BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur serta mempermudah penulis dalam menyusun penelitian
ini. Iksan 1996 menyatakan bahwa tinjauan pustaka harus mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan permasalahan penelitian : teori, konsep-
konsep, analisa, kesimpulan, kelemahan dan keunggulan pendekatan yang dilakukan orang lain. Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan
pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya. Masyhuri dan Zainuddin, 2008:100.
Penelitian terdahulu digunakan sebagai acuan dan bahan referensi penulis yang memudahkan penelitian penulis dalam membuat penelitian ini. Dalam memiliki
karakter yang sama yaitu, dari segi penggunaan teori, lingkup bahasan, maupun metode yang dipakai. Penulis telah menganalisis lima penelitian terdahulu yang berkaitan
dengan bahasan di dalam penelitian ini, mencakup tentang Gaya Hidup dan komunitas reggae.
Berikut ini penelitian terdahulu yang menjadi acuan dan bahan referensi penulis:
Strategi Komunikasi Komunitas Manteman Dalam Membangun Komunitas Reggae di Jakarta yang diteliti oleh Immel Razak, menghasilkan dampak yang sangat
berkembang bagi komunitas reggae manteman maupun bagi masyarakat reggae di Jakarta, Program yang dibuat terdapat dua yaitu program internal dengan program
eksternal, Program internal meliputi program sosial untuk mempererat tali persaudaraan antar anggota dan program eksternal yang bisa membuat sebuah terobosan baru bagi
dunia event reggae dimana sebuah band bisa membuat paket pengisi acara, promosi acara sekaligus penjualan tiket dan penonton yang memang terkoordinir dari komunitas
manteman sendiri.
Pembentukan Identitas pada Reggae Rastafarian
yang diteliti Wahyu
Widiatmoko, hasil yang didapat Para Reggae Rastafarian memaknai diri mereka sebagai seseorang yang ingin mengekspresikan dirinya sesuai dengan musik yang
dipilihnya, yaitu musik Reggae. Sedangkan sebagian masyarakat masih memaknai para Reggae Rastafarian sebagai seseorang yang berpenampilan aneh. Stigma pada Reggae
Rastafarian adalah Reggae Rastafarian selalu diidentikan dengan orang yang berpenampilan aneh dan tindakan negatif. Stigma pada
Reggae Rastafarian mengakibatkan perilaku diskriminatif yang sangat merugikan bagi kehidupan para
Reggae Rastafarian.
Identitas Punk yang pernah diteliti oleh Ridwan Rianda Hardiansyah, menghasilkan Ideologi yang dilihat sebagai pandangan hidup oleh punkers di Bandar
Lampung adalah etika Do It Yourself. Etika Do It Yourself lahir dari kebudayaan punk
untuk menghadapi kebudayaan dominan yang telah terkooptasi oleh kapitalis. Di Bandar Lampung, Etika Do It Yourself memiliki sifat yang berubah-ubah arbitrary
secara historis historically. Perubahan tersebut terjadi karena belum kokohnya kebudayaan punkers yang terbentuk di Bandar Lampung. Kebelumkokohan ini,
menghasilkan kebudayaan punkers di Bandar Lampung terbagi menjadi dua yaitu kebudayaan bawaan dan kebudayaan identitas,
Gaya Hidup Komunitas Graffiti yang pernah diteliti oleh Radhia Amini, Gaya berpenampilan komunitas LSA terlihat dari penggunaan kaos komunitas LSA dan
kaos tagging sebagai identitas komunitas serta penggunaan aksesoris saat writing seperti masker painting, glove agar safety saat writing. Memakai celana jeans panjang
dan sepatu sneakers serta rambut yang dominan cepak. Setiap tagging yang dipakai writer memiliki makna tersendiri dari tiap pemiliknya serta ciri khas yang terlihat dari
bentuk, warna yang kontras maupun font. Komunitas LSA juga menggunakan istilah- istilah mengenai graffiti yang juga maupun istilah-istilah dalam sehari-hari,
Majalah komunitas sebagai media informasi gaya hidup Ade Nur Istiani, gaya berpenampilan komunitas Lampung Skateboard DivisonLSD terlihat dari penggunaan
sepatu sneakers khusus skateboard yang berbahan tebal yang khusus digunakan saat skating. Komunitas LSD mendapat referensi tentang gaya berpenampilan dan informasi
brand produk banyak didapat dari Happen Skateboarding Magazine yang diperlihatkan melalui gambar-gambar yang terdapat di dalam majalah sehingga antar anggota
komunitas skateboard yang berbeda daerah dapat saling mengetahui dan tercipta persamaan makna dalam menciptakan gaya berpenampilannya. Dalam berinteraksi dan
berkomunikasi dengan sesama anggota-anggota dalam komunitas LSD, terdapat istilahbahasa sehari-hari yang digunakan saat sedang berkumpul dan terdapat istilah-
istilah mengenai skateboard yang digunakan saat skating yang didapat dari Happen Skateboarding Magazine yang diperlihatkan melalui istilah-istilah trik yang istilah trik
tersebut diperjelas melalui gambar-gambar yang terdapat di dalam majalah. skateboard merupakan olahraga ekstrem yang dibutuhkan keberanian dalam memainkannya,
komunitas LSD beranggapan bahwa skateboard merupakan sarana interaksi serta ajang tempat mengekspresikan diri dan skateboard telah menjadi bagian hidup.
Berikut matrik penelitian terdahulu berkaitan dengan Reggae dan Komunitas:
17 Tabel 1. Matrik Penelitian Terdahulu
No Judul
Penulis Metode
Hasil Kritik
Keterkaitan
1. Strategi komunikasi
Komunitas Manteman dalam
membangun komunitas reggae di
Jakarta Immel Razak
mahasiswa Universitas SAHID
Jakarta pada tahun 2011
Deskriptif Kualitatif
Strategi komunikasi komunitas manteman mengandalkan cara-cara konvensional akan
tetapi secara tidak langsung menghasilkan dampak yang sangat berkembang bagi
komunitas reggae manteman maupun bagi masyarakat reggae di Jakarta walaupun
dengan waktu yang tidak sebentar. Program yang dibuat terdapat dua yaitu program
internal dengan program eksternal. Program internal meliputi program sosial untuk
mempererat tali persaudaraan antar anggota dan program eksternal yang bisa membuat
sebuah terobosan baru bagi dunia event reggae dimana sebuah band bisa membuat
paket pengisi acara, promosi acara sekaligus penjualan tiket dan penonton yang memang
terkoordinir dari komunitas manteman sendiri, sedangkan hal tersebut tidak di
temui dalam manajemen band reggae manapun di Jakarta pada khususnya yang
biasanya hanya sekedarnya membantu pihak penyelenggara acara untuk promosi saja
tanpa membantu menjual tiket bahkan menarik penonton untuk datang ke acara
tersebut. Penelitian ini
membahas tentang komunitas reggae
di jakarta, tetapi dalam
penelitiannya tidak mengulas tentang
gaya hidup komunitas reggae
seperti cara berpenampilan,
istilah-istilah menciptakan citra
positif. Sehingga penelitian
mengenai gaya hidup komunitas
reggae perlu di lakukan untuk
melanjutkan penelitian ini.
Penelitian ini juga membahas tentang
komunitas reggae namun mencakup
bagaimana program yang di
desain komunitas manteman dalam
membangun komunitas reggae
dan faktor-faktor yang
mempengaruhi anggota komunitas
sehingga mempunyai minat
untuk bergabung dengan komunitas
reggae.
18 2.
Pembentukan Identitas pada
Reggae Rastafarian Wahyu Widiatmoko
Mahasiswa Universitas Airlangga
pada tahun 2011 Kualitatif
dan Pendekatan
deskriptif Para Reggae Rastafarian memaknai diri
mereka sebagai seseorang yang ingin mengekspresikan dirinya sesuai dengan
musik yang dipilihnya, yaitu musik Reggae. Sedangkan sebagian masyarakat masih
memaknai para Reggae Rastafarian sebagai seseorang yang berpenampilan aneh. Stigma
pada Reggae Rastafarian adalah Reggae Rastafarian selalu diidentikan dengan orang
yang berpenampilan aneh dan tindakan negatif. Stigma pada Reggae Rastafarian
mengakibatkan perilaku diskriminatif yang sangat merugikan bagi kehidupan para
Reggae Rastafarian. Para Reggae Rastafarian tidak bisa mengekspresikan jiwa
seni musiknya dengan bebas akibat stigma dan perilaku diskriminatif tersebut.
Penelitian ini membahas tentang
reggae rastafarian tetapi hanya
menjelaskan pembentukan
identitas diri pada Reggae
Rastafarian dan bagaimana bentuk
stigma dan perilaku diskriminatif pada
Reggae Rastafarian.
Penelitian ini tidak membahas tentang
komunitas dan gaya hidup. Oleh sebab itu
penelitian mengenai gaya hidup
komunitas reggae perlu dilakukan.
Penelitian ini juga membahas tentang
reggae namun hanya membahas
tentang reggae rastafarian dalam
menjelaskan pembentukan
identitas diri pada Reggae
Rastafarian dan bagaimana bentuk
stigma dan perilaku diskriminatif pada
Reggae Rastafarian.
19 3.
Identitas Punk Ridwan Rianda
Hardiansyah Jurusan Ilmu
Komunikasi FISIP Universitas Lampung
2008 Kualitatif
Etnografi Ideologi yang dilihat sebagai pandangan
hidup oleh punkers di Bandar Lampung adalah etika Do It Yourself. Etika Do It
Yourself lahir dari kebudayaan punk untuk menghadapi kebudayaan dominan yang
telah terkooptasi oleh kapitalis. Di Bandar Lampung, Etika Do It Yourself memiliki
sifat yang berubah-ubah arbitrary secara historis historically. Perubahan tersebut
terjadi karena belum kokohnya kebudayaan punkers yang terbentuk di Bandar Lampung.
Kebelumkokohan ini, menghasilkan kebudayaan punkers di Bandar Lampung
terbagi menjadi dua yaitu kebudayaan bawaan dan kebudayaan identitas.
Penelitian ini membahas tentang
komunitas punk dan penelitian ini
lebih fokus pada ideologi komunitas
punk. Lebih menekankan pada
kehidupan sehari- hari komunitas ini.
Pada penelitian ini tidak menjelaskan
mengenai istilah- istilah yang
digunakan dalam berkomunikasi,
makna yang dikomunikasikan
melalui simbol fashionstyle dan cara
menciptakan citra positif bagi
komunitas sehingga penelitian yang akan
penulis lakukan dapat melengkapi
penelitian mengenai komunitas baik baik
secara gaya hidup maupun bermusik.
Penelitian ini juga membahas tentang
komunitas dan penelitian ini lebih
fokus pada ideologi komunitas punk.
Lebih menekankan pada kehidupan
sehari-hari komunitas ini serta
memakai teori yang sama untuk
melakukan penelitiannya.
20 4.
Gaya Hidup Komunitas Graffiti
Studi pada Komunitas Lampung
Street ArtLSA, Pasar Seni, Bandar
Lampung Radhia Amini
Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
Universitas Lampung 2011
Deskriptif Kualitatif
Gaya berpenampilan komunitas LSA terlihat dari penggunaan kaos komunitas LSA dan
kaos tagging sebagai identitas komunitas serta penggunaan aksesoris saat writing
seperti masker painting, glove agar safety saat writing. Memakai celana jeans panjang
dan sepatu sneakers serta rambut yang dominan cepak.
Setiap tagging yang dipakai writer memiliki makna tersendiri dari tiap pemiliknya serta
ciri khas yang terlihat dari bentuk, warna yang kontras maupun font.
Komunitas LSA juga menggunakan istilah- istilah mengenai graffiti yang juga maupun
istilah-istilah dalam sehari-hari. Penelitian ini
membahas komunitas graffiti,
namun yang difokuskan pada
gaya hidup pelaku graffiti seperti cara
berpenampilan, penggunaan
tagging, dan penggunaan istilah
berkomunikasi dalam komunitas.
tetapi dalam penelitiannya tidak
mengulas tentang cara menciptakan
citra positif bagi komunitas.
Penelitian ini juga membahas tentang
komunitas dan lebih difokuskan
pada gaya hidup pelaku graffiti
seperti cara berpenampilan,
penggunaan tagging yang
dipakai writer yang memiliki makna
tersendiri dari tiap pemiliknya serta
ciri khas terlihat dari bentuk, warna
yang kontras maupun font. Dan
penelitian ini menjadi bahan
referensi penulis dalam meneliti
gaya hidup komunitas reggae.
21 5.
Majalah komunitas sebagai media
informasi gaya hidup Ade Nur Istiani
mahasiswi Ilmu Komunikasi
Universitas Lampung 2011
Deskriptif Kualitatif
Gaya berpenampilan komunitas Lampung Skateboard DivisonLSD terlihat dari penggunaan
sepatu sneakers khusus skateboard yang berbahan tebal yang khusus digunakan saat skating.
Komunitas LSD mendapat referensi tentang gaya berpenampilan dan informasi brand produk banyak
didapat dari Happen Skateboarding Magazine yang diperlihatkan melalui gambar-gambar yang terdapat
di dalam majalah sehingga antar anggota komunitas skateboard yang berbeda daerah dapat saling
mengetahui dan tercipta persamaan makna dalam menciptakan gaya berpenampilannya. Dalam
berinteraksi dan berkomunikasi dengan sesama anggota-anggota dalam komunitas LSD, terdapat
istilahbahasa sehari-hari yang digunakan saat sedang berkumpul dan terdapat istilah-istilah
mengenai skateboard yang digunakan saat skating yang didapat dari Happen Skateboarding Magazine
yang diperlihatkan melalui istilah-istilah trik yang istilah trik tersebut diperjelas melalui gambar-
gambar yang terdapat di dalam majalah. skateboard merupakan olahraga ekstrem yang dibutuhkan
keberanian dalam memainkannya, komunitas LSD beranggapan bahwa skateboard merupakan sarana
interaksi serta ajang tempat mengekspresikan diri dan skateboard telah menjadi bagian hidup Majalah
komunitas Happen Skateboarding Magazine memberikan ruang bagi anggota komunitas
skateboard yang berbeda daerah untuk saling bertukar pendapat dan makna sehingga tercipta
suatu pemahaman yang sama tentang skateboard. Penelitian ini
membahas tentang komunitas
skateboard tetapi yang difokuskan
hanya pada majalah komunitas sebagai
media informasi. namun dalam
penelitian ini tidak mengulas tentang
cara menciptakan citra positif bagi
komunitas. Penelitian ini juga
membahas tentang komunitas yang
difokuskan dari cara
berpenampilan, gaya bahasa atau
istilah-istilah yang digunakan dalam
berkomunikasi. Dan penelitian ini
juga menjadi bahan referensi penulis
dalam meneliti gaya hidup
komunitas reggae di Bandar
Lampung dan menambah
penelitian mengenai gaya
hidup.
Dari Kelima penelitian terdahulu di atas tadi dapat disimpulkan bahwa komunitas merupakan suatu fenomena sosial yang menarik untuk diteliti. Banyak hal
menarik yang dapat diteliti dalam komunitas seperti gaya hidup komunitas, dimana gaya hidup suatu komunitas memiliki ciri khas sehingga terbentuk
identitas komunitas tersebut.
Gaya hidup juga dapat dilihat dari cara berpenampilan dari barang-barang yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari yang biasanya bersifat modis, cara
berperilaku sampai bahasa yang digunakan tidak untuk tujuan berkomunikasi semata melainkan untuk identitas diri. Gaya hidup suatu komunitas bisa
dipengaruhi dan terbentuk karena interaksi antar komunitas tersebut, sehingga individu yang berada dalam komunitas dapat menciptakan suatu gaya hidupnya
karena interaksi yang terjadi di dalam komunitasnya.
Adapun teori yang digunakan penulis berkaitan dengan subkultur yaitu teori cultural studies yang menjadi acuan penulis dalam meneliti gaya hidup komunitas
reggae yang pada penelitian sebelumnya belum ada yang mengkaji maupun menggali secara mendalam mengenai gaya hidup para rastaman itu sendiri. Untuk
itu penulis memiliki keinginan yang kuat untuk menambahkan dan mengisi penelitian sebelumnya dengan penelitian penulis mengenai reggae khususnya
gaya hidup komunitas reggae.
B. Teoritik