BAB 5. PEMBAHASAN
Pada penelitian sebelumnya, prevalensi trichuriasis di Sumatera Utara pada tahun 1995 didapatkan 78.6.
23
Pada penelitian ini kami mendapatkan angka yang lebih rendah yaitu sebesar 23.3 infeksi trichuriasis pada murid
SD Negeri di Jaring Halus. Dari data didapat bahwa kecacingan yang terjadi disebabkan oleh Ascaris lumbricoides dan Trichuris trichiura ataupun salah
satunya, infeksi tunggal A. lumbricoides sebesar 6.2. Faktor lingkungan seperti iklim Indonesia yang beriklim tropis
menjadikannya daerah dengan tingkat infeksi STH yang tetap tinggi.
3
Data yang diperoleh tahun 2005 mengatakan bahwa prevalensi infeksi STH di
Indonesia lebih dari 50 untuk anak-anak usia sekolah.
1
Terjadinya angka kecacingan yang cukup tinggi bisa disebabkan oleh perilaku kehidupan masyarakat sehari-hari. Suatu penelitian yang memeriksa
anak-anak dari lima komuniti di Madras, India menemukan bahwa prevalensi dan intensitas kecacingan akan sangat lebih tinggi pada daerah desa nelayan
dimana anak-anak tidak memakai alas kaki, tidak mempunyai kamar mandi dan kurangnya air bersih.
25
Berdasarkan data epidemiologi, anak dengan tempat tinggal dan sanitasi yang buruk serta higienitas yang rendah
mempunyai risiko terinfeksi yang lebih tinggi.
1,4,5,14
Hal ini mendukung penelitian kami bahwa SD Jaring Halus merupakan daerah desa nelayan
yang harus ditempuh dengan perahu. Untuk sampai ke dermaga harus
Universitas Sumatera Utara
berjalan sekitar 1,5 jam dari kota Stabat kemudian menaiki perahu sekitar 45 menit untuk mencapai Desa Jaring Halus, desa ini tidak bisa ditempuh
dengan perjalanan darat. Desa Jaring Halus hanya memiliki satu sekolah dasar yang
mempunyai fasilitas sekolah yang kurang memadai untuk air bersih terutama kamar mandi, serta desa yang sebagian besar penduduknya mempunyai
kondisi ekonomi yang rendah. Anak-anak bersekolah hanya sedikit memakai sepatu dan untuk keseharian tidak memakai sepatu atau sandal untuk
berjalan-jalan. Sebuah penelitian yang dilakukan di Jawa Barat, Indonesia mengatakan bahwa bahwa prevalensi kecacingan yang tinggi berkaitan erat
dengan kondisi sosial ekonomi. Anak-anak yang memiliki kamar mandi di rumah, tinggal di rumah dengan lantai semen selalu menggunakan sandal
memiliki tingkat prevalensi yang rendah.
24
Infeksi cacing dapat mengganggu tumbuh kembang anak dengan timbulnya gangguan proses belajar, malnutrisi juga pada aktivitas anak
sehari-hari.
26
Salah satu mekanisme bagaimana infeksi cacing dapat mengganggu
status nutrisi
penderita kecacingan
adalah dengan
mengganggu absorpsi dan pencernaan sehingga terjadi malnutrisi dan malabsorpsi serta terjadinya respon inflamasi yang mengganggu selera
makan penderita kecacingan.
27
Pada penelitian ini status gizi baik pada kedua kelompok sampel yang diteliti. Status gizi baik pada sampel penelitian
Universitas Sumatera Utara
ini diterangkan oleh rendahnya beban cacing yang tercermin dari derajat intensitas trichuriasis yang diderita.
28
Pengobatan infeksi trichuriasis dengan dosis tunggal albendazole 400 mg selama ini tidak menunjukkan hasil yang memuaskan. pada sebagian
besar kasus trichuriasis pengobatan dengan albendazole dosis tunggal dikatakan tidak efektif.
14,29
Dosis yang berulang sering diperlukan untuk mencapai kesembuhan terhadap infeksi cacingan pada sebagian kasus.
29
Pada penelitian ini kelompok yang mendapatkan albendazole 5 hari berturut kelompok 1 memberikan angka kesembuhan yang rendah yaitu 39.3 pada
minggu pertama, pada kelompok yang mendapatkan albendazole 7 hari berturut kelompok 2 angka kesembuhannya tinggi yaitu 86.7 pada minggu
pertama. Pemeriksaan pada minggu kedua ternyata didapati peningkatan kesembuhan pada kedua kelompok, pada kelompok 1 memiliki angka
kesembuhan 68.9 dan kelompok kedua 88.3 tabel 4.2. Angka penurunan telur juga didapatkan tinggi sebesar 20.3 pada kelompok 2 dan
6.6 pada kelompok 1 tabel 4.3. Hal ini sesuai dengan penelitian di Thailand yang menyatakan bahwa
pengulangan dosis yang diberikan berturut lebih efektif untuk kesembuhan dan penurunan jumlah telur terhadap trichuriasis.
14
Data dari Cape Town di Afrika Selatan mendapati pemberian albendazole dengan dosis lebih besar
menghasilkan angka kesembuhan yang tinggi 23 400mg, 56 800 mg, 67 1200 mg serta penurunan telur yang tinggi pula 96.8, 99.3 dan
Universitas Sumatera Utara
99.7 terhadap trichuriasis.
7
Suatu laporan kasus dari Brazil mendapati penyembuhan terhadap pasien yang mengalami infeksi trichuriasis berat
tidak memberikan kesembuhan pada pemberian albendazole 400 mg selama 3 hari, tetapi pada pemberian albendazole 5 hari berturut memberikan
kesembuhan pada pasien tersebut.
30
Hal ini sedikit berbeda dengan hasil yang ditemukan pada penelitian albendazole di Sumatera Utara pada tahun
1995 menunjukkan efektivitas yang tinggi. Albendazole 400 mg dosis tunggal yang dipakai memberikan angka kesembuhan dan penurunan telur masing-
masing sebesar 93.48 dan 99.69 terhadap trichuriasis.
24
Penelitian lain di Peru menunjukkan angka kesembuhan terhadap trichuriasis sebesar 58
untuk infeksi ringan dan penurunan telur sebesar 98.4 dengan pemberian albendazole 400 mg dosis tunggal.
31
Pemberian albendazole lainnya yang telah diteliti seperti pada penelitian di Nigeria melaporkan penurunan tingkat
prevalensi dari 84 menjadi 41.7.
32
Peneliti yang sama pada tahun 2007 kembali melaporkan angka penurunan telur sebesar 56.1.
33
Suatu systematic review masih merekomendasikan pemakaian albendazole untuk
mengatasi semua jenis infeksi STH dikarenakan memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi.
34
Pemberian albendazole sebagai antihelmintik tidak saja membunuh stadium dewasa dari nematoda tetapi juga membunuh atau mensterilkan telur
dan larva.
6,9,18
Telur T. trichiura yang sudah mendapat albendazole tidak akan menjadi telur yang fertilized dan tidak akan mengkontaminasi kembali
Universitas Sumatera Utara
lingkungan, hal ini menjadi pertanyaan mengapa setiap penelitian infeksi kecacingan penurunan jumlah telur masih tetap dinilai. Efektivitas masih
dikatakan baik bila angka penurunan telur tinggi tanpa disertai angka kesembuhan yang tinggi. Angka penurunan telur dianggap cukup karena
menunjukkan penurunan beban cacing sehingga transmisi menjadi lebih jarang.
35
Antihelmintik yang digunakan pada kedokteran hewan mengatakan efektivitas dari antihelmintik ditentukan selama penentuan dosis dan
konfirmasi penelitian dari penurunan jumlah cacing, dan keberhasilan penelitian ditentukan dari pengurangan jumlah telur.
Dua indikator yang menentukan efektivitas antihelmintik pada pengobatan manusia adalah
angka kesembuhan dan penurunan jumlah telur.
36
Pada pengamatan tingkat kesembuhan pada penelitian ini ditemukan pada minggu ketiga untuk kelompok 1 sebesar 88.5 dan kelompok 2
sebesar 96.7 dan pada minggu keempat untuk kelompok 1 sebesar 93.4 dan kelompok kedua sebesar 98.3 table 4.4, menunjukkan tidak adanya
perbedaan yang bermakna diantara kedua kelompok dan kedua minggu ini P 0.005. Hasil ini sejalan dengan penelitian di Cape Town, Afrika Selatan
yang mendapati pengulangan terapi tidak menghasilkan angka kesembuhan yang bermakna setelah tercapai efek yang berbeda disetiap dosisnya.
7
Penelitian di Bangladesh mendapatkan jumlah telur T. trichiura kembali meningkat pada hari pemantauan ke 10 setelah pemberian albendazole dosis
berulang selama 3 atau 5 hari.
37
Penelitian di Uganda mendapatkan angka
Universitas Sumatera Utara
kesembuhan yang rendah pada pemberian albendazole 400 mg dosis tunggal pada minggu pertama dan kedua terapi tetapi memberikan angka
penurunan telur yang tinggi.
38
WHO menganjurkan
waktu pengamatan
setelah pemberian
antihelmintik yang dianjurkan idealnya adalah 10 sampai 14 hari. Interval pengamatan yang lebih lama akan memberikan angka efektivitas yang lebih
rendah karena terjadi maturasi dari cacing-cacing yang masih berada di stadium immature. Cacing stadium immature tidak ikut terbunuh pada
pemberian antihelmintik sehingga telur akan kembali dihasilkan setelah cacing matur.
36
Peningkatan kembali jumlah telur yang diamati ini juga mengindikasikan albendazole mungkin bisa menghambat produksi telur T.
trichiura, akan tetapi inhibisi ini hanya bersifat sementara dan hilang dalam 2 minggu.
37,38
Pada penelitian ini didapati efek samping yang dikeluhkan oleh anak- anak selama pemakaian albendazole 5 hari berturut yaitu mual pada 1 orang
anak dan pusing pada 2 orang anak, selama pemakaian albendazole 7 hari berturut didapati keluhan pusing pada 1 orang anak, mulut terasa kering pada
3 orang anak dan diare pada 1 orang anak table 4.5. Semua efek samping ini hilang dalam 1 hari tanpa diberi pengobatan. Efek samping pemberian
albendazole selama 3 hari, 5 hari dan 7 hari pada suatu penelitian di Thailand hanya didapati sakit kepala, pusing dan susah tidur.
8
Hal ini dijumpai juga pada penelitian di Medan Tembung pemakaian albendazole dosis tunggal
Universitas Sumatera Utara
selama 1 hari, 2 hari dan 3 hari dijumpai sakit kepala pada 2 orang murid.
39
Pemberian albendazole memberikan efek samping yang sangat jarang, hanya gejala gastrointestinal termasuk diare, nyeri epigastrial, muntah
secara keseluruhan.
40
Suatu systematic review hanya mendapatkan kejadian efek samping sebesar 0.14 pada penggunaan albendazole dosis
tunggal.
12
Dari penelitian ini masih dijumpai beberapa kekurangan antara lain diagnostik trichuriasis di penelitian ini juga hanya melalui pemeriksaan Kato-
Katz tunggal. Akurasi pemeriksaan Kato-Katz dalam mendeteksi infeksi STH sangat dipengaruhi variasi ekskresi telur cacing dari hari ke hari berikutnya.
Pada suatu penelitian mengenai sensitivitas dan spesifisitas Kato-Katz sebagai alat pemeriksaan di Amerika Serikat disarankan pemeriksaan
beberapa spesimen untuk meningkatkan akurasi metode ini.
41
Penelitian ini juga tidak melakukan blinding pemberian terapi, sehingga ada kemungkinan
terjadinya bisa dalam pengukuran dan interpretasi hasil penelitian.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN