Pemeriksaan laboratorium Diagnosa Banding

II.7. Pemeriksaan laboratorium

a. Pada pemeriksaan darah rutin. Ditentukan leukositosis, meningkat lebih dari 12.000mm 3 90 kasus bahkan pernah dilaporkan peningkatan sampai dengan 32.700mm 3 . Laju endap darah ditemukan meningkat 58 mm 1 jam. Pada hitung jenis sel darah putih didapatkan pergeseran shit to the left. 1 b. Pemeriksaan sputum dengan pengecatan gram tahan asam dan KOH merupakan pemeriksaan awal untuk menentukan pemilihan antibiotik secara tepat. 1 c. Pemeriksaan kultur bakteri dan test kepekaan antibiotikan merupakan cara terbaik dalam menegakkan diagnosa klinis dan etiologis. 2

II.8. Pemeriksaan Radiologik

II.8.1. Foto polos

Foto dada PA dan lateral sangat membantu untuk melihat lokasi lesi dan bentuk abses paru. Pada hari-hari pertama penyakit, foto dada hanya menggambarkan gambaran opak dari satu ataupun lebih segmen paru, atau hanya berupa gambaran densitas homogen yang berbentuk bulat. Kemudian akan ditemukan gambaran radiolusen dalam bayangan infiltrat yang padat. 10 Selanjutnya bila abses tersebut mengalami ruptur sehingga terjadi drainase abses yang tidak sempurna ke dalam bronkus, maka akan tampak kavitas irregular dengan batas cairan dan permukaan udara air-fluid level di dalamnya. Kavitas ini berukuran φ 2 – 20 cm. 11 Gambaran spesifik ini tampak dengan mudah bila kita melakukan foto dada PA dengan posisi berdiri. Khas pada paru anaerobik kavitasnya singel soliter yang biasanya ditemukan pada infeksi paru primer, sedangkan abses paru sekunder aerobik, nosokomial atau hematogen lesinya bisa multipel. 2 Universitas Sumatera Utara Posisi Posterior-Anterior PA : Terdapat area berbatas tegas transparan di lobus kiri atas panah putih. Kavitas diisi oleh cairan dan udara air-fluid level panah hitam. Posisi Lateral : Kavitas terlihat di lobus kiri atas dengan udara dan cairan didalamnya panah putih. Kasus pada abses paru 13 Seorang pasien 54 tahun dengan batuk berdahak yang berbau busuk. Tampak abses paru pada lobus kiri bawah di segmen superior. Universitas Sumatera Utara Seorang pria, 42 tahun dengan demam dan batuk berdahak yang berbau busuk. Os memiliki riwayat penggunaan alcohol berat, infeksi gigi didapati pada pemeriksaan fisik. Foto toraks menunjukkan adanya abses paru di segmen posterior obus kanan atas. Gambaran radiografi dari seorang pasien dengan batuk berdahak yang berbau busuk. Tampak gambaran diagnosis abses paru yang anaerobic.

II.8.2. Tomografi Komputer TK

TK merupakan scan evaluasi dengan kontras menjadi pilihan untuk tujuan skreening dan sebagai alat bantu untuk prosedur aspirasi perkutan dan drainase percutaneous catheter drainage. TK dapat menunjukkan lesi yang tidak terlihat pada pemeriksaan foto polos dan dapat membantu menentukan lokasi dinding dalam dan luar kavitas abses. 11 Pemeriksaan ini membantu membedakan abses paru dengan diagnosis banding lainnya. Pada gambaran TK, kavitas terlihat bulat dengan dinding tebal, Universitas Sumatera Utara tidak teratur dengan air-fluid level dan terletak di daerah jaringan paru yang rusak. Tampak bronkus dan pembuluh darah paru berakhir secara mendadak pada dinding abses, tidak tertekan atau berpindah letak. Abses paru juga dapat membentuk sudut lancip dengan dinding dada. 12 Gambaran CT scan contrast-enhanced axial menunjukkan lesi kavitas yang besar di lobus bawah kiri dengan dinding yang relatif tebal black arrow. Kavitas memiliki batas dalam yang halus dan air-fluid level white arrow. Terdapat reaksi inflamasi pada sekitar paru-paru yellow arrow. Terlihat adanya sudut lancip dengan dinding posterior dada.

II.8.3. Ultrasonografi USG

Pemeriksaan USG jarang dianjurkan pada pasien dengan abses paru. Namun, USG juga dapat mendeteksi abses paru. tampak lesi hipoechic bulat dengan batas luar. Apabila terdapat kavitas, didapati adanya tambahan tanda hiperechoic yang dihasilkan oleh gas-tissue interface. 2 Universitas Sumatera Utara Terletak dekat dengan dinding thoraks, proses di dalam paru kira-kira sebesar 2,5x2x2 cm pointed angle between pleura and process dengan dinding membran. Setelah pengobatan, hanya terdapat sisa gambaran hipoechoic di tempat abses sebelumnya setelah beberapa minggu II.8.4. Magnetik Resonance Imaging MRI MRI berhasil mengidentifikasi penyakit paru secara akurat untuk menentukan lokalisasi penyakit pada lapangan paru. Pada pasien dengan pneumonia dan abses paru, peradangan akut berhubungan dengan peningkatan intensitas sinyal pada T2 bila dibandingkan dengan T1 weighted image.. Pasien dengan inflamasi pseudotumor menunjukkan peningkatan yang lebih kecil dalam intensitas sinyal pada T2 weuighted image daripada yang terlihat di pneumonia akut. Kavitas abses adalah rongga yang diidentifikasi sepanjang dinding yang menebal. Pada pasien dengan penyakit paru difus diffuse histoplasmosis, TBC milier, penyakit Letterer-Siwe, dan alveolitis alergi, masing-masing penyakit muncul dengan gambaran MRI yang berbeda.. Studi-studi terdahulu menunjukkan bahwa Magnetic Resonance Imaging efektif untuk mengidentifikasi penyakit paru pada anak-anak dan dapat meningkatkan kemampuan ahli radiologi untuk membedakan gangguan paru. 14 Universitas Sumatera Utara Setelah pengobatan: perubahan sudut menunjukkan peningkatan sinyal pada daerah pleura kanan.ini merupakan sisa abses membran

II.9. Diagnosa Banding

1. Karsimoma bronkogenik yang mengalami kavitasi. 1,11 Pada penyakit ini biasanya dinding kavitas tebal dan tidak rata. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan sitologipatologi.

2. Tuberkulosis paru atau infeksi jamur.

1,11 Gejala klinisnya hampir sama atau lebih menahun daripada abses paru. Pada tuberculosis didapatkan BTA dan pada infeksi jamur ditemukan jamur. Pada penyakit aktif, dapat dijumpai gambaran bercak-bercak berawan dan kavitas, sedangkan pada keadaan tidak aktif dapat dijumpai kalsifikasi yang berbentuk garis. Universitas Sumatera Utara Terjadi pada segmen apical atau posterior pada lobus atas atau segmen superior dari lobus bawah, biasanya pada lobus atas bilateral. Kavitas berdinding tipis, halus pada batas dalam tanpa air-fluid level 3. Empiema Pada gambaran TK empiema tampak pemisahan pleura parietal dan visceral pleura split dan kompresi paru. 15 Potongan coronal dada pada gambar CT menunjukkan adanya lesi pada lobus atas kanan dengan internal air-filled cavity, dinding tebal tidak beraturan panah warna hijau dan lesi lain di sebelah bawah paru kiri dengan internal fluid, dinding tipis panah warna kuning kompresi pada Universitas Sumatera Utara lapangan paru panah kuning dan kotak. Lesi pada bagian atas paru kanan adalah abses paru dan pada bagian bawah paru kiri adalah empiema.

4. Hematom paru. Ada riwayat trauma. Batuk hanya sedikit.

Hemothoraks pada lapangan kiri paru

5. Pneumokoniosis yang mengalami kavitasi. Pekerjaan penderita jelas di

daerah berdebu dan didapatkan simple pneumokoniosis pada penderita. Pneumokoniosis, terdapat fibrosis di lapangan atas paru

6. Hiatus hernia. Tidak ada gejala paru. Nyeri restrosternal dan heart burn

bertambah berat pada waktu membungkuk. Diagnosis pasti dengan pemeriksaan barium foto. Universitas Sumatera Utara Pemeriksaan barium menunjukkan sliding hiatal hernia. Lambung berlipat dan terlihat meluas di atas diafragma II.10. Penatalaksanaan II.10.1.Terapi Medis Abses paru merupakan kasus jarang dan beberapa dokter meningkatkan pengetahuannya dalam penatalaksanaannya. Antibiotik tunggal tidak adakan menghasilkan keluaran yang memuaskan kecuali pus bisa didrainase dari kavitas abses. Pada kebanyakan pasien, drainase spontan terjadi melalui cabang bronkus, dengan produksi sputum purulen. Hal ini mungkin terbantu melalui drainase postural. 16 Antibiotik Pilihan awal biasanya dibuat jika tidak ada bakteriologi definitif, tetapi perkiraan yang beralasan bisa dibuat berdasarkan gambaran klinis yang mendasarinya dan pada aroma pus dan gambarannya pada pewarnaan gram. Pada kebanyakan abses paru mengandung streptokokus kelompok milleri dan anaerob, antubiotik atau kombinasinya yang melawan organisme ini harus dipilih. Terdapat banyak regimen awal yang mungkin diberikan. Penisilin termasuk sefalosporin, makrolide, kloramfenikol dan klindamisin semuanya telah digunakan. Penggunaan ampisilin atau amoksisilin tunggal harus dihindari karena beberapa Universitas Sumatera Utara anaerob resisten terhadapnya. Kombinasi amoksisilin dan metronidazol merupakan pilihan baik dengan efek samping yang kecil dibandingkan beberapa obat lainnya. Dapat diberikan secara oral, kecuali pasien sangat sakit atau sulit menelan, sementara menunggu hasil kultur definitifnya. Makrolide seperti eritromisin, klaritromisin atau azitromisin harus disubstitusi untuk amoksisilin pada pasien dengan riwayat hipersensitivitas ampisilin. 2 Keputusan penggantian antibiotik awal dapat diterapkan ketika hasil kultur telah diperoleh. Walaupun abses paru sering diobati dengan antibiotik selama 6 minggu, tidak terdapat percobaan klinis yang membuktikan hal itu. Periode pengobatan yang lebih singkat mungkin cukup pada pasien dimana pus telah kering melalui cabang bronkus, dengan berhentikan produksi sputum dan hilangnya gambaran air-fluid level pada radiologi toraks. Antibiotik tidak perlu dilanjutkan hingga gambaran radiologis menjelaskan bayangan parenkim. Hal ini mungkin terjadi dalam beberapa minggu. Drainase Pemeriksaan tambahan harus dilakukan pada pasien yang tidak respon terhadap antibiotik dan fisioterapi. Waktu intervensi tersebut bergantung pada pasien. Pada pasien dengan kondisi kritis dimana tidak terdapat drainase spontan melalui cabang bronkus, perlu dilakukan drainase. Pada sebagian pasien, demam berlanjut lebih dari 2 minggu walaupun pemberian antibiotik sudah sesuai dan fisioterapi menunjukkan bahwa drainase tidak adekuat sehingga perlu dipertimbangkan peningkatan intensitas pengobatan. Drainase pada pasien abses paru mungkin bisa dilakukan pendekatan melalui cabang bronkus atau secara perkutaneus. Dalam teknik sebelumnya, akvitas abses paru dimasukkan langsung dengan fibreoptic bronchoschopy atau melalui kateter yang melewatinya. 17 Pendekatan perkutaneus mungkin lebih baik. Kecuali abses paru berhubungan dengan keganasan ketika terdapat peningkatan resiko fistula permanen. Pada beberapa kasus drainase endobronkial harus dipertimbangkan. Drainase perkutaneus biasanya tidak membantu pada abses kecil multipel dan Universitas Sumatera Utara pada mereka yang mempunyai komplikasi yang tinggi seperti pneumotoraks dan fistula bronkopleura. Pada masa lalu, skrening fluoroskopi merupakan teknik konvensional untuk penempatan kateter tetapi USG mengizinkan lebih banyak lokalisasi spasial. CT scan telah digunakan secara luas dan memiliki keuntungan visualisasi yang lebih baik dalam melihat struktur intratorakal lainnya, dan banyak operator yang mengembangkan kemampuannya dalam bidang ini, yang mungkin bermanfaat ketika abses paru ditemukan. Reseksi pembedahan Dengan membandingkan dengan era sebelum antibiotik, era pembedahan abses paru jarang diperlukan, tetapi masih dilakukan jika terdapat hemoptisis berat atau abses paru berhubungan dengan keganasan. Pada kasus belakangan, reseksi hanya dicoba jika tumor operable melalui kriteria yang biasa, dengan tanpa bukti adanya metastasis, keterlibatan mediastinum, fungsi pare yang tidak adekuat atau keadaan serius kesehatan yang menyertainya. Untuk dua indikasi utama ini mungkin perlu ditambahkan abses kronik dengan gejala menetap, khususnya ketika mencoba untuk mendrain gagal dilakukan. Kronisitas mungkin bersifat sementara atau patologis, abses kronik berhubungan dengan granulasi jaringan dan diikuti dengan jaringan ikat. Definisi sementara adalah bahan perdebatan, tetapi abses yang masih menghasilkan gejala sistemik selain produksi sputum 6 minggu setelah munculnya gejala walaupun percobaan endobronkial atau percutaneus drainage, harus dipertimbangkan untuk reseksi pembedahan. 18

II.11 Komplikasi