Uji Parsial Uji Asumsi Klasik

52 1 Jika nilai signifikan α 0,05, atau koefisien F hitung signifikan pada taraf kurang dari 5, maka Ho ditolak. 2 Jika nilai signifikan ≥ α 0,05, atau koefisien F hitung signifikan pada taraf lebih dari sama dengan 5 maka Ho diterima.

d. Koefisien Determinasi

Dalam uji regresi linier berganda ini dianalisis pula besarnya koefisien determinasi R 2 . Keseluruhan R 2 digunakan untuk mengukur ketepatan yang paling baik dari analisis linier berganda. Jika R 2 yang diperoleh mendekati 1 maka dapat dikatakan semakin kuat model tersebut menerangkan variabel bebas terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R 2 mendekati 0 nol maka semakin lemah varibel-variabel bebas menerangkan variabel terikat. Selain melakukan uji f dan uji t, perlu juga dicari besarnya koefisien determinasi R 2 parsial untuk masing-masing variabel bebas. Menghitung R 2 digunakan untuk mengetahui sejauh mana sumbangan dari masing-masing variabel bebas, jika variabel lainnya konstan terhadap variabel terikat. Semakin besar variasi sumbangannya terhadap variabel terikat.

e. Uji Parsial

Uji digunakan untuk menguji kemaknaan parsial, dengan menggunakan uji t. 1 Jika nilai signifikansi α 0,05, atau koefisin t hitung signifikan pada taraf kurang dari 5, maka Ho ditolak. 2 Jika nilai signifikansi ≥ α 0,05, atau koefisien t hitung signifikan pada taraf lebih dari sama dengan 5, maka Ho diterima. 53

f. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik meliputi uji normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heteroskedastisitas. 1. Uji Normalitas Normalitas data dilihat dari grafik normal P-P dengan bantuan progam SPSS. Apabila titik mendekati garis diagonal, dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi apakah model regresi yang diperoleh sudah memenuhi asumsi Clasical normal linear regression model atau disingkat dengan CNLRM Algifari, 2000:32. Selain itu pengujian normalitas dapat dilakukan dengan uji kolmogorov-smirnov. Apabila variabel berdistribusi normal, maka harga kolmogorov-smirnov menghasilkan probabilitas 0,05.

2. Uji Multikolinieritas

Model regresi yang baik adalah model regresi yang variabel-variabel bebasnya tidak memiliki korelasi yang tinggi atau bebas dari multikolinieritas Algifari, 2000:83. Deteksi adanya gejala multikolinieritas dengan menggunakan nilai variance inflaction factor VIF dengan tolerance melalui SPSS. Model regresi yang bebas multikolinieritas memiliki VIF di bawah 10 dan nilai tolerance di atas 0.1. Deteksi lain dengan melihat korelasi antara variabel bebas, apabila masih di bawah 0.8, maka dapat disimpulkan tidak mengandung multikolinieritas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan model karena varian gangguan yang berbeda antara satu observasi 54 ke observasi lain. Artinya, varians dalam model tidak sama atau konstan Algifari, 2000:85. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas Ghozali, 2005:105. Untuk mengetahui gejala heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatter plot melalui Model SPSS 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN