Pengalaman Ibu hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan

(1)

PENGALAMAN IBU HAMIL YANG MENGALAMI HIPEREMESIS GRAVIDARUM PADA TRIMESTER I DI RSUD DR. PIRNGADI

KOTA MEDAN TAHUN 2011

RISDA ROLY VIVIANA 115102009

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Judul : Pengalaman Ibu Hamil Yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Pada Trimester I di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011 Nama : Risda Roly Viviana

NIM : 115102009

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Tahun : 2012

Abstrak

Latar Belakang : Gejala awal kehamilan pada beberapa wanita adalah mual, dengan atau tanpa muntah. Ini sering disebut morning sickness (mual pagi). Banyak wanita mengalami mual, biasanya tidak perlu perhatian medis. Akan tetapi, suatu keadaan yang disebut hyperemesis gravidarum (mual dan muntah yang parah) menyebabkan muntah yang sering sehingga kehilangan nutrisi dan cairan.

Tujuan Penelitian : untuk mengeksplorasi Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I.

Metodologi : Teknik pengambilan sampel ini adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak 5 orang. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, Waktu penelitian September-Juni 2012, Desain penelitian yang digunakan kualitatif fenomenologi

Hasil : Berdasarkan data demografi dari 5 orang partisipan yaitu 2 orang berusia 31 tahun. 4 orang adalah multipara. 4 orang partisipan beragama islam, 4 orang berpendidikan sarjana, 3 orang bekerja sebagai PNS dan semua partisipan berpenghasilan >1.000.000. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum adalah bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi dan perubahan posisi. Dampak hiperemesis gravidarum adalah penurunan berat badan, badan lemas, beberapa kali harus rawat inap menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum yang dialami yaitu dengan penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis. Kesan setelah hiperemesis gravidarum berkurang adalah merasa senang, lega dan kurang senang. Kesimpulan : Dari hasil Penelitian fenomenologi ini diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan dan konseling antenatal untuk mengurangi hiperemesis gravidarum serta dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan untuk peneliti lanjutan maupun bahan pertimbangan bagi penelitian analitik di masa yang akan datang.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul "Pengalaman Ibu hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan" yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Penelitian ini, penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes selaku Dekan Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang. S. Kep. Ns, M.Kep selaku Ketua Pelaksana Program Studi D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Hj. Idau Ginting, SST. M.Kes selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Direktur RSUD Dr. Pirngadi beserta staf

5. Seluruh dosen dan staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan serta nasehat selama menjalani penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6. Kepada Kedua Orang Tua tercinta, Adik-adikku dan keluarga yang tak henti – hentinya memberikan semangat dorongan, dukungan, perhatian dan doa restu dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.


(5)

7. Rekan-rekan mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Falkultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara T.A. 2011-2012 yang telah banyak memberi dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

8. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari atas kekurangan dari Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk melakukan koreksi dan kritik untuk kesempurnaan Penelitian ini. semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.

Medan, Juni 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETU JUAN

ABSTRAK………... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR LAMPIRAN ... vi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

1. Pelayanan Kebidanan ... 4

2. Perkembangan Dunia Kebidanan Khususnva Asuhan Kebidanan. . 4

3. Rumah Sakit ... 4

4. Penelitian Lanjutan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengalaman ... 5

B. Hiperemesisis Gravidarum ... 5

1. PengertianHiperemesis Gravidarum ... 5

2. Etiologi ... 6

3. Gejala dan tingkat ... 6

4. Diagnosis ... 7

5. Patofisiologi ... 8


(7)

7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum ... 9

8. Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 15

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 18

B. Populasi dan Sampel ... 18

1. Populasi ... 18

2. Sampel ... 18

C. Tempat Penelitian ... 19

D. Waktu Penelitian. ... 19

E. Etika Penelitian ... 19

F. Alat Pengumpulan Data ... 20

G. Prosedur Pengumpulan Data ... 20

H. Analisis Data ... 22

I. Tingkat Keabsahan Data ... 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.Karakteristik Partisipan ... 25

B.Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum 26 C.Pembahasan ... 36

D.Keterbatasan Penelitian ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 44

B.Saran ... 45

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Partisipan Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan Lampiran 3 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 4 : Panduan Wawancara Penelitian Lampiran 5 : Waktu Penelitian

Lampiran 6 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 7 : Surat Balasan Izin Penelitian Lampiran 8 : Daftar Riwayat Hidup


(9)

Judul : Pengalaman Ibu Hamil Yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Pada Trimester I di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2011 Nama : Risda Roly Viviana

NIM : 115102009

Jurusan : D-IV Bidan Pendidik Tahun : 2012

Abstrak

Latar Belakang : Gejala awal kehamilan pada beberapa wanita adalah mual, dengan atau tanpa muntah. Ini sering disebut morning sickness (mual pagi). Banyak wanita mengalami mual, biasanya tidak perlu perhatian medis. Akan tetapi, suatu keadaan yang disebut hyperemesis gravidarum (mual dan muntah yang parah) menyebabkan muntah yang sering sehingga kehilangan nutrisi dan cairan.

Tujuan Penelitian : untuk mengeksplorasi Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I.

Metodologi : Teknik pengambilan sampel ini adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan sebanyak 5 orang. Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, Waktu penelitian September-Juni 2012, Desain penelitian yang digunakan kualitatif fenomenologi

Hasil : Berdasarkan data demografi dari 5 orang partisipan yaitu 2 orang berusia 31 tahun. 4 orang adalah multipara. 4 orang partisipan beragama islam, 4 orang berpendidikan sarjana, 3 orang bekerja sebagai PNS dan semua partisipan berpenghasilan >1.000.000. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum adalah bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi dan perubahan posisi. Dampak hiperemesis gravidarum adalah penurunan berat badan, badan lemas, beberapa kali harus rawat inap menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum yang dialami yaitu dengan penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis. Kesan setelah hiperemesis gravidarum berkurang adalah merasa senang, lega dan kurang senang. Kesimpulan : Dari hasil Penelitian fenomenologi ini diharapkan bagi tenaga kesehatan dapat memberikan pendidikan kesehatan dan konseling antenatal untuk mengurangi hiperemesis gravidarum serta dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan untuk peneliti lanjutan maupun bahan pertimbangan bagi penelitian analitik di masa yang akan datang.


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Kehamilan merupakan suatu hal yang sangat didambakan. Selama kehamilannya, tak jarang ibu hamil mengalami berbagai gejala fisik ringan yang sebenarnya merupakan perubahan normal dialami. Oleh karena itu merupakan suatu pengalaman baru dan ketidaktahuan akan terjadi perubahan tubuh, berbagai gejala tersebut kerap memicu kecemasan (Utami, 2008).

Gejala awal kehamilan pada beberapa wanita adalah mual, dengan atau tanpa muntah. Ini sering disebut morning sickness (mual pagi). Banyak wanita mengalami mual, biasanya tidak perlu perhatian medis. Akan tetapi, suatu keadaan yang disebut hyperemesis gravidarum (mual dan muntah yang parah) menyebabkan muntah yang sering sehingga kehilangan nutrisi dan cairan (Stoppard, 2009. hal.73).

Koren (2000, dalam Tiran. 2008. hal. 2) menggambarkan mual dan muntah sebagai gangguan medis tersering dalam kehamilan. Power et al (2001) mencatat sekitar 51,4% wanita mengalami mual dan 9,2% wanita mengalami muntah. Sementara O'Brien dan Naber (1992) mengatakan bahwa 70% wanita mengalami mual dan 28% mengalami muntah. Gadsby et al (1930 melaporkan ada 805 insidensi, yaitu 28% hanya mengalami gejala mual dan 52% mengalami muntah. Tinjauan mual antara 70 dan 85%, dengan sekitar setengah dari persentase ini mengalami muntah.

Broussard dan Richter (1998, dalam Tiran. 2008. hal. 3) menyatakan bahwa sampai dengan 90% wanita mengalami mual dan muntah dalam kehamilan dari tingkat yang ringan sampai sedang yang dapat sembuh dengan sendirinya, sampai


(11)

dengan kondisi berat, yaitu hiperemsis gravidarum, yang mengakibatkan penurunan berat badan, gangguan elektrolit dan metabolik dan kemungkinan skala jangka panjang.

Kelli (1996;306, dalam Tiran, 2008. hal.3) memperkirakan bahwa hiperemesis gravidarum sangat patologis terjadi dalam 1:500 kehamilan, dan Walters (1999) menyatakan bahwa insedensinya adalah tiga dan sepuluh per seribu kehamilan. Dalam studi Power et al (2001) sekitar 2.4% wanita yang mengalami mual dan muntah memerlukan hospitalisasi untuk hiperemesis gravidarum.

Semua kehamilan yang terus berlanjut dan diinginkan memiliki makna khusus bagi wanita yang menginginkannya. Banyaknya kontribusi ilmu pengetahuan sosial dalam memahami reproduksi telah difokuskan pada pengalaman dan kebutuhan wanita berisiko rendah selama kehamilan dan Persalinan. Selain itu, wanita hamil juga memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan mereka selama hamil (Henderson, 2005).

Nausea (mual) dan hiperemesis gravidarum (muntah berlebihan) adalah keluhan yang paling sering dialami perempuan hamil. Kehamilan menimbulkan perubahan hormonal pada perempuan, yaitu adanya peningkatan kadar hormon esterogen dan progesteron, serta dikeluarkannya hormon human chorionik gonadothrophie. yang menyebabkan emesis gravidarum. Gejala klinis emesis gravidarum adalah pusing dan mual muntah terutama pada pagi hari. Biasanya mual muntah ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, namun tidak menutup kemungkinan juga sering terjadi pada trimester selanjutnya. Selain dengan komunikasi informasi dan edukasi tentang fisiologi kehamilan muda, diet dengan makan sedikit tapi sering serta pemberian obat atau vitamin B6 penanganan untuk mual dan muntah bisa juga dilakukan melalui hipnoterapi. Ini karena, hiperemesis


(12)

gravidarum sering pula disebabkan pengaruh psikologis ibu (Aprillia, 2010. hlm.78). Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuan untuk mengatasi gejala " normal ". Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, atau karena beban pekerjaan atau finansial akan menyebabkan penderitaan bathin, ambivalensi, dan konflik. Kecemasan berdasarkan pengalaman melahirkan sebelumnya, terutama kecemasan terhadap hiperemesis gravidarum. Wanita yang mengalami kesulitan dalam membina hubungan rentan terhadap masalah distress emosional menambah ketidaknyamanan fisik (latrakis, et al 1988). Syok dan adaptasi yang dibutuhkan jika kehamilan ditemukan kembar, atau kehamilan yang terjadi dalam waktu berdekatan, juga dapat menjadi faktor emosional yang membuat mual dan muntah menjadi lebih berat (Tiran, 2008. hal. 15 ). Hal ini juga bisa terjadi karena kurangnya pengetahuan, informasi, dan komunikasi antara wanita dan pemberi asuhannya juga turut mempengaruhi persepsi wanita tentang keparahan gejala (Tiran, 2008. hal. 17).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 27 Desember 2011 sampai Januari 2012 di RSUD. Dr. Pirngadi Kota Medan didapatkan data yang mencukupi untuk dilakukan penelitian ini.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I ?


(13)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I.

D. Manfaat Penelitian

Ada 4 manfaat penelitian ini, antara lain adalah sebagai berikut: 1. Pelayanan kebidanan

Hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat dijadikan sumber pengetahuan dan sumber data bagi tenaga pelayanan khususnya bidan untuk memberikan asuhan kebidanan pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum.

2. Perkembangan ilmu kebidanan khususnya asuhan kebidanan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan bagi mahasiswa nantinya dalam menerapkan asuhan kebidanan khususnya pada ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester I.

2. Rumah Sakit

Rumah sakit sebaiknya memberikan pelayanan dan perawatan yang terpadu bagi pasien-pasien dengan hiperemesis gravidarum

3. Peneliti Lanjutan

Dari hasil penelitian fenomenologi ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan untuk peneliti lanjutan dan bahan pertimbangan bagi penelitian analitik di masa yang akan datang.


(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengalaman

Pengalaman adalah sebagai sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung) ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. hal. 26 ).

Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap tersebut ( Sunaryo, 2004. hal. 201 ).

Menurut Martin Heidgger dalam Corsini ( 2003. hal.173) pada dasarnya pengalaman bersifat historis yaitu hidup dengan situasi-situasi dan pengalaman yang terbentuk secara kultural, mempunyai suatu latar belakang yang panjang meliputi pikiran, pembicaraan dan karya generasi-generasi masa lalu.

B. Hiperemesis Gravidraum

1. Pengertian Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan selama masa hamil (Varney, 2006. hal. 608).

Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita mengalami muntah-muntah yang berlebihan lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap saat, sehingga mengganggu kesehatan penderita (FKUI, 2006. hal. 66).

Hiperemesis didefenisikan sebagai muntah yang sedemikian parah sehingga menyebabkan penurunan berat badan, dehidrasi, asidosis akibat kelaparan, alkalosis akibat hilangnya asam hidroklorida melalui muntahan, dan hipokalemia ( Leveno, 2009. hal.609 ).


(15)

Hiperemesis Gravidarum adalah muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20 minggu. Keluhan muntah kadang –kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan di minum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi, dan terdapat aseton dalam urin ( Prawirohardjo, 2010. hal. 815 ).

2. Etiologi

Sebab pasti belum diketahui. Frekuensi kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan adalah sebagai berikut: a) Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda

akibat peningkatan kadar HCG.

b) Faktor organik, karena masuknya vili khorealis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik.

c) Faktor psikologik : keretakan rumah tangga, kehilangan pekerjaan, rasa takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut memikul tanggung jawab, dan sebagainya.

d) Faktor endokrin lainnya : hipertiroid, diabetes dan lain-lain.

3. Gejala dan Tingkat

Mulai terjadi pada trimester pertama. Gejala klinik yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat badan, ptialisme (salivasi yang berlebihan). tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural takikardi (Prawirohardjo, 2010. hal. 816).


(16)

Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu : a) Tingkat I (Ringan)

Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi meningkat sampai 100 kali permenit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang, dan urin sedikit tetapi masih normal.

b) Tingkat II (Sedang)

Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.

c) Tingkat III (Berat)

Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti, tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan proteinuria dalam urin.

4. Diagnosis

Ada beberapa diagnosis dalam hiperemesis gravidarum yaitu sebagai berikut: a) Amenorea yang disertai muntah hebat, pekerjaan sehari-hari terganggu.

b) Fungsi vital : nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan darah menurun pada keadaan berat, sufebril dan gangguan kesadaran ( apatis-koma ).

c) Fisik : dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis. berat badan menurun.


(17)

rnengetahui adanya kehamilan kembar ataupun kehamilan molahidatidosa.

e) Laboratorium : kenaikan relatif hemoglobin dan hematokrit, keton dan proteinuria.

f) Pada keluhan hiperemesis yang berat dan berulang perlu difikirkan untuk konsultasi psikologi.

5. Patofisiologi

Peningkatan hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas lambung menurun dan pengosongan lambung melambat. Refluks esofagus, penurunan motilitas lambung, dan penurunan sekresi asam hidroklorid juga berkontribusi terhadap terjadinya mual dan muntah. Hal ini diperberat dengan adanya penyebab lain berkaitan dengan faktor psikologis, spiritual, lingkungan dan sosiokultural.

Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi pada hamil muda ; bila terjadi terus-menerus dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit disertai alkalosis hipokloremik, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi.

6. Risiko

Ada 2 faktor risiko hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut yaitu : a) Maternal

Akibat defisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunnya kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian. Oleh karena itu, untuk hiperemesis tingkat III perlu


(18)

dipertimbangkan terminasi kehamilan (Prawirohardjo, 2010. hal. 816).

Melalui muntah dikeluarkan sebagian cairan lambung serta elektrolit, natrium, kalium, dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah. Muntah yang berlebihan dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus , sehingga muntah bercampur darah (Manuaba, 2010. Hal. 229)

b) Fetal

Menurut Tiran (2008. him. 12) " Wanita yang memiliki kadar HCG di bawah rentang normal lebih sering mengalami hasil kehamilan yang buruk, termasuk keguguran, pelahiran prematur, atau retardasi pertumbuhan intrauterus ( IUGR ) ". Selain itu, penurunan berat badan yang kronis akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan janin dalam rahim (IUGR) (Prawirohardjo, 2010. hal. 817).

Muntah yang berlebihan menyebabkan dapat menyebabkan cairan tubuh makin berkurang, sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi O2 dan makanan ke jaringan

berkurang. Kekurangan makanan dan O2 ke jaringan akan menimbulkan kerusakan

jaringan yang dapat menambah beratnya keadaan janin dan wanita hamil (Manuaba, 2010.hal.229)

7. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Quinland, et al (2005 dalam runiarL hal. 16) Penatalaksanaan mual dan muntah pada kehamilan tergantung pada beratnya gejala. Pengobatan dilakukan mulai dari yang paling ringan dengan perabahan diet sampai pendekatan dengan


(19)

pengobatan antiemetik, rawat inap dan nutrisi parenteral. Pengobatan terdiri atas terapi secara farmakologi dan non farmakologi. Terapi farmakologi dilakukan dengan pemberian antiemetik, antihistamin, antikolenergik dan kortikosteroid. Terapi nonfarmakologi dilakukan dengan cara pengaturan diet dukungan emosional, akupuntur dan jahe.

Penatalaksanaan pasien rawat jalan biasanya mencakup anjuran untuk makan dalam porsi kecil, tetapi lebih sering dan berhenti sebelum kenyang. Pasien juga dianjurkan untuk menghindari makanan yang memicu dan memperparah gejala (leveno, 2009.hal.609 ).

a. Terapi nonfarmakologi

1) Terapi psikologi

Perlu diyakinkan kepada klien bahwa penyakit dapat disembuhkan. Berikan motivasi untuk menghilangkan rasa takut karena kehamilannya, kurangi pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik yang kiranya dapat menjadi latar belakang terjadinya penyakit ini (Runiari,2010.Hal.21).

2) Diit dan nutrisi

Diit hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti glikogen tubuh dan mengontrol asidososis dan secara berangsur akan diberikan makanan bergizi.

a) Diit Hiperemesis I

Diberikan pada hiperemesis tingkat III. Makanan hananya berapa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan bersamaan makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang mengandung zat gizi, kecuali vitamin C sehingga hanya diberikan beberapa hari saja.


(20)

b) Diit Hiperemesis II

Diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang. Secara berangsur mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersama makanan. Makanan ini rendah dalam semua zat gizi, kecuali vitamin A dan

c) Diit Hiperemesis III

Diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan. Menurut kesanggupan penderita, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali kalsium.

3) Akupresur dan Akupuntur

Akupuntur adalah metode pengobatan dari tiongkok kuno yang menggunakan stimulasi titik-titik khusus dibadan dengan tusukan jarum halus. Ilmu tersebut telah ada sejak dari dua ribu tahun yang lalu. Akupuntur didasarkan pada prinsip pengobatan tradisional cina yang menyebutkan bahwa seluruh kerja badan dikontrol oleh energy vital yang disebu Qi ( baca:ci ). Muntah pada wanita hamil dalam pengobatan cina tradisional ( Tradisonal Chinese Medicine/TCM ) disebut Ren Shen E Zhu yaitu karena naiknya Qi pada lambung. Gerakan Qi pada lambung adalah ke bawah dan bila gerakan Qi ke atas maka timbul gejala-gejala mual dan muntah yang sangat menganggu. Terdapat tiga kelompok Ren Shen E Zhu : (1) defisiensi qi pada lambung - perut terasa penuh, sesak, mual dan bahkan langsung muntah saat makanan masuk mulut ; (2) panas pada hati — muntah berupa cairan bening yang terasa pahit, haus, tulang iga atau rusuk terasa kaku dan sakit, susah buang air besar, warna urin kuning tua ; dan (3) dahak dan lembab - muntah berupa cairan dahak, mulut terasa hambar, dada terasa sesak, jantung berdebar, napas terengah-engah, seluruh tubuh terasa lemas dan cenderung ingin tiduran, serta tidak mempunyai


(21)

nafsu makan. Sebenarnya tidak ada persyaratan khusus dalam melakukan terapi akupuntur. Tetapi lebih disarankan pada kondisi keluhan yang cenderung berulang. Sesi akupuntur sebaiknya dilakukan 2-3 kali seminggu, lama pengobatan tergantung kondisi klien yang sebagian besar responnya bagus. Akupresur dan akupuntur menstimulasi system regulasi serta mengaktiikan mekanisme endokrin dan neurologi, yang merupakan mekanisme fisiologi dalam mempertahankan keseimbangan ( Homeostasis ) ( Runiari, 2010. Hal. 26 ).

4) Jahe

Jahe ( Zingiber officinale ) mengandung 1-4% minyak astiri dan oleoresin. Komposisi minyak yang terkandung bervariasi tergantung dari geografi tanaman berasal. Kandungan utamanya yaitu Zingeberence, arcurcumene, sesquiphellandrene, dan bisabolene. Secara tradisional jahe digunakan sebagai peluruh dahak atau obat batuk, peluruh keringat, peluruh angin diperut, diare dan pencegah mual. Baik untuk menghilangkan mual dan kembung karena perjalanan jauh . Jahe merupakan salah satu cara untuk meredakan mual dan muntah selama kehamilan, setidaknya meminimalisasi gangguan ini. Jahe dapat membantu para wanita hamil mengatasi derita morning sickness tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam kandungannya (Runiari, 2010.hal.28).

5) Aromaterapi

Aromaterapi adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan dengan menggunakan minyak esensial tumbuhan dan herbal. Penggunaan minyak esensial sejak zaman dahulu telah digunakan di Mesir, italia, india, dan cina. Kimiawan Prancis, Rene Maurice Gattefosse menyebutnya dengan istilah


(22)

aromaterapi pada tahun 1937, ketika ia menyaksikan kekuatan penyembuhan minyak lavender pada kulit dengan luka bakar. Setiap minyak esensial memiliki efek farmakologis yang unik, seperti anti bakteri, antivirus, diuretik, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal. Minyak atsiri dapat digunakan dirumah dalam bentuk uap yang dapat dihirup atau pernafasan topikal. Penghirupan uap sering digunakan untuk kondisi pernafasan dan mengurangi mual . inhalasi uap dilakukan dengan cara menambahkan 2-3 tetes minyak esensial eucalyptus, rosemary, pohon teh, atau minyak kedalam air panas. Beberapa tetes minyak esensial juga dapat ditambahkan untuk mandi, kompres atau pijat ( Runiari, 2010. Hal. 29 ).

a. Terapi Farmakologi

1) Hospitalisasi

Menurut (Runiari, 2010. Hal. 17 ), Manifestasi klinik yang ditimbulkan dari kasus hiperemesis gravidarum menjadikan klien harus dirawat di rumah sakit, indikasinya adalah sebagai berikut:

a) Memuntahkan semua yang dimakan dan yang diminum, apalagi bila telah berlangsung lama

b) Berat badan turun lebih dari 10% dari berat badan normal

c) Dehidrasi yang ditandai dengan turgor yang kurang dan lidah kering d) Adanya aseton dalam urin.

Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab muntah yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan


(23)

semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu (Tiran, 2008. Hal. 27 ).

2) Manajemen

Penanganan dalam hiperemesis gravidarum adalah sebagai berikut: a) Stop makanan per oral 24-48 jam

b) Infos glukosa 10% atau 5% : RL = 2 : 1, 40 tetes per menit c) Obat

- Vitamin B1,B2, B6 masing-masing 50-100 mg/hari/infuse.

- Vitamin B12 200 ug/hari/ infus, vitamin C 200 mg/hari/infuse.

- Fenobarbital 30 mg I.M. 2-3 kali per hari atau klorpromazin 25-50 mg/hari. - I.M. atau kalau diperlukan diazepam 5 mg 2-3 kali per hari I.M.

- Antiemetik : prometazin ( avopreg ) 2-3 kali 25mg per hari per oral atau proklorperazin ( stemetil ) 3 kali 3mg per hari per oral atau mediamer B6 3x1

per hari per oral.

- Antasida : asidrin 3x1 tablet per hari per oral atau milanta 3x1 tablet per hari per oral.

d) Rehidrasi dan suplemen vitamin

Pilihan cairan adalah normal salin ( NaCl 0,9 % ), cairan dektrose tidak boleh diberikan karena tidak mengandung sodium yang cukup untuk mengoreksi hiponatremia. Suplemen potasium boleh diberikan secara intravena sebagai tambahan. Suplemen tiamin diberikan secara oral 50 atau 150 mg atau l00 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl.


(24)

e) Antiemesis

Tidak dijumpai adanya teratogenitas dengan menggunakan dopamine antagonis (metoklopramid, domperidon), fenotiazin (klorpromazin, proklorperazin), antikolinergik ( disiklomin) atau antihistamin ( prometazin, siklizin ).

Antiemetik, yang awalnya diberikan secara intramuskular dan kemudian diberikan per oral, terutama diberikan untuk mencegah komplikasi kehilangan cairan lebih lanjut (Tiran, 2008.hal.29).

3) Terminasi Kehamilan

Terminasi kehamilan secara selektif hanya kadang dilakukan sebagai upaya terakhir pada sebagian besar kasus hiperemesis gravidarum berat yang membahayakan kehidupan ibu jika kehamilan dilanjutkan. Jika kehamilan tidak direncanakan, terdapat lebih dari satu janin yang membuat ibu mengalami depresi secara klinis, atau jika kondisi sangat memengaruhi kehidupan sehari-hari ibu dan pasangan atau memengaruhi hubungan mereka, terminasi lebih cederung dilakukan. Selain itu, faktor psikososial harus diperhitungkan saat wanita meminta terminasi kehamilan ( Tiran, 2008. Hal. 34 ).

8. Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Fenomena berasal dari bahasa Yunani yaitu phainomena (yang berakar kata phanein dan berarti “menampak “) sering digunakan untuk merujuk ke semua objek yang masih dianggap eksternal dan secara paradigmatik harus disebut objektif (dalam arti belum menjadi bagian dari subjektivitas konseptual manusia) (bungin, 2011.Hal. 19).


(25)

fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang (Husserl). Istilah " fenomenologi " sering digunakan sebagai anggapan umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari persfektif pertama seseorang.

Fenomenologi kadang-kadang digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi memiliki riwayat yang cukup panjang dalam penelitian social termasuk psikologi, sosiologi dan pekerjaan sosial. Fenomenologi merupakan pandangan berfikir yang menekankan pada fokus kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan interpretasi - interpretasi dunia.

Beberapa ciri pokok fenomenologi yang harus dilakukan oleh peneliti fenomenologis adalah sebagai berikut :

1) Fenomenoligis cenderung mempertentangkannya dengan ' naturalisme ' yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme yang telah berkembang sejak zaman renaisans dalam ilmu pengetahuan modern dan teknoiogi.

2) Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan oleh Husserl, ' Evidenz ' yang dalam hal ini merupakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya, dan mencakupi untuk sesuatu dari segi itu.

3) Fenomenologis cenderung percaya bahwa bukan hanya sesuatu benda yang ada dalam dunia alam dan budaya.

Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berbeda dalam situasi-situasi tertentu. Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi


(26)

orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka, Yang ditekankan oleh fenomenologis adalah aspek subjektif dari perilaku orang. Mereka berusaha untuk masuk ke dalam dunia konseptual para subjek yang ditelitinya sedemikian rapa sehingga mereka mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh mereka di sekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari (Moleong, 2007).

Penelitian kualitatif fenomenologi yang pernah dilakukan di RS. PMC Pekanbaru menyatakan bahwa semua partisipan merasakan hal yang sama ketika mengalami hiperemesis gravidarum yaitu perasaan tidak senang karena penderitaan yang harus mereka tanggung selama mengalami symptom hiperemesis gravidarum. Tetapi setelah hiperemesis yang dialami mulai berkurang, sebagian besar partisipan merasakan sangat senang karena bisa makan kembali tanpa harus merasa takut muntah. Meskipun demikian, dua orang partisipan tetap merasa kurang senang karena kenyamanan dan kesehatan tubuh tidak seperti keadaan sebelum hamil. (Juhana, 2009).


(27)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif fenomenologi. Fokus utama fenomenologi adalah pengalaman nyata. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkapkan makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi alami sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji (Saryono, 2010, hal. 56).

Sesuai dengan tujuan penelitian, penelitian fenomenologi ini berfokus pada penemuan fakta untuk mengeksplorasi bagaimana pengalaman ibu hamil yamg mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester I.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang pernah di rawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan dengan riwayat hiperemesis gravidarum.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 5 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel diantara populasi yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah ditetapkan sebelumnya (Nursalam, 2008. hal.94).


(28)

Kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Ibu yang pernah mengalami hiperemesis gravidarum dengan mual dan muntah

yang diperoleh dari data sekunder.

b. Tempat tinggal berada di kota Medan dan sekitarnya. c. Bersedia untuk diwawancara.

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD dr. Pirngadi Medan, dengan pertimbangan dari data yang didapatkan pada survey pendahuluan yaitu adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan partisipan dan di tempat ini juga belum pernah dilakukan penelitian yang sama dengan judul dari peneliti.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September 2011 sampai Juni 2012 yaitu pada lampiran 5.

E. Etika Penelitian

Sebelum melakukan penelitian. peneliti mengajukan surat permohonan persetujuan penelitian kepada Dekan fakultas Keperawatan. Setelah mendapatkan surat persetujuan, peneliti mulai melakukan penelitian dengan langkah sebagai berikut, yaitu : peneliti menjelaskan maksud dan tujan penelitian serta dampak yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengumpulan data. Setelah partisipan menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian, maka partisipan menandatangani surat persetujuan partisipan. Selanjutnya untuk menjaga kerahasiaan identitas partisipan, maka pada lembar pengumpulan data ( kuesioner ) peneliti hanya


(29)

menggunakan nomor kode sehingga kerahasiaan identitas dan semua kerahasiaan partisipan dapat terjaga.

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data di lapangan peneliti sendiri merupakan alat atau pengumpul data utama, yang akan berjumpa langsung dengan partisipan yang akan menjadi sampel penelitian. Agar peneliti dapat menjalankan perannya sebagai instrumen penelitian, peneliti bersikap menjaga hubungan., baik dengan setiap partisipan, menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi pada saat pengumpulan data.

Jika peneliti menemukan kondisi partisipan yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai, maka peneliti tidak akan melanjutkan wawancara, dan menggantinya dengan waktu yang lain sesuai dengan kesepakatan bersama. Peneliti menghargai partisipan dan peneliti mampu memperoleh informasi yang sangat luas dari setiap partisipan dengan melakukan wawancara mendalam dengan cara bertatap muka langsung dengan setiap partisipan dan dilakukan dengan berulang-ulang.

Dengan menggunakan kuesioner yang berisi data demografi peneliti mengetahui identitas secara umum setiap partisipan yang meliputi, umur, status paritas, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, dan penghasilan perbulan. Data demografi setiap partisipan dapat diiihat pada lampiran 3. Selain itu, peneliti juga menggunakan panduan wawancara tentang apa yang dialami ibu dan yang ibu rasakan pada saat mengalami hiperemesis gravidarum yang berisi 4 pertanyaan. Panduan wawancara dapat dilihat pada lampiran 4.


(30)

G. Prosedur Pengumpulan Data

Setelah mendapat izin dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara untuk melakukan penelitian, maka peneliti langsung mendatangi RSUD Dr. Pirngadi untuk meminta izin melakukan survey pendahuluan.

Kemudian peneliti langsung mengumpulkan data untuk memperoleh data awal (survey pendahuluan) calon partisipan yang akan di wawancara untuk dijadikan sampel. Pada penelitian ini, partisipan diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi, peneliti mengambil data melalui rekam medik untuk memperoleh data calon partisipan. Untuk setiap partisipan yang diperoleh, peneliti merencanakan melakukan pendekatan kepada partisipan dengan mengunjungi partisipan ke rumah masing-masing partisipan dan setelah kunjungan awal tersebut peneliti telah merasa cukup dekat dengan partisipan, kemudian peneliti membuat janji dengan partisipan mengenai waktu wawancara, maka wawancara dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati.

Setelah peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan. Saat mewawancarai partisipan, peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam suara (tape recorder). Setelah selesai wawancara yang pertama dimana wawancara dilakukan sebanyak 2-3 kali pada setiap partisipan lamanya 30-45 menit, peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara, tanpa harus menunggu wawancara berikutnya kemudian melakukan analisis data.

Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

1. Pengumpulan data selesai dengan lima sampel, saturasi data telah diperoleh

peneliti.


(31)

H. Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian ini dilakukan oleh peneliti langsung setelah mengumpulkan data dari masing-masing partisipan. Setelah melakukan wawancara dengan partisipan maka peneliti segera melakukan transkripsi hasil rekaman untuk selanjutnya dianalisis.

Menurut metode Collaizi (1978, dalam Saryono, 2011. Hal : 116) adapun tahapan proses analisis data adalah sebagai berikut:

a. Memilih gambaran yang jelas tentang fenomena yang diteliti.

b. Mencatat data yang diperoleh yaitu hasil wawancara dengan partisipan.

c. Membaca hasil transkrip secara berulang ulang dari semua partisipan agar lebih memahami pernyataan-pernyataan partisipan tentang pengalamannya.

d. Membaca transkrip untuk memperoleh ide yang dimaksud partisipan berupa kata kunci dari setiap pernyataan partisipan.

e. Menentukan arti dalam setiap pernyataan yang penting dari semua partisipan. f. Melakukan pengelompokkan data ke dalam berbagai kategori selanjutnya

dipahami secara uruh dan menentukan tema-tema yang muncul.

g. Mengintegrasikan hasil secara keselurnhan ke dalam bentuk deskripsi naratif. h. Mengklariflkasi data hasil wawancara berupa transkrip yang telah dibuat kepada

partisipan untuk memberikan kesempatan kepada partisipan menambahkan informasi yang belum diberikan pada saat wawancara pertama atau ada informasi yang tidak diinginkan dalam penelitian.

i. Data baru yang diperoleh saat dilakukan validasi kepada partisipan digabungkan ke dalam transkrip yang telah disusun peneliti berdasarkan persepsi partisipan dan data yang baru digabungkan pada hasil wawancara yang pertama yaitu pada partisipan pertama, kedua, dan selanjutnya (Saryono, 2010).


(32)

Selanjutnya tahap akhir ialah mengadakan pemeriksaan keabsahan data (Moleong, 2010).

I. Tingkat Keabsahan Data

Menurut Moleong (2007, Hal : 324), untuk menetapkan keabsahan (trustworthiness) data diperlukan tekhnik pemeriksaan. Pelaksanaan tekhnik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu. Ada empat kriteria yang digunakan yaitu sebagai berikut:

1. Kepercayaan ( credibility )

Pada dasarnya menggantikan konsep validitas internal dalam nonkualitatif/ kriterium ini berfungsi : pertama, melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai ; kedua, mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

2. Keteralihan ( transfer ability )

Konsep validitas itu menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang sama atas dasar penemuan yang diperoleh pada sampel yamg secara representative mewakili populasi tersebut.

Untuk melakukan pengalihan tersebut seorang peneliti hendaknya mencari dan mengumpulkan kejadian empiris tentang kesamaan konteks. Dengan demikian peneliti bertanggungjawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin membuat keputusan tentang pengalihan tersebut.

3. Kebergantungan ( dependability )


(33)

disebabkan oleh peninjauannya dari segi bahwa konsep itu memperhitungkan segala-galanya, yaitu yang ada pada reabilitas itu sendiri ditambah factor-faktor lainnya yang tersangkut dan bagaimana hal itu dibicarakan dalam konteks pemeriksaan. 4. Kepastian ( comfirmability)

Disini pemastian bahwa sesuatu itu objektif dan tidak bergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa pengalaman seseorang itu subjektif sedangkan jika disepakati oleh beberapa atau banyak orang, baralah dapat dikatakan objektif.


(34)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengalaman ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester I. Adapun partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak lima orang. Semua partisipan pernah dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara (tape recorder).

A. Karakteristik partisipan

Lima partisipan yang menjadi sampel penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai serta menandatangani persetujuan menjadi partisipan penelitian sebelum wawancara.

Partisipan pertama berusisa 27 tahun yaitu dengan kehamilan anak pertama, berpendidikan terakhir sarjana, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, agama kristen dan berpenghasilan > 1.000.000.

Partisipan ke dua berusia 31 tahun yaitu dengan kehamilan anak ke dua, berpendidikan terakhir sarjana, pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, agama islam dan berpenghasilan > 1.000.000.

Partisipan ke tiga berusia 28 tahun yaitu dengan kehamilan anak ke tiga, berpendidikan terakhir sarjana, pekerjaan sebagai pegawai swasta, agama islam dan berpenghasilan > 1.000.000.


(35)

Partisipan ke empat berusia 31 tahun yaitu dengan kehamilan anak ke dua, berpendidikan terakhir diploma, pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, agama islam dan berpenghasilan > 1.000.000.

Partisipan ke lima berusia 35 tahun yaitu dengan kehamilan anak ke tiga, berpendidikan terakhir sarjana, pekerjaan sebagai pegawai negeri sipil, agama islam dan berpenghasilan > 1.000.000.

B. Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum Pada Trimester I

Dari hasil wawancara dengan Lima partisipan telah ditemukan hal-hal yang ibu alami selama hiperemesis gravidarum dalam kehamilan, keadaan yang dapat menyebabkan ibu hiperemesis gravidarum, dampak hiperemesis gravidarum, upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum dan kesan ibu setelah hiperemesis gravidarum berkurang.

1. Hal-hal yang ibu alami selama hiperemesis gravidarum

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa semua partisipan mengalami hiperemesis gravidarum dengan mual dan muntah berlangsung terus menerus, muntah terjadi sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkurang, keluar cairan lambung dan selalu ingin meludah .

a. Mual dan muntah berlangsung terus menerus

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka mengalami mual dan muntah yang terus menerus, empat orang partisipan meletakkan tempat muntah disampingnya untuk menampung muntah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

gak-gak terhitung lah ya, kadang sering satu ember, setengah ember gitu. Ember-ember kecil itu lah ya. Berhenti bentar, Muntah lagi.


(36)

kek mana ya mau kakak bilang ya, mual muntahnya…..Muntah terus (ketawa). Berulang-ulang gak tau lah kakak ntah berapa kali itu, sak orang ember aja sampai didekatkan tempat tidur itu.

(partisipan 2) Makan, pokoknya apapun gak ada yang bisa masuk. minum seteguk keluarnya seember. asal masuk muntah, asal masuk muntah sampai kemana-mana bawa ember.

(partisipan 4) kalo muntah biasanya tiap diisi muntah sampai pake ember gitu karna asal diisi keluar.

(partisipan 5)

b. Muntah terjadi sampai kehamilan lebih dari 3 bulan

Empat dari lima partisipan menyatakan mengalami mual dan muntah sampai usia kehamilan lebih dari tiga bulan dan satu orang partisipan sampai usia kehamilan 3 bulan. Hal ini tidak sama pada setiap partisipannya. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

parah lah muntah-muntahnya ini, yang lama lah ini sampai 6 bulan (partisipan 1) waktu 1 bulan, 2 bulan sampe 4 bulan saya muntah-muntah

(partisipan 3) sampai kehamilan 5 bulan baru aman tapi mual-muntahnya gak hilang sampai kehamilan 9 bulan masih.

(partisipan 4) jadi mual muntahnya dari awal hamil tapi sampai 4 bulan lah.

(partisipan 5)

c. Nafsu makan berkurang

Seluruh partisipan menyatakan nafsu makan berkurang dan tidak ada nafsu makan. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

Gak makan, gak ada tapi waktu di pirngadi tu ada “ rujak”.

(Partisipan 1) kurang, tidak ada nafsu makan sama sekali.


(37)

gak ada nafsu saya makan, minum, minum susu pun kadang saya nggak minum tapi namanya untuk anak saya, ya saya paksa lah. Itu pun muntah!.

(partisipan 3) saya itu kan mulai bulan ke dua hiperemesisnya, di bulan ke dua itu masih ada masih bisa masuk sampai bulan ke tiga masih ada masuk, mulai bulan ke empat sampai bulan ke tujuh itu total tidak ada, gak ada nafsu makan lah memang.

(Partisipan 4) sama sekali gak bisa makan, gak ada nafsu makan lah pokoknya.

(Partisipan 5)

d. Keluar cairan lambung

Satu dari lima orang partisipan menyatakan bahwa sampai memuntahkan cairan lambung berwarna kuning. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

muntahnya sampe keluar kuning-kuning gitu sampai gak ada lagi yang bisa dimuntahin.

(Partisipan 3)

e. Selalu ingin meludah

Tiga dari lima partisipan menyatakan bahwa selama mengalami hiperemesis gravidarum mereka selalu ingin meludah. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

Iya ada, sampai 9 bulan pun meludah-meludah juga.

(Partisipan 1) Meludah ada tapi paling sering waktu hamil muda itu ya. pokoknya 5 bulan, ya gitu lah.

(Partisipan 2) dah tu pun saya kadang kalau kalau misalnya udah mual itu, saya suka meludah pokoknya meludah lah, maaf cakapnya kalau saya tertelan air ludah saya gak enak keknya mau meludah ajaa,,,,saya meludah itu sampe 9 bulan, mualnya pun sampe 9 bulan tapi yang parah-parahnya masih awal-awal bulan muda.


(38)

2. Keadaan yang dapat menyebabkan ibu hiperemesis gravidarum

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa keadaan yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dialami oleh partisipan adalah,bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi, perubahan posisi.

a. Bawaan Hamil

Empat dari lima partisipan menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui penyebab pasti dari hiperemesis gravidarum yang partisipan alami, kemungkinan karena bawaan hamil. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

gak ada, kalau makan aja. Iya, bawaan hamil.

(Partisipan 1) bawaaan hamil kakak rasa karena memang ini kan, karna bauk nasi pun gak ini, pokoknya bawaaan hamil. Bawaan hamil memang.

(Partisipan 2) nggak memang bawan hamil lah buk, soalnya saya anak pertama sama anak kedua saya nggak kek gini. Anak pertama, anak kedua gak separah ini lah pokoknya semenjak anak ketiga ini ini parah kali.

(Partisipan 3) gak ada, cuman yang ke dua ini bawaan memang lebih parah dia.

(Partisipan 4)

b. Tidak bisa mencium bau masakan

Empat dari lima partisipan mengatakan tidak bisa mencium bau masakan termasuk gulai. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

cium masak, bau masakan, liat makanan pun muntah, kadang kalau dikasih nasi nah muntah.

(Partisipa n 1) gak suka bau gule. iya, gule kakak gak suka. Bauk!.

(Partisipan 2) e,,,bau-bau masakan, dah itu pun setiap saya misalnya pigi nyium-nyium apa bauk rumah makan gitu misalnya lewat nengok-nengok rumah


(39)

makan bauk kali,,, gak bisa lah tercium. Apalagi kalau misalnya bau-bau masaan gule gak-gak suka saya!.

(Partisipan 3) uap nasi aja pun bisa muntah. iya, nasi panas gitu kan, nasi panas kalau kita kan pake magic jar itu dibukak kan beruap itu pun gak bisa!.

(Partisipan 4)

c. Tidak bisa mencium bau minyak wangi

Empat dari lima partisipan mengatakan tidak bisa mencium bau minyak wangi maupun bau-bauan yang lain. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

bau farfum, bau-bau parfum kakak gak suka memang. pokoknya kalau bau parfum ya jelas, bau parfum kakak gak suka gitu!.

(Partisipan 2) nyium minyak wangipun saya gak suka.

(Partisipan 3) satu biasanya bau yang merangsang, misalnya orang yang pake parfum atau orang yang baru siap mandi kan masih harum sabunnya itu.

(Partisipan 4) biasanya bau-bauan yang beraroma seperti bau parfum gitu, bau-bau badan, bau keringat.

(Partisipan 5)

d. Perubahan posisi

Empat dari lima orang partisipan berdiri dan duduk akan merangsang terjadinya mual dan muntah. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

karena oyong kan gak makan apa-apa, gimana mau apa kan? susu pun dimuntahin jadi oyong lah gak mungkin bisa ngapa-ngapa, paling Cuma tidur, duduk, itu aja lah.

(Partisipan 1) kalo kakak, ya karna kita memang mau muntah memang kalo oyongnya sih nggak pokoknya kalau berdiri memang mau ke kamar mandi aja, jadi ya udah muntah.


(40)

Mau duduk gini sempoyongan karana gak ada yang bisa masukkan? kalau udah duduk, berputarlah dunia ni.makanya Itulah sangking sakitnya.

(Partisipan 4) gak bisa berdiri, kalau udah berdiri jadi oyong gitu cuma bawa baring aja lah.

(Partisipan 5)

3. Dampak hiperemesis gravidarum

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, badan lemas, menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas sehari-hari, dan keadaan umum menjadi buruk.

a. Penurunan berat badan

Dua dari lima orang pertisipan mengalami penurunan berat badan yang drastis. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

dari 63 jadi 50, 55 lah, hamil muda tu 55 memang. naik lagi dari 55 itu ke 68.

(Partisipan 2) pada masa kehamilan itu bukannya naik tapi malah turun 12 kilo berat badan saya.

(Partisipan 4)

b. Badan lemas

Empat dari lima orang partisipan mengatakan badannya lemas dan pucat. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

kalau dipikirlah ya kan memang waktu emesisnya itu aduuhhh……ampunlah itu sampai belipatlah badannya golek sangking lemesnya.

(Partisipan 2) ya namanya udah muntah berapa kali buk, ya lemas lah.


(41)

lemas lah bawaannya, pucat juga sampai dibilang teman udah kek mayat.

(Partisipan 5) c. Menjalani rawat inap

Empat orang partisipan mengatakan menjalani satu kali rawat inap sedang satu orang partisipan mengatakan sampai berkali-kali dirawat. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

2 minggu lah kakak diopname, opnamenya tu cuma sekali itu aja.

(Partisipan 2) 6 kali, dan itu dirumah tidak pernah lepas infus walaupun saya pulang karna kebetulan kita ini kan panggil kawan, pasangkan infuse ku. Infus terus terpasang karna udah jenuh kan dengan lingkungan rumah sakit tapi infus tetap terpasang.

(Partisipan 4)

d. Mengganggu aktifitas sehari-hari

Seluruh partisipan mengatakan mual dan muntah telah mengganggu pekerjaan mereka, tidak bisa kerja lagi dan langsung berhenti. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

masuk 2 bulan lah dia, satu setengah itu lah minggu ke tiga. muntahnya masih biasa aja tapi setelah makin tau, udah itu lah awalnya. gak bisa lagi kerja langsung berhenti.

(Partisipan 1) sampai saya gak kerja, kalau dikumpulkan waktunya mungkin dalam masa kehamilan itu kerjanya paling ada 4 bulan.

(Partisipan 4)

e. Keadaan umum menjadi buruk

empat dari lima orang partisipan menyatakan bahwa mereka muntah sampai keluar darah. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan beriku:

kek-kek darah keluar makanya bawak berobat, udah kuning-kuningkan muntah. udah satu harian muntah terus, udah lemas.

(partisipan 1) memang gak selera makan, muntah terus sampai muntahnya darah,


(42)

merah! ya itu lah air, kakak rasa karna sudah luka, lukanya itu, ya berdarah ya kan?.

(Partisipan 2) cairan yang keluar bukan lagi yang kuning tapi sudah darah karna udah mungkin lukak ya, karna udah seringnya muntah.

(Partisipan 4) tiap diisi muntah sampai keluar darah, muntahnya seperti diiris-iris gitu, perih lah!.

(Partisipan 5)

4. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum adalah penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis.

a. Penanganan psikologis

Satu dari lima partisipan mengatakan adanya dukungan dari suami. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

syukurlah ada suami saya yang selalu mensuport saya, dia bilang “ kamu harus kuat, kamu pasti bisa”.

(Partisipan 5)

b. Mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam

Tiga dari lima orang partisipan mengatakan bisa mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

makan itu lah, buah apa asem-asem, apa tu namanya? buah manalagi, Tu kakak suka, Ada nama buah manalagi, dia manisan dia tapi asam dia. Dah tu menghilangkan terakhir, menghilangkan terakhir muntah memang makan nangka muda. Kalo itu, setelah makan itu kakak baru berkuranglah mual muntahnya, baru mau makan.


(43)

(Partisipan 2) jadi kalau saya makan buah, asam-asam haa,,,masuk.

(Partisipan 3)

kalau buah-buahan bisa, kentang sama pisang. pisang bisalah, pisang bakar.

(Partisipan 4)

c. Makan permen jahe

Dua dari tiga orang partisipan mengatakan untuk mengurangi mual dan muntah adalah dengan makan permen jahe. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

makan permenlah supaya gak meludah, relaxa gitu lah, permen jahe juga, sekali-kali ganti-ganti permennya, gak sama gitu, gak sama lah pokoknya.

(Partisipan 1) ya gitu lah, makan-makan permen. Kadang-kadang saya pun mau meludah berulang kali jadi saya makan permen lah, permen jahe.

(Partisipan 3)

d. Menambah waktu istirahat (Tidur)

Tiga dari orang partisipan menyatakan bahwa untuk mengurangi hiperemesis itu adalah dengan berbaring atau tidur. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

oyong gitu? iya gitu juga maunya tidur aja, gak usah bergerak. Itu lah duduk pun muntah, pokoknya parah kali lah ini muntahnya.

(Partisipan 1) bawaannya tidur aja, kalau itu iya. Bawaannya tidur aja, golek gitu aja. golek aja, gak perlu makan yang penting golek karana sudah dibawak muntah itu kan? tidur (ketawa).

(Partisipan 2) jadi mengurangi muntah itu, mengurangi hiperemesis itu tidur. Tidur jangan ada bau, tdur aja lah kalau memang udah apa kali cara sendiri itu lah diusahankan tidur kalau memang nanti gak bisa tidur. kan taudah


(44)

lingkungan rumah kita kan? duduk lah didepan itu, duduk diluar itu. (Partisipan 4)

e. Pengobatan medis

Seluruh partisipan melakukan pengobatan medis dan sampai di infus. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

minum obat lah, minum obat muntahnya.

(Partisipan 1) asam lambung terus terang naik, cuma kita makan antasida. Obat kakak dulu antasida aja lah waktu hamil-hamil karna kan dia biar enak lambungnya ya?antasida syrup itu lah yang kakak iniin. waktu opname obat dari dokter lah.

(Partisipan 2) sampai saya pun diinfus sangking lemasnya di infus, pokoknya di infus lah sampai berapa hari karena lemas, gak ada tenaga.

(Partisipan3) udah mengurangi mual muntah, obat dari dokter juga dimakan., dalam masa kehamilan kalau dikumpulkan karna gitu seminggu opname pulang kerumah lagi bahkan kadang sering di infus di rumah minta tolong sama ada kawan sini yang perawatkan?.

(Partisipan 4) waktu itu ya, waktu dirawat sampai di infus juga saya tapi diresepin obat juga dari dokter cuma saya suka buang-buang obat jadi setiap dikasih obat gak pernah habis.

(partisipan 5)

5. Kesan ibu setelah mual muntah berkurang

Dari hasil wawancara diperoleh bahwa semua partisipan setelah hiperemesis gravidarum yang dialami mulai berkurang ada partisipan yang menyatakan senang, tetapi ada juga partisipan yang merasakan kurang senang.

a. Senang dan lega

Empat dari lima partisipan mengatakan setelah hiperemesis gravidarum berkurang partisipan sudah merasa senang dan lega, mau makan, sudah bisa


(45)

mana dan sudah terlewati masa-masa sulit. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

rasa legalah kan, udah bisa awak kemana-mana, pokoknya bisa keluarlah, bisa gabung ma teman-teman dari pada dikamar itu sumpek sendiri.

(Partisipan 1) yang jelas, ya senang udah gak muntah lagi bawaannya mau makan aja, udah abis itu udah, memang iya bawaannya mau makan ajaaa,,,,,,semuanya mau dimakan.

(Partisipan 2)

ya nggak apa-apa, saya enjoy aja, namanya orang hamil. Ya pasti mual muntah lah, mana ada orang yang hamil nggak mual muntah impossible kan?.

(Partisipan 3) senang bisa berakhir itu kan, udah bisa makan, udah bisa berakhir. Senanglah kesannya, aduh kek manalah udah bisa terlewati masa-masa sulit.

(Partisipan 4)

b. Kurang senang

Satu dari lima orang partisipan masih merasa kurang senang karena masih merasa nyeri pada perutnya. Hal ini diungkapkan melalui pernyataan partisipan berikut:

ya masih gak enak karna perut kan masih nyeri dan lambung rasanya juga masih sakit walaupun setelah mual muntahnya berkurang.

(Partisipan 5)

C. Pembahasan

1. Hal-hal yang ibu alami selama hiperemesis gravidarum

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hal-hal yang ibu alami selama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlangsung terus menerus, muntah terjadi sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkurang, keluar cairan lambung dan selalu ingin meludah.


(46)

Muntah terus menerus dalam kehamilan dialami oleh seluruh partisipan. Hal ini disebabkan oleh muntah yang terus menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar makan, lendir, dan sedikit cairan empedu dan yang terakhir keluar darah(Prawirohardjo, 2010. Hal. 815)

Empat orang partisipan menyatakan mual dan muntah sampai dengan umur kehamilan lebih dari 3 bulan. Hal tersebut mulai terjadi pada minggu keempat sampai kesepuluh kehamilan dan selanjutnya akan membaik umumnya pada usia kehamilan 20 minggu, namun pada beberapa kasus dapat terus berlanjut sampai pada kehamilan tahap berikutnya (Pauw, et al, 2005 dalam Runiari, 2010. Hal. 8).

Seluruh partisipan menyatakan nafsu makan berkurang dan tidak ada nafsu makan. Muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium ( Runiari, 2010. Hal. 13)

Satu orang partisipan menyatakan muntah sampai dengan mengeluarkan cairan lambung. Dalam muntah yang dikeluarkan terdapat sebagian cairan lambung serta elektrolit seperti natrium, kalium dan kalsium. Penurunan kalium akan menambah beratnya muntah, sehingga makin berkurang kalium dalam keseimbangan tubuh serta makin menambah berat terjadinya muntah (Manuaba, 2010. Hal. 229).

Tiga orang partisipan menyatakan gejala selalu ingin meludah. Hipersalivassi atau ptialismus berarti pengeluaran air ludah yang berlebihan pada wanita hamil, terutama pada trimester pertama. Keadaan ini disebabkan meningkatnya hormon estrogen dan human chorionic gonadotrophine, selain ibu hamil sulit menelan ludah karena mual dan muntah (Manuaba, 2010. Hal. 234)


(47)

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana (2009) mengatakan bahwa semua partisipan yang mengalami hiperemesis gavidarum mempunyai karekteristik mual-muntah yang terus menerus, muntah terjadi sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkrang, sampai keluar cairan lambung, selalu ingin meludah, lebih parah terjadi pada anak pertama, sakit perut, perut terasa panas, dan tidak menyukai bau suami. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti, bahwa hal-hal yang ibu alami selama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlangsung terus menerus, muntah terjadi sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkurang, keluar cairan lambung dan selalu ingin meludah.

2. Keadaan yang dapat menyebabkan ibu hiperemesis gravidarum

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keadaan yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dialami oleh partisipan adalah bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi, perubahan posisi.

Seluruh partisipan menyatakan bahwa mereka tidak mengetahui sebab pasti dari gejala hiperemesis gravidarum yang mereka alami. Hingga saat ini penyakit ini masih belum diketahui secara pasti, tetapi diperkirakan erat hubungannya dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis (Prawirohardjo, 2010.hal. 815).

Empat orang partisipan menyatakan ketidakmampuan mereka mencium bau masakan. Hal tersebut dapat menyebabkan wanita merasa mual saat melihat, mencium atauatau merasakan makanan yang mungkin berpotensi memengaruhi janin dan jika makanan dimakan menyebabkan wanita muntah agar makanan dikeluarkan (Sherman dan Flaxman, 2002; Brown et al, 1997 dalam Tiran 2008, hal. 12).


(48)

Empat orang partisipan lainnya menyatakan ketidakmampuan mereka mencium bau minyak wangi. Hal tersebut dapat menyebabkan mereka mual bahkan muntah. Dampak pada kemampuan mencium dan melihat juga diungkapkan oleh Tiran (2008) sebagai faktor fisiologi yang menyebabkan muntah. Terlalu sensitif terhadap bau terjadi pada kehamilan, kemungkinan karena peningkatan hormon estrogen. Bau yang menusuk hidung umumnya adalah bau makanan tapi kadang-kadang juga bau parfum atau bahkan kimia.

Tiga orang partisipan menyatakan ia akan muntah apabila mereka berubah posisi. Hal ini dinyatakan sebagai efek pada aparatus vestibular, seperti terjadi dalam mual atau muntah akibat gerakan, juga memiliki peran, dengan banyak wanita melaporkan bahwa setiap stimulasi sensori, terutama gerakan, dapat mencetuskan muntah. Rasa ekuilibrium berespon terhadap berbagai gerakan kepada dan bergantung pada input dari telinga bagian dalam, stimulus visual dan dari reseptor regangan ke otot dan tendon (O’ Brient et al, 1997, dalam Tiran 2008. Hal.9 ).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana (2009) mengatakan bahwa faktor penyebab dan faktor pencetus hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah karena bawaan hamil, adanya penyakit lain, adanya faktor keturunan, karena faktor psikologis, karena kehamilan kembar, intoleransi terhadap bau, intoleransi terhadap cahaya, perubahan posisi, minum air es dan karena naik kendaraan. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa keadaan yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum yang dialami oleh partisipan adalah bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi, perubahan posisi.


(49)

3. Dampak hiperemesis gravidarum

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, badan lemas, menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk.

Dua dari lima orang partisipan mengalami penurunan berat badan yang drastis. Hal ini karena muntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum. Pada tingkatan ini klien merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. Nadi meningkat sekitar 100 kali per menit, tekanan darah menurun, dapat disertai peningkatan suhu tubuh, turgor kulit berkurang, lidah kering dan mata cekung( Runiari, 2010. Hal. 13).

Empat dari lima orang partisipan menyatakan bahwa mereka merasakan badan mereka lemas. Hal tersebut disebabkan oleh cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energy. Kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga menyebabkan tubuh penderita lemas (Prawirihardjo, 2010).

Empat orang partisipan mengatakan menjalani satu kali rawat inap sedang satu orang partisipan mengatakan sampai berkali-kali dirawat. Tujuan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum, saat ibu dihospitalisasi, adalah merehidrasi ibu, memperbaiki gangguan elektrolit dan hematologis lain, mencegah komplikasi dan memindahkan ibu ke rumah sakit dengan segera, meskipun banyak wanita memiliki angka yang tinggi untuk masuk kembali ke rumah sakit. Penyebab muntah yang terjadi secara berlebihan harus diidentifikasi, bukan semata-mata untuk membuat diagnosis banding, tetapi juga untuk mempertimbangkan faktor lain seperti masalah psikologis, yang dapat menambah keparahan ibu (Tiran, 2008. Hal. 27 ).


(50)

mengganggu pekerjaan mereka. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang dimakan dan dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari ( Prawirohardjo, 2010.hal. 815)

Hiperemesis memberikan dampak buruk pada tiga orang partisipan, yaitu keadaan umum partisipan memburuk ditandai dengan muntah bercampur darah. Muntah bercampur darah tersebut disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kapiler pada lambung dan esophagus (Manuaba, 2010. Hal.229 ).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana (2009) mengatakan bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, trauma, badan lemas sampai dirawat, mengganggu atifitas sehari-hari dan keadaan umum memburuk. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, badan lemas, menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi buruk

4. Upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa upaya yang dilakukan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum adalah penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis.

Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau memperburuk gejala yang sudah ada atau mengurangi kemampuaan untuk mengatasi gejala “normal” (Tiran, 2008.hal. 15)


(51)

Tiga dari lima orang partisipan mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam. Mengidam makanan tertentu mungkin merupakan usaha tubuh untuk menggantikan nutrient yang hilang akibat muntah, dan sering kali melibatkan kebutuhan akan makanan dan buah yang asam atau makanan manis (Wijewardene et al, 1997, dalam Tiran, 2008). Bagi beberapa orang, buah asam mungkin dapat membantu, sementara orang lain mungkin merasa bahwa buah asam tersebut akan memperburuk kondisi ( Tiran, 2010.hal.25)

Dua dari lima orang partisipan mengkonsumsi permen jahe untuk mengurangi mual dan muntahnya. Jahe merupakan salah satu cara untuk meredakan mual dan muntah selama kehamilan, setidaknya meminimalisasi gangguan ini. Jahe dapat membantu para wanita hamil mengatasi derita morning sickness tanpa menimbulkan efek samping yang membahayakan janin di dalam kandungannya (Runiari, 2010.hal.28).

Untuk mencegah muntah, tiga orang partisipan melakukan upaya dengan menambah waktu istirahat atau tidur. Istirahat dan tidur sangat penting untuk mengurangi dampak keletihan. Banyak wanita secara spontan melakukan “tidur siang” meskipun tidak jelas apakah peningkatan merupakan akibat energi fisik yang diperbaharui kembali atau semata-mata memfasilitasi periode istirahat mental yang tidak disadari (O’Brien, et al., 1997, dalam Tiran, 2008.hal.26).

Antiemetik, yang awalnya diberikan secara intramuskular dan kemudian diberikan per oral, terutama diberikan untuk mencegah komplikasi kehilangan cairan lebih lanjut (Tiran, 2008.hal.29).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Juhana (2009) mengatakan bahwa upaya yang dilakukan partisipan untuk mengurangi mual dan muntah yang mereka alami adalah dengan pengobatan psikologis yaitu denga


(52)

kembali kepada keluarga, dengan makan sedikit tapi sering, makan makanan manis, menambah waktu istirahat atau tidur, pengoatan medis melalui obat-obatan oral dan infus, dan pengobatan alternatif seperti minum air rebusan jahe, jalan-jalan dan pemijatan. Sedangkan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti bahwa upaya yang dilakukan partisipan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum adalah penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis.

5. Kesan ibu setelah mual muntah berkurang

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semua partisipan setelah hiperemesis gravidarum yang dialami mulai berkurang yaitu empat dari lima orang partisipan yang menyatakan senang dan lega karena sudah bisa makan. Senang merupakan perasaan puas dan lega tanpa rasa susah dan kecewa. Lega yaitu berasa senang (tentram), tidak gelisah (Khawatir) (kamus besar bahasa Indonesia, 2005).

Satu orang partisipan yang merasakan kurang senang karena masih merasa tidak enak, perut masih nyeri dan lambung masih terasa sakit. Kurang senang merupakan perasaan tidak puas dan tidak lega dengan rasa susah dan kecewa. Kesan merupakan yang terasa (terpikir) sesudah melihat (mendengar) sesuatu peristiwa itu menimbulkan yang sangat dalam pada dirinya (kamus besar bahasa Indonesia, 2005).

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa keterbatasan peneliti sendiri yang berperan sebagai alat pengumpul data. Kemampuan peneliti dalam hal wawancara yang masih terbatas dan hanya memiliki kemampuan wawancara dasar, yang menyebabkan banyaknya keterbatasan dalam hal teknik wawancara karena ini


(53)

merupakan pengalaman pertama peneliti melakukan penelitian fenomenologi dan responden juga kurang terbuka dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti. Secara tidak langsung hal ini mempengaruhi hasil dari penelitian ini, namun apabila peneliti memiliki pengalaman yang lebih dalam teknik wawancara, maka hasil penelitian ini dapat lebih baik dan mencakup semua aspek yang diharapkan.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap lima orang partisipan yang mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester I didapatkan Pengalaman ibu yang mengalami hiperemesis gravidarum yaitu meliputi hal-hal yang dialami masing-masing partisipan berbeda mulai dari mual dan muntah berlangsung terus menerus, muntah terjadi sampai usia kehamilan lebih dari 3 bulan, nafsu makan berkurang, keluar cairan lambung dan selalu ingin meludah.

Faktor penyebab pasti dari hiperemesis gravidarum hingga saat ini masih belum diketahui, faktor penyebab dari hiperemesis gravidarum yang mereka alami adalah mulai dari bawaan hamil, tidak bisa mencium bau masakan, tidak bisa mencium bau minyak wangi dan perubahan posisi.

Dampak hiperemesis gravidarum bagi partisipan adalah penurunan berat badan, badan lemas, beberapa kali harus rawat inap menjalani rawat inap, mengganggu aktifitas sehari-hari bahkan sampai berhenti kerja dan keadaan umum menjadi buruk dengan muntah darah.

Upaya yang dilakukan partisipan untuk mengurangi hiperemesis gravidarum yang dialami partisipan yaitu dengan penanganan psikologis, mengkonsumsi buah-buahan dan makanan yang asam-asam, makan permen jahe dan pengobatan medis.

Kesan ibu setelah hiperemesis gravidarum berkurang yaitu senang dan lega karena sudah bisa makan tetapi masih ada yang kurang senang karena masih merasa tidak enak, perut masih nyeri dan lambung masih terasa sakit.


(55)

B. Saran

Dari penelitian yang sudah dilakukan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi Tenaga kesehatan

Bagi tenaga kesehatan diharapkan dapat memberikan pendidikan kesehatan dan konseling antenatal untuk mengurangi hiperemesis gravidarum.

2. Bagi Rumah Sakit

Rumah sakit sebaiknya memberikan pelayanan dan perawatan yang terpadu bagi pasien-pasien dengan hiperemesis gravidarum

3. Bagi peneliti lanjut

Dari hasil penelitian fenomenologi ini dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan untuk peneliti lanjutan dan bahan pertimbangan bagi penelitian analitik di masa yang akan datang.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Aprillia, Yesie. (2010). Hipnostetri, Rileks, nyaman, dan aman saat hamil dan melahirkan. Jakarta : Gagas Media.

Bungin, Burhan (Ed). (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Cetakan 8. Jakarta : Rajawali Pers.

Corsini, Raymond (Ed). (2003). Psikoterapi Dewasa Ini. Surabaya: Ikon Teralitera FKUI. (2006). Standar Pelayanan medic Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Gaya Baru.

Henderson, Christine & Jones, Cathleen. (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta : EGC.

Leveno, Kenneth J., Cunningham, F. Gary., Gant, Norman F., Alexander, James M., Bloom, Steven L., Casey, Brian., Dshe, Jodi S., Sheffield, Jeanne S., Yost, Nicole P. (2009). Obstetri Williams panduan Ringkas. Jakarta; EGC.

Manuaba. (2010). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan KB untuk Pendidikan Bidan. Ed.2. Jakarta: EGC

Moleong, Lexy J, M.A. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda. Nursalam. (2008). Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Prawirohardjo, Sarwono. (2010). Ilmu kebidanan. Jakarta ; PT. Bina Pustaka.

Prima Handana, Juhana. (2009). Pengalaman Ibu Hamil dengan Hiperemesis Gravidarum. KTI D IV Bidan Pendidik.

Runiari, Nengah. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum: Penerapan Konsep dan Teori Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.


(57)

Saryono & Dwi anggraeni, Mekar. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Bidang Kesehatan. Cetakan 2. Yogyakarta : Nuha Medika.

Stoppard, Miriam. (2009). Buku Pintar Kehamilan Minggu Per Minggu. Jakarta : Mitra Media.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.

Suririnah (2008). Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka utama.

Tim Penyusun Kamus Pusat bahasa. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tiran, Denise. (2008). Mual dan Muntah Kehamilan. Jakarta : EGC. Utami, shintha, (2008). Info PentingKehamilan. Jakarta: Dian Rakyat.

Varney, Helen., Kriebs, Jan M & Gegor, Carolyn L. (2006). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta :EGC.


(58)

Lampiran 1

LEMBAR PEN JELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Assalamu'alaikum Wr. Wb / Salam Sejahtera Dengan Hormat,

Nama Saya Risda Roly Viviana, sedang menjalani pendidikan di program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul "Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan".

Gejala awal kehamilan pada beberapa wanita adalah mual, dengan atau tanpa muntah. Ini sering disebut morning sickness (mual pagi). Banyak wanita mengalami mual, biasanya tidak perlu perhatian medis. Akan tetapi, suatu keadaan yang disebut hyperemesis gravidarum (mual dan muntah yang parah) menyebabkan muntah yang sering sehingga kehilangan nutrisi dan cairan (Stoppard, 2009. hal.73).

Gejala klinis emesis gravidarum adalah pusing dan mual muntah terutama pada pagi hari. Biasanya mual muntah ini terjadi pada trimester pertama kehamilan, namun tidak menutup kemungkinan juga sering terjadi pada trimester selanjutnya. Selain dengan komunikasi, informasi, dan edukasi tentang fisiologi kehamilan muda, diet dengan makan sedikit tapi sering, serta pemberian obat atau vitamin B6, penanganan untuk mual dan muntah bisa juga dilakukan melalui hipnoterapi. Ini karena, hyperemesis gravidarum sering pula disebabkan pengaruh psikologis ibu (Aprillia, 2010. hlm.78).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester I.


(59)

Saya akan melakukan wawancara terstruktur kepada Ibu tentang :

a. Data demografi yang terdiri dari usia, status paritas, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan ibu dan penghasilan perbulan.

b. Panduan wawancara tentang pengalaman ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum pada trimester I.

Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya :

Nama : Risda Roly Viviana

Alamat : Jl. dr.Sumarsono no. 32/36 No. Hp : 081362005620

Terima kasih Saya ucapkan kepada Ibu yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, Februari 2012 Peneliti


(60)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Pengalaman Ibu Hamil yang Mengalami Hiperemesis Gravidarum pada Trimester I di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”. Maka dengan ini Saya secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2012


(61)

Lampiran 3

KUESIONER DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN

Petunjuk Pengisian : Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (V) pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab.

3. Tiap satu pertanyaan harus diisi dengan hanya satu jawaban 4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

Data demografi

A. Umur Ibu :

B. Status Paritas :

C. Agama :

D. Pendidikan Terakhir : E. Pekerjaan Ibu : F. Penghasilan Perbulan :

1. <Rp. 500.000 ( )

2. Rp. 500.000-Rp. 1000.000 ( )


(62)

Lampiran 4

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan pengalaman ibu tentang mual dan muntah yang ibu alami dalam kehamilan?

2. Coba ibu ceritakan keadaan yang dapat menyebabkan ibu mual dan muntah yang berlebihan?

3. Upaya apa saja yang ibu lakukan untuk mengurangi mual dan muntah yang berlebihan ?


(63)

LAMPIRAN 5

No. Kegiatan

Lama Penelitian

September Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengajuan Judul

2 Bimbingan Proposal 3 Survey

Pendahuluan 4 Seminar

Proposal

5 Penelitian

6 Bimbingan Penelitian 7 Menyusun

Laporan 8 Sidang KTI


(64)


(65)


(66)

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Risda Roly Viviana

Tempat /tanggal lahir : Tanjung Pinang, 27 Januari 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Merdeka RT/RW : 001/002, Kel. Letung, Kec. Jemaja, Kab. Kepulauan Anambas - KEPRI

Riwayat pendidikan :

1. SD : SD Negeri 033 Batu Panjng-RUPAT Tamat 1998

2. SMP : SLTP N 1 RUPAT Tamat 2001

3. SMU/SMA : SMU N 2 DUMAI Tamat 2004

4. AKADEMI : Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tamat 2007 5. UNIVERSITAS : D-IV BIDAN PENDIDIK


(1)

Lampiran 3

KUESIONER DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN

Petunjuk Pengisian : Ibu diharapkan :

1. Menjawab setiap pertanyaan yang tersedia dengan memberikan tanda checklist (V) pada tempat yang telah disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab.

3. Tiap satu pertanyaan harus diisi dengan hanya satu jawaban 4. Bila ada yang kurang mengerti dapat ditanyakan kepada peneliti

Data demografi

A. Umur Ibu :

B. Status Paritas :

C. Agama :

D. Pendidikan Terakhir :

E. Pekerjaan Ibu :

F. Penghasilan Perbulan :

1. <Rp. 500.000 ( )

2. Rp. 500.000-Rp. 1000.000 ( )


(2)

Lampiran 4

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan pengalaman ibu tentang mual dan muntah yang ibu alami dalam kehamilan?

2. Coba ibu ceritakan keadaan yang dapat menyebabkan ibu mual dan muntah yang berlebihan?

3. Upaya apa saja yang ibu lakukan untuk mengurangi mual dan muntah yang berlebihan ?


(3)

LAMPIRAN 5

No. Kegiatan

Lama Penelitian

September Oktober Nopember Desember Januari Februari Maret April Mei Juni

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengajuan Judul 2 Bimbingan Proposal 3 Survey Pendahuluan 4 Seminar Proposal

5 Penelitian

6 Bimbingan Penelitian 7 Menyusun

Laporan 8 Sidang KTI


(4)


(5)


(6)

Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Risda Roly Viviana

Tempat /tanggal lahir : Tanjung Pinang, 27 Januari 1987

Agama : Islam

Alamat : Jl. Merdeka RT/RW : 001/002, Kel. Letung, Kec.

Jemaja, Kab. Kepulauan Anambas - KEPRI

Riwayat pendidikan :

1. SD : SD Negeri 033 Batu Panjng-RUPAT Tamat 1998

2. SMP : SLTP N 1 RUPAT Tamat 2001

3. SMU/SMA : SMU N 2 DUMAI Tamat 2004

4. AKADEMI : Akbid Kholisatur Rahmi Binjai Tamat 2007

5. UNIVERSITAS : D-IV BIDAN PENDIDIK