Jaya Desa Sisumut Kec. Kota Pinang Kab.L.Batu - PKS. PT. Nubika Jaya diduga telah membuang limbah pabrik ke media lingkungan yaitu parit Ramona yang bermuara ke Sungai Baba tanpa di proses terlebih dahulu melalui IPAL. - Pencemaran udara diduga berasal dari kegiatan PKS. PT. Nubika Jaya yang menimbulkan dampak terhadap kesehatan masyarakat Telah dilakukan Verifikasi ke Lapangan dan sudah disampaikan Surat Tegoran I No. 819.ABPDL-SUS2004 tanggal 29-10-04 dalam waktu 3 bulan agar pihak perusahaan menyelesaikan Dokumen Pengelolaan Lingkungan, perbaikan IPAL, memeriksakan Sampel ke Laboratorium dan melaporkan hasilnya kepada Bapedaldasu. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu Universitas Sumatera Utara - Pembangunan tembok yang dijanjikan oleh pihak Perusahaan kepada masyarakat untuk mengantisipasi dampak kebisingan belum juga dibangun 3. Pencemaran udara oleh kegiatan Pabrik PT. Marindal Cipta Prima Desa Marendal I Kec. Patumbak. Kab.Deli Serdang Warga masyarakat yang berdomisili disekitar lokasi Pabrik merasa resah dan terganggu akibat dampak Pencemaran Udara yang diduga berasal dari PT.MCP berupa : a. Kebisingan, debu dan serbuk hitam, b. Akibat pencemaran tersebut kesehatan masyarakat terganggu yaitu timbulnya penyakit sesak nafas, batuk – batuk dan gatal- gatal. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah disampaikan Surat Tegoran I No. 115 BPDL-SUS2004 tanggal 26 Februari 2004 dalam waktu 3 bulan agar pihak perusahaan bersangkutan memperbaiki proses pengolahan limbah udara yaitu : a. Meninggikan cerobong asap dan membuat stage untuk mempermudah pemeriksaan emisi : b. Mengadakan alat Ancenerator c. Membuat Dokumen UKLUPL. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu 4. Dampak negatif dari pembangunan PT. Inalum terhadap masyarakat sejak tahun 1980. Desa Kuala Tanjung Kec. Air Putih Kab. Asahan - Dampak kerusakan lingkungan sawah dan rumah penduduk ± 800 Ha sejak tahun 1980 mengalami banjir yang di duga disebabkan oleh pembangunan PT. Inalum. - Pembangunan transmisi line menimbulkan dampak kesehatan terhadap masyarakat. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan dalam pertemuan Tim Bapedaldasu dengan pihak PT. Inalum telah disampaikan agar PT. Inalum melakukan proses pengolahan limbah sludge yang ada pada land field, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan lingkungan yang berlaku. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu Universitas Sumatera Utara 5. PT. Mandiri Inti Buana. Dusun I Desa Dalu X.A Kec. Tj. Morawa Kab. D. Serdang Masyarakat Dusun I Desa Dalu merasa resah akibat pembuangan limbah padat ke tanah milik Buchairi yang berada ditengah- tengah pemukiman penduduk, sehingga menimbulkan dampak berupa : - Pencemaran udara asap yang menggangu kesehatan : batuk dan sesak nafas. - Sumur masyarakat tercemar karena resapan air. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah disampaikan Surat Tegoran I No. 279 BPDL-SUS2004 tanggal 12 Mei 2004 dalam batas waktu 3 bulan agar melakukan perbaikan : - Limbah padat yang dibuang ketanah milik Buchairi agar segera diangkut dikosongkan. - Mengefektifkan tangki clarifier dan aerator pada IPAL. - Memeriksakan sampel air ke Laboratorium dan melaporkan hasilnya kepada Bapedaldasu. - Limbah sludge agar dikumpulkan pada tempat tertutup. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu 6. Limbah Cair PKS. PT. Asam Jawa belum memenuhi Standar Baku Mutu. Kec. Kota Pinang Kab. L. Batu Sesuai hasil Analisa Laboratorium PT. Sucopindo terhadap limbah cair PKS. PT. Asam Jawa salah satu parameter yang di analisa masih melebihi Baku Mutu yaitu parameter BOD. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah menyarankan kepada pihak perusahaan agar melakukan : 5. Perbaikan IPAL sekaligus mengope- rasikannya secara efektif dan optimal. 6. Memeriksakan limbah cair ke Lab. Dan melaporkan hasilnya kepada Bapedaldasu. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu 7. Pembangunan Pabrik Pengolahan Karet PT. Fairco Bumi Lestari . Ds. Parapat Janji Kec. Buntu Pane Kab. Asahan. Pendirian bangunan Pabrik Pengolahan Karet PT. Fairco Bumi Lestari di DAS Sei Silau tidak mendapat izin dari PU. Pengairan SU, karena lokasinya berbatasan langsung dengan Sungai sehingga berpotensi menimbulkan dampak lingkungan yaitu terjadinya erosi dan penurunan kualitas air Sei Silau. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah disampaikan Surat Tegotan I No. 821.ABPDL-SUS2004 tanggal 29 – 10-04 dalam batas waktu 3 bulan kepada pihak perusahaan untuk menyelesaikan : - Surat Izin dari PU. Pengairan SU. - PerbaikanPenyempurnaan IPAL dan pengoperasian IPAL secara kontinu dan optimal. - Menanggulangi dampak kerusakan lingkungan terhadap Sei Silau. - Memeriksakan sampel air limbah ke laboratorium dan melaporkan hasilnya kepada Bapedaldasu. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu Universitas Sumatera Utara 8. Pembuangan air limbah Peternakan Ayam milik Ramlan Barus CS PT. Comfeed ke media lingkungan. Dusun I Desa Bangun Rejo Kec. T. Morawa Kab. Deli Serdang. Diduga ikan-ikan yang ada dikolam- kolam penduduk banyak yang mati karena buangan air limbah yang berasal dari peternakan Ayam milik Ramlan Barus CSPT. Comfeed. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan pemeriksaan ulang akan dilaksanakan apabila kegiatan ternak ayam beroperasi kembali, karena pada saat investigasi kandang ayam dalam keadaan kosong. Dalam proses pengawasan 9. Pembuangan limbah cair ke media lingkungan parit, sawah penduduk oleh PT. Shamrock. Jalan Namorambe Kec. Delitua Kab.Deli Serdang Diduga PT Samhrock telah membuang limbah cair kemedia lingkungan yaitu Parit, Sawah penduduk sehingga menimbulkan keresahan masyarakat dan dikhawatirkan hasil pertanian menurun. - Memeriksakan Sample limbah cair ke lab dan melaporkan hasilnya ke Bapedaldasu. - Membuat tempat penimbunan sludge wadah yang tertutup. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu 10. Kegiatan Penambangan Emas oleh PT. Newmont Horas Nauli. Kec. Batangtoru Kab. Tapsel. Berdasarkan Surat Kadis Pertambangan dan Energi Propsu No. 540665DP- E2004 tanggal 13 Juli 2004 meminta Bapedaldasu turut menyaksikan penggambilan sampel limbah khususnya PT. Newmont Horas Nauli dan mengirimkannya ke Pusarpedal di Serpong, Laboratorium Corelab Indonesia, dan PT. ALS Bogor. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah dilakukan pengambilan sampel di lokasi penambangan pada 5 lima titik yaitu : Anak Sungai di Hulu tumpahan lumpor bor Anak Sungai di Hilir tumpahan lumpur bor Aek Pahu setelah anak sungai Aek Pahu Sungai Aek Pahu Aek Pahu setelah bercampur dengan Menurut hasil analisis ketiga Laboratorium yang ditunjuk bahwa kandungan Sianida Cu pada limbah PT. Hewmonth Horas Nauli masih dibawah Baku Mutu Limbah domestik masyarakat Batang Toru. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu Universitas Sumatera Utara 11. PMKS. PT. Sungai Pinang membuang limbah cair ke Aliran Sungai Simangayak. Dusun Aek Batu Desa Asam Jawa Kec. Torgamba Kab. L. Batu. Diduga PMKS PT. Sungai Pinang membuang limbah cair ke Sungai Simangayak sehingga meresahkan masyarakat petani, akibat pembuangan limbah tersebut hasil pertanian penduduk berupa palawija dari tahun ketahun terjadi penurunan. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah disampaikan Surat Tegoran I No. 818.ABPDL-SUS2004 tanggal 29-10-04 dalam batas waktu 3 bulan pihak perusahaan berkewajiban meyelesaikan : - Dokumen UKLUPL - Perbaikan IPAL dan mengoperasikannya secara optimal. - Memeriksakan sampel limbah cair ke lab dan melaporkan hasilnya ke Bapedaldasu.. Dalam proses pembinaan dan pengawasan Bapedaldasu 12. Perambahan Hutan Register VI Angkola yang dilakukan oleh PT. Mujur Lestari. Desa Picorkoling Kec. BT. Angkola Kab. Tapsel. - Perambahan hutan Register VI Angkola diduga dilakukan oleh Yayasan Bagas Godang Bege Hami Pijorkoling bekerjasama dengan PT. Mujur Lestari. - Batas waktu IPKHH yang dikeluarkan Pemkab Tapsel kepada Yayasan tanggal 1-8- 2001 sd 1-8- 2002 namun kenyataan di lapangan penebangan kayu masih terus berlangsung walaupun izinnya sudah habis masa berlakunya. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dengan hasil sebagai berikut : - Kegiatan penebangan kayu masih terus berlangsung, karena secara kasat mata alat-alat berat yang digunakan untuk penebangan kayu masih terlihat di basecame - Pihak Dishut Tapsel tidak melibatkan Kapedal Tapsel dalam pemberian izin. - Tim menyarankan kepada Pemkab Tapsel untuk menghentikan penebangan kayu tersebut karena arealnya masih dalam DTA. - Bupati Tapsel telah memerintahkan Dishut Tapsel untuk penghentian kegiatan penebangan kayu Penanganan Kasus telah diambil alih oleh Kementerian Negara LH Universitas Sumatera Utara 13. PT. PERTAMINA Persero DOH NAD Sumbagut yang ada di Desa Bukit Kunci termasuk kategori penghasil limbah B-3. Desa Bukit Kunci Kec. PKL. Susu Kab. Langkat Limbah sludge yang berasal dari proses pencucian Tangki Timbun termasuk kategori limbah B3, pencucian Tanki Timbun dilakukan 3-4 tahun sekali. Jika tidak diolah dengan baik maka dikhawatirkan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah menyarankan kepada pihak Perusahaan untuk : - Memeriksakan limbah sludge melalui metode TCLP dan atau LD 50 di Pusar Pedal Bogor-Jawa Barat - Jika hasil pengujian ternyata limbah sludge mengandung B3 maka pihak Perusahaan berkewajiban mengurus Izin Penimbunan Sludge sementara sesuai ketentuan yang tertuang dalam PP No.18 tahun 1999 jo PP No. 85 tahun 1999. - Bila ternyata hasil uji TCLP dan LD50 limbah sludge tersebut tidak mengandung B3 maka pihak Perusahaan diperbolehkan membuang, menanam limbah sludge di lahan milik Perusahaan. - Pihak Pertamina agar melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Instansi Lingkungan Hidup Daerah untuk menemukan solusi tehnologi apa yang sesuai digunakan. Dalam pengawasan Bapedaldasu 14 Pembuangan limbah oleh PT. Good Year ke media lingkungan Desa Nagori Dolok Marangir, Kec. Dolok Batu Nanggar Kab. Simalungun. Diduga Pabrik Pengolahan Karet Rubber PT. Good Year membuang limbah cair ke badan Sungai Langgar Serbelawan sehingga meresahkan masyarakat Pasar Bawah yang menggunakan air Sungai untuk kegiatan mandi mencuci, kakus, karena air sungai tersebut tidak dapat lagi digunakan untuk kebutuhan sehari- hari, bahkan air Sungai tersebut sumber penyakit gatal-gatal bila digunakan. Telah dilakukan Verifikasi Lapangan dan sudah disampaikan saran agar : - Pihak perusahaan melakukan perbaikanpenyempurnaan IPAL dan mengoperasikannya secara kontinu dan optimal. - Limbah cair agar diperiksakan ke Lab dan hasilnya disampaikan kepada Bapedaldasu. Proses pembinaan dan pengawasan oleh Bapedalda Kabupaten Simalungun Universitas Sumatera Utara 15 Dugaan pembuangan limbah akibat kegiatan PD. Murni Desa Tembung Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang. Masyarakat dusun VII Pasar VIII merasa resah akibat pencemaran yang diduga berasal dari PD. Murni yaitu : a. Pencemaran udara bau busuk yang sangat menyengat. b. Sumur masyarakat telah terkontaminasi oleh limbah. c. Masyarakat terjangkit penyakit gatal- gatal, ispah dan lain-lain. Telah dilakukan investigasi lapangan dengan hasil : a. IPAL belum memenuhi standar teknis yang ditentukan. b. Perusahaan membuang limbah ke media lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu sehingga meresahkan masyarakat sekitar lokasi pabrik. Proses pembinaan dan pengawasan oleh Bapedaldasu Sesuai dengan Tabel 2 di atas, bahwa sanksi administrasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara berupa teguran tertulis disertai dengan perintah administratif untuk melakukan perbaikan-perbaikan merupakan kategori menengah. Hal ini sesuai dengan penjelasan responden penulis yaitu PPNS- LHPPLHD BLHSU, bahwa “pemilihan sanksi administrasi terhadap perusahaan harus berlandaskan kepada asas-asas pemerintahan yang baik dan mengacu kepada ketentuan pasal 71 sd 83 UUPPLH merupakan ketentuan yang berhubungan dengan sanksi administratif sebagaimana ditegaskan dalam pasal 74 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yang menetapkan bahwa: 1 Pejabat pengawas lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat 3 berwenang: Sumber : Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara a. melakukan pemantauan; b. meminta keterangan; c. membuat salinan dari dokumen danatau membuat catatan yang diperlukan d. memasuki tempat tertentu; e. memotret; f. membuat rekaman audio visual; g. mengambil sampel; h. memeriksa peralatan; i. memeriksa instalasi danatau alat transportasi; danatau j. menghentikan pelanggaran tertentu. 2 Dalam melaksanakan tugasnya, pejabat pengawas lingkungan hidup dapat melakukan koordinasi dengan pejabat penyidik pegawai negeri sipil. 3 Penanggung jawab usaha danatau kegiatan dilarang menghalangi pelaksanaan tugas pejabat pengawas lingkungan hidup. Dari ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah dapat melakukan paksaan terhadap perusahaan untuk mencegah dan mengakhiri terjadinya pelanggaran, menanggulangi akibat yang ditimbulkan dan melakukan tindakan penyelamatan, penanggulangan danatau pemulihan“. 26 Lebih lanjut beliau mengemukakan bahwa “secara umum pelanggaran- pelanggaran yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut aspek teknis administrasi 26 PPNS-LH PPLHD BLHSU kutipan wawancara 11 Mei 2005. Universitas Sumatera Utara seperti Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL, pelanggaran standard baku mutu air limbah dan dokumen perusahaan, sehingga sanksi administrasi yang dijatuhkanpun berupa tegoran tertulis disertai kewajiban perusahaan memperbaiki peralatan teknis yang ditentukan dalam suatu jangka waktu tertentu“. 27 Strategi penanganan kasus lingkungan yang dilakukan oleh BLHSU mengacu kepada konsep kebijakan berupa pembinaan. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Kasubbid Evaluasi dan Program BLHSU, sebagai berikut “bahwa BLHSU sebagai salah satu Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara sebaiknya mengedepankan aspek pembinaan dengan penegakan hukum administrasi. Hal ini sesuai dengan sifat kelembagaan BLHSU sebagai aparat birokrasi dan sekaligus memenuhi asas subsidiaritas sebagaimana dianut oleh UUPLH, dimana aspek hukum pidana baru diberlakukan apabila sanksi administrasi danatau sanksi hukum lainnya tidak efektif”. 28 Mengacu kepada ketentuan Pasal 76 sd 83 UUPPLH, sanksi administrasi dibedakan atas paksaan pemerintahan, dan pencabutan izin. BLHSU mempunyai kewenangan: a. Teguran tertulis; b. Paksaan pemerintah; c. Pembekuan izin lingkungan; atau d. Pencabutan izin lingkungan. 27 Ibid. 28 Mantan Kasubid Evaluasi dan Program BLHSU, Dra. Nasri Yetti N., kutipan wawancara tanggal 17 Mei 2005. Universitas Sumatera Utara Pencabutan izin lingkungan dimaksud tidak membebaskan penanggung jawab usaha danatau kegiatan dari tanggung jawab pemulihan dan pidana. Akan tetapi kewenangan pencabutan izin usaha dimaksud belum pernah dilakukan oleh BLHSU. Dan sejak tahun 2008 hingga saat ini peranan PPLHD Provinsi Sumatera Utara sendiri belum berjalan sebagaimana yang diharapkan oleh UUPPLH. Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya laporan pengawasan secara reguler yang didokumentasi. Selain daripada itu, peralihan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 dimana aturan tentang tata cara pengawasan dan sanksi administratif di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup masih berbentuk rancangan, sehingga secara otomatis pengawasan terhadap perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di Sumatera Utara belum dapat berjalan optimal.

D. Tahapan Pelaksanaan Pengawasan 3.