10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persalinan
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi janin dan uri yang dapat hidup di luar rahim melalui jalan lahir atau dengan cara lain Mochtar, 2000.
Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput
janin dari ibu Depkes RI, 2004.
2.1.1 Metode Persalinan
Menurut caranya persalinan dapat dikelompokkan atas dua cara yaitu partus biasa normal dan partus luar biasa abnormal
Salfariani, 2012 .
a. Partus Biasa Normal
Partus biasa disebut juga partus spontan yaitu proses lahirnya bayi berdasarkan letak belakang kepala secara normal. Persalinan normal adalah proses lahirnya
janin dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang pada umumnya berlangsung kurang dari 24 jam Manuaba, 2008.
b. Partus Luar Biasa Abnormal
Partus luar biasa yaitu persalinan pervaginam abnormal dengan bantuan alat atau melalui dinding perut dengan operasi SC. Istilah Caesar berasal dari bahasa Latin
caedere yang artinya memotong atau menyayat. Sectio caesarea SC adalah upaya mengeluarkan janin melalui pembedahan pada dinding perut dan dinding
rahim Kasdu, 2003. Persalinan SC dilakukan sebagai alternatif jika persalinan lewat jalan lahir tidak dapat dilakukan.
11
Prinsip SC menurut Winkjosastro, 2007 : 1.
Merupakan suatu tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat diatas 500 gram, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh.
2. Keadaan yang tidak memungkinkan jalan dilahirkan pervaginam, dan
3. Keadaan gawat darurat yang memerlukan pengakhiran kehamilan atau
persalinan segera, yang tidak mungkin menunggu kemajuan persalinan pervaginam secara fisiologis.
Adapun jenis-jenis SC yaitu SC primer efektif, SC sekunder, SC ulang, dan SC
histerektomi. Salfariani Saidah 2012, mengatakan bahwa pertolongan operasi persalinan dengan SC mempunyai sejarah yang panjang. Bahaya infeksi merupakan
ancaman serius sehingga banyak terjadi kematian. Perkembangan teknologi SC demikian majunya sehingga bahayanya makin dapat ditekan. Oleh karenanya
persalinan SC makin banyak dilakukan.
2.1.2 Komplikasi Persalinan dengan Metode Sectio Caesar SC
Komplikasi SC sangat serius sehingga jauh lebih berbahaya dibandingkan persalinan normal, dan berdampak bagi ibu maupun janin. Salfariani Saidah
2012 menyatakan, resiko persalinan secara SC dibagi menjadi:
1. Komplikasi Jangka Pendek
Adapun komplikasi jangka pendek yaitu infeksi pada bekas jahitan, infeksi rahim, keloid terjadinya penonjolan jaringan parut, cedera pembuluh darah,
cedera pada kandung kemih saat SC dilakukan organ ini bisa saja terpotong, perdarahan darah yang hilang lewat SC dua kali lipat dibandingkan dengan
persalinan normal, air ketuban masuk ke dalam pembuluh darah sehingga terjadi pulmonary embolism, jantung dan pernafasan ibu bisa berhenti secara
tiba-tiba terjadilah kematian mendadak, pembekuan darah, kematian saat
12
persalinan yang umumnya disebabkan karena kesalahan pembiusan atau perdarahan yang tidak ditangani secara cepat, kelumpuhan kandung kemih Ini
terjadi karena saat proses pembedahan kandung kemih terpotong, hematoma akibatnya fatal yaitu kematian ibu. mengingat resiko perdarahan pada SC lebih
tinggi, resiko hematoma pun lebih besar, usus terpilin, keracunan darah jika ketuban pecah kuman masuk kedalam pembuluh darah ketika operasi SC
berlangsung, dan menyebar ke seluruh tubuh keracunan darah yang berat dapat menyebabkan kematian ibu.
2. Komplikasi Jangka Panjang
a. Masalah psikologis
Berdasarkan penelitian, perempuan yang mengalami SC mempunyai perasaan negatif usai operasi seperti depresi pasca persalinan. Beberapa
mengalami reaksi stress pascatrauma berupa mimpi buruk, atau ketakutan luar biasa terhadap kehamilan, yang disebabkan karena ibu tidak siap menghadapi
operasi. b.
Perlekatan organ bagian dalam. Penyebab perlekatan organ bagian dalam pada SC adalah tidak bersihnya
lapisan permukaan dari noda darah. Terjadilah perlengketan yang menyebabkan rasa sakit pada panggul, masalah pada usus besar, serta nyeri
pada saat melakukan hubungan seksual. c.
Pembatasan kehamilan Perempuan yang pernah mengalami operasi SC hanya boleh melakukan
persalinan sebanyak 3 kali boleh 5 kali tetapi resiko dan komplikasi lebih berat.
13
3. Komplikasi Persalinan Selanjutnya
a. Sobeknya jahitan rahim
Ada 7 lapisan jahitan yang dibuat saat operasi SC. Yaitu jahitan pada kulit, lapisan lemak, sarung otot, otot perut, lapisan dalam perut, lapisan luar rahim
dan rahim. Jahitan rahim ini dapat sobek pada persalinan berikutnya. Makin sering manjalani operasi SC makin tinggi resiko terjadinya robekan.
b. Pengerasan plasenta
Plasenta bisa tumbuh ke dalam melewati dinding rahim, sehingga sulit dilepaskan. Bila plasenta sampai menempel terlalu dalam sampai ke
myometrium, harus dilakukan pengangkatan rahim karena plasenta mengeras. Resikonya terjadi plasenta ini bisa meningkat karena SC.
c. Tersayat
Tersayatnya bayi saat SC terjadi jika, air ketuban yang membuat volume ruang
dalam rahim menyusut. Akibatnya, ruang gerak bayipun berkurang dan lebih mudah terjangkau pisau bedah. Selain itu, pembedahan lapisan perut yang
mengalirkan darah terus menerus sehingga semburan darah membuat janin sulit terlihat. Pembedahan yang dilakukan tidak hati-hati, bisa membuat bayi
tersayat, terlebih dinding rahim sangat tipis. d.
Masalah pernafasan Bayi yang lahir lewat SC, cenderung mempunyai masalah pernafasan yaitu
nafas cepat dan tak teratur. Ini terjadi karena bayi tidak mengalami tekanan saat lahir seperti bayi yang lahir alami sehingga cairan pam-parunya tidak bisa
keluar. Masalah pernafasan ini akan berlanjut sampai beberapa hari setelah lahir.
14
e. Angka APGAR rendah
Rendahnya angka APGAR merupakan efek anastesi dari SC, kondisi bayi yang stress menjelang lahir, atau bayi tidak distimulasi sebagaimana bayi yang lahir
lewat persalinan normal. Beberapa penelitian, bayi yang lahir SC butuh perawatan lanjutan dan alat bantu pernafasan yang lebih tinggi dibandingkan
bayi lahir normal.
2.2 Teori Perilaku Lawrence Green
Perilaku kesehatan yaitu suatu respons seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, sistem pelayanan kesehatan, serta
lingkungan Notoatmodjo, 2003.
Perilaku menurut teori dari Lawrence Green 1980 yang membedakan masalah kesehatan menjadi 2 determinan yaitu faktor perilaku dan non
perilaku. Untuk faktor perilaku sendiri bertujuan untuk mendorong terjadinya perubahan perilaku pada setiap individu.
Berdasarkan teori dari Lawrence Green 1980 dalam Notoatmodjo 2003, tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kesehatan seperti keputusan
memilih proses persalinan, maka dapat dibuat suatu kerangka teori yang dapat menggambarkan setiap komponen yang berpengaruh terhadap perilaku tersebut. Green
membagi faktor perilaku menjadi 3 faktor utama yaitu faktor predisposisi, pemungkin dan penguat.
Faktor predisposisi predisposing factors, merupakan faktor antesenden terhadap perilaku yang menjadi dasar motivasi bagi pelaku yang masuk dalam faktor
ini adalah pendidikan, pengetahuan, dan faktor-faktor lainnya yang mendukung keputusan ibu seperti faktor usia, paritas, faktor kecemasan persalinan normal dan
kepercayaan.
15
Faktor pemungkin enabling factors, adaiah faktor antesenden terhadap perilaku yang rnemungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Faktor ini
terwujud dalam biaya, dimana sumber biaya berasal dari pendapatan keluarga atau biaya sendiri, yang dibandingkan dengan biaya persalinan normal biaya SC jauh lebih
tinggi Kasdu, 2003. Dalam biaya persalinan yang relatif tinggi tidak menjadi masalah bagi kaum ibu hamil yang berkunjung ke RSU. BROS karena sudah merupakan trend
bagi masyarakat golongan ekonomi menengah keatas yang melakukan persalinan SC di BROS. Keadaan ekonomi atau kondisi ekonomi keluarga yang tinggi mendorong
ibu untuk melakukan persalinan SC karena kelurga merasa mampu dalam memenuhi kebutuhannya dan kemudahan untuk mencapainya. Kejadian melahirkan melalui SC
hampir dilakukan oleh wanita dengan latar belakang sosio ekonomi tinggi serta memiliki akses antenatal yang baik Niino, 2011.
Faktor penguat reinforcing factors, adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja
tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat. Termasuk dalam faktor ini adalah petugas kesehatantenaga medis yang dapat mempengaruhi ibu di dalam pengambilan keputusan untuk memilih
persalinan SC. Selain itu kesepakatan dari suami, kerjasama ini juga dibutuhkan dalam pemilihan proses persalinan nantinya. Dimana proses tersebut disepakati dan disetujui
oleh suami dan istri Kasdu, 2003. Green menyatakan bahwa pendidikan kesehatan mempunyai peranan penting
dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor itu agar searah dengan tujuan kegiatan sehingga menimbulkan perilaku positif dari masyarakat terhadap
program tersebut dan terhadap kesehatan pada umumnya.
16
2.3 Faktor Penyebab dilakukannya Tindakan Sectio Caesar SC