ABSTRAK GAYA HIDUP KOMUNITAS REGGAE (Studi pada Komunitas Reggae Lampung/KORAL di Bandar Lampung)

(1)

THE LIFESTYLE OF REGGAE COMMUNITY

(A Study to Komunitas Reggae Lampung/ KORAL in Bandar Lampung)

By Ari Nugroho

Communication is a process of delivering message from communicator to communicant, which aimed to mutual understanding of means. Communication can be form in languages, gesture, signs and symbols. Communication could not be separated from mankind wherever they are. With all of its attribution, communication has formed into lifestyle. Lifestyle is a tool for one to show the personal or group’s identity characteristics. As shown in reggae community, as a social group that has certain character in shaping their lifestyles.

The main questions of this research are; 1) what are the phrases that being used to communicate in reggae community?; 2) What are the meanings that communicated by the appearance (fashion style) of reggae community members?; 3) How does reggae community create positive image to deal with negative view from society?. This research was aimed to find and describe the way of appearance of reggae community, languages or phrase, and the efforts to create positive image. This is a qualitative research with descriptive method, the data were gathered by interview, observation, documentation and literature study.

The research focused on language styles or common phrases which were used to communicate in reggae community, and also the meanings of appearance (fashion style) of reggae community members and how the community create positive image in society. The informants were the members of Komunitas Reggae Lampung/KORAL, where they were chosen by purposive sampling method. Researcher used Cultural Studies theory to support this research. The data were analyzed by reducing, displaying and verification.


(2)

purposely when the members gathered. The appearance of KORAL members could be seen when they performed, where they wore community shirt or band shirt to show the identity of their community. They also wore accessories such as hat, skullcaps, headkerchiefs, eye glasses, shoes, hair bands, bracelets with red, yellow and green colors, watches, and dreadlock hair. The reggae community gave freedom for members to explore their appearance as they desired, so it was not only about red, yellow and green colors and dreadlock hair. Meanwhile the positive image has important role for a community, to maintain the positive image KORAL made events which related to social actions. These events were planned well and had obvious targets. In other words, the events of reggae community were not coincided but planned for certain goals.


(3)

GAYA HIDUP KOMUNITASREGGAE

(Studi pada KomunitasReggaeLampung/KORAL

di Bandar Lampung)

Oleh

ARI NUGROHO

Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan agar terjadi kebersamaan dan persamaan makna. Komunikasi bisa menggunakan bahasa, gerak tubuh, isyarat serta simbol-simbol. Komunikasi telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia dimanapun berada. Bahkan dengan segala atributnya komunikasi sudah menjadi gaya hidup (lifestyle). Gaya hidup merupakan alat yang dipakai individu untuk menunjukkan karakteristik identitas perseorangan ataupun anggota kelompok tertentu. Begitu pun dengan komunitas reggae yang merupakan kelompok sosial tertentu yang memiliki kekhasan dalam membentuk gaya hidupnya.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1) Istilah-istilah apa saja yang digunakan dalam berkomunikasi pada komunitas reggae?; 2) Makna apa yang dikomunikasikan komunitas reggae melalui cara berpenampilan dalam fashion/style yang melekat pada penampilan komunitasreggae?; 3) Bagaimana cara komunitas reggaemenyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat?. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menggambarkan cara berpenampilan pada komunitas reggae,

gaya bahasa atau istilah-istilah yang digunakan dalam berkomunikasi pada komunitasreggae

dan untuk mengetahui cara komunitas reggae menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian


(4)

Penelitian ini difokuskan pada gaya bahasa atau istilah-istilah yang digunakan dalam berkomunikasi dalam komunitas reggae, makna apa yang dikomunikasikan komunitas

reggae melalui cara berpenampilan dalam fashion/style yang melekat pada penampilan komunitas reggae, dan cara komunitas reggae menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat. Informan dalam penelitian ini adalah Komunitas Reggae Lampung/KORAL di Bandar Lampung dengan teknik purposive sampling (disengaja). Adapun teori yang mendukung penelitian ini adalah teori cultural studies. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik reduksi data, display

dan verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya berpenampilan komunitas reggae

Lampung/KORAL terlihat dari warna merah kuning hijau dan gaya rambut gimbal/dreadlock.Dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama anggota-anggota dalam komunitas KORAL, terdapat istilah/bahasa sehari-hari yang digunakan saat sedang berkumpul dan terdapat istilah-istilah mengenaireggaeyang digunakan saat kumpul bersama yang didapat dari ketidaksengajaan maupun sengaja di buat. Dari gaya berpenampilan komunitas KORAL terlihat pada saat mereka melakukan kegiatan peformance seperti penggunaan kaos komunitas (KORAL) dan kaos band masing-masing sebagai identitas komunitas serta aksesoris seperti topi,kupluk,slayer, kacamata, sepatu, tali-temali di rambut, gelang-gelangan berwarna merah kuning hijau ditangan dan juga jam tangan serta gaya rambut yang dominan gimbal. Namun komunitasreggae membebaskan tiap-tiap anggotanya untuk mengeksplor gaya berpenampilannya sesuai denganstyleyang diinginkannya dan tidak mengharuskan berwarna merah, kuning, hijau serta berambut gimbal. Citra positif merupakan sesuatu yang penting bagi organisasi/komunitas. Dalam mempertahankan suatu citra yang positif bukan suatu hal yang mudah. Maka dari itu komunitas reggae lampung membuat kegiatan/event-eventyang berkaitan dengan tema sosial dalam menciptakan citra positif yang memerlukan program terencana dengan baik dan jelas sasarannya. Atau dengan kata lain, kegiatan komunitas reggae bukanlah kegiatan yang bersifat kebetulan tetapi kegiatan yang benar-benar direncanakan untuk tujuan tertentu.


(5)

No Hari/ Tanggal Kegiatan 1. Minggu,

05 Agustus 2012

Pukul 17.00 WIB Pra riset, berkenalan dengan

komunitas KORAL sebelum melakukan penelitian dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian sekaligus buka puasa bersama.

2. Sabtu,

15 September 2012

Pukul 19.00 WIB Peneliti datang ke rumah saudara Rendra Maramis berbincang-bincang mengenai

reggaedan KORAL dengan ketua dan anggota KORAL lainnya.

3. Sabtu,

22 September 2012

Observasi penelitian saat anggota KORAL sedang berkumpul di rumah Rendra Maramis sambil berbincang-bincang dan diperlihatkan dokumentasi KORAL.

4. Minggu, 23 September 2012

Wawancara dengan ketua KORAL terkait sejarah KORAL dan perkembanganreggaedi Bandar Lampung.

5. Sabtu,

29 September 2012

Pukul 20.00 WIB Observasi penelitian, peneliti mengamati dan mengikuti serta mengambil

dokumentasi saat anggota KORAL latihan musik di rumah Rendra Maramis, Enggal.

6. Minggu, 30 September 2012

Pukul 16.00 WIB melakukan riset, observasi, berbincang-bincang mengenaireggaedan KORAL dengan wakil ketua KORAL di Pasar Seni,Enggal. 7. Jum’at,

05 Oktober 2012

Pukul 19.00 WIB melakukan riset penelitian,

observasi dan wawancara dengan salah satu informan dan mengamati anggota KORAL latihan musik di rumah Rendra Maramis.

8. Sabtu,

13 Oktober 2012

Pukul 16.00 WIB, wawancara salah satu informan di Fisip Unila.

9. Minggu,

21 Oktober 2012

Pukul 20.00 WIB wawancara dengan dua informan di rumah Rendra Maramis dan di studio musik yang berada di teluk betung.

10. Oktober 2012 melakukan riset, observasi, pengambilan dokumentasi pada saat peformance di Darmajaya

11. Oktober 2012 Pukul 10.00 WIB melakukan riset, observasi, pengambilan dokumentasi pada saat peformance di Lapangan Saburai, Enggal.

11. Selasa,

30 Oktober 2012

Pukul 16.00 WIB wawancara dengan warga sekitar Pasar Seni, Enggal.

12. Sabtu,

10 November 2012

Pengambilan dokumentasi berupa foto di Rumah Rendra Maramis.


(6)

A. Gambaran Umum KomunitasReggaeLampung (KORAL)

1. Sejarah Terbentuknya KomunitasReggaeLampung (KORAL)

Pada awalnya Komunitas Reggae

Lampung terbentuk hanya memiliki empat anggota dan belum memiliki struktur organisasi yang lengkap. Proses terbentuknya komunitas ini berawal dari sebuah ide untuk membentuk perkumpulan atau komunitas bagi penggemar dan praktisi musik Reggae

yang ada di Bandar Lampung.

Tepatnya di pertengahan Agustus tahun 2009, munculah sebuah ide mereka berempat yang terdiri dari David, Gepeng, Dedi dan Yudi yang merasa begitu tertarik dengan musik reggae maka dari itu mereka mencoba mengadakan event dan mulai mengumpulkan teman-temannya yang suka dengan musik reggae serta menyatukan visi misi untuk membentuk perkumpulan atau semacam komunitas sebagai wadah mereka bernaung. Berawal dari sering berkumpul dan senang

Gambar 1. Logo Komunitas Reggae Lampung


(7)

bermain musik reggae munculah sebuah ide dan kesepakatan dari mereka bersama maka terbentuklah sebuah komunitas yang di beri nama Komunitas

ReggaeLampung yang bisa di singkat menjadi KORAL.

Setelah terbentuk, David dan kawan-kawan semakin serius mendalami bidang musik reggae ini. Mereka berempat terus mengajak orang lain untuk ikut bergabung dan tak jarang juga banyak remaja seperti pelajar yang bergabung karena merasa tertarik dengan musikreggaedan visi misinya. Seiring berjalannya waktu, jumlah keanggotaan terus bertambah banyak dengan masuknya anggota baru yang bergabung. Dari kondisi seperti ini terpikir untuk meresmikan dan membentuk struktur organisasi yang lengkap pada KomunitasReggaeLampung.

Maka akhirnya pada tanggal 7 bulan September 2009 semua anggota yang tergabung dalam Komunitas Reggae Lampung mengadakan acara berkumpul di

Cafe Babe untuk meresmikan sekaligus mendiskusikan tentang struktur organisasi. Pada waktu itu juga terbentuklah struktur KomunitasReggaeLampung yang terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, humas, koordinator dokumentasi, koordinator musik, koordinator olahraga dll. Awal terbentuk keanggotaan yang ada kurang lebih sebanyak 20 anggota, dan hingga saat ini anggota yang tergabung dalam komunitas reggaelampung kurang lebih sebanyak 50an anggota yang terdata aktif.

Komunitas reggae lampung adalah sebuah induk organisasi dari komunitas

reggae yang sekretariatnya berada di Pondok No. 16 Pasar Seni Enggal Provinsi Lampung, Kegiatan di dalam komunitas ReggaeLampung ini di antaranya sering mengadakan event musik, baksos, membuat kerajinan tangan, dreadlock servis,


(8)

jinbei servis dan buka bersama saat bulan ramadhan. Di dalamnya juga terdapat beberapabanddi antaranya Teh Manis, Yukitasenyum, Beautiful Sunrise, Goyang nam, Beach Rainbow Taste (BRT) dan Honolulu. Selain itu untuk tiap wilayah Lampung sekitarnya juga memiliki komunitas reggaemasing-masing yangsudah tersebar di berbagai kota di Provinsi Lampung, seperti Komunitas Reggae Natar (KORAN), Komunitas Reggae Metro (KOREM), Komunitas Reggae Lampung Tengah (CORLAT), dan KomunitasReggaeLampung Utara (KOREK LAUT). ( Hasil wawancara dengan ketua KORAL pada tanggal 23 September 2012)

2. Struktur Organisasi dan Keanggotaan KomunitasReggaeLampung

Bagan. Struktur OrganisasiReggaeLampung

Wakil Ketua

Alex

Koordinator Event

Iman, Ardi & Diki

Sekretaris

Rendra

Anggota

Ketua

David

Bendahara

Wanda

Humas

Revo & Leo


(9)

Komunitas Reggae Lampung (KORAL) juga memiliki struktur organisasi agar KORAL terkoordinasi dengan baik sehingga dapat berjalan lancar dan maksimal. Struktur ini tidak memiliki garis komando karena bersifat nonformal, segala informasi apapun bisa langsung didapatkan dan diberikan dari siapa saja tidak harus dari ketua.

Adapun struktur organisasi KORAL sebagai berikut :

Ketua :Choiril David

Wakil Ketua :Alex Sander Martino

KoordinatorEvent :Deddy Firmanto

Humas :Leo Gading Hasibuan

Bendahara : Wanda

Sekretaris :Rendra Maramis

Anggota : 50 Anggota

Penjelasan struktur organisasi komunitas KORAL sebagai berikut :

a. Ketua merupakan orang yang dipercaya mengkordinir seluruh kegiatan KORAL yang berbeda dengan ketua pada umumnya karena tidak adanya garis komando. Ketua yang biasanya mencari link-link dan menemui sponsor. b. Koordinator Event merupakan orang yang dipercaya untuk mencari tempat

lokasi untuk mengadakan acara dan mengatur jalannya sebuah acara KORAL. c. Humas bertugas untuk menjaga nama baik KORAL di mata masyarakat

maupun komunitas lainnya.

d. Bendahara bertugas mengelola keuangan KORAL dan membuat laporan terkait setiap event yang diikuti maupun yang diadakan KORAL.


(10)

e. Sekretaris bertugas mencatat dan menginvestasikan acara maupun barang-barang KORAL dan mendata keanggotaan dalam KORAL.

3. Visi dan Misi KomunitasReggaeLampung

Di dalam sebuah organisasi atau komunitas pasti memiliki tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut sangat penting sebagai bukti eksistensi dari organisasi atau komunitas. Tidak hanya menjadi bukti saja, tujuan bagi sebuah organisasi atau komunitas menjadi penting karena hal itu merupakan pedoman sebuah organisasi dalam menjalankan eksistensinya di masyarakat. Begitu juga dengan Komunitas ReggaeLampung, dalam setiap aktivitasnya memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai.

3.1 Visi

Menampung ide dan karya dari anggota dan mengaplikasikan menjadi pengabdian terhadap masyarakat langsung maupun tidak langsung serta menghilangkan asumsi masyarakat tentang aktivitas musikreggaeyang sering di kaitan dengan penggunaan ganja.

3.2 Misi

1. Mempererat tali persaudaraan, kebersamaan dan kepedulian sesama anggota sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman dalam menjalankan dan menjaga nama baik komunitas.

2. Memajukan musikreggaedi Lampung

3. Menghilangkan citra buruk terhadap musikreggae

4. Mengajak anggota untuk peduli terhadap keadaan sosial 5. Menjadikan musikreggaesatu dengan budaya Lampung


(11)

4. Tujuan dan Fungsi dari KomunitasReggaeLampung

4.1 Tujuan

a. Menjadi wadah berorganisasi dan mendorong kreatifitas dalam berkarya bagi para anggota dan praktisiReggaedi Lampung khususnya. b. Menjadikan kegiatan remaja-remaja di Lampung lebih bermanfaat bagi

diri sendiri dan orang lain.

c. Menaungi komunitasReggaelainnya yang ada di provinsi Lampung. d. Membangun rasa solidaritas dan cinta damai antar komunitas maupun

terhadap masyarakat luas.

4.2 Fungsi

a. Menjadikan wadah untuk berkumpulnya para senimanreggae.

b. Mengklasifikasikan tentang tanggapan buruk mengenai komunitas atau senimanreggae.

c. Mengajak para komunitas lain di luar reggaeagar bisa bersatu dan cinta damai dalam berkesenian khususnya tentang musik.

B. Gambaran Umum TentangReggae

1. Sejarah dan perkembangan musikreggae

Musik reggae memang mempunyai sejarah yang panjang. reggae tidak hanya sebuah jenis musik bertempo lambat dengan vokal berat saja, tapi juga berhubungan erat dengan kepercayaan, identitas, dan simbol perlawanan terhadap penindasan. Tahun 1968 banyak disebut sebagai tahun kelahiran musik reggae.


(12)

kecuali peralihan selera musik masyarakat Jamaika dari Ska dan Rocsteady, yang sempat populer di kalangan muda pada paruh awal hingga akhir tahun 1960-an, pada irama musik baru yang bertempo lebih lambat : reggae. Boleh jadi hingar bingar dan tempo cepat Ska dan Rocksteady kurang mengena dengan kondisi sosial dan ekonomi di Jamaika yang sedang penuh tekanan.

Kata “reggae” diduga berasal dari pengucapan dalam logat Afrika dari kata “ragged” (gerak kagok seperti hentak badan pada orang yang menari dengan iringan musik ska atau reggae). Irama musik reggae sendiri dipengaruhi elemen musik R&B yang lahir di New Orleans, Soul, Rock, ritmik Afro Caribean (Calypso, Merengue, Rhumba) dan musik rakyat Jamaika yang disebut Mento, yang kaya dengan irama Afrika. Irama musik yang banyak dianggap menjadi pendahulu reggae adalah Ska dan Rocksteady, bentuk interpretasi musikal R&B yang berkembang di Jamaika yang sarat dengan pengaruh musik Afro Amerika. Secara teknis dan musikal banyak eksplorasi yang dilakukan musisi Ska, diantaranya cara mengocok gitar secara terbalik (up-strokes), memberi tekanan nada pada nada lemah (syncopated) dan ketukan drum multi-ritmik yang kompleks.

Teknik para musisi Ska dan Rocsteady dalam memainkan alat musik, banyak ditirukan oleh musisi reggae. Namun tempo musiknya jauh lebih lambat dengan dentum bas dan rhythm guitar lebih menonjol. Karakter vokal biasanya berat dengan pola lagu seperti pepujian (chant), yang dipengaruhi pula irama tetabuhan, cara menyanyi dan mistik dari Rastafari. Tempo musik yang lebih lambat, pada


(13)

saatnya mendukung penyampaian pesan melalui lirik lagu yang terkait dengan tradisi religiRastafaridan permasalahan sosial politik humanistik dan universal.

Album “Catch A Fire” (1972) yang diluncurkan Bob Marley and The Wailers

dengan cepat melambungkan reggae hingga ke luar Jamaika. Kepopuleranreggae

di Amerika Serikat ditunjang pula oleh film The Harder They Come (1973) dan dimainkannya irama reggae oleh para pemusik kulit putih seperti Eric Clapton,

Paul Simon, Lee ‘Scratch’ Perry dan UB40. Irama reggae pun kemudian mempengaruhi aliran-aliran musik pada dekade setelahnya, sebut saja varian

reggae hip hop,reggae rock,blues, dan sebagainya.

Akar musikalreggaeterkait erat dengan tanah yang melahirkannya: Jamaika. Saat ditemukan oleh Columbus pada abad ke-15, Jamaika adalah sebuah pulau yang dihuni oleh suku Indian Arawak. Nama Jamaika sendiri berasal dari kosa kata

Arawak “xaymaca” yang berarti “pulau hutan dan air”. Kolonialisme Spanyol dan

Inggris pada abad ke-16 memunahkan suku Arawak, yang kemudian digantikan oleh ribuan budak belian berkulit hitam dari daratan Afrika. Budak-budak tersebut dipekerjakan pada industri gula dan perkebunan yang bertebaran di sana. Sejarah kelam penindasan antar manusia pun dimulai dan berlangsung hingga lebih dari dua abad. Baru pada tahun 1838 praktek perbudakan dihapus, yang diikuti pula dengan melesunya perdagangan gula dunia.

Di tengah kerja berat dan ancaman penindasan, kaum budak Afrika memelihara keterikatan pada tanah kelahiran mereka dengan mempertahankan tradisi. Mereka mengisahkan kehidupan di Afrika dengan nyanyian (chant) dan bebunyian (drumming) sederhana. Interaksi dengan kaum majikan yang berasal dari Eropa


(14)

pun membekaskan produk silang budaya yang akhirnya menjadi tradisi folk asli Jamaika. Bila komunitas kulit hitam di Amerika atau Eropa dengan cepat luntur identitas Afrika mereka, sebaliknya komunitas kulit hitam Jamaika masih merasakan kedekatan dengan tanah leluhur.

Musikreggaesendiri pada awalnya lahir dari jalanan Getho (perkampungan kaum rastafaria) di Kingson ibu kota Jamaika. Inilah yang menyebabkan gaya rambut gimbal menghiasi para musisireggaeawal dan lirik-lirik lagureggaesarat dengan muatan ajaran rastafari yakni kebebasan, perdamaian, dan keindahan alam, serta gaya hidup bohemian. Masuknya reggae sebagai salah satu unsur musik dunia yang juga mempengaruhi banyak musisi dunia lainnya, otomatis mengakibatkan aliran musik satu ini menjadi barang konsumsi publik dunia. Maka, gaya rambut gimbal atau dreadlock serta lirik-lirik ‘rasta’ dalam lagunya pun menjadi konsumsi publik. Dalam kata lain, dreadlock dan ajaran rasta telah menjadi produksi pop, menjadi budaya pop, seiring berkembangnya musik reggaesebagai sebuah musik pop.

Musik reggae, sebutan rastaman, telah menjadi satu bentuk subkultur baru di negeri ini, di mana dengannya anak muda menentukan dan menggolongkan dirinya. Di sini, musik reggae menjadi penting sebagai sebuah selera, dan rastaman menjadi sebuah identitas komunal kelompok sosial tertentu. Tinggal bagaimana para pengamat sosial dan juga para anggota komunitas itu memahami diri dan kultur yang dipilihnya, agar tidak terjadi penafsiran keliru yang berbahaya bagi mereka. Penggunaan ganja adalah salah satu contohnya, di mana reggae


(15)

para penghisap ganja. Sebuah lagu dari “Peter Tosh” (nama aslinya Peter

McIntosh), pentolan The Wairles yang akhirnya bersolo karier. Dalam lagu ini, Peter Tosh menyatakan dukungannya dan tuntutannya untuk melegalkan ganja. Karena lagu ini, ia sempat ditangkap dan disiksa polisi Jamaika.

Menurut sejarah Jamaica, budak yang membawa drum dari Africa disebut

“Burru” yang jadi bagian aransemen lagu yang disebut “talking drums” (drum yang bicara) yang asli dari Africa Barat. “Jonkanoo” adalah musik budaya

campuran Afrika, Eropa dan Jamaika yang terdiri dari permainan drum, rattle (alat musik berderik) dan conch tiup. Acara ini muncul saat natal dilengkapi penari topeng. Jonkanoos pada awalnya adalah tarian para petani, yang belakangan baru disadari bahwa sebenarnya mereka berkomunikasi dengan drum dan conch itu. Tahun berikutnya, Calypso dari Trinidad & Tobago datang membawa Samba yang berasal dari Amerika Tengah dan diperkenalkan ke orang-orang Jamaika untuk membentuk sebuah campuran baru yang disebut Mento.

Mento sendiri adalah musik sederhana dengan lirik lucu diiringi gitar, banjo, tambourine, shaker, scraper dan rumba atau kotak bass. Bentuk ini kemudian populer pada tahun 20 dan 30an dan merupakan bentuk musik Jamaika pertama yang menarik perhatian seluruh pulaunya. Saat ini Mento masih bisa dinikmati sajian turisme. SKA yang sudah muncul pada tahun 40-50an sebenarnya disebutkan oleh History of Jamaican Music, dipengaruhi oleh Swing, Rythym & Blues dari Amrik. SKA sebenarnya adalah suara big band dengan aransemen horn

(alat tiup), piano, dan ketukan cepat “bop”. Ska kemudian dengan mudah beralih dan menghasilkan bentuk tarian “skankin” pad awal 60an. Bintang Jamaica awal


(16)

antara lain Byron Lee and the Dragonaires yang dibentuk pada 1956 yang kemudian dianggap sebagai pencipta “ska”. Perkembangan Ska yang kemudian melambatkan temponya pada pertengahan 60an memunculkan “Rock Steady”

yang punta tune bass berat dan dipopulerkan oleh Leroy Sibbles dari group Heptones dan menjadi musik dance Jamaika pertama di 60an.

Bob Marley tentunya adalah bintang musik “dunia ketiga” pertama yang jadi

penyanyi group Bob Marley & The Wailers dan berhasil memperkenalkan reggae

lebih universal. Meskipun demikian, reggae dianggap banyak orang sebagai peninggalan King of Reggae Music, Hon. Robert Nesta Marley. Ditambah lagi

dengan hadirnya “The Harder they Come” pada tahun 1973, Reggae tambah dikenal banyak orang. Meninggalnya Bob Marley kemudian memang membawa kesedihan besar buat dunia, namun penerusnya seperti Freddie McGregor, Dennis Brown, Garnett Silk, Marcia Fiffths dan Rita Marley serta beberapa kerabat keluarga Marley bermunculan.

Rasta adalah jelas pembentuk musik Reggae yang dijadikan senjata oleh Bob Marley untuk menyebarkan Rasta keseluruh dunia. Musik yang luar biasa ini tumbuh dari ska yang menjadi elemen style American R&B dan Carribean. Beberapa pendapat menyatakan juga ada pengaruh : folk music, musik gereja Pocomania, Band jonkanoo, upacara-upacara petani, lagu kerja tanam, dan bentuk mento. Nyahbingi adalah bentuk musik paling alami yang sering dimainkan pada saat pertemuan-pertemuan Rasta, menggunakan 3 drum tangan (bass, funde dan repeater : contoh ada diMystic Revelation of Rastafari).


(17)

Akar reggae sendiri selalu menyelami tema penderitaan buruh paksa (ghetto dweller), budak di Babylon, Haile Selassie (semacam manusia dewa) dan harapan kembalinya Afrika. Setelah Jamaica merdeka 1962, buruknya perkembangan pemerintahan dan pergerakan Black Power di US kemudian mendorong bangkitnya Rasta. Berbagai kejadian monumentalpun terjadi seiring perkembangan ini. Reggae sendiri adalah kombinasi dari iringan tradisional Afrika, Amerika dan Blues serta folk (lagu rakyat) Jamaika. Gaya sintesis ini jelas menunjukkan keaslian Jamaika dan memasukkan ketukan putus-putus tersendiri, strumming gitar ke arah atas, pola vokal yang ‘berkotbah’ dan lirik yang masih seputar tradisi religiusRastafari.

Meski banyak keuntungan komersial yang sudah didapat dari reggae, Babylon (Jamaika), pemerintah yang ketat seringkali dianggap membatasi gerak namun bukan aspek politis Rastafarinya. “Reg-ay” bisa dibilang muncul dari anggapan

bahwa reggae adalah style musik Jamaika yang berdasar musik soul Amerika

namun dengan ritem yang ‘dibalik’ dan jalinan bass yang menonjol. Tema yang

diangkat emang sering sekitar Rastafari, protes politik, dan rudie (pahlawan hooligan). Bentuk yang ada sebelumnya (ska & rocksteady) kelihatan lebih kuat pengaruh musik Afrika-Amerikanya walaupun permainan gitarnya juga mengisi

‘lubang-lubang’ iringan yang kosong serta drum yang kompleks. Di Reggae

kontemporer, permainan drum diambil dari ritual Rastafarian yang cenderung mistis dan sakral, karena itu temponya akan lebih kalem dan bertitik berat pada masalah sosial, politik serta pesan manusiawi.8

8

http://www.indoreggae.com/artikel4.html. di unduh pada tahun 2010. Di akses pada tanggal 10 september 2012


(18)

2. Perkembangan musikReggaedi Indonesia

Perkembangan musik Reggae Indonesia bisa dikatakan dalam kondisi di atas angin. Hampir tiga hingga empat event dapat terselenggara dalam setiap minggunya dan puluhan ribu pemuda pemudi di Indonesia ikut berpartisipasi dalam setiap eventnya. Bisa dikatakan musik Reggae merupakan musik yang paling digandrungi oleh pemuda pemudi Indonesia di era ini dibandingkan genre musik lainnya.

Namun situasi serta kondisi seperti ini juga akan memaksa para penyelenggara musik, sponsor, komunitas serta musisi Reggae Indonesia untuk dapat menciptakan suasana yang aman dan nyaman dalam mewujudkan karya-karya terbaiknya dan bukan hanya sekedar atau berhenti pada titik memetik dan menikmati hasilnya saja.

Akan tetapi tetap bertahan pada garis perjuangan Reggae itu sendiri dan jangan sampai pihak-pihak tertentu memanfaatkan situasi ini ataupun melemahkan perjuanganReggaetersebut. Berbagai perjuangan tersebut pun akan menemui fase di mana akan terjadi feedback dari masyarakat secara umum terhadap perkembangan Reggae Indonesia tersebut. Para generasi muda Reggae Indonesia sudah seharusnya kritis dalam memilih dan memilah dalam mengamil keputusan, apa yang seharusnya mereka lakukan bila menemui situasi ataupun kondisi yang kritis seperti yang sedang terjadi pada bangsa saat ini. Nafas Reggae yang sarat akan lirik-lirik yang berisi tentang perjuangan dan pembebasan kaum yang lemah dari penindasan para penguasapun sudah seharusnya menjadi darah daging rakyat


(19)

Reggae Indonesia juga para musisi yang kini dianggap rakyat Reggae Indonesia telah populer.

Para musisi Reggae Indonesia yang menanam hingga tumbuh dan berkembang sejak era 1960an hingga 1980an dan tetap eksis hingga saat ini, tidak dapat dipungkiri bahwa merekalah yang telah membuka gerbang awalReggaeIndonesia di belantika musik Indonesia. Dengan tetap menjaga kualitas dari karya-karya mereka, menandakan bahwa kualitas musisiReggaeIndonesia sebagai pribadi dan karya mereka memang merupakan hal yang utama untuk diperhitungkan dalam perkembagan Reggae di ndonesia. Dan ini yang membuat Reggae Indonesia digandrungi oleh para pecintanya.

Begitu kayanya musik yang telah terlahir di Tanah Ibu Pertiwi ini, yang bisa menjadi sumber mata air dalam mengeksplorasi Reggaedapat membawa seni dan budaya dari wilayah Barat ke Tengah lalu ke Timur dari Indonesia menjadi bagian dari semakin eratnya pertalian pesaudaraan pemuda pemudi Indonesia. Seperti berbagai musik yang dapat kita dengarkan, jutaan bahkan puluhan juta jenis musik dengan berbagai bahasa yang tumbuh dan berkembang di Tanah Air kita. Sebut saja musik Campur Sari, Keroncong, Gamelan bahkan musik dari Papua dan berbagai music daerah lainnya yang telah mewarnai Negeri kita sejak jaman dahulu dapat berkolaborasi dengan harmonis dengan musik Reggae. Dan semua ini merupakan proses dari penetapan jati diri dari Reggae Indonesia dan menjadi pembuka gebang perubahan terhadap perbaikan di negeri Indonesia tercinta ini.9

9

Komunitas reggae serang. Perkembangan musik reggae indonesia menjadi gerbang perubahan indonesia. http://beritakorese.blogspot.com/2011/11/perkembangan-music-reggae-indonesia.html. di unduh pada 3 november 2011. Di akses pada tanggal 10 september 2012


(20)

3. KomunitasReggaedi Bandar Lampung

Awal pertama kalinya musik reggae masuk ke Bandar Lampung sekitar tahun 2006an, yang bermula dari acara-acara festival musik yang sering diselenggarakan pihak-pihak swasta seperti contoh perusahaan rokok yang sedang meluncurkan produk terbarunya bahkan dari acara-acara pentas seni yang diadakan pihak sekolah maupun universitas. Semenjak dari itu mulailah bermunculan band-band yang beraliran reggae. Di saat itu, memang belum adanya komunitas dengan struktur organisasi yang terbentuk atas komitmen sebagai wadah minat dan seni dalam dunia reggae. Sehingga pada tahun 2009, terbentuklah KomunitasReggae

Lampung (KORAL) yang dulu sebelumnya bernama Komunitas Reggae Bandar Lampung dan sekarang sekretariatnya beradadi Pondok No. 16 Pasar Seni Enggal Bandar Lampung. Namun tidak hanya sekretariat komunitas reggae saja tetapi di Pasar Seni Enggal juga terdapat beragam komunitas-komunitas, seperti contohnya komunitas pelukis, komunitas seni tari, komunitasgraffiti,komunitaspunkdll.

Dan waktu pun terus berganti seiring perkembangan zaman, musik reggae telah menjadi fenomena yang menarik dan mulai di sukai di berbagai kalangan masyarakat Lampung. Kemudian di tahun-tahun berikutnya banyak bermunculan grup-grup band dan komunitas reggae lainnya dari berbagai daerah yang ada di Lampung seperti contoh KomunitasReggae Natar (KORAN), KomunitasReggae

Metro (KOREM), Komunitas Reggae Lampung Tengah (CORLAT), Komunitas

ReggaeLampung Utara (KOREK LAUT) dan bahkan ada juga komunitasreggae

yang sampai saat ini belum mempunyai nama dan belum terstruktur organisasinya.


(21)

A. Hasil Penelitian

Reggae yang saat ini terus hidup dan melahirkan banyak gaya-gaya baru. Reggae yang telah di terima secara universal terus merambah dan sangat berpengaruh dalam perjalanan musik dari abad 20 hingga sekarang. Amerika dan Eropa pada umumnya, adalah yang paling banyak melahirkan beranekaragam jenis musik dan style yang memiliki keterkaitan sejarah denganreggae. Bahkan di Asia juga mulai berkembang terutama di Indonesia tepatnya di kota Jakarta yang sekarang di juluki sebagai ibukota Reggae Asia Tenggara yang saat ini sudah banyak band-band dan komunitasreggae yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu komunitas itu berada di Provinsi Lampung yang benama KomunitasReggaeLampung (KORAL).

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah diuraikan jawaban-jawaban dari informan mengenai Gaya Hidup Komunitas Reggae Lampung (KORAL), yaitu terdiri dari: Identitas Informan yang pertama sampai keenam dan Gaya Hidup Komunitas reggae yang sudah difokuskan pada indikator-indikator sebagai berikut : Penggunaan Istilah Berkomunikasi dalam Komunitas Reggae Lampung, Pemaknaan tentang cara berpenampilan dalam fashion/style (Gaya berpakaian, Rambut dan Aksesoris) pada Komunitas Reggae Lampung (KORAL), dan Cara Komunitas Reggae


(22)

Lampung menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat.

1. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive (sengaja) berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan penulis untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan gaya hidup komunitas reggae, dan pada akhirnya membuat penulis menetapkan enam orang dari KORAL sebagai informan dalam penelitian ini yang akan membantu untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Alasan penulis memilih ke enam informan tersebut dikarenakan mereka memiliki jabatan penting dan sudah lama di KORAL. Identitas informan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Daftar Informan KomunitasReggaeLampung (KORAL)

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur (Tahun)

Pekerjaan Jabatan

1. Choiril David Laki-laki 27 Seniman Ketua

2. Alex Sander Martino

Laki-laki 25 Wirausaha Wakil Ketua 3. Rendra Maramis Laki-laki 22 Mahasiswa Sekertaris 4. Deddy Firmanto Laki-laki 27 Wiraswasta Koordinator

Seni/Event 5. Leo Gading

Hasibuan

Laki-laki 23 Wirausaha Humas

6. Reza Wibisono Laki-laki 20 Mahasiswa Anggota


(23)

1.1 Informan Pertama

Informan yang pertama dalam penelitian ini adalah David yang merupakan salah satu pendiri dan saat ini ia di percaya sebagai ketua dari Komunitas Reggae

Lampung. Laki-laki yang berusia 27 tahun ini memiliki nama lengkap Choiril David yang lahir di Bandar Lampung 29 Maret 1985. Lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar

Gambar 2. David Lampung yang kemudian sempat

melanjutkan studi di Universitas Lampung dengan Program Studi Ilmu Komunikasi (ekstensi) namun dipertengahan kuliah berhenti. Kini aktifitasnya sekarang menjadi seniman/musisi reggae dan sekaligus menjadi vokalis dari sebuah band yang bernama Teh Manis.

Mulanya ia kenal reggae dari temannya sekitar tahun 2005, dan ia semakin tertarik dengan reggaesetelah mempelajari filosofinya yang mana filosofireggae

itu sendiri hampir sama seperti filosofi kehidupannya sehari-hari. Pengalaman yang berkesan selama di komunitas reggaelampung ia pernahpeformancedi tiga tempat dalam satu malam dan pernah juga peformance tetapi tidak jadi di karenakan personilnya kurang satu.


(24)

1.2 Informan Kedua

Informan yang kedua adalah Alex Sander Martino, laki-laki yang berusia 25 tahun ini lahir di Prabumulih Sumatera Selatan pada tanggal 11 Maret 1987 dan ia merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Madrasah Sanawiyah Sumatra Selatan dan Sekolah Teknik Menengah Muhamadiyah 1 Bandar Lampung.

Gambar 3. Alex Setelah itu melanjutkan studi pada

program Diloma 3 AMIK DCC Lampung pada tahun 2006. Dan kini ia sekarang bekerja di Line Think Shop Bandar Lampung dan di KORAL ia menjabat sebagai wakil ketua.

Awal mula ia suka dengan reggae karena sering mendengarkan lagu-lagu dari Bob Marley. Yang kemudian menginspirasikannya untuk menjadi vokalis dan membentuk sebuah band yang bernama Yukitasenyum. Menurut Alex, selain menambah pengalaman dan pengetahuan dalam dunia musik reggae, dari KORAL ia juga dapat mengenal banyak musisi-musisireggaelainnya.


(25)

1.3 Informan Ketiga

Informan ketiga bernama Rendra Maramis yang merupakan salah satu pendiri juga dan sekarang menjabat sebagai sekretaris di KORAL, laki-laki yang lahir pada tanggal 8 Desember 1990 di Bandar Lampung ini merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama 22 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas 5 Bandar Lampung. Gambar 4. Rendra Dan saat ini ia sedang menjalani kuliah di Darmajaya Jurusan Sistem Informasi angkatan 2010. Awal mulanya ia tertarik dengan reggae sekitar tahun 2008, karena sering di ajakin teman bermain musik dan juga di dorong dari rasa suka terhadap kesederhanaanreggae.

Dan sampai saat ini ia masih mendalami musik reggaedengan menjadi salah satu personil di dalam band Teh Manis sebagaikeyboardiz. Menurut Rendra yang kini berusia 22 tahun, KORAL merupakan keluarga baginya, tempat untuk menghabiskan waktu luangnya dari sekedar bersenda gurau hingga berbagi pengalaman satu sama lainnya.


(26)

1.4 Informan Keempat

Informan keempat adalah Deddy Firmanto, yang akrab di panggil Iman ini lahir pada tanggal 20 November 1985. Lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Kartika II-2 dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 di Bandar Lampung. Kemudian melanjutkan program studi Desain Grafis Diploma 1 di Master Komputer. Setelah itu sempat melanjutkan program studi Tehnik Sipil

Gambar 5. Iman Arsitek Bangunan Gedung Universitas

Lampung pada tahun 2007 namun terhenti di tengah jalan. Laki-laki yang berusia 27 tahun ini merupakan salah satu pendiri juga dan saat ini ia menjabat sebagai Koordinator Seni di KORAL. Sebelum masuk aliran bergenrereggae, awalnya ia sempat di jalur Rock n Roll namun seiring mengikuti perkembangan zaman setelah di perkenalkan juga dengan kawan sekitar tahun 2007 ia mulai beralih ke genre reggae, proses terjun ke dunia reggae pun tidak sebentar membutuhkan waktu yang lama sekitar satu tahun lebih.

Menurut Iman, KORAL merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan minat dalam bermusikreggae baik itu sharing, berbagi pengalaman serta belajar berorganisasi pun bisa dan tidak harus player band dan tidak harus bisa bermain musik untuk bisa menjadi anggota namun di KORAL dominan pemain musik semua.


(27)

1.5 Informan Kelima

Informan kelima bernama Leo Gading Hasibuan yang biasa di panggil Leo ini lahir pada tanggal 26 Oktober 1989 di Bandar Lampung. Dan merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Medan. Mulanya tertarik dengan reggae sekitar tahun 2008, awalnya hanya main dengan kawan dan

Gambar 6. Leo mendengarkan lagu-lagu reggae. Setelah

itu ia mulailah mendalami tentang reggae, jadi tidak hanya tau dengan Bob Marley dan sebagainya. Ia juga merupakan pendiri dan sekarang menjabat sebagai Koordinator Humas di KORAL.

Menurutnya reggae itu sederhana apa adanya dan tidak harus menuntut sama dengan lainnya yang harus tampil keren tetapi reggaeitu lebih natural. Leo yang saat ini berusia 23 tahun ini mengaku bergabung dengan KORAL ia bisa bertemu kawan baru, lebih solid dan santai saja.


(28)

1.6 Informan Keenam

Informan terakhir dalam penelitian ini adalah Reza Wibisono. Sosok laki-laki yang kesehariannya dipanggil Reno ini lahir pada tanggal 7 Mei 1992 di Bandar Lampung. Lulusan dari Sekolah Menengah Atas Arjuna kemudian melanjutkan studi pada program D3 Humas di Universitas Lampung angkatan 2010. Ia mulai tertarik dengan

Gambar 7. Reza dunia musik reggae karena ajakan dari

temannya yang bernama Dino. Berawal dari hobi bermusik sejak SMA, Reno yang kini berusia 20 tahun ini memulai karirnya sebagai gitaris band Teh Manis.

Di tahun 2008 ia semakin tertarik dengan musik reggae, hingga akhirnya bergabung dengan komunitas KORAL dan ia juga merupakan anggota yang masih aktif sampai sekarang. Bagi Reno KORAL bukan hanya sekedar perkumpulan atau komunitas semata tetapi KORAL merupakan tempat berkeluh kesah dan berbagi suka maupun duka yang ada seperti masalah kuliah, percintaan bahkan sampai masalah keluarga.


(29)

2. Gaya Hidup KomunitasReggae

Pada subbab hasil penelitian ini akan diuraikan jawaban-jawaban dari informan mengenai gaya hidup komunitasreggae yang difokuskan pada indikator-indikator sebagai berikut :

2.1. Penggunaan Istilah Berkomunikasi dalam KomunitasReggaeLampung

Istilah dalam berkomunikasi bisa dikatakan sebagai istilah atau kode, sistem simbol yang digunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kepada seseorang. Istilah-istilah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah istilah-istilah yang muncul dan digunakan untuk berkomunikasi dalam suatu kelompok tertentu. Biasanya istilah muncul dikarenakan minat yang sama dalam suatu kelompok tertentu, dalam hal ini adalah komunitas reggae. Istilah-istilah ini sangat membantu anggota-anggota komunitas untuk saling berkomunikasi satu dengan lainnya.

Selain menggunakan bahasa sehari-hari pada umumnya, dalam berkomunikasi dengan sesama anggota dalam komunitas, seluruh informan dalam penelitian ini juga memiliki istilah-istilah tertentu yang digunakan dan hanya diketahui serta dipahami oleh sesama anggota komunitas.

Istilah-istilah tersebut sering dipakai mereka saat sedang berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman di KORAL maupun saat peformance. Istilah-istilah tersebut muncul dari interaksi sesama anggota dalam komunitas KORAL yang dibuat dengan sendirinya oleh teman lalu diikuti teman-teman lainnya maupun dari luar komunitas.


(30)

Setiap istilah-istilah yang mereka gunakan memiliki makna diluar makna objektif atau denotatif yaitu makna konotatif atau makna subjektif yang secara langsung disepakati bersama. Karena makna konotatif bersifat pribadi dan tidak banyak orang yang memiliki pengertian yang sama mengenai makna konatitif pada istilah-istilah yang biasa digunakan dalam komunitas

reggae. Istilah-istilah yang digunakan dalam komunitas KORAL dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Istilah-Istilah yang digunakan dalam KomunitasReggae

No.

Istilah-istilah

Makna

1 Bokin Panggilan untuk Pacar/Bini 2 Brada, Sista Saudara, Saudari

3 Dingin Mengambil diam-diam

4 Dreadlock Sebutan untuk Berambut Gimbal 5 Entrek jalan-jalan ke pantai naek motor 6 Geser/Gerak Pindah tempat tongkrongan 7 H.A.W Sebutan lain untuk Ganja

8 Jekpot Muntah

9 Kepug Rusuh

10 Kilab Pulang

11 Kobam Mabok

12 Manteman Teman-teman

13 Markipat Mari kita merapat


(31)

15 Merapat Mengajak untuk datang di suatu acara

16 Mokad Mati/meninggal

17 Ugar Minum

18 Nakam Makan

19 Nam, Bro, Lur, Cee Kata-kata panggilan/sapaan 20 Ng’ablo Bengong/tidak ada kerjaan 21 Ng’jamming Melakukan Latihan 22 Ng’track Melakukan Rekaman Lagu

23 Peace Damai

24 Performance Pentas/Manggung 25 Pokis/Sokep Sebutan untuk Polisi 26 Seniman Sering nipu teman

27 Tipis Pelit

28 Tubir Ribut

29 Unplugged Akustikan

30 Untai/ Woles Santai/Pelan-pelan

31 Uyee, Woyoo, Yoman Digunakan para penggemar reggae sebagai kata salam terhadap sesama

Dari daftar istilah-istilah pada tabel tersebut yang sering digunakan dalam sehari-hari dan istilah-istilah reggae yang biasanya digunakan saat sedang peformance. Istilah-istilah yang biasanya digunakan dalam sehari-hari seperti:Bokin, Dingin, Entrek, Geser/Gerak, Kilab, Manteman, Markipat, Melipir, Merapat, Nakam, Nam, Bro, Lur, Cee, Ng’ablo, Pokis/Sokep, Seniman, Tipis, Ugar, danUntai/ Woles.


(32)

Istilah-istilah tersebut biasanya didapat dari interaksi sesama anggota komunitas maupun istilah yang didapat dari orang lain sehingga terjadi kesepakatan bersama dalam penggunaan dan pemahaman makna yang sama terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam komunitas. Istilah-istilah tersebut tidak diketahui maupun dimengerti makna maupun artinya oleh orang lain selain anggota komunitas KORAL.

Dan ada juga istilah-istilah mengenai reggae yang sering dipakai saat

performance. Istilah-istilah tersebut antara lain : Brada n Sista, Dreadlock, H.A.W, Jekpot, Kepug, Kobam, Manteman, Markipat, Ng’jamming,

Ng’track, Peace, Performance, Tubir, Untai/ Woles dan Uyee, Woyoo, Yoman. Biasanya istilah-istilah tersebut juga digunakan oleh komunitas-komunitasreggaelain, karena istilah-istilah tersebut terkait mengenaireggae.

2.2. Pemaknaan tentang cara berpenampilan dalam fashion/style (Gaya berpakaian, Rambut dan Aksesoris) pada Komunitas Reggae Lampung (KORAL)

Penampilan merupakan salah satu cara manusia untuk berkomunikasi karena penampilan berkaitan erat dengan pencitraan diri sekaligus menegaskan identitas pelaku komunikasi secara pribadi. Adapun Stone (1962: 90) menyatakan bahwa :

penampilan adalah fase transaksi sosial yang menegaskan identitas para partisipan”.


(33)

Penampilan juga merupakan bagian dari komunikasi nonverbal yang dapat menjalankan fungsi penting dalam kehidupan khususnya penunjuk artefak yang dikomunikasikan melalui cara berpenampilan seperti cara berpakaian seseorang, gaya rambut, dan aksesoris yang digunakan. Hal tersebut menjadi simbol seseorang dan menjadi bagian gaya hidup seseorang dalam hal ini menjadi salah satu bagian yang tergabung dalam suatu komunitas.

Choiril David (informan pertama) : Berdasarkan hasil wawancara dengan David yang merupakan ketua komunitas reggae lampung, David menjelaskan bahwa cara berpakaiannya dalam komunitasreggaesama saja seperti pakaiannya dalam sehari-hari, tidak ada yang berbeda maupun mencolok dibandingkan komunitas lain. Menurutnya tidak ada keharusan dalam berpenampilan di KORAL. Tergantung style dari masing-masing anggotanya yang membuat KORAL semakin bervariatif salah satunya dalam hal berpenampilan.

“dalam berpenampilan sama saja seperti pakaiannya dalam sehari-hari. Tidak ada yang berbeda maupun keharusan dalam berpenampilan di KORAL, yang penting nyaman dan sopan”.

(Hasil wawancara pada tanggal 23 September 2012)

Biasanya David mengenakan kaos oblong atau T-Shirt berbahan katun yang menyerap keringat dan tidak panas dengan model slimfit yang pada bagian tangannya pendek dan terkesan cingkrang tetapi memiliki pola memanjang kebawah. David lebih memilih T-Shirt pakaian sehari-hari dikarenakan ia nyaman dan merasa tidak kepanasan jika memakai T-Shirt,


(34)

selain itu David juga menilai bahwa T-Shirt merupakan pakaian yang cocok dikenakannya karena selain simpel dan juga sesuai denganstylenya.

David juga sering mengenakan kaos KORAL bergambar singa yang melambangkan kekuatan dan kekuasaan ataupun kaos bandnya sendiri yang berwarna hijau yang melambangkan keindahan alam dengan tulisan Teh Manis dan gambar karakter di bagian depannya yang ia sablon sendiri khususnya pada saat peformance atau event-event di luar untuk menunjukkan identitas KORAL. Selain T-Shirt slimfit, David biasanya mengenakan celana pendek dan kadang-kadang celana panjang jeans

denim dikarenakan menurutnya bahan denim nyaman digunakan dalam sehari-hari. David juga lebih sering memakai sepatu casual seperti

converseyangsportydan nyaman digunakan dalam berbagai event. Sering juga menggunakan sendal jepit saat berkumpul seperti biasanya dengan sesama anggota komunitas di Pasar Seni.

Dalam hal gaya rambut, David lebih memilih model rambut gimbal (Dreadlocks) karena baginya rambut gimbal sudah menjiwa dalam dirinya bersama alunan dari musik reggae yang biasa di mainkan serta menurutnya

dreadlocks memiliki makna ketakutan kepada sang pencipta serta gentar dan hormat kepada Tuhan. Aksesoris yang lain digunakan dalam berpenampilannya tidak ada yang mencolok yaitu gelang-gelang berbahan tali maupun karet ditangannya. Memakai kacamata berwarna gelap untuk menghindari sinar matahari yang terik saat peformance dan untuk menghindari debu saat berkendara motor.


(35)

Alex Sander Martino (informan kedua) : Bagi Alex cara berpenampilan dalam KORAL sama saja seperti anak muda zaman sekarang. Cara berpenampilan dibebaskan tergantung individu masing-masing dalam menentukan cara berpenampilannya dan tidak terlalu ada yang membedakan atau mencolok ketika berada di tempat umum. Yang penting adalah pakaian yang ia kenakan tidak menyiksa dan nyaman digunakan.

Ia lebih mementingkan kenyamanan dalam cara berpenampilannya tidak perduli orang mau memandang dan berkata apa yang penting ia nyaman. Biasanya Alex lebih sering mengenakan celana jeans, dan lebih senang memakai sepatu converse. Atasanya pun sama seperti teman-temannya yang lain yaitu kaos oblong atauT-Shirt di padupadankan dengan kemeja, jaket dan sweater. Untuk mengenalkan KORAL, Alex juga suka memakai kaos KORAL sebagai identitas komunitas yang dia dirikan sehingga tetap eksis dalam masyarakat khususnya Bandar Lampung.

untuk berpenampilan dibebaskan tergantung individu masing-masing dalam menentukan cara berpenampilannya dan tidak terlalu ada yang membedakan atau mencolok, yang penting tidak menyiksa dan nyaman digunakan”. (Hasil wawancara pada tanggal 30 September 2012)

Untuk rambut, Alex tak terlalu memikirkan model-model rambut yang sedang populer maupun update saat ini. Alex lebih memilih model rambut gimbal (Dreadlocks) sebagai luapan ekspresi atas kecintaannya kepada musik reggae, dan baginya dreadlocks juga memiliki makna anti kekerasan, anti kemapanan dan solidaritas kaum minoritas yang tertindas. Dilihat dari berpenampilannya, aksesoris yang dipakai selain


(36)

gelang-gelangan, jam tangan, kacamata dan terkadang memakai topi kupluk agar terlihat rapi.

Rendra Maramis (informan ketiga) : Rendra berpendapat, cara berpenampilannya dalam KORAL berawal dari kesederhanaan dan apa adanya. Cara berpenampilan lebih ke individu masing-masing yang penting nyaman digunakan saja. Dalam berpenampilan, Rendra lebih ke

casual, dengan menggunakan Kaos oblong yang menyerap keringat dan kaos KORAL ataupun Teh Manis yang di sablon sendiri, yang terkadang dipadupadankan dengan kemeja, sepatu converse/snakers, celana jeans

denim dan kadang-kadang memakai celana gunung.

“lebih ke individu masing-masing yang penting sederhana dan nyaman digunakan saja”. (Hasil wawancara pada tanggal 5 Oktober 2012)

Selain itu, menurut Rendra dalam gaya berpenampilan tidak harus merah, kuning dan hijau serta berambut gimbal. Namun dalam hal gaya rambut ia sempat berambut gimbal, dan untuk aksesoris yang sering dipakai yaitu gelang-gelangan, jam tangan dan topi yang menjadi ciri khasnya serta menurutnya memakai topi mempunyai makna kedudukan yang baik dan kesuksesan. Dalam bermain peformance, gaya berpenampilannya sama saja seperti sehari-hari.

Deddy Firmanto (informan keempat) : Menurut Iman, gaya berpenampilannya dalam KORAL biasa saja sama seperti dengan anak muda pada umumnya. Iman berpendapat, tidak ada patokannya dan tidak


(37)

harus merah, kuning, hijau serta berambut gimbal. Dalam kesehariannya, Iman lebih memilih gaya berpenampilan casual dan nyaman digunakan yaitu dengan kaos oblong atau T-Shirt, celana jeansdenim, dan sepatu.

“penampilan lebih ke casual saja yang terkesan santai tetapi terlihat menarik dan nyaman digunakan dalam sehari-hari maupun dalam peformance”. (Hasil wawancara pada tanggal 21 Oktober 2012)

Untuk rambut, Iman lebih memilih model rambut gondrong. Menurut Iman rambut gondrong memiliki makna lebih rock n roll. Iman menggunakan aksesoris gelang-gelangan, jam tangan dan ikat rambut. Gaya berpenampilannya ketika peformance tidak berbeda dari gaya berpenampilannya sehari-hari.

Leo Gading Hasibuan (informan kelima) : Menurut Leo gaya berpenampilannya di dalam KORAL biasa saja apa adanya seperti gaya berpenampilan anak muda pada umumnya. Gaya berpenampilan tergantung lebih ke individu masing-masing dan senyamannya individu tersebut dalam berpenampilan. Dalam kesehariannya Leo lebih menyukai gaya berpenampilan casual yang santai dan nyaman dengan menggunakan kaosT-Shirt, celana jeans denim,sweater,dan sepatu.

“dalam berpenampilan biasa saja apa adanya seperti gaya anak muda pada umumnya”. (Hasil wawancara pada tanggal 21 Oktober 2012)


(38)

Dalam hal gaya rambut, Leo lebih memilih model rambut cepak agar tidak gerah dan tak repot merawatnya dan bahkan dulu juga pernah berambut gimbal tetapi sambungan hanya setengah tahun. Leo hanya menggunakan jam tangan saja sebagai aksesoris yang digunakannya untuk melengkapi penampilannya dalam sehari-hari. Gaya berpenampilannya ketika bermain

peformancetidak jauh berbeda dari gaya berpenampilan sehari-hari, karena dalam kesehariannya Leo hampir setiap hari berlatih bermain musik

reggaeuntuk mengisi waktu luangnya.

Reza Wibisono (informan keenam) : Reza yang akrab disapa Reno, berpendapat gaya berpenampilan anggota KORAL terlihat tidak terlalu berbeda dengan gaya anak muda zaman sekarang pada umumnya yang terkesan santai tetapi terlihat sopan dan nyaman digunakan. Dalam gaya berpenampilan sehari-hari, Reno lebih terkesancasual dan rapih. Biasanya Reno menggunakan kaos T-Shirt dan terkadang kemeja biar terkesan lebih rapih tetapi tetap terlihat fashionable ketika bermain musik, celana jeans

denim, dan sepatu converse. Ketika peformance pun, gaya berpenampilannya tidak terlalu berbeda jauh dengan gaya berpenampilan sehari-hari. Dalam hal gaya rambut, reno saat ini memilih gundul di karenakan tuntutan menjadi mahasiswa baru, sebelumnya ia sempat berambut gimbal itu juga karena nazar saat lulusan SMA.

“tidak terlalu berbeda, yang penting tetap nyaman digunakan untuk sehari-hari dan untuk bermain musik juga”. (Hasil wawancara pada tanggal 13 Oktober 2012)


(39)

Aksesosris yang digunakan Reno hampir sama saja dengan kebanyakan anggota lainnya yaitu gelang-gelangan dan jam tangan. Yang melatarbelakangi Reno dalam hal gaya berpenampilan, hanya dilatarbelakangi dengan kenyamanan dirinya sendiri tidak terlalu berpengaruh dari manapun hanya saja terkadang melihat dari interaksi sesama anggota KORAL maupun musisi lainnya.

Penampilan bukan hanya hanya sekedar pelindung atau bungkus dari diri seseorang, sepertinya penampilan telah mengkomunikasikan banyak hal tentang siapa diri kita sebenarnya. Tanpa kita sadari, penampilan merupakan alat komunikasi nonverbal yang nyata dan dapat dilihat dari cara kita berpakaian dan aksesoris yang dipakai. Dalam kelompok, penampilan dapat menjadi identitas yang nyata dan mengandung persepsi terhadap suatu kelompok sosial tertentu. Tidak dapat dipungkiri, suatu media komunikasi dapat memberikan sumbangsih bagi suatu kelompok sosial dalam menciptakan gaya berpenampilannya.

Begitu pula dengan hasil penelitian diatas, bahwa penampilan dalam komunitasreggaedibebaskan sepenuhnya dalam menentukan dan memilih cara berpenampilan mereka sesuai dengan style dan diri mereka masing-masing. Tidak ada keharusan untuk berpenampilan seragam dan identik dengan komunitas mereka. Sehingga saat mereka berjalan atau berkumpul di tempat umum, sulit dibedakan dengan yang lain kecuali apabila mereka memakai kaos komunitas. Pakaian atasan dalam busana komunitasreggae


(40)

lampung masih beragam dan tidak begitu mempunyai peranan yang mendalam untuk busanareggae.

Seperti kaos KORAL pun tidak harus atau diwajibkan dipakai saat event atau berkumpul. Namun saat mereka peformance, mereka sering menggunakan kaos KORAL atau kaos bandnya sendiri sebagai penanda dan identitas komunitas atau bandnya mereka masing-masing dan pakaian bawah juga masih beragam dan tidak ada mode yang di sepakati untuk dikenakan. Mode celana yang dipakai dalam komunitas reggae adalah mode gunung/celana semi cutbray dari bahan jeans.

Serta sepatu dalam tata busana reggae tidak begitu mencolok dan tidak mempunyai ciri-ciri seperti halnya dengan komunitas skateboarding yang mengharuskan memakai sepatu khusus untuk bermain skateboarding. Komunitas reggae lampung kebanyakat memakai sepatu kets/semacam

converse. Dan sedikit menambah aksesoris yang khas karakteristiknya dalam busanareggaeseperti tali-temali berwarna merah kuning hijau yang diikatkan pada salah satu cabang rambut dreadlock, gelang-gelangan, kacamata, slayer, kupluk, dan topi. Namun tidak diharuskan merah, kuning, hijau serta berambut gimbal (Dreadlocks) bagi anggota komunitas

reggae. Keanekaragaman cara berpenampilan yang dan membuat komunitas reggaesemakin beragam, menjadikan antar anggota komunitas

reggae satu dengan anggota komunitas reggaelainnya saling menghargai, toleransi, dan menumbuhkan rasa kekompakan, persaudaraan dan rasa kekeluargaan.


(41)

2.3. Cara KomunitasReggaeLampung menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat

Berbicara pencitraan tak lepas dari preposisi seseorang atau organisasi terhadap citranya dimata publik sehingga melahirkan sebuah respon positif. Begitu juga akselerasi publik terhadap pribadi selalu dapat dilihat dari sejauhmana menampilkan kesan positif yang bisa membangun tingkat kepercayaan terhadap pigur pribadi atau branch image sebuah organisasi.

Citra positif merupakan tujuan pokok sebuah organisasi ataupun komunitas. Terciptanya citra organisasi (corporate image) yang baik dimata khalayak atau publiknya akan banyak menguntungkan. Begitu juga dengan komunitas reggae yang memiliki visi & misi untuk menciptakan citra positif agar masyarakat bisa lebih mengenal dan tidak memandang sebelah mata.

Choiril David (Informan Pertama) : Berdasarkan hasil wawancara, David menjelaskan bahwa kebanyakan masyarakat di sekitar yang awalnya hanya melihat dari penampilan saja yang terkadang dianggap negatif dan bahkan menganggapnya seperti orang gila sehingga mereka hanya di tertawakan saja. Namun untuk menghadapi hal tersebut komunitas reggae

telah melakukan berbagai cara untuk menghilangkan citra negatif tersebut dengan mengadakan acara-acara yang bertemakan sosial agar masyarakat lebih tau keberadaan komunitasreggae yang tidak hanya sekedar kumpul-kumpul saja tetapi komunitas reggae juga mempunyai jiwa sosial dan peduli terhadap lingkungan.


(42)

“lebih ke individunya masing-masing, menanggapinya dengan cara lebih mendekatkan diri kepada orang yang menilai negatif tersebut”.(Hasil wawancara pada bulan september 2012)

David pernah mempunyai pengalaman dalam percintaannya, yang mana awalnya ia sempat tidak di restui oleh orang tua dari wanita yang ia sukai di karenakan orang tua wanita tidak setuju dengan anak reggae yang penampilannya terlihat seperti gembel. Namun David tidak tinggal diam saja, ia terus berusaha untuk meyakinkan orang tua wanita itu dengan cara mendekatkan dirinya, menunjukkan sikap baik, mencoba mengubah penampilannya menjadi rapi dan menjelaskan tentang apa itu reggae. Setelah sekian lama orang tua wanita itupun mulai mengerti dan memahami apa yang sebenarnya. Dan sekarang kedua orang tua wanita itu menyetujui hubungan mereka berdua hingga berakhir di pelaminan.

Alex Sander Martino ( Informan Kedua) : Dalam menanggapi pandangan masyarakat yang negatif terhadap komunitas reggae, Alex merasa tidak terganggu dengan hal tersebut bahkan tidak menjadi penghalang untuk berkarya. Menurutnya mereka itu tidak tau apa yang sebenarnya, karena mereka hanya melihat dari sisi luarnya saja dan tidak mengenal lebih jauh tentang komunitas reggae itu seperti apa. Maka dari itu komunitas reggae mencoba untuk mengubah persepsi itu, dengan cara mengadakan acara baksos dll.


(43)

hanya tersenyum saja dan menerima tanggapan itu”. (Hasil wawancara pada bulan september 2012)

Rendra Maramis (informan ketiga) : Menurut Rendra, reggae ini termasuk baru dan belum banyak yang tau mengenai reggae itu apa. Sehingga banyak yang salah kaprah dalam menanggapinya. Dari hal tersebut maka komunitas reggae perlu memperkenalkan diri dan menciptakan citra positif dengan mengadakan acara-acara musik atau mengikuti acara-acara yang berhubungan dengan sosial agar masyarakat tau dan bisa memberikan dampak positif di dalam masyarakat, sehingga tidak akan lagi terjadinya salah kaprah atau menimbulkan pandangan negatif mengenai komunitas reggae, dan dari situ juga komunitas dapat menjalin hubungan yang baik dengan masyarakat.

“untuk simplenya nanti juga masyarakat bakalan tau sendiri yang sebenarnya komunitas reggae itu seperti apa”. (Hasil wawancara pada bulan september 2012)

Deddy Firmanto (informan keempat) : Iman berpendapat bahwa Komunitas reggae merupakan pencinta musik reggae yang menyuarakan perdamaian, meskipun banyak pula yang memandang negatif terhadap komunitas penggemar musik reggae yang diidentikkan dengan kehidupan bebas serta konsumsi daun ganja. Memang sepintas penampilan para peggemar musik reggae ini seakan menunjukan gaya hidup yang masa bodoh dengan memakai kaos oblong, jeans belel, serta rambut gimbal. Namun di balik itu semua komunitas reggae juga mempunyai jiwa sosial


(44)

dan peduli terhadap lingkungan, hal itu di tunjukkan dengan mengadakan acara-acara baksos seperti donor darah, membantu korban bencana alam dan membantu penanaman pohon kembali.

penampilan tidak menjadi pembatas, yang penting bisa kumpul dan kembali kepada diri kita sendiri,mereka kan masih awam melihat sesuatu yang berbeda dengan lingkungannya mungkin ada tanggapan yang negatif dan positif. Yang penting kita bisa berbaur dengan mereka bukan mereka yang berbaur dengan kita, ntah itu tua maupun muda kita dekati”. (Hasil wawancara pada bulan oktober 2012)

Leo Gading Hasibuan (informan kelima) : Menurut Leo kita lebih mengenalkan dan menunjukkan komunitas reggae itu dengan hal-hal yang positif di antaranya menjaga attitude pada saat peformance dan mengadakan acara baksos, seperti penanaman pohon bakau di hutan bakau bersama anak-anak cikal di kiluan, membuat tempat sampah di perumahan Btn 3 dan donor darah. Dari situlah kita mencoba menunjukkan bahwa reggae itu tidak mesti dikaitkan dengan ganja ataupun alkohol. Sehingga bisa memajukan dan memasyarakatkan reggae khususnya di Bandar Lampung.

balik ke diri kita masing-masing aja bagaimana menanggapinya dan tergantung dari pembawaan orang itu sendiri bahwa reggae tidak harus di identikkan dengan ganja maupun alkohol.” (Hasil wawancara pada bulan Oktober 2012)

Reza Wibisono (informan keenam) : Reza yang akrab disapa reno ini berpendapat bahwa pandangan masyarakat yang negatif mengenai reggae


(45)

itu tidak semuanya benar, karena mereka itu hanya melihat dari penampilan luarnya saja. Oleh sebab itu komunitas reggae mencoba untuk meyakinkan masyarakat bahwa reggae itu tidak selamanya negatif, dengan cara membuat acara-acara musik yang berkaitan dengan sosial agar lebih di kenal dan mendapat nilai positif dari masyarakat sekitar.

“sebenernya tidak, tergantung ke individunya masing-masingaja”. (Hasil wawancara pada bulan Oktober 2012)

Reno juga mempunyai pengalaman pribadi yang mana ia sempat di larang oleh kedua orang tua untuk tidak terjun di dunia musik reggae. Karena menurut orang tuanya, dari penampilan saja reggae itu lusuh, dan pasti identik dengan hal-hal negatif seperti ganja, mabuk dan sebagainya. Sering sekali kedua orang tua Reno menasehati untuk bergaul dengan baik tanpa harus mengikuti hal-hal negatif dari dunia pergaulan di luar sana. Dan Reno pikir mereka (orang tua) belum pernah terjun ke kehidupan anak-anak band/komunitas reggae tetapi mereka begitu saja menyimpulkan bahwa reggae identik dengan hal-hal negatif. Namun setelah Reno mencoba untuk menjelaskan bahwa reggae itu tidak selamanya negatif tetapi ia juga mempunyai sisi positif dan akhirnya sekarang orang tua Reno mulai sadar bahwasanya reggae itu tidak selamanya berhubungan dengan hal-hal negatif. Hal itu juga di perkuat dengan pengaruh dari media, dimana berbagai komunitas seperti Reggae Indonesia mengulas tentang reggae dan hal-hal positif di dalamnya sehingga musik reggae


(46)

Berdasarkan hasil wawancara semua informan menyatakan bahwa KORAL dan musik reggae adalah komunitas dan musik yang menyuarakan perdamaian, kritik sosial, serta perlawanan terhadap diskriminasi yang tidak ada hubungannya dengan ganja, narkoba maupun rastafaria. Tapi masyarakat sudah terlanjur menilai kalaureggaeitu identik dengan ganja atau narkoba, maka di sini KORAL mencoba untuk mengubah opini tersebut. Sehingga KORAL mencoba untuk menyiasati dengan cara menanggapi dan lebih mendekatkan diri kepada orang yang menilai negatif tersebut dan bagi mereka penampilan tidak menjadi pembatas, yang penting bisa kumpul. Dan kembali kepada diri kita sendiri, karena mungkin masyarakat masih awam melihat sesuatu yang berbeda dengan lingkungannya sehingga ada tanggapan yang negatif dan positif. Yang penting kita bisa berbaur dengan mereka bukan mereka yang berbaur dengan kita, baik itu tua maupun muda kita dekati.

Tidak hanya itu, KORAL juga peduli akan kondisi sosial. Dan itu mereka lakukan dengan cara mengadakan event-event musik serta kegiatan baksos yaitu seperti donor darah, menanam pohon bekerjasama dengan pencinta alam, dan menggalang dana untuk korban bencana alam contohnya bencana gempa yang pernah terjadi di Sumatera Barat. Seperti yang dikatakan informan pertama dan kedua dalam menyikapi pandangan negatif masyarakat terhadap komunitasreggae.

“kembali kepada individunya masing-masing, ada yang menanggapinya dengan cara lebih mendekatkan diri kepada orang yang menilai negatif tersebut. Ada juga yang hanya tersenyum saja dan menerima tanggapan itu sambil mengatakan


(47)

mereka tidak tau apa yang sebenarnya, karena mereka hanya melihat dari sisi luarnya saja dan tidak mengenal lebih jauh tentang komunitas reggae”. (Hasil wawancara pada bulan September 2012).

Dan berdasarkan dari hasil wawancara terhadap sebagian warga sekitar pasar seni yang mengetahui keberadaan komunitas reggae berpendapat bahwa dalam penampilan mereka terkesan seperti gembel namun warga tidak merasa terganggu dengan keberadaan komunitas reggae karena mereka tidak pernah bertindak anarkis dan malah sering mengadakan acara musik serta baksos dan warga sekitar juga membandingkan dengan komunitas punk yang mana mereka tidak begitu tertarik dengan penampilannya dan menganggap mereka itu tidak baik.

“awalnya saya melihat penampilan komunitas reggae itu menganggapnya seperti orang gembel dan sempat juga saya penasaran ingin memegang rambut gimbalnya itu untuk memastikan rambut gimbalnya itu asli rambut atau bukan, namun setelah mengenal lebih jauh ternyata komunitas reggae itu baik, tidak reseh dan berbaur dengan warga sekitar berbeda dengan komunitas punk, komunitas reggae lebih sering mengadakan acara-acara yang positif.”(Hasil wawancara pada bulan Oktober 2012).


(48)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Reggae yang saat ini terus hidup dan melahirkan banyak gaya-gaya baru. Reggae yang telah di terima secara universal terus merambah dan sangat berpengaruh dalam perjalanan musik dari abad 20 hingga sekarang. Amerika dan Eropa pada umumnya, adalah yang paling banyak melahirkan beranekaragam jenis musik dan style yang memiliki keterkaitan sejarah dengan reggae. Bahkan di Asia juga mulai berkembang terutama di Indonesia tepatnya di kota Jakarta yang sekarang di juluki sebagai ibukota Reggae Asia Tenggara yang saat ini sudah banyak band-band dan komunitas reggae yang tersebar di seluruh Indonesia. Salah satu komunitas itu berada di Provinsi Lampung yang benama Komunitas Reggae Lampung (KORAL).

Pada bab ini, penulis akan membahas tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan yang telah diuraikan jawaban-jawaban dari informan mengenai Gaya Hidup Komunitas Reggae Lampung (KORAL), yaitu terdiri dari: Identitas Informan yang pertama sampai keenam dan Gaya Hidup Komunitas reggae yang sudah difokuskan pada indikator-indikator sebagai berikut : Penggunaan Istilah Berkomunikasi dalam Komunitas Reggae Lampung, Pemaknaan tentang cara berpenampilan dalam fashion/style (Gaya berpakaian, Rambut dan Aksesoris) pada Komunitas Reggae Lampung (KORAL), dan Cara Komunitas Reggae


(49)

Lampung menyiasati terciptanya citra positif dalam menghadapi pandangan negatif dari masyarakat.

1. Identitas Informan

Informan dalam penelitian ini ditentukan dengan teknik purposive (sengaja) berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan penulis untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan gaya hidup komunitas reggae, dan pada akhirnya membuat penulis menetapkan enam orang dari KORAL sebagai informan dalam penelitian ini yang akan membantu untuk menyelesaikan permasalahan yang diangkat oleh penulis. Alasan penulis memilih ke enam informan tersebut dikarenakan mereka memiliki jabatan penting dan sudah lama di KORAL. Identitas informan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. Daftar Informan Komunitas Reggae Lampung (KORAL)

No. Nama Jenis

Kelamin

Umur (Tahun)

Pekerjaan Jabatan 1. Choiril David Laki-laki 27 Seniman Ketua 2. Alex Sander

Martino

Laki-laki 25 Wirausaha Wakil Ketua 3. Rendra Maramis Laki-laki 22 Mahasiswa Sekertaris 4. Deddy Firmanto Laki-laki 27 Wiraswasta Koordinator

Seni/Event 5. Leo Gading

Hasibuan

Laki-laki 23 Wirausaha Humas 6. Reza Wibisono Laki-laki 20 Mahasiswa Anggota


(50)

1.1 Informan Pertama

Informan yang pertama dalam penelitian ini adalah David yang merupakan salah satu pendiri dan saat ini ia di percaya sebagai ketua dari Komunitas Reggae

Lampung. Laki-laki yang berusia 27 tahun ini memiliki nama lengkap Choiril David yang lahir di Bandar Lampung 29 Maret 1985. Lulusan dari Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Bandar Gambar 2. David Lampung yang kemudian sempat melanjutkan studi di Universitas Lampung dengan Program Studi Ilmu Komunikasi (ekstensi) namun dipertengahan kuliah berhenti. Kini aktifitasnya sekarang menjadi seniman/musisi reggae dan sekaligus menjadi vokalis dari sebuah band yang bernama Teh Manis.

Mulanya ia kenal reggae dari temannya sekitar tahun 2005, dan ia semakin tertarik dengan reggae setelah mempelajari filosofinya yang mana filosofi reggae

itu sendiri hampir sama seperti filosofi kehidupannya sehari-hari. Pengalaman yang berkesan selama di komunitas reggae lampung ia pernah peformance di tiga tempat dalam satu malam dan pernah juga peformance tetapi tidak jadi di karenakan personilnya kurang satu.


(51)

1.2 Informan Kedua

Informan yang kedua adalah Alex Sander Martino, laki-laki yang berusia 25 tahun ini lahir di Prabumulih Sumatera Selatan pada tanggal 11 Maret 1987 dan ia merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Madrasah Sanawiyah Sumatra Selatan dan Sekolah Teknik Menengah Muhamadiyah 1 Bandar Lampung. Gambar 3. Alex Setelah itu melanjutkan studi pada program Diloma 3 AMIK DCC Lampung pada tahun 2006. Dan kini ia sekarang bekerja di Line Think Shop Bandar Lampung dan di KORAL ia menjabat sebagai wakil ketua.

Awal mula ia suka dengan reggae karena sering mendengarkan lagu-lagu dari Bob Marley. Yang kemudian menginspirasikannya untuk menjadi vokalis dan membentuk sebuah band yang bernama Yukitasenyum. Menurut Alex, selain menambah pengalaman dan pengetahuan dalam dunia musik reggae, dari KORAL ia juga dapat mengenal banyak musisi-musisi reggae lainnya.


(52)

1.3 Informan Ketiga

Informan ketiga bernama Rendra Maramis yang merupakan salah satu pendiri juga dan sekarang menjabat sebagai sekretaris di KORAL, laki-laki yang lahir pada tanggal 8 Desember 1990 di Bandar Lampung ini merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama 22 Bandar Lampung dan Sekolah Menengah Atas 5 Bandar Lampung. Gambar 4. Rendra Dan saat ini ia sedang menjalani kuliah di Darmajaya Jurusan Sistem Informasi angkatan 2010. Awal mulanya ia tertarik dengan reggae sekitar tahun 2008, karena sering di ajakin teman bermain musik dan juga di dorong dari rasa suka terhadap kesederhanaan reggae.

Dan sampai saat ini ia masih mendalami musik reggae dengan menjadi salah satu personil di dalam band Teh Manis sebagai keyboardiz. Menurut Rendra yang kini berusia 22 tahun, KORAL merupakan keluarga baginya, tempat untuk menghabiskan waktu luangnya dari sekedar bersenda gurau hingga berbagi pengalaman satu sama lainnya.


(53)

1.4 Informan Keempat

Informan keempat adalah Deddy Firmanto, yang akrab di panggil Iman ini lahir pada tanggal 20 November 1985. Lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Kartika II-2 dan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 di Bandar Lampung. Kemudian melanjutkan program studi Desain Grafis Diploma 1 di Master Komputer. Setelah itu sempat melanjutkan program studi Tehnik Sipil Gambar 5. Iman Arsitek Bangunan Gedung Universitas Lampung pada tahun 2007 namun terhenti di tengah jalan. Laki-laki yang berusia 27 tahun ini merupakan salah satu pendiri juga dan saat ini ia menjabat sebagai Koordinator Seni di KORAL. Sebelum masuk aliran bergenre reggae, awalnya ia sempat di jalur Rock n Roll namun seiring mengikuti perkembangan zaman setelah di perkenalkan juga dengan kawan sekitar tahun 2007 ia mulai beralih ke genre reggae, proses terjun ke dunia reggae pun tidak sebentar membutuhkan waktu yang lama sekitar satu tahun lebih.

Menurut Iman, KORAL merupakan wadah yang tepat untuk mengembangkan minat dalam bermusik reggae baik itu sharing, berbagi pengalaman serta belajar berorganisasi pun bisa dan tidak harus player band dan tidak harus bisa bermain musik untuk bisa menjadi anggota namun di KORAL dominan pemain musik semua.


(54)

1.5 Informan Kelima

Informan kelima bernama Leo Gading Hasibuan yang biasa di panggil Leo ini lahir pada tanggal 26 Oktober 1989 di Bandar Lampung. Dan merupakan lulusan dari Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 dan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 di Medan. Mulanya tertarik dengan reggae sekitar tahun 2008, awalnya hanya main dengan kawan dan Gambar 6. Leo mendengarkan lagu-lagu reggae. Setelah itu ia mulailah mendalami tentang reggae, jadi tidak hanya tau dengan Bob Marley dan sebagainya. Ia juga merupakan pendiri dan sekarang menjabat sebagai Koordinator Humas di KORAL.

Menurutnya reggae itu sederhana apa adanya dan tidak harus menuntut sama dengan lainnya yang harus tampil keren tetapi reggae itu lebih natural. Leo yang saat ini berusia 23 tahun ini mengaku bergabung dengan KORAL ia bisa bertemu kawan baru, lebih solid dan santai saja.


(55)

1.6 Informan Keenam

Informan terakhir dalam penelitian ini adalah Reza Wibisono. Sosok laki-laki yang kesehariannya dipanggil Reno ini lahir pada tanggal 7 Mei 1992 di Bandar Lampung. Lulusan dari Sekolah Menengah Atas Arjuna kemudian melanjutkan studi pada program D3 Humas di Universitas Lampung angkatan 2010. Ia mulai tertarik dengan Gambar 7. Reza dunia musik reggae karena ajakan dari temannya yang bernama Dino. Berawal dari hobi bermusik sejak SMA, Reno yang kini berusia 20 tahun ini memulai karirnya sebagai gitaris band Teh Manis.

Di tahun 2008 ia semakin tertarik dengan musik reggae, hingga akhirnya bergabung dengan komunitas KORAL dan ia juga merupakan anggota yang masih aktif sampai sekarang. Bagi Reno KORAL bukan hanya sekedar perkumpulan atau komunitas semata tetapi KORAL merupakan tempat berkeluh kesah dan berbagi suka maupun duka yang ada seperti masalah kuliah, percintaan bahkan sampai masalah keluarga.


(56)

2. Gaya Hidup Komunitas Reggae

Pada subbab hasil penelitian ini akan diuraikan jawaban-jawaban dari informan mengenai gaya hidup komunitas reggae yang difokuskan pada indikator-indikator sebagai berikut :

2.1. Penggunaan Istilah Berkomunikasi dalam Komunitas Reggae Lampung

Istilah dalam berkomunikasi bisa dikatakan sebagai istilah atau kode, sistem simbol yang digunakan untuk membentuk pesan-pesan verbal kepada seseorang. Istilah-istilah yang dimaksudkan dalam hal ini adalah istilah-istilah yang muncul dan digunakan untuk berkomunikasi dalam suatu kelompok tertentu. Biasanya istilah muncul dikarenakan minat yang sama dalam suatu kelompok tertentu, dalam hal ini adalah komunitas reggae. Istilah-istilah ini sangat membantu anggota-anggota komunitas untuk saling berkomunikasi satu dengan lainnya.

Selain menggunakan bahasa sehari-hari pada umumnya, dalam berkomunikasi dengan sesama anggota dalam komunitas, seluruh informan dalam penelitian ini juga memiliki istilah-istilah tertentu yang digunakan dan hanya diketahui serta dipahami oleh sesama anggota komunitas.

Istilah-istilah tersebut sering dipakai mereka saat sedang berkumpul dan berinteraksi dengan teman-teman di KORAL maupun saat peformance. Istilah-istilah tersebut muncul dari interaksi sesama anggota dalam komunitas KORAL yang dibuat dengan sendirinya oleh teman lalu diikuti teman-teman lainnya maupun dari luar komunitas.


(1)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muara Enim Sumatera Selatan pada tanggal 02 Januari 1990. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara, buah hati dari pasangan Bapak Suparman dan Ibu Sri Haryati. Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak Kartika Chandra pada tahun 1996, SD Negeri Teladan Metro pada tahun 2002, SMP Negeri 3 Metro pada tahun 2005 dan SMA Negeri 1 Liwa pada tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis terdaftar sebagai mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam kepengurusan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ilmu Komunikasi periode 2009-2010 sebagai anggota bidang Fotografi, diteruskan pada periode kepengurusan 2010-2011 sebagai anggota bidang Fotografi kembali.

Sebelum aktif dalam pengerjaan skripsi, Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Ngarip, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus, selama 40 hari dari bulan Juli-Agustus 2011. Dengan tema KKN “Bimbingan Teknis Peningkatan Kualitas Gula Aren”.


(2)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis hanturkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan berkah dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gaya Hidup Komunitas Reggae (Studi Pada Komunitas Reggae Lampung/KORAL di Pasar Seni, Bandar Lampung)”, sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunannya, skripsi ini tak luput dari kesalahan dan masih jauh dari kesempurnaan.

Berbekal pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Allah SWT, puji syukur tak berbatas penulis tujukan pada-Mu ya Rabb atas segala rasa aman, tentram dan bahagia tak terhingga yang Engkau hadiahkan kepada penulis selama penulis hidup.

2. Bapak Drs. Agus Hadiawan, M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Teguh Budi Raharjo, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Lampung sekaligus Dosen Pembahas skripsi penulis yang telah banyak membantu serta memberikan banyak masukan, saran dan perbaikan dalam penulisan skripsi penulis.


(3)

4. Bapak Dr. Abdul Firman Ashaf, S.IP, M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada penulis selama mengerjakan skripsi. Terima kasih Pak atas kesabarannya menjawab pertanyaan-pertanyaan penulis.

5. Ibu Dhanik Sulistyarini, S.Sos., MComn&MediaSt, selaku sekretaris jurusan Ilmu Komunikasi, dan seluruh jajaran dosen FISIP Universitas Lampung khususnya jurusan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan bermanfaat selama penulis menuntut ilmu di jurusan ini.

6. Seluruh staf administrasi dan karyawan FISIP Universitas Lampung, khususnya jurusan Ilmu Komunikasi. Pak Pitoyo dan Pak Johari yang telah membantu kelancaran seminar dan ujian skripsi penulis. Mas Tur, Mas Jul dan Mas Agus yang selalu ramah dan telah membantu kesiapan ruangan seminar dan ujian skripsi penulis.

7. Papa dan Mama, terima kasih untuk semua keikhlasan dan pengorbanan yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, perhatian, semangat, dan doa yang tulus dalam membesarkanku selama ini. Mungkin selama ini belum banyak hal yang bisa membuat papa dan mama tersenyum bangga, tapi ari akan selalu berusaha untuk menjadi anak yang bisa membanggakan dan selalu membuat papa dan mama tersenyum bahagia. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang luar biasa indah untuk papa dan mama di dunia maupun akhirat nanti. Serta adikku tercinta Wulan Destyaningsih, terima kasih telah menjadi adik yang baik n semoga kita bisa menjadi anak yang dapat membahagiakan dan membanggakan Papa dan Mama, Aamiiin. Love you as always, my sister.


(4)

8. Keluarga besarku, Kakek, Nenek, Om, Tante, dan semua sepupuku. Terimakasih telah berbagi dan memberikan kebahagian keakraban kekeluargaan selama ini, semoga Allah SWT melimpahkan berkah-Nya dan selalu menjaga silaturahmi dalam kekeluargaan kita.

9. Komunitas Reggae Lampung/KORAL, Bang David, Bang Alex, Bang Iman, Bang Leo, Rendra dan Reno, terima kasih sudah memberikan banyak informasi mengenai reggae dan meluangkan banyak waktunya untuk membantu dalam pengerjaan skripsi ini hingga terselesaikan. Tetap semangat n Sukses selalu untuk KORAL, Uyeee...!!

10. Sahabat & Teman-teman seperjuangan komunikasi FISIP UNILA angkatan 2008: Aji, Amal, Amri, Arya, Ebon, Faruk, Indra, Bastian Vp, Willy, Reza bean, Rizky, Fita, Kole, Isti, Jesyka, Rara, Ulek, Puspa, Uci, Nadia, Anggun, Achi, Dwi LG, Pinta, Puji, Alpe, Nova, Grace, Ledia, Felin, Tiya, Embun, Iin, Heldawati, Herda, Fitri, Ajeng, Rani, Zilfint, Diah, Vera, Bocil, Ayu, Alya, Angel, Dora, Mei, Arimey, Fitra, Bagus, Rangga, Yuda, Sandy, Ogas, Mamix, Hendi, Joni, Andi, Duwi lelek, Yudi, Bastian rm, Tama, Ali, Barni, Satria, Joe, Miftah, Patrik. Terimakasih buat semuanya, semoga silaturahmi kita semua terpelihara hingga kita dipertemukan kembali dengan senyuman lebih ceria nan bahagia. Tetap semangat ya!

11. Kakak-kakak komunikasi 2000-2007, Adik-adik komunikasi 2009-2012 yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan Keluarga besar HMJ Ilmu Komunikasi UNILA yang telah memberi pengalaman berharga dan pertemanan yang sangat berarti. Sukses selalu buat HMJ Ilmu Komunikasi Unila.


(5)

12. Teman-teman KKN Pekon Ngarip Ulubelu Tanggamus 2011, Irawan setiadi, Ricky Alexander, Iwan Kurniawan, Jemeita Ras Carina, Dewi Romanti, Hendry Jaya, Habib, Herdiawan, Gigih, Rita, Vivi, Eva, Joni, Kris, Aldi, Fauziah, Fira, Andani, Cristina, Andini, Abdi, Jafar, Arief, Majid, Sri, Pradipa, Ambar dan Melvin.

13. Semua teman-teman SD, SMP, SMA penulis.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

15. Serta kepada anda yang membaca skripsi ini, semoga tulisan ini dapat berguna dan bermanfaat bagi anda dan yang lainnya.

Semoga Allah SWT selalu merekatkan kita dan memberikan kebaikan dalam hidup hingga kelak nanti, Amin.

Penulis,


(6)

KOMUNITAS REGGAE LAMPUNG

Sekretariat : Jl. Sriwijaya gg.Melati No.16

Pasar Seni, Enggal, Bandar Lampung

E-mail : komunitasreggaelampung@gmail.com

Bandar Lampung-Lampung

SURAT KETERANGAN

Yang bertandatangan dibawah ini Ketua Komunitas Reggae Lampung (KORAL), Bandar Lampung menerangkan bahwa :

Nama : Ari Nugroho NPM : 0856031014 Jurusan : Ilmu Komunikasi

Telah melakukan penelitian pada Komunitas Reggae Lampung (KORAL) dengan judul“GAYA HIDUPKOMUNITAS REGGAE”.

Demikian surat ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandar Lampung, 10 November 2012

Ketua Komunitas Reggae Lampung (KORAL)