8
II. TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Penelitian Terdahulu
Hajarul Aswad 2006. Mengenai Strategi Perbaikan Ekonomi Masyarakat Nelayan di Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton. Hasil
penelitian antara lain : strategi peningkatan pendapatan masyarakat nelayan di kecamatan Lakudo dilakukan oleh nelayan itu sendiri berupa
penggunaan teknologi, kemampuan mengorganisasikan diri, penguatan sistem kelembagaan, dan pengembangan nilai-nilai kearifan lokal. Selain
itu pemerintah setempat membantu dalam kegiatan penyuluhan, pendidikan dan latihan, bantuan dana, serta perluasan jaringan informasi
yang diperlukan oleh nelayan. Rifqi 2002 mengadakan penelitian tentang Arahan dan Strategi
Pengembangan Perikanan Wilayah Pesisir Kabupaten Padang Pariaman yang bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang
mempengaruhi pengembangan perikanan wilayah pesisir Kabupaten Padang Pariaman, serta menyusun strategi dan arahan
pengembangannya yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Penelitian ini berupa studi kasus yang bersifat deskriptif yang
menggambarkan potensi yang dimiliki oleh lokasi penelitian, kemudian ditentukan faktor-faktor internal dan eksternalnya yang selanjutnya
digunakan analisa SWOT untuk menentukan arahan dan strategi pengembangannya.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
9
Karim 2003. Problem Ekonomi-Politik Kemiskinan Nelayan. Hasil penelitian antara lain : dua pokok yang menjadi penyebab kemiskinan
nelayan adalah i kemiskinan nelayan terjadi karena korbanan dari proses pembangunan, ii kemiskinan nelayan terjadi karena adanya golongan
tertentu yang tidak memiliki akses kegiatan ekonomi produksi akibat pola institusional yang diberlakukan, sehingga terpinggirkan secara permanen.
Kedua hal tersebut memiliki relevansi yang signifikan secara teoretis maupun empiris sehingga memerlukan pemberdayaan yang memiliki
framework komprehensif dalam memahami akar permasalahan kemiskinan nelayan dalam program pengentasan kemiskinan agar tidak
bersifat bersifat karitif charity karena tidak mempunyai landasan yang jelas.
Tampubolon 2006. Pemberdayaan Masyarakat melalui Pendekatan Kelompok. Penelitian ini bertujuan 1 mengkaji tingkat
kedinamisan dan keberhasilan Kelompok Usaha Bersama KUBE, 2 mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kedinamisan dan
keberhasilan KUBE, 3 mengidentifikasi faktor-faktor utama penentu keberhasilan KUBE, dan 4 merumuskan model pemberdayaan
masyarakat yang lebih efektif melalui pendekatan kelompok. Disain penelitian menggunakan deskripsi analisis eksploratif dan korelasional.
Hasil penelitian menunjukkan tingkat kedinamisan 85,2 kategori aktif, keberhasilan aspek sosial dan ekonomi masing-masing 93,8 kategori
sedang dan 95 kategori rendah. Lima faktor utama eksistensi KUBE
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
10
yaitu aset asset, kemampuan ability, kemasyarakatan community, komitmen commitment, pasar market atau disebut ABCCM.
Pemberdayaan Masyarakat
Strategi pemberdayaan masyarakat digunakan dalam pendekatan pembangunan yang berpusat pada rakyat people convered
development. Pendekatan ini menyadari tentang betapa pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan
internal yang di tempuh melalui kesanggupan melakukan kontrol internal atas sumber daya materi dan non materi yang penting melalui redistribusi
modal atau kepemilikan. Pemberdayaan, menurut Slamet 2000 adalah ungkapan lain dari
penyulihan pembangunan. Pemberdayaan Empowerment yang
dikatakan oleh Oakley dan Marsden dalam Priyono 1996 diartikan sebagai suatu proses yang memiliki dua kecenderungan :
1. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan pada proses
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan dan kemampuan kepada masyarakat agar individu yang bersangkutan
menjadi lebih berdaya survival of the fittes. Proses ini dapat dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna
mendukung pengembangan kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungnan atau proses yang pertama tersebut
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
11
dapat disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pengembangan.
2. Kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses
stimulasi, mendorong atau memotifasi agar individu mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Sesunggunya diantara kedua proses tersebut saling terkait. Agar kecenderungan
primer dapat terwujud sering kali harus memulai kecenderungan sekunder terlebih dahulu.
Pemberdayaan ditujukan guna membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan yang menentukan tindakan yang akan ia
lakukan yang terkait dengan diri mereka. Payne dalam Harry 2001 mengatakan bahwa hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan dan
rasa percaya diri untuk menggunakan daya yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya. Upaya meningkatkan
kemampuan yang berkaitan dengan pemberdayaan pada tingkat individu di kemukakan oleh Glickman 1989 sebagai internal control and
individually divergent practices, solving problems indevendenly.
Pemberdayaan ini juga dilakukan bagi orang lain, Irwin 1995 menyebutkan : “ empowering other people means giving them a chance to
make their social special contribution….Your contribution may be a particular insight, a particular loving way to be with people.”
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
12
Pemberdayaan menurut Shardlow 1998 pada intinya membahas cara individu, kelompok maupun komonitas berusaha mengontrol
kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Fierdman 1992 berprinsip bahwa
pemberdayaan mendorong Client untuk menentukan sendiri apa yang harus ia lakukan berkaitan dengan upaya mengatasi permasalahan yang
ia hadapi, sehingga Client mempunyai kesadaran dan kekuasaan penuh dalam membentuk hari depannya.
Menurut Soe’oed 2004 secara garis besar dapat didefinisikan bahwa pemberdayaan adalah proses belajar mengajar yang merupakan
usaha terencana dan sistematis yang dilaksanakan berkesinambungan baik bagi individu maupun kelompok, guna mengembangkan potensi dan
kemampuan yang terdapat baik dalam diri individu maupun kelompok masyarakat sehingnga mampu melakukan transformasi sosial.
Pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga meningkatkan harkat dan martabat, rasa
percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya tatanan nilai budaya setempat. Agar tujuan ini tercapai maka diperlukan kajian strategis yang
berkesinambungan tentang restrukturisasi sistem sosial pada tingkat mikro, mezzo dan makro. Hal ini ditujukan agar masyarakat lokal dapat
mengembangkan potensi tanpa mengalami hambatan eksternal pada unsur mezzo dan makro. Struktur mezzo yang dimaksud dapat berupa
struktur pemerintah regional setingkat kabupaten-kota dan propinsi;
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
13
sedangkan struktur makro dapat berupa struktur pemerintahan pusat dan nasional Hikmat 2001
Korten dalam Hikmat 2001 menyatakan bahwa ada tiga dasar untuk perubahan-perubahan struktural dan normatif dalam pembangunan
yang berpusat pada rakyat. 1. Memusatkan pikiran dan tindakan kebijakan pemerintah pada
penciptaan keadaan-keadaan yang mendorong dan mendukung usaha rakyat untuk memenuhi kebutuha-kebutuhan mereka sendiri
dan untuk memecahkan masalah-masalah mereka sendiri ditingkat individu, keluarga dan komunitas.
2. Mengembangkan struktur-struktur dan proses organisasi-organisasi
yang berfungsi menurut kaidah-kaidah sistem swaorganisasi. 3.
Mengembang sistem-sistem Produksi-konsumsi yang diorganisasi secara teritorial berlandaskan pada kaidah-kaidah pemilikan dan
pengendalian lokal. Menurut Satria 2002 pemberdayaan masyarakat pesisir paling
tidak memiliki dua dimensi pokok, yaitu dimensi kultural dan dimensi struktural . Dimensi kultural pemberdayaan sosial mencakup upaya-upaya
perubahan perilaku ekonomi, orientasi pendidikan , sikap terhadap pengembangan teknologi dan kebiasaan-kebiasaan. Pemberdayaan
kutural ini diperlukan untuk mengatsai kemiskinan kultural, seperti pola hidup konsumtif, rendahnya kemampuan menabung, sikap subsisten, atau
resistensi terhadap pendidikan formal.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
14
Sementara itu dimensi struktural mencakup upaya perbaikan struktural sosial, sehingga memungkinkan terjadinya mobilitas vertikal
nelayan. Perbaikan-perbaikan struktural umumya berupa penguatan solidaritas nelayan untuk selanjutnya dapat berhimpun dalam satu
kelompok dan organisasi yang mampu memperjuangkan kepentingan mereka. Disini tidak ada pretensi untuk selalu membentuk koperasi
nelayan karena batapapun bentuk organisasi yang ada jaminan kepentingan sosial ekonomi nelayan adalah yang paling penting.
Kehadiran organisasi tersebut yang dijalankan sesuai dengan tingkat budaya organisasi nelayan setempat diharapkan juga dapat menjadi
institusi alternatif, selain institusi patron klien seperti yang selama ini telah mengakar.
Pemberdayaan nelayan secara struktural maupun kultural perlu dipahami adanya keunikkan karakteristik sosial nelayan yang tentunya
menuntut adanya pendekatan pemberdayaan yang unik pula. Namun pendekatan yang unikpun tidak dapat digeneralisasikan untuk seluruh
konteks kehidupan nelayan. Banyak variabel yang memberi pengaruh pada keunikan itu secara
sosiologis maupun ekologis sehingga pendekatan pemberdayaan nelayan jawa dan luar jawa, harus berbeda seiring perbedaan sosiologis
struktur, kultur, dan formasi sosial maupun ekologis diantara keduanya. Meski demikian, ada benang merah prinsip prinsip penting pemberdayaan
yang digunakan untuk seluruh kontejk pemberdayaan nelayan yaitu :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
15
1. Prinsip Tujuan
Pemberdayaan harus dilandasi tujuan yang jelas dan dianggap sebagai subyek dalam pembangunan sehingga pendekatan yang kita
lakukan adalah help people to help them selves membantu para nelayan agar nelayan dapat membantu dirinya sendiri dengan
pendidikan orang dewasaandrologi. Artinya,institusi yang dibentuk oleh program hanya sebagai fasilitator dan bukan sebagai pihak yang
harus memberi. Pendekatan baru ini, asumsinya adalah nelayan memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah dirinya sendiri .
2. Prinsip Pengetahuan dan Penguatan Nilai Lokal
Pengetahuan modern sering kita anggap sebagai segala galanya dan ampuh untuk mengatasi berbagai persoalan, teknis maupun sosial,
yang dihadapi nelayan. Padahal nelayan memiliki sistem pengetahuannya sendiri yang penting dijadikan bahan atau bekal
bagi pemberdayaan. Sistem pengetahuan yang dimiliki nelaya sudah cukup mengaka karena diwariskan secara turun temurun. Dengan
sistem pengetahuan yang mereka miliki, sudah sepatutnya para pembuat kebijakan untuk mendengarkan sekaligus belajar dari
pengetahuan yang mereka miliki. Begitu juga kaitannya dengan nilai lokal .Sebenarnya, banyak nilai
lokal yang potensial sebagai landasan dalam pemberdayaan. Nilai lokal itu dapat menjadi modal sosial yang penting untuk
dikembangkan bagi kemajuan masyarakat nelayan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
16
3. Prinsip Keberlanjutan Sustainability
Prinsip ini sangat penting diperhatikan mengingat pemberdayaan nelayan merupakan salah satu bentuk rekayasa sosial. Rekayasa
sosial ini membutuhkan waktu yang relatif lama karena berkaitan dengan perubahan sosial yang besifat struktural maupun kultural.
Perubahan tersebut tidak dapat dilakukan dalam jangka waktu yang singkat.Untuk itu program pmberdayaan hendaknya jangan sampai
terjebak pada paradigma proyek yang mengharuskan tercapainya target secara nyata dalam waktu yang singkat.Untuk itu program
pemberdayaan hendaknya jangan sampai terjebak pada paradigma proyek yang mengharuskan tercapainya target secara nyata dalam
waktu yang singkat. 4.
Prinsip ketetapan kelompok sasaran Setiap komunitas nelayan memiliki ciri stratifikasi sosial yang
berbeda beda dan hal ini harus dipahami secara benar. Ada yang mencirikan polarisasi dan ada pula yang tidak. Seperti digambarkan
oleh Chambers dalam Satria 2002, seringkali pihak yang didatangi tim pelaksana pemberdayan adalah elite desa yang sebenarnya jauh
dari persoalan. Namun, karena elit desa lebih mudah berkomunikasi seringkali para konseptor pembuat kebijakan menganggap suara
mereka sebagai suara rakyat desa. Sementara itu, nelayan miskin yang tidak mudah berkomunikasi jarang didatangi. Akhirnya,
informasi yang diperoleh seringkali bisa engan kepentingn informan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
17
elite nelayan tersebut. Akibatnya, tidak sedikit program pemberdaya yang hanya menyentuh elite nelayan.
5. Prinsip Kesetaraan
Jender. Salah satu ciri sosial nelayan adalah kuatnya peran wanita atau istri
nelayan dalam aktivitas ekonomi maupun pengambilan keputusan urusan ekonomi rumah tangga. Dengan posisi istri nelayan yang
demikian, harus mencakup istri istri nelayan juga. Seringkali program pemberdayaan bisa terhadap laki laki, sehingga laki laki yang selalu
diajak berdiskusi dan memecahkan masalah yang mereka hadapi tanpa melibatkan istri - istrinya.
Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mendukung Pembangunan Ekonomi Nasional
Pemberdayaan masyarakat dalam mendukung pembangunan ekonomi nasional merupakan agenda yang dapat ditindaklanjuti oleh
pemerintah, swasta, LSM, Koperasi maupun kelompok masyarakat lainnya yang peduli terhadap pentingnya pemberdayaan masyarakat.
Agenda ini merupakan analisis dari tataran teoritis maupun pengalaman praktis di lapangan.
1. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia
Sumber daya manusia merupakan modal yang sangat penting dalam melakukan pembangunan. Keterkaitan masalah ini dengan
pemberdayaan masyarakat sangat besar. Dampak pemberdayaan masyarakat adalah kemandirian masyarakat dalam mengatasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
18
permasalahan mereka melalui prakarsa dan kreatifitas untuk meningkatkan kualitas hidup. Tentunya membutuhkan masyarakat
yang mempunyai pengetahuan, ketrampilan dan sikap untuk keluar dari permasalahan mereka. Banyak ekonom yang memandang
penting investasi sumber daya manusia. Adanya perubahan paradigma bahwa dalam pertumbuhan ekonomi tidak hanya
mementingkan akumulasi modal fisik melainkan juga pembentukan modal manusia. Salah satu faktor penting yang menyebabkan
pertumbuhan cepat perekonomian Amerika adalah pembiayaan pendidikan yang secara relatif selalu meningkat. Telaah mengenai
peningkatan kapasitas sumber daya manusia ini adalah masyarakat pedesaan dan institusi kelembagaan sebagai wadah mereka
berorganisasi Menjadi pertimbangan bagi perencana pembangunan, ketika
menghadapipersoalan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia masyarakat pedesaan yang rata-rata pendidikan formalnya terbatas.
Bahkan di beberapa desa terpencil masih ditemukan mereka yang buta huruf. Tentunya perlu dipilih metode dan media pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat. Para pelaku pemberdaya di tingkat masyarakat yang selanjutnya sering disebut
dengan fasilitator, mengembangkan metode pelatihan bagi orang dewasa untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
masyarakat pedesaan. Kunci dari metode pendidikan bagi orang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
19
dewasa adalah proses penyadaran melauli penumbuhan kepercayaan diri, menumbuhkan rasa membutuhkan pada diri
masyarakat untuk memperbaiki kualitas hidup. Media untuk pendidikan orang dewasa sangat beragam dan tentunya
disesuaikan dengan kelompok sasaran dan tujuan. Dari hasil pengalaman beberapa lembaga pendidikan bagi masyarakat bahwa
metode on the job training, demplot, sangat efektif dan efisien sedangkan diskusi kelompok, tanya jawab efektif dan effisien
dibandingkan ceramah. Disamping itu tetap dilakukan proses refleksi untuk membagi pengalaman belajar masing-masing anggota
kelompok belajar. Filosofi yang terkandung dalam proses pendidikan orang dewasa ini adalah meningkatknya kesadaran kritis masyarakat
terhadap kondisi lingkungan yang ada saat ini dan mengorganisir diri untuk membebaskan dari ketidakberdayaan.
2. Membangun kelembagaan
masyarakat Kelembagaan masyarakat sangat berkaitan dengan proses
pemberdayaan di tingkat masyarakat. Pemberdayaan bukan hanya sekedar pendekatan metodologis dalam rangka memandirikan
masyarakat sasaran, akan tetapi harus juga diwujudkan dalam bentuk yang lebih konkret sebagai bentuk dari pencapaian sebuah
program. Ketika melaksanakan program pemberdayaan kepada masyarakat miskin di suatu desa, maka pemberdayaan ditempatkan
bukan hanya sekedar bagaimana melakukan proses perencanaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
20
dan pelaksanaan bersama mereka yang miskin, tetapi pada kurun waktu tertentu, harus ada monitoring dan evaluasi “sudah berapa
anggota masyarakat desa tersebut yang berubah hidupnya menjadi tidak miskin dan atau tidak lagi menjadi ketergantungan kepada
pelaku pemberdaya di lingkungannya” Syarat mutlak program pemberdayaan adalah orientasinya yang
selalu tertuju kepada kemandirian, kesinambungan, dan keberlanjutan. Naif sekali apabila suatu program pemberdayaan
berjalan sambil menciptakan ketergantungan masyarakat kepada pihak lain atau kepada pihak pelaku pemberdayaan tersebut.
Kemandirian adalah sikap yang bersumber pada kepercayaan diri. Kemandirian juga adalah kemampuan mental dan fisik untuk:
memahami kekuatan dan kelemahan diri sendiri, memperhitungkan kesempatan dan ancaman lingkungan, dan memilih berbagai
alternatif yang tersedia untuk mengatasi persoalan dan sekaligus mengembangkan kehidupan secara serasi dan berkesinambungan.
Jelas kiranya bahwa pemberdayaan pada akhirnya bukan hanya sekedar berorientasi pada proses tetapi juga pada hasil itu sendiri.
Kegiatan Community Development yang berorientasi pemberdayaan dimulai dengan kegiatan Development, yaitu pengembangan konsep
sesuai dengan tujuan dan sasaran program berdasarkan hasil community needs analysis; bersamaan dengan tahap ini adalah
mengikut-sertakan melibatkan peran komunitasmasyarakat atau
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
21
yang lazim disebut dengan Involve. Tahap selanjutnya adalah mensosialisasikan Socialize program kepada seluruh komunitas,
agar dan untuk tujuan mereka merasa memiliki program sekaligus ikut bertanggungjawab terhadap pelaksanaan dan keberhasilan
program. Pada tahap ini musyawarah sebuah pendekatan kultural khas Bangsa Indonesia memegang peranan yang sangat penting
sebagai sarana komunikasi. Menginjak tahap pelaksanaan, terdapat beberapa hal yang penting untuk diperhatikan; yaitu: Cater, yang
berarti program-program yang disajikan harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan masyarakat dalam bahasa lain harus aspiratif,
serta memperhatikan potensi lokal dan Utilize, yang berarti sedapat mungkin melibatkan tenaga kerja setempat dalam pelaksanaan
proyek. Selanjutnya harus dikembangkan kepekaan Sensitive dalam memahami situasi psikologis, sosial, dan budaya yang tengah
berkembang di masyarakat sasaran. Kemudian yang terakhir adalah Socialize, dalam artian melakukan sosialisasi program atau exposure
pada pihak liuar melalui media-media tertentu. Prinsip di atas syarat pada orientasi pemberdayaan dengan selalu
menempatkan masyarakat sebagai aktor utama dalam seluruh rangkaian pembangunan. Menurut Dillon prinsip ini disebut dengan
pendekatan People Driven menempatkan rakyat atau masyarakat sebagai aktor penting dalam setiap formulasi kebijakan dan
pengambilan keputusan “politik”.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
22
Pemberdayaan adalah sebagai proses. Keberhasilan proses ini bukan hanya karena faham terhadap pengetahuan dan ketrampilan
menyangkut pemberdayaan dan pembangunan, akan tetapi seluruh stakeholders seluruh unsur terkait dalam program harus komitmen
dengan beberapa hal antara lain: komitmen pada profesionalisme, komitmen pada keterbukaan, komitmen pada kejujuran, komitmen
pada kebersamaan dan kerjasama, komitmen pada kemiteraan, dan komitmen pada kepentingan pembelajaran dan mencari keuntungan
bersama dalam bentuk pola horizonal Arifin, 2004 Tenaga pemberdaya harus melebur dalam kesetaraan dan kemitraan
bersama masyarakat. Kegagalan selama ini banyak diasumsikan karena prinsip-prinsip pemberdayaan kode etik pemberdayaan
yang seharusnya dilakukan bersama secara partisipatif telah dilanggar, karena ada kepentingan-kepentingan tertentu dari
segelintir orang di luar unsur masyarakat sasaran. Dampaknya menjadi lebih besar terutama untuk kepentingan pemberdayaan dan
berkesinambungan 3. Menyediakan
fasilitas produksi teknologi dan modal usaha
Teknologi dan kapital merupakan input yang penting untuk pertumbuhan. Hal ini juga sesuai dengan teori neoklasik Solow yang
selanjutnya dikembangkan oleh Romer. Dalam implementasinya, Romer mengingatkan pentingnya kebijakan yang mendorong
investasi baik pemerintah maupun swasta untuk mendorong
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
23
pembentukan modal sumber daya manusia dan industri padat pengetahuan yang mendorong penciptaan teknologi.
Bagi masyarakat pedesaan yang sehari-hari hanya akrab dengan teknologi pengolahan hasil pertanian sederhana, perkembangan
teknologi pertanian di negara lain yang lebih maju nyaris tak terdengar bagi mereka. Di negara maju, telah terjadi internalisasi
antara ilmu pengetahuan dan teknologi dalam proses pembangunan. Kemungkinan ini terjadi karena anggaran untuk melakukan penelitian
dalam menemukan inovasi baru tersedia dan mendapatkan perhatian pemerintah. Disamping itu juga muncul kendala lain bagaimana
melakukan proses sosialisasi hasil penelitian di bidang pertanian kepada petani Seringkali kelembagaan yang ada kurang mendukung
proses sosialisasi Arifin, 2004 Kaitan antara teknologi dengan pemberdayaan masyarakat adalah
permasalahan awal sejak dimulainya identifikasi kebutuhan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Melengkapi sosialisasi
teknologi dengan pelatihan untuk ketrampilan sehingga masyarakat tahu bagaimana menggunakan, merawat dan memanfaatkannya
secara baik. Hal penting lainnya adalah membuka pusat informasi yang mudah diakses oleh masyarakat desa
Hal penting lainnya yang menjadi pembahasan mengenai teknologi ini adalah, keterkaitan antara teknologi dan budaya lokal. Pilihan
teknologi modern seringkali justru meminggirikan budaya lokal yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
24
ada. Sebagai contoh pergeseran ani-ani dnegan mesin pemangkas pada. Walaupun dari sisi output menghasilkan produksi yang lebih
tinggi namun dari sisi budaya proses sosialisasi dan keeratan antaranggota masyarakat mulai luntur. Trade off antara target
output seringkali juga mengorbankan pihak lain seperti banyak burah tani perempuan yang kehilangan pekerjaan. Karena mekanisasi di
sektor pertanian tidak diimbangi dengan upaya penciptaan lapangan kerja baru di pedesaan bagi buruh tani. Lagi-lagi masih diperlukan
upaya pemberdayaan uktuk mengatasi persoalan yang tersisa setelah pesoalan lain terselesaikan.
Seiring dengan fokus pembangunan perekonomian saat ini, maka aspek pemberdayaan masyarakat perlu menyesuaikan dengan paradigma
pembangunan tersebut. Masalah konkrit yang pernah dihadapi bangsa ini adalah ambruknya usaha-usaha besar akibat terjangan krisis ekonomi
maupun moneter. Sedangkan usaha ekonomi rakyat mampu menyelamatkan Indonesia dari krisis walupun dalam kondisi sangat
terbatas. Kesulitan pemerintah dalam menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat karena peningkatan jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Hal ini semakin bertambah karena keterbatasan ketrampilan sehingga banyak
tenaga kerja yang tidak dapat terserap oleh lapangan usaha. Bagaimana dengan problema penciptaan lapangan pekerjaan di pedesaan. Ciri khas
kondisi perekonomian pedesaan adalah keterbatasan infrastruktur, modal
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
25
kerja, ketrampilan, pemasaran. Artinya, kompleksitas permasalahan tersebut tidak bisa diatas dengan pemberian salah satu fasilitas saja
misalnya kredit yang sudah dikucurkan pemerintah sebenarnya sejak Pemerintahan Orde Baru sudah dilakukan. Melaui Kepres No. 14 dan
Kepres No. 14a tahun 1979 diatur kredit semacam KIK Kredit Investasi Kecil dan KMKP Kredit Modal Kerja Permanen bagi masyarakat kecil
Baswir, 2003 Pengalaman masa lalu bentuk penyaluran kredit di pedesaan sangat
birokratis dan menyesuaikan dengan Undang-Undang Perbankan, yaitu salah satunya tentang agunan yang digunakan untuk kredit. Hanya sedikit
dari masyarakat dan pada umunya golongan elit yang mampu mengakses kredit ini. Masalah lain timbulnya ”moral hazard” dari para pemburu rente
akhirnya justru mandapatkan manfaat kredit yang seharusnya disalurkan bagi masyarakat kecil ini. Munculnya kredit macet di tingkat masyarakat
kecil, menjadi daya tolak bagi lembaga keuangan lainnya untuk melakukan investasi. Kondisi ini memperparah kesulitan modal bagi
pelaku usaha kecil di pedesaan Baswir, 2003 Keberadaan Lembaga Keuangan Mikro LKM yang memberikan
bantuan kredit bagi para pengusaha mikro merupakan angin segar. Menengok kembali tentang sektor perekonomian rakyat, bahwa sektor ini
telah mampu menyelamatkan Indonesia dari krisis. Akhirnya memang benar dengan adanya pendapat bahwa sektor ini berdikari dan ulet.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
Namun sekali lagi sektor ini justru sulit sekali mengakeses modal dari lembaga perbankan Baswir, 2003.
Selama ini sektor tersebut tumbuh dan bertahan dengan menggunakan modal sendiri serta modal lain diluar sektor perbankan.
Menjadi pertanyaan selanjutnya, bagiamana mestinya LKM mulai dikembangkan untuk memberikan modal bagi para pengusaha mikro yang
pada umunmnya bekerja di sektor informal. Mereka pada umunya adalah para pekerja sendiri yang tidak tertampung sebagai pekerja upahan.
Walaupun sebenarnya merupakan bentuk mempertahankan diri agar bisa menghidupi diri dan keluarganya Baswir, 2003
Partisipasi
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan tranformasi
budaya. Proses ini pada akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih terpusat pada rakyat peopele centered development.
Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan
untuk melakukan kontrol internal antara sumber daya materi dan non material yang penting melalui redistribusi modal atau kepemilikan Korten
dalam Adimiharja dan Hikmat, 1992
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
Menurut Mubyarto 1984 arti partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dngan kemampuan setiap
orang tanpa mengorbankan diri. Menurut Sutrisno 1995 ada dua jenis
definisi partisipasi yang beredar di masyarakat yaitu :
1. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para
perencana pembangunan formal indonesia. Definisi seperti in memberikan arti partisipasi masyarakat dalam pembangunan
sebagai dukungan masyarakat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannnya oleh
pemerintah.Ukuran tinggi rendahnya partisipasi ini diukur dari kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik
berupa waktu maupun tenaga dalam melaksanakan proyek pembangunan pemerintah.
2. Definisi kedua adalah yang berlaku secara universal yaitu
partisipasi rakyat dalam pembangunan merupakan kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan,
melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini, ukuran tinggi
rendahnya partisipasi rakyat tidak hanya diukur dari kemauan rakyat menanggung biaya pembangunan tetapi juga dengan ada
tidaknya hak rakyat untuk menentukan arah dan tujuan program yang akan dibangun di wilayah mereka.Ukuran lain yang dipakai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
28
adalah ada tidaknya kemauan rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek.
Beberapa pengertian tentang partisipasi dikemukakan oleh para ahli antara lain yang dikemukakan Dsseldorp 1981 yang menulis
tentang partisipasi ditingkat masyarakat pedesaan menyatakan bahwa partisipasi adalh suatu bentuk interaksi dan komunikasi khas, yaitu
berbagi kekuasaan dan tanggung jawab. Pandangan tersebut sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Battacharya dalam Sutrisno 1995, yang mengartikan partisipasi sebagai keterlibatan mental, pikiran dan perasaan seseorang didalam situasi
kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan atau bantuan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan
bersama dan turut bertanggung jawab terhadap usaha bersangkutan. Menurut Hadi dalam Adimiharja 2001, partisipasi masyarakat
merupakan proses dimana masyarakat ikut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan. Ditinjau dari segi kualitas, partisipasi adalah
sebagai masukan kebijaksanaan, strategis, komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Sedangkan menurut Suratmo dalam
Adimiharja 2001, tujuan dasar dari partisipasi masyarakat indonesia adalah : 1 menguikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan
lingkungan hidup, 2 mengikutsertakan masyarakat dalam pembangunan negara, 3 membantu pemerintah untuk dapat mengambil kebijaksanaan
dan keputusan yang baik dan tepat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
29
Rahim dalam sutrisno 1995, mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dikelompokkan lima jenis, yaitu :
1. Ikut memberikan masukan dalam proses pembangunan, menerima
imbalan atas masukan tersebut dan menikmati hasil pembangunan. 2.
Ikut memberi masukan dan ikut menikmati hasil pembangunan 3.
Menikmati hasil pembangunan tanpa memberi masukan dan 4.
Memberi masukan tanpa menerima imbalan dan tidak ikut menikmati hasil pembangunan.
Hal yang sama dikemukakan pula oleh Cohen dan Uhoff 1977 yang membedakan partisipasi berdasarkan tahapannya, yaitu :
1. Partisipasi dalam pembutan keputusan, kebijaksanaan, perencanaan
pembangunan, 2.
Partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan, 3. Partisipasi dalam memanfatkan atau menggunakan hasil hasil
pembangunan, 4. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan.
Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah partisipasi dengan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengemukakan
pendapat dan aspirasinya dalam menilai suatu rencana yang akan ditetapkan. Masyarakat juga diberkan kesempatan untuk menimbang
suatu keputusan yang akan diambil.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
30
Faktor –faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat cukup banyak dikemukakan oleh para ahli diantaranya Madrie 1986 yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan, umur dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan merupakan faktor pribadi yang akan mempengaruhi
tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suat kegiatan. Selanjutnya Long dalam Madrie 1986, menghubungkan partisipasi dengan tingkat
pengetahuan. Dimana seseorang yang mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang tinggi terhadap kepentingan kelompok, cenderung
semakin tinggi partisipasinya dalam kegiatan pembangunan.Ditambahkan lagi oleh Soeryani, et al. 1987 yang meyatakan bahwa tingkat pendidikan
dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam mensukseskan program pembangunan.
Tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan mereka mengenai ligkungan hidup. Hal tersebut selanjutnya akan
memperdalam pemahaman masyarakat terhadap manfaat yang mereka peroleh dari kelestarian sumberdaya alam.
Slamet 1985 mengemukakan tentang syarat yang diperlukan agar masyarakat lebih berperan aktif dalam pembangunan yaitu :
kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi pada proses pembangunan yang dipengaruhi oleh faktor
faktor seperti : umur, pendidikan formal maupun non formal, budaya lokal norma, tradisi, dan adat istiadat, serta pengaturan dan pelayanan
pemerintah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
31
Lebih lanjut menurut Sastropoetro 1988, faktor faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari tiga hal yaitu : keadaan
sosial masyarakat, kegiatan program pembangunan dan keadaan alam sekitar. Sedangkan menurut Santosa dalam Sastropoetro 1988,
beberapa unsur yang penting dalam berpartisipasi meliputi : 1.
Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif, 2. Perubahan sikap, pendapat, tingkah laku yang diakibatkan oleh
pengertian yang menumbuhkan kesadaran, 3.
Kesadaran yang didasarkan atas perhitungan dan pertimbangan, 4. Antusiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan
melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa dipaksa orang lain dan
5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama. Semakin tinggi derajat kemampuan lingkungan hidup dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia, semakn tinggi pula kualitas lingkungan hidup dan sebaliknya.
Konsep Partisipasi Anggota Pada Proses Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan dan partisipasi merupakan strategi yang sangat potensial dalam rangka meningkatkan ekonomi, sosial dan tranformasi
budaya. Proses ini pada akhirnya akan dapat menciptakan pembangunan yang lebih terpusat pada rakyat peopele centered development.
Pendekatan ini menyadari pentingnya kapasitas masyarakat untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
32
meningkatkan kemandirian dan kekuatan internal, melalui kesanggupan untuk melakukan kontrol internal antara sumber daya materi dan non
material yang penting melalui redistribusi modal atau kepemilikan Adimiharja dan Hikmat, 1992
Menurut Mubyarto 1984 arti partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program sesuai dengan kemampuan setiap
orang tanpa mengorbankan diri. Menurut Sutrisno 1995 ada dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat yaitu :
1. Definisi pertama adalah definisi yang diberikan oleh para perencana
pembangunan formal Indonesia. Definisi seperti in memberikan arti partisipasi masyarakat dalam pembangunan sebagai dukungan
masyarakat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuannnya oleh pemerintah.Ukuran tinggi rendahnya
partisipasi ini diukur dari kemauan rakyat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa waktu maupun tenaga dalam
melaksanakan proyek pembangunan pemerintah. 2. Definisi kedua adalah yang berlaku secara universal yaitu partisipasi
rakyat dalam pembangunan merupakan kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam merencanakan, melaksanakan,
melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Menurut definisi ini, ukuran tinggi rendahnya partisipasi
rakyat tidak hanya diukur dari kemauan rakyat menanggung biaya pembangunan tetapi juga dengan ada tidaknya hak rakyat untuk
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
33
menentukan arah dan tujuan program yang akan dibangun di wilayah mereka.Ukuran lain yang dipakai adalah ada tidaknya kemauan
rakyat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek.
Partisipasi sebagai keterlibatan mental, pikiran dan perasaan seseorang didalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk
memberikan sumbangan atau bantuan kepada kelompok tersebut dalam usaha mencapai tujuan bersama dan turut bertanggung jawab terhadap
usaha bersangkutan Sutrisno, 1995 Menurut Adimiharja 2001, partisipasi masyarakat merupakan
proses dimana masyarakat ikut serta mengambil bagian dalam pengambilan keputusan.Ditinjau dari segi kualitas, partisipasi adalah
sebagai masukan kebijaksanaan, strategis, komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Sedangkan tujuan dasar dari
partisipasi masyarakat indonesia adalah : menguikutsertakan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan hidup, mengikutsertakan masyarakat
dalam pembangunan negara, dan membantu pemerintah untuk dapat mengambil kebijaksanaan dan keputusan yang baik dan tepat.
Sutrisno 1995, mengemukakan bahwa partisipasi masyarakat dalam pembangunan dapat dikelompokkan dalam lima jenis, yaitu :
1. Ikut memberikan masukan dalam proses pembangunan, menerima
imbalan atas masukan tersebut dan menikmati hasil pembangunan. 2.
Ikut memberi masukan dan ikut menikmati hasil pembangunan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
34
3. Menikmati hasil pembangunan tanpa memberi masukan dan
4. Memberi masukan tanpa menerima imbalan dan tidak ikut menikmati
hasil pembangunan. Hal yang sama dikemukakan pula oleh Cohen dan Uhoff 1977
yang membedakan partisipasi berdasarkan tahapannya, yaitu : 1.
Partisipasi dalam pembutan keputusan, kebijaksanaan, perencanaan pembangunan,
2. Partisipasi dalam pelaksanaan program pembangunan,
3. Partisipasi dalam memanfatkan atau menggunakan hasil hasil pembangunan,
4. Partisipasi dalam mengevaluasi dan mengawasi pembangunan. Partisipasi dalam pembuatan keputusan adalah partisipasi dengan
memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengemukakan pendapat dan aspirasinya dalam menilai suatu rencana yang akan
ditetapkan. Masyarakat juga diberkan kesempatan untuk menimbang suatu keputusan yang akan diambil.
Faktor–faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat cukup banyak dikemukakan oleh para ahli diantaranya Madrie 1986 yang
menyatakan bahwa tingkat pendidikan, umur dan kesesuaian kegiatan dengan kebutuhan merupakan faktor pribadi yang akan mempengaruhi
tingkat partisipasi seseorang dalam melakukan suat kegiatan. Selanjutnya Madrie 1986, menghubungkan partisipasi dengan tingkat pengetahuan.
Dimana seseorang yang mempunyai pengetahuan dan kesadaran yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
35
tinggi terhadap kepentingan kelompok, cenderung semakin tinggi partisipasinya dalam kegiatan pembangunan. Ditambahkan lagi oleh
Soeryani, et. al. 1987 yang meyatakan bahwa tingkat pendidikan dan kemiskinan adalah merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
partisipasi masyarakat dalam mensukseskan program pembangunan. Tingkat pendidikan masyarakat akan mempengaruhi tingkat pengetahuan
mereka mengenai ligkungan hidup.Hal tersebut selanjutnya akan memperdalam pemahaman masyarakat terhadap manfaat yang mereka
peroleh dari kelestarian sumberdaya alam. Slamet 1985 mengemukakan tentang syarat yang diperlukan
agar masyarakat lebih berperan aktif dalam pembangunan yaitu : kemauan, kemampuan, dan kesempatan bagi masyarakat untuk
berpartisipasi dalam proses pembangunan.Yang mana hal ini akan dipengaruhi oleh faktor faktor seperti : umur, pendidikan, formal maupun
non formal, budaya lokal norma, tradisi, dan adat istiadat, serta pengaturan dan pelayanan pemerintah.
Lebih lanjut menurut Sastropoetro 1988, faktor faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari tiga hal yaitu :
1. Keadaan sosial
masyarakat, 2.
Kegiatan program pembangunan dan 3.
Keadaan alam sekitar . Selanjutnya menurut Sastropoetro 1988, beberapa unsur yang
penting dalam berpartisipasi meliputi :
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
36
1. Komunikasi yang menumbuhkan pengertian yang efektif,
2. Perubahan sikap, pendapat, tingkah laku yang diakibatkan oleh pengertian yang menumbuhkan kesadaran,
3. Kesadaran yang didasarkan atas perhitungan dan pertimbangan,
4. Antusiasme yang menumbuhkan spontanitas, yaitu kesediaan melakukan sesuatu yang tumbuh dari dalam lubuk hati sendiri tanpa
dipaksa orang lain 5. Adanya rasa tanggung jawab terhadap kepentingan bersama.
Semakin tinggi derajat kemampuan lingkungan hidup dalam memenuhi kebutuhn dasar manusia, semakn tinggi pula kualitas
lingkungan hidup dan sebaliknya. Partisipasi merupakan keterlibatan mentalpikiran dan emosi
seseorang di dalam situasi kelompok dan mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan
serta turut bertanggung jawab terhadap usaha yang dilakukannya Ashari, 1998.
Koentjaraningrat 1984 dalam membahas partisipasi masyarakat menyebutkan, bahwa partisipasi masyarakat pedesaan dalam
pembangunan sebenarnya menyangkut dua bentuk partisipasi yang berbeda, yakni : pertama partisipasi dalam aktifitas bersama dalam
proyek-proyek pembangunan yang khusus, yang kedua partisipasi sebagai individu di luar aktifitas bersama dalam pembangunan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
37
Partisipasi masyarakat bentuk kedua yang disebutkan oleh Koentjaraningrat diatas sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh
Mubyarto 1988 yaitu partisipasi adalah kesediaan untuk membantu berhasilnya setiap program pembangunan, sesuai dengan kemampuan
setiap orang atau anggota masyarakat tanpa disertai mengorbankan kepentingannya sendiri maupun masyarakatnya.
Wujud peran serta masyarakat dalam program atau proyek pembangunan, dicirikan oleh kontribusi mereka dalam kegiatan
pembangunan, baik materi rnaupun non materi. Bantuan materi dapat berupa uang, alat atau tenaga, sedangkan bantuan non materi dapat
berupa gagasan, atau dukungan moral lainnya Abdussamad,1991. Sajogyo 1980 mengemukakan secara lebih spesifik, sebagai indikator
partisipasi masyarakat tani dalam kegiatan pembangunan pertanian adalah adanya peluang ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan di
tingkat desakecamatan, terutama bidang-bidang dimana petani diharapkan ikut bekerjaberusaha; adanya peluang ikut melaksanakan
rencana pembangunan; adanya peluang ikut menilai hasil pembangunan, sampai dimana hasil-hasil tersebut telah memperbaiki keadaan mereka
menurut ukuran dan pengalaman mereka sendiri. Partisipasi suatu kelompok masyarakat sebagai partnership
sistem adalah hal yang dapat diciptakan. Partisipasi masyarakat dapat tercipta apabila dapat dihidupkan sikap saling percaya antara
perangkat kelompok dan anggota kelompok. Sikap penciptaan kondisi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
38
saling percaya dan saling pengertian ini pun tidak dapat tumbuh dengan begitu saja, tetapi diperlukan suatu usaha yang membuat masyarakat
memiliki pengertian tentang aturan yang dilandaskan pada prinsip saling ketergantungan dan saling membutuhkan antara aparat dan anggota
kelompok masyarakat Maskun, 1993. Dalam kerangka pembangunan kerakyatan yang sedang
digalakkan, perlu dirumuskan suatu kesepakatan pokok tentang model partisipasi yang menjadi rujukan. Kartasasmita 1996, menyatakan
perencanaan partisipasi participatory planning meliputi dua proses timbal balik, yaitu dari bawah yang mencerminkan apa yang dikehendaki oleh
masyarakat dan keadaan yang nyata di lapangan, dan dari atas yang memperhitungkan kepentingan-kepentingan nasional kebijakan makro
dan sumber daya pembangunan yang tersedia. Hal ini didukung juga oleh Maskun 1993, bahwa partisipasi dapat dilihat secara bottom up yaitu
gerakan peran serta yang berasal dari bawah, timbul dan dirasakan oleh masyarakat itu sendiri dan top down yaitu gerakan peran serta yang
direncanakan secara simultan sebagai kebijakan yang terpusat, yang datang dari pemerintah kepada masyarakat sesuai dengan orientasi,
karakteristik dan kondisi daerah. Maskun 1993, menyatakan model keterpaduan partisipasi bottom
up dan top down merupakan suatu model yang perlu ditumbuhkan. Keterpaduan antar lembaga formal pemerintahan dengan masyarakat
merupakan cara yang efektif dalam merangsang partisipasi dari berbagai
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
39
kalangan. Harapan akan hal ini adalah di satu pihak pemerintah sebagai lembaga formal dapat memanfaatkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki
dalam bidang perencanaan dan pembiayaan, dan dilain pihak dapat terpenuhinya kebutuhan dan aspirasi masyarakat setempat. Selain itu,
dengan keterpaduan konsep partisipasi tersebut, program fop down yang biasanya bersifat menyeragamkan, menyamaratakan kondisi-kondisi yang
nyatanya berbeda dan kurang dapat menjamin tepatnya suatu perencanaan dapat teratasi. Demikian pula, pendekatan bottom up lebih
menampilkan kebinekaan. diasumsikan bahwa setiap masyarakat pada setiap wilayah tidak dapat atau tidak mungkin mengalami permasalahan
pembangunan yang sama, dapat lebih dipahami untuk memberikan. insentif bantuan dan perencanaan yang terkendali sesuai dengan
kebutuhannya. Menurut Sastropoetro 1986, partisipasi masyarakat bukanlah
akhir dari suatu pekerjaan, akan tetapi merupakan suatu sarana untuk mencapai tujuan dari suatu pembangunan. Agar hal ini dapat tercapai,
maka partisipasi haruslah dibina ke arah yang lebih sehat dengan meletakan masyarakat sebagai subjek yang aktif. Dalam partisipasi,
perencana bukan bertujuan memanipulasi sistem menjadi subsistem yang tergantung pada supra sistem, melainkan lebih bertujuan untuk
menimbulkan keserasian antara berbagai sistem dalam masyarakat.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
40
Menurut Surjadi 1989, dalam suatu proses pembangunan masyarakat desa, pertama-tama anggota masyarakat desa perlu
mendiskusikan dan menentukan keinginan mereka, kemudian merencanakan dan mengerjakan bersama untuk memenuhi keinginan
mereka tersebut. Hal tersebut untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi seluruh masyarakat, dengan partisipasi aktif dan apabila
mungkin didasarkan atas inisiatif masyarakat.
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir PEMP
Salah satu model pemberdayaan yang selama ini dikembangkan pemerintah adalah program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisr
PEMP dengan prinsip help people to help themselves. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir melalui penguatan
kelembagaan sosial ekonomi dengan pendayagunaan sumber daya laut dan pesisir secara berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan tujuan
PEMP, dorongan pemberdayaan diwilayah pesisir diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyaakat dalam perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pelestarian pembangunan. Kegiatan PEMP meliputi pengembangan partisipasi masyarakat,
penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat yan meliputi pengembangan kegiatan ekonomi masyarakat, pengembangan
sumberdaya pesisir dan laut yang berbasis masyarakat sesuai dengan kaidah kelestaraian lingkungan, pengembangan jaringan dan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
41
kelembagaan sosial ekonomi dan peningkatan fasilitas masyarakat dalam akses permodalan, serta pengembangan kemampuan pemerintah lokal
dan masyarakat, aparat, pihak swasta dalam mengembangkan kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pantai.
Model pengembangan PEMP diawali dengan tahapan identifikasi potensi dan permasalahan yang bertujuan untuk mendapatkan informasi
dasar tentang daerah.Informasi dasar yang dibutuhkan untuk mengembangkan program ini adalah informasi tentang sumberdaya alam
dan sumberdaya pesisir,sumberdaya manusia, kegiatan usaha perikanan, sarana dan prasarana, kelembagaan sosial ekonomi, dan kebijakan
pemerintah.Informasi data yang diperoleh akan melewati proses analisis data sehingga menghasilkan susunan program pengembangan PEMP.
Adapun analisis ata dilakukan untuk menghasilkan program program pengembangan PEMP.Program program yang perlu dikembangkan
mencakup ekonomi, program sosial, dan program lingkungan serta infrastruktur.
Tahapan selanjutnya adalah sosialisasi program kepada seluruh stake holder untuk menapatkan masukan guna menyempurnakan
program yang telah disusun. Implementasi program dilaksanakan dalam bentuk pemilihan calon peserta, pelatihan, pelaksanaan kegiatan sosial,
lingkungan dan fasilitas, serta penguatan kelembagaan sosial ekonomi. Implementasi program, masyarakat selalu mendapatkan pendampingan
dari tenaga pendamping desa TPD yang telah dilatih terlebih dahulu.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
42
Tahap terakhir yang dilakukan adalah monitoring dan evaluasi untuk memantau implementasi program serta mengkaji ulang kelemahan dan
kelebihan dari program serta kendala kendala yang dihadapi dalam implementasi. Secara skematis, model pengembangan PEMP dapat
dilihat pada Gambar 1 berikut :
Gambar 1. Model Pengembangan PEMP
Pelaksanaan PEMP didukung semua pihak mulai tingkat infrastruktur hingga suprastruktur. Program pemberdayaan ini merupakan
salah satu program Departemen Kelautan dan Perikanan di bawah Direktorat Jenderal Pesisir dan pulau pulau kecil P3K. Sebagai
Identifikasi : Potensi dan permasalahan
- SDA dan SDP
- SDM
- Kegiatan Usaha
Perikanan -
Sarana dan prasarana -
Kelembagaan sosial -
Ekonomi -
Kebijakan pemerintah
Implementasi Program :
- Pengadaan Calon peserta
- Pelatihan
- Pelaksanaan Kegiatan
Ekonomi -
Pelaksanaan Kegiatan Sosial,lingkungan dan
fasilitas -
Penguatan Kelembagaan Sosial ekonomi
Pendampingan Analisis
Data
Penyusunan Program Pembangunan
Program ekonomi
Program sosial
Program Lingkungan dan
Infrastruktur
Sosialisasi Program
Monitoring dan Evaluasi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
43
penaggung jawab di tingkat pusat adalah direktorat jenderal P3K yang bertugas melakukan koordinasi dengan lembaga lembaga terkait dengan
kegiatan ini seperti Departemen Keuangan Dan Badan Perencana Pembangunan Daerah. Hirarki penanggung jawab program ini dibawah
Ditjen P3K adalah Kepala Dinas Provinsi atas nama Gubernur dan Bupati Walikota di tingkat kabupaten atau kota dengan tugas yang berbeda .
Kepala Dinas Propinsi bertugas melakukan sosialisasi program PEMP ditingkat propinsi dan melakukan sinkronisasi program PEMP
dengan program program di tingkat bawahnya agar tidak terjadi overlapping. Selain itu, Kepala Dinas Provinsi bertugas melakukan
koordinasi lintas kabupaten kota dan pembinaan teknis program PEMP. Selanjutnya, kadin melakukan monitoring dan evaluasi serta
melaporkannya kepada Gubernur dan Departemen Kelautan dan Perikanan.
Sementara itu, ditingkat kabupaten kota, tugas - tugas yang diberikan lebih bersifat koordinatif, sehingga Bupati Walikota sebagai
penanggung jawab ditingkat kabupaten kota bertugas melakukan pembinaan dalam melaksanakan program PEMP di wilayahnya dan
mengkoordinasikan perencanaan dan pengendalian pelaksanaan program PEMP dengan program sektoral dan regional di wilayahnya.
Sebagai penanggung jawab operasional tugas - tugas di tingkat kabupaten kota ditunjuk Kepala Dinas Kabupaten kota berdasarkan
Surat Keputusan dari Bupati Walikota.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
44
Selanjutnya, pelaksanaan teknis program PEMP ditingkat Kabupaten kota dilaksanakan kepala Dinas Kabupaten Kota yang
mencakup sosialisasi, koordinasi dengan BAPPEDA, memberikan bimbingan, memfasilitasi terbentuknya hubungan kemitraan antara
kelompok Masyarakat Pemanfaat KMP dan perorangan atau lembaga yang peduli terhadap program pengembangan sosial ekonomi masyarakat
pesisir, monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program PEMP. Pelaksanaan tugas dilapangan, Kepala Dinas Kabupaten Kota
dibantu oleh Konsultan manajemen KM Kabupaten Kota yang terdiri dari Tenaga Pendamping Desa TPD yang bertugas mendampingi KMP-
KMP di desa. Sebelum melaksanakan tugasnya, TPD harus menjalani Training Of Trainer TOT terlebih dahulu yang diselenggarakan oleh
pusat. Dalam TOT, TPD dilaih untuk memiliki kemampuan untuk mengelola kegiatan PEMP dan mampu berperan sebagai fasilitator,
dinamisator, dan motivator dari kegiatan PEMP. Untuk mengkoordinasikan KMP, dibentuk Lembaga Ekonomi
Pengembangan Pesisir – Mikro Mitra Mina LEPP-M3 ditingkat desa, kecamatan, atau kabupaten. LEPP-M3 bertugas mengelola dana yang
disalurkan KMP dan melakukan pemeriksaan pembukuan KMP. LEPP-M3 terdiri dari perwakilan KMP desa dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas Kabupaten. Kota selaku penanggung operasional PEMP Kabupaten Kota. Sebagai lembaga yang bertugas mengelola Dana Ekonomi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
45
Produktif, LEPP-M3 dapat dikembangkan menjadi koperasi atau perseroan terbatas.
LEPP-M3 yang dibentuk di tingkat Kecamatan dalam pelaksanaannya melakukan koordinasi dengan Camat, sedangkan KMP
desa melakukan koordinasi dengan Mitra Desa yang terdiri daroi aparat desa, tokoh adat atau tokoh agama, dan Kantor Cabang Dinas KCD
Penyuluh Perikanan Lapang PPL Dinas Perikanan. Lebih jelasnya, struktur kelembagaan PEMP ini dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Struktur Kelembagaan PEMP
DEPKEU BAPPENAS -DJA – Dit SDA
-Dit Kewilayahsn -Dit PM
Dinas Perikanan Propinsi
BAPPEDA
Camat
Mitra Desa
Aparat Desa Tokoh masyarakat Adat Agama
KCDPPL
Departemen Kelautan dan Perikanan
Sekretariat PEMP Pusat
Dinas Perikanan Kabupaten
Sekretariat PEMP Daerah
LEPP M3
-
Wakil KMP Desa
-
Profesional
KMP Desa A KMP Desa B
KM – PUSAT Konsorsium Konsultan
Perguruan Tinggi
KM-KABKOTA
Mitra Pengembangan -
Pengusaha -
Lembaga Keuangan -
Perguruan Tinggi
Pendampingan - TPD
KMP A1 KMP A2 KMP A3 KMP A……. KMP B1 KMP B2 KMP B3 KMP B…….
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
46
Analisis SWOT
SWOT adalah singkatan dari Kekuatan Strengths dan Kelemahan Weaknesses intern perusahaan serta Peluang Opportunities dan
Ancaman Threats dalam lingkungan yang dihadapi perusahaan. Analisis SWOT merupakan cara sistematik untuk mengidentifikasi faktor internal
dan ekternal untuk menyusun strategi. Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan memaksimalkan kekuatan
dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapinya. Analisis lingkungan SWOT menyajikan informasi yang
dibutuhkan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman yang ada dalam lingkungan perusahaan, fokus mendasar pertama dalam analisis SWOT.
Wahyudi 1996 dalam analisa SWOT ada 4 faktor yang perlu diperhatikan yaitu :
1. Strengthskekuatan Adalah suatu keunggulan sumber daya, ketrampilan atau
kemampuan lainnya yang relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar yang dilayani atau hendak dilayani oleh perusahaan.
2. Weaknesskelemahan. Adalah keterbatasankekurangan dalam sumber daya, ketrampilan,
dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja suatu perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
47
3. Opportunitiespeluang Adalah merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam
lingkungan eksternal perusahaan. 4. Threatsancaman.
Adalah merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan eksternal perusahaan.
Pada prinsipnya Analisis SWOT adalah suatu kegiatan menganalisis faktor-faktor internal berupa kekuatan dan kelemahan serta
faktor-faktor eksternal berupa peluang dan ancaman dari suatu organisasi untuk menentukan strategis apa yang harus dilakukan, agar organisasi
tersebut dapat beroperasi dan bahkan berkembang terus secara efektif, efisien dan berkelanjutan.
Suwarsono 1994 mengemukakan tentang SWOT, bahwa pengembangan apapun pada perusahaan akan didasarkan pada
kekuatan dan kelemahan dasar perusahaan. Faktor eksternal adalah peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan. Jika tahapan analisis
penting ini telah dilampaui dengan baik maka proses yang lebih teknis seperti identifikasi peluang, penyeleksian, analisis bisnis dan akhirnya
kegiatan-kegiatan seperti pengembangan produk, pengujian, perencanaan masuk pasar dapat dilakukan dan tergantung pada pilihan mana yang
diambil.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
48
Untuk menentukan tujuan, sasaran dan strategi diperlukan analisis yang mendalam serta menyeluruh mengenai lingkungan dimana
perusahaan berada karena lingkungan merupakan salah satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan.
Analisis SWOT merupakan ramuan utama perencanaan strategis dan membantu klarifikasi pilihan kebijaksanaan yang dihadapi perusahaan.
Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan misi, tujuan dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencanaan
strategi harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan dalam kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model paling
populer untuk menganalisis situasi adalah analisis SWOT
Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang dan landasan teori yang dikemukakan diatas terlihat bahwa Koperasi merupakan salah satu faktor penggerak
ekonomi Nasional. Pola layanan dan pendekatan yang cenderung cepat, tidak berbelit dan azas kekeluargaan dan gotong royong sangat di terima
oleh masyarakat. Budaya berkoperasi sudah tumbuh di masyarakat sejk lama, bahkan koperasi merupakan salah satu soko guru ekonomi
Nasional. Koperasi telah memberikan peran yang cukup besar bagi pengembangan ekonomi masyarakat sehingga sangat potensi untuk di
kembangkan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
49
Koperasi yang sudah ada, Beberapa memiliki keterbatasan dalam hal pengembangan modal, kususnya bagi koperasi yang memiliki unit
simpan pinjam. unit simpan pinjam memberikan layanan optimal pada anggota, Sehingga peran serta dalam peningkatan ekonomi lokal tidak
dapat di dilakukan. Salah satu koperasi yang memiliki unit simpan pinjam adalah
Koperasi Serba Usaha LEPP M3, yang memiliki beberapa unit, di antaranya adalah unit simpan pinjam. Unit simpan pinjam ini mampu
memberikan layanan pinjaman pada masyarakat umum, khususnya masyarakat pesisir. Kecenderungan penghasilan mereka yang harian,
memberikan alternatif pembiayaan mingguan, sehingga hal ini mulai menarik lembaga – lembaga sejenis untuk memberikan pembiayaan pada
mereka. Sehingga saat ini timbul persaingan yang sangat ketat, ditambah lagi perbangkan umum juga memberikan pinjaman pada usaha mikro,
kecil dan menengah dengan membentuk unit layanan mikro. Produk simpan pinjam LEPP M3 memiliki unggulan – unggulan yang tidak kalah
menarik di banding lembaga sejenis. Oleh karena itu diperlukan strategi alternatif agar KSU LEPP M3 dapat berkembang dan memiliki daya saing.
Untuk menentukan strategi alternatif yang akan diambil perlu dilakukan identifikasi atau pengamatan mengenai lingkungan perusahaan.
Menurut Wahyudi 1996 lingkungan adalah salah satu faktor terpenting untuk menunjang keberhasilan perusahaan dalam persaingan.
Lingkungan tersebut antara lain lingkungan internal Koperasi yaitu
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
50
mengenai kekuatan dan kelemahan Koperasi LEPP M3 yang mencakup sarana prasarana, sumber daya manusia tenaga kerja, modal, tehnologi
dan pemasaran serta organisasi dan manajerial. Selain itu juga dilakukan identifikasi terhadap lingkungan eksternal perusahaan yaitu peluang dan
ancaman yang mungkin dihadapi oleh KSU LEPP M3 seperti pesaing, penabung, dan kebijakan pemerintah,
Tambunan 2002 menyatakan prospek pengembangan industri kecil ditentukan oleh kombinasi kekuatan dan kelemahan serta interaksi
keduanya dengan situasi eksternal. Kondisi lingkungan internal dan eksternal yang dihadapi koperasi tersebut akan berdampak pada produk
KSU LEPP M3 yang dihasilkan dan volume penjualan dari produk KSU LEPP M3 tersebut yang pada akhirnya akan berdampak pada
keuntungan yang diperoleh KSU LEPP M3. Menurut Suwarsono 2002 salah satu ciri perusahaan yang berkembang adalah jika perusahaan
tersebut berhasil meningkatkan volume penjualan dan besarnya laba yang diperoleh. Diharapkan melalui analisis terhadap lingkungan internal
eksternal perusahaan akan diperoleh strategi yang paling tepat untuk pengembangan usaha KSU LEPP M3 Kabupaten Pasuruan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
51
Uraian kerangka pemikiran diatas tertuang dalam gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
Identifikasi Masalah Pemberdayaan
Produk
Aset
Laba
Strategi Pengembangan Usaha
FAKTOR INTERNAL
Sarana Prasarana
SDM
Modal
Pemasaran
Organisasi Manajerial
Tehnologi
FAKTOR EKSTERNAL
Pesaing
Kebijakan Pemerintah
NasabahPelanggan
Pasar
Pemasok
Masyarakat
PEMBERDAYAAN NELAYAN
PROGRAM LEPP M3
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
52
III. METODE PENELITIAN