The impact of credit by Grameen Bank scheme from Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) Cooperative on coastal communities income in Tuban District.
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT POLA GRAMEEN BANK TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL MASYARAKAT PESISIR OLEH KOPERASI LEMBAGA EKONOMI
PENGEMBANGAN PESISIR MIKRO MITRA MINA (LEPP-M3) DI KABUPATEN TUBAN
ENNY SYAFRIDA MARPAUNG
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
(2)
i
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa tugas akhir yang berjudul :
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT POLA GRAMEEN BANK TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL MASYARAKAT PESISIR OLEH KOPERASI LEMBAGA EKONOMI
PENGEMBANGAN PESISIR MIKRO MITRA MINA (LEPP-M3) DI KABUPATEN TUBAN
merupakan hasil gagasan dan hasil kajian saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Tugas akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Sumber informasi dan data yang digunakan berasal, atau dikutip dari karya penulis lain yang diterbitkan, maupun tidak diterbitkan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2012
Enny Syafrida Marpaung P054094155
(3)
ii ABSTRACT
Enny Syafrida Marpaung. The impact of credit by Grameen Bank scheme from Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) Cooperative on coastal communities income in Tuban District. This thesis is Supervised by Ma’mun Sarma as Chairman and W.H. Limbong as Member.
Coastal communities consist of fishermen, fish farmer, fish manufacturers and traders, and other communities which its social and economies depend on marine and fisheries resources. Over 32% of its population, which is two times higher than national poverty line, is categorised as poor. One of the main factor which contributes why coastal communities cannot improve their economy is low capital. This is because they have limited access to capital and it might be true that bank give limited credit facilities to fisheries stakeholders. The objectives of this research are to: (1) identify the implementation process of Grameen Bank credit scheme from LEPP-M3 Tuban cooperative; (2) identify constrains faced in giving credit on Grameen Bank scheme; (3) identify benefit offered in giving credit on Grameen Bank scheme; and (4) analyse the impact of giving credit on Grameen Bank scheme on coastal communities income. The sampling technique used is Cluster Sampling technique. This technique is sample collecting technique which is based on subject groups between one to other groups and not to individuals without any level. Respondent as data sources in each village groups is selected by accidental sampling method. This means that respondents selected from each group do not have any specific criteria. Descriptive Statistics, Multiple Linier Regression Analysis and Hypothesis Testing have been carried out to answer the research objective. These Statistics and Analysis have been done to find out the level of knowledge of all members, the level of program implementation and the level of benefits received by members. Meanwhile, the Hypothesis Testing is used to find out the absolute effects in net income of small enterprises before and after Grameen Bank credit scheme has been given. This effects is analysed Paired t-Test.The results show that the level of knowledge of the members to the LEPP-M3 Cooperative of Grameen Bank scheme is very good. The implementation of Grameen Bank scheme helps greatly the communities in improving their business with reasonable requirements that are not burden to its members. Furthermore, another benefit of Grameen Bank lending scheme for their members is to raise their capital with credit facilities, and they are also accustomed to saving. In installment payments, members do not have to go to the cooperatives LEPP-M3, but cooperative management will visit a weekly meeting place which has been determined. Meanwhile, the results of Paired Samples Test indicate that there a positive correlation between the income of small enterprises before and after Grameen Bank Program. This means that by Grameen Bank scheme from the LEPP-M3 Cooperative Tuban, the income of small businesses increase.
(4)
iii
RINGKASAN
Enny Syafrida Marpaung. Analisis Dampak Pemberian Kredit Pola Grameen Bank
terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Masyarakat Pesisir oleh Koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) di Kabupaten Tuban. Di bawah bimbingan Ma’mun Sarma sebagai Ketua dan W.H. Limbong sebagai Anggota.
Masyarakat pesisir terdiri atas nelayan, pembudidaya ikan, pengolah dan pedagang hasil laut, serta masyarakat lainnya yang kehidupan sosial ekonominya tergantung pada sumberdaya perikanan dan kelautan. Jumlah masyarakat pesisir berdasarkan hasil studi Smeru adalah 16,48 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan meningkat mencapai 20 juta jiwa yang saat ini tersebar di lebih dari 10.666 desa pesisir di seluruh Indonesia. Poverty Headcount Index (PHI) masyarakat pesisir adalah 0,3214. Artinya, lebih dari 32% dari penduduk di wilayah pesisir masih tergolong miskin atau dua kali rata-rata tingkat kemiskinan nasional.
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan sistem peminjaman (Cash Collateral) kepada Bank Pelaksana yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah berjalan selama 4 tahun yaitu sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Dalam kurun waktu tersebut telah terbentuk sekitar 277 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang terdapat di seluruh wilayah pesisir di Indonesia. Namun demikian, meskipun LKM sebagai salah satu alternatif lembaga penyedia dana untuk kegiatan usaha masyarakat pesisir telah berperan maksimal dalam memenuhi kebutuhan masyarakat pesisir terhadap modal, namum tetap saja masih ada segmen masyarakat yang belum tersentuh dampak keberadaan LKM tersebut. Hal ini disebabkan karena sistem yang diterapkan oleh LKM masih mensyaratkan agunan sehingga masyarakat yang tidak memiliki agunan belum dapat memanfaatkan LKM sebagai solusi dalam mengatasi ketiadaan modal usaha mereka. Menyadari akan keadaan tersebut, maka mulai tahun 2007 mengenalkan sistem skim kredit yang bisa diakses oleh kaum miskin dengan tanpa agunan dan syarat yang tidak memberatkan,
(5)
iv
yaitu sistem Grameen Bank yang merupakan ide dan terobosan terbesar dari Prof. Muhammad Yunus dari Bangladesh.
Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk: (1) Mengetahui proses penerapan sebagai gambaran umum pemberian kredit pola
Grameen Bank oleh koperasi LEPP-M3 Tuban; (2) Mengidentifikasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pemberian kredit pola Grameen Bank; (3) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, Peranan dan manfaat apa saja yang didapat dalam penerapan pemberian kredit pola Grameen Bank; (4) Menganalisis pengaruh pemberian kredit pola Grameen Bank terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat pesisir sebelum dan sesudah pelaksanaan pola Grameen Bank.
Teknik penarikan sampling yang digunakan adalah teknik Cluster Sampling.
Responden sebagai sumber data pada tiap kelompok desa dipilih dengan metode
accidental sampling. Artinya responden yang dipilih pada tiap kelompok tidak dengan spesifikasi khusus. Dalam menjawab tujuan penelitian menggunakan cara yaitu Deskriptif Statistik, Analisis Regresi Linear Berganda dan pengujian Hipotesis. Deskriptif Statistik dan Analisis Regresi Linear Berganda untuk mengetahui tingkat pengetahuan anggota, tingkat penerapan program dan tingkat manfaat yang didapat anggota. Hipotesis untuk mengetahui pengaruh mutlak pendapatan bersih pada para usaha-usaha kecil sebelum dan sesudah pemberian kredit pola Grameen Bank dianalisis menggunakan uji t berpasangan (Paired t-Test).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan anggota terhadap Koperasi LEPP-M3 pola Grameen Bank sangat baik, penerapan Kredit Pola Grameen Bank sangat membantu masyarakat dalam meningkatkan usahanya dengan syarat-syarat yang tidak memberatkan anggotanya sedangkan manfaat yang didapat dari Pemberian Kredit Pola Grameen Bank bagi anggota bisa untuk menambah permodalan dengan adanya bantuan kredit, di samping itu mereka juga dibiasakan untuk menabung. Dalam pembayaran cicilan anggota dimudahkan dengan tidak perlu mendatangi Koperasi LEPP-M3 tetapi pengurus koperasi yang mendatangi tempat di mana pertemuan kelompok setiap minggunya ditentukan. Sedangkan hasil analisis
(6)
v
Program Greeman Bank terdapat perbedaan pendapatan sebelum dan sesudah progam. Berarti dapat dikatakan bahwa dengan adanya pemberian kredit pola
Grameen Bank dari Koperasi LEPP-M3 Tuban pendapatan usaha kecil mengalami peningkatan.
(7)
vi
©Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
(8)
vii
ANALISIS DAMPAK PEMBERIAN KREDIT POLA GRAMEEN BANK TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA KECIL MASYARAKAT PESISIR OLEH KOPERASI LEMBAGA EKONOMI
PENGEMBANGAN PESISIR MIKRO MITRA MINA (LEPP-M3) DI KABUPATEN TUBAN
ENNY SYAFRIDA MARPAUNG
Tugas Akhir
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada
Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
(9)
viii
Judul Tugas Akhir : Analisis Dampak Pemberian Kredit Pola Grameen Bank
Terhadap peningkatan Pendapatan usaha Kecil Masyarakat Pesisir Oleh Koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) di Kabupaten Tuban. Nama Mahasiswa : Enny Syafrida Marpaung
Nomor Pokok : P054094155
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec Prof.Dr. Ir. W.H. Limbong, MS
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Industri Kecil Menengah
Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tanggal Ujian : 23 April 2012 Tanggal Lulus : Mei 2012
(10)
ix
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Prof.Dr.Ir. H. Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing,DEA
(11)
x
PRAKATA
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas segala rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul “Analisis Dampak Pemberian Kredit Pola Grameen Bank terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Masyarakat Pesisir oleh Koperasi Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) di Kabupaten Tuban”. Tugas Akhir ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa penyempurnaan Tugas Akhir ini dapat tersusun atas bantuan moril maupun materiil, baik secara langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak.
Secara khusus dalam kesempatan ini, dengan segala kerendahan dan keikhlasan hati, penulis mengucapkan rasa terima kasih dan hormat kepada:
1. Dr.Ir. Ma’mun Sarma, M.Ec., selaku ketua komisi pembimbing atas pengorbanan waktu, tenaga dan kesabarannya memberi bimbingan dan dorongan serta saran dan koreksi demi kesempurnaan tugas akhir ini.
2. Prof.Dr. Ir. W.H. Limbong, MS., selaku anggota komisi pembimbing yang telah mengorbankan waktu, tenaga dan kesabarannya memberi bimbingan dan dorongan serta saran dan koreksi demi kesempurnaan tugas akhir ini.
3. Bapak/Ibu dosen PS MPI yang telah membantu membuka cakrawala ilmu dan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis.
4. Bapak/Ibu dewan penguji yang telah meluangkan waktu untuk memberikan sumbangan saran untuk perbaikan Tugas Akhir ini.
5. Pengelola, staf administrasi serta karyawan Program Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah IPB yang telah memberikan sumbangsihnya dalam penyusunan Tugas Akhir ini.
(12)
xi
6. Ketua, Pengelola dan seluruh anggota Koperasi LEPP-M3 Tuban pola Grameen Bank serta masyarakat setempat atas bantuan dan kerjasamanya selama penulis mengumpulkan data dan informasi di lapangan.
7. Dirjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil Bapak Dr. Sudirman Saad, M.Hum, Kabag Keuangan, Umum dan Kepegawaian Bapak Miftahul Huda, M.Si, rekan kerja saya Indri Kartika Sari, A.Md, Dany Dwi Maryadi, S.Sn dan seluruh Keluarga Besar Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil tempat penulis bekerja, yang telah memberikan segala dukungan baik berupa moril maupun materiel sampai penulis mampu menyelesaikan studi.
8. Keluarga ku tercinta, Bapak Amri Marpaung, Ibunda Tiolan Tambunan serta saudara-saudaraku tercinta, Rosdewita Marpaung, Ferdinan Haulian Marpaung dan Helwijaya Marpaung atas bantuan moril maupun materiel selama penulis studi di Institut Pertanian Bogor hingga selesai.
9. Rekan-rekan mahasiswa Pascasarjana program studi MPI angkatan 13 atas segala masukan dan saran dalam percepatan penyelesaian studi.
10. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan namanya satu-persatu yang telah memberi dukungan mulai penyusunan dan kesempurnaan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran yang diberikan demi kebaikan penulis dimasa yang akan datang.
Kiranya Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya yang senantiasa menyertai semua pihak yang telah mendukung dan membantu penulis sampai akhir penyusunan Tugas Akhir ini.
Alhamdulillaahirabbil’alamin.
Bogor, April 2012
(13)
xii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 6 September 1979 di Dabo Singkep, salah satu Pulau di Kepulauan Riau, sebagai putri kedua, dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Amri Marpaung dan Ibu Tiolan Tambunan.
Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan pada tahun 1992 di SDN 03 Pagi Jakarta Utara, Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 1995 di SMPN 261 Muara Angke, Jakarta Utara, serta Sekolah Menengah Atas diselesaikan pada tahun 1998 di SMAN 40 Pademangan, Jakarta Utara. Tahun 2002 Penulis menyelesaikan D III di STMIK SWADHARMA Jurusan Manajemen Informatika dan melanjutkan S1 kembali di STMIK SWADHARMA lulus Tahun 2003.
Memiliki riwayat pekerjaan pada Bulan Februari 2005 hingga bulan Oktober 2008 bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai sekretaris Direktur Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Oktober 2008 hingga Agustus 2010 menjadi sekretaris Sesditjen Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Agustus 2010 menjadi sekretaris Dirjen Kelautan, pesisir, dan Pulau-pulau Kecil sampai dengan sekarang.
(14)
xiii DAFTAR ISI
ABSTRACT ... ii
RINGKASAN ... iii
PRAKATA ... x
RIWAYAT HIDUP ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Tujuan Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Grameen Bank ... 5
2.2. Metode Pemberian kredit pola Grameen Bank ... 6
2.2.1. Falsafah Dasar Grameen Bank ... 7
2.2.2. Visi Gramen Bank dan Misi Grameen Bank... 7
2.2.3. Prinsip Dasar Pemberian kredit pola Grameen Bank ... 8
2.2.4. Proses Pengajuan Pinjaman ... 10
2.2.5. pembentukan Kelompok ... 11
2.3. Pendapatan ... 12
2.4. Pengaruh Pemberian kredit pola Grameen Bank Terhadap Pendapatan ... 13
2.5. Keadaaan Umum Masyarakat Pesisir ... 14
2.6. Tinjauan Penelitian ... 16
2.7. Tinjauan Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrumen ... 17
2.7.1. Pengujian Validitas Instrumen ... 17
2.7.2. Pengujian Reliabilitas Instrumen ... 18
III. METODELOGI KAJIAN ... 20
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 20
(15)
xiv
3.3. Data dan Sumber Data ... 24
3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel ... 24
3.4.1. Penentuan Jumlah Sampel... 24
3.4.2. Teknik Penarikan Sampel ... 25
3.5. Metode Pengumpulan Data ... 26
3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1. Gambaran Umum Penerapan Kredit Pola Grameen Bank di Tuban ... 31
4.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Tuban ... 31
4.1.2. Angka Kemiskinan di Kabupaten Tuban ... 32
4.1.3. Kondisi Usaha Koperasi LEPP M3 Kabupaten Tuban ... 32
4.1.4. Skema Organisasi Grameen Bank di Kabupaten Tuban ... 34
4.1.5. Prosedur Penyaluran Kredit Sistem Grameen Bank ... 36
4.1.6. Cara Menilai Kelayakan Anggota ... 40
4.1.7. Petunjuk Uji Kelayakan Anggota... 42
4.2. Kendala-kendala Dalam Pemberian Kredit Pola Grameen Bank ... 45
4.3. Keberhasilan Penyaluran Kredit Pola Grameen Bank ... 45
4.4. Kekuatan dan Peluang Pemberian Kredit Pola Grameen Bank ... 46
4.5. Analisis Deskriptif Statistik ... 47
4.5.1. Deskripsi Data Responden ... 47
4.5.2. Deskripsi Tingkat Pengetahuan Anggota ... 49
4.5.3. Deskripsi Tingkat Penerapan Kredit Pola Grameen Bank ... 52
4.5.4. Deskripsi Tingkat Manfaat Kredit Pola Grameen Bank ... 55
4.6. Analisis Regresi Linear Berganda ... 57
4.7. Pengujian Hipotesis ... 59
KESIMPULAN DAN SARAN ... 61
1. Kesimpulan ... 61
2. Saran ... 62
DAFTAR PUSTAKA ... 64
(16)
xv
DAFTAR TABEL
No Halaman
1. Jumlah populasi dan sampel menurut desa pemukiman anggota... 2. Pengukuran Variabel Penelitian …………...…... 3. Pemberian Skor …………... 4. Uji Kelayakan Indeks Rumah... 5. Uji Kelayakan Indeks Asset...
6. Kepemilikan Ternak dan Asset lain………
7. Penentuan tes indeks asset………...
8. Kategori Jenis Usaha Anggota………
9. Komposisi Usia………...
10.Tingkat Pendidikan Terakhir Anggota………
11.Pengetahuan Anggota Terhadap Koperasi LEEP-M3 Pola Grameen
Bank………...
12.Tingkat Pengetahuan... 13.Penerapan Kredit Pola Grameen Bank………...…………. 14.Tingkat Penerapan Kredit Pola Grameen Bank... 15.Manfaat Pemberian Kredit Pola Grameen Bank……….……… 16.Tingkat Manfaat... 17.Koefisien Persamaan... 18.Analisis Sidik Ragam... 19.Korelasi... 20.Paired Samples Test Pendapatan Sebelum Dan Sesudah Program
Greeman Bank……….
25 29 30 42 43 44 44 48 49 49 50 51 53 54 55 56 57 58 58 59
(17)
xvi
DAFTAR GAMBAR
No Halaman
1. Proses Pengajuan Pinjaman ………... 2. Kerangka Alur Penelitian...……...
10 21 3. Peta Lokasi Penelitian ………...………...
4. Skema Organisasi Grameen Bank....………. 5. Skema Usaha Koperasi LEPP-M3 Kab. Tuban……...…………... 6. Skema Organisasi Grameen BankKab. Tuban………..
7. Uji Kelayakan……….
8. Pertemuan Umum………...
9. Pertemuan Umum Terbatas………
10.Latihan Wajib Kumpul………...
11.Ujian Pengesahan Kumpul……….
12.Pertemuan Mingguan………..
13.Proses Keanggotaan Grameen Bank………...
14.Grafik Tingkat Pengetahuan………... 15.Grafik Tingkat Penerapan Kredit pola Grameen Bank...
16.Grafik Tingkat Manfaat Pemberian Kredit pola Grameen Bank....
23 34 35 36 37 38 38 38 39 39 40 52 54 56
(18)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No Halaman
1. Pengantar Kuesioner Penelitian …...………. 2. Kuesioner Penelitian Untuk Anggota...……….. 3. Kuesioner Penelitian Untuk Pengurus/Pengelola... 4. Kuesioner Penelitian Untuk Tokoh Masyarakat... 5. Data Hasil Olahan Menggunakan Nilai Pemusatan ...………... 6. Realiability Analysis – Scale (Split)……….…...….. 7. Pendapatan Bersih Bulanan Usaha Kecil Sebelum dan Sesudah
Memperoleh Kredit...
67 68 73 75 77 85 88
(19)
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Masyarakat pesisir terdiri atas nelayan, pembudidaya ikan, pengolahan dan pedagang hasil laut, serta masyarakat lainnya yang kehidupan sosial ekonominya tergantung pada sumberdaya perikanan dan kelautan. Jumlah masyarakat pesisir berdasarkan hasil studi Smeru (2003) adalah 16,48 juta jiwa. Jumlah ini diperkirakan meningkat mencapai 20 juta jiwa yang saat ini tersebar di lebih dari 10.666 desa pesisir di seluruh Indonesia. Poverty Headcount Index (PHI) masyarakat pesisir adalah 0,3214. Artinya, lebih dari 32% dari penduduk di wilayah pesisir masih tergolong miskin atau dua kali rata-rata tingkat kemiskinan nasional (KKP, 2009).
Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP) dengan sistem peminjaman (Cash Collateral) kepada Bank Pelaksana yang dilaksanakan oleh Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah berjalan selama 4 tahun yaitu sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Dalam kurun waktu tersebut telah terbentuk sekitar 277 Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang terdapat di seluruh wilayah pesisir di Indonesia termasuk di Kabupaten Tuban. Hal ini tentu saja merupakan suatu prestasi yang cukup menggembirakan karena dengan berdirinya LKM tersebut, masyarakat pesisir dapat lebih mudah dalam mengakses dana untuk menambah modal usaha mereka (Sunaryanto, 2009).
Di lain pihak, meskipun masyarakat pesisir menjadi lebih mudah dalam mengakses modal, tetapi LKM harus tetap memperhatikan persyaratan dalam peminjaman yaitu harus adanya agunan (jaminan) seperti syarat peminjaman di bank pada umumnya. Agunan ini dianggap perlu karena untuk mengatasi apabila terjadi kemacetan pengembalian diakibatkan oleh kurang menentunya produktifitas masyarakat pesisir dalam kurun waktu setahun, dimana sebanyak 8 bulan produktif dan 4 bulan dianggap kurang produktif. Hal ini tentu saja sedikit banyak menjadi
(20)
2
masalah bagi masyarakat pesisir, khususnya yang tidak memiliki barang atau surat berharga yang dapat dijadikan agunan. Permasalahan yang umum dihadapi oleh masyarakat pesisir berkaitan dengan akses modal adalah tidak memiliki agunan sehingga tidak dapat mengakses modal pada LKM program PEMP. Meskipun ada masyarakat pesisir yang mendapat pinjaman tanpa agunan, tetapi jumlahnya tidak banyak dan hanya tergantung dari rekomendasi dewan komite dari LKM.
Menyadari akan keadaan tersebut, Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir mulai tahun 2007 mengenalkan sistem skim kredit yang bisa diakses oleh kaum miskin dengan tanpa agunan dan syarat yang tidak memberatkan. Skim kredit memiliki pola berbanding terbalik dengan pola perbankan yaitu sistem Grameen Bank yang merupakan ide dan terobosan terbesar dari Prof. Muhammad Yunus dari Bangladesh (KKP, 2009). Lembaga keuangan mikro Bangladesh Grameen Bank, yang didirikan oleh peraih Nobel Ekonomi tahun 2006 Dr. Muhammad Yunus tersebut telah berhasil menjadi penggerak roda perekonomian suatu negara. Grameen Bank menjadi contoh bagi negara-negara lainnya. Hampir 97% dari nasabah
Grameen Bank yang berjumlah total 25 juta adalah wanita, karena wanita itu berorientasi pada keluarga. Wanita akan mempertimbangkan keluarga dan anak-anaknya sebelum bertindak (Shahjahan, 2011).
Gerakan pemberdayaan masyarakat miskin menurut filosofi Grameen Bank
tidak hanya disebabkan oleh minimnya keterampilan seseorang, karena keterampilan seseorang tidak berbanding lurus dengan kualitas hidup. Jadi kualitas hidup yang baik selain memerlukan keterampilan juga dana untuk hal demikian. Kalaupun ada sumbangan atau hibah tidak memerlukan pertanggungjawaban bahkan malah menciptakan ketergantungan. Keluarnya seseorang dari kemiskinan menuntut inisiatif dan kreatifitas. Grameen Bank merancang kredit mikro berbasis kepercayaan bukan kontrak legal. Metodologi ini dirancang guna mendorong rasa tanggung jawab dan solidaritas terhadap sesama peminjam dalam suatu komunitas.
Grameen Bank telah berhasil mengembangkan konsep community building
(pengembangan komunitas), dengan penguatan dari sisi pembinaan mingguan, serta pemberlakuan konsep tanggung-renteng dalam satu kelompok. (KKP, 2009).
(21)
3
Penelitian ini berangkat dari fenomena keberhasilan Grameen Bank dengan indikator ekonomi (berkembangnya usaha anggotanya, pendapatan bertambah, lancar dalam pengembalian, meningkatnya jumlah tabungan). Grameen Bank telah direplikasikan sejak tahun 2007 oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk membantu perekonomian masyarakat pesisir dengan memberikan kredit dan juga pelatihan keterampilan-keterampilan untuk membantu perekonomian keluarga mereka. Kabupaten Tuban adalah salah satu kabupaten yang menerapkan Grameen Bank yang merupakan bagian dari koperasi perikanan dan kelautan Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina (LEPP-M3) Kabupaten Tuban yang memiliki unit usaha yaitu unit simpan pinjam swamitra mina dan unit simpan pinjam pola Grameen Bank, dan penelitian ini dapat melihat pengaruh Grameen Bank
terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Kecil Masyarakat Pesisir oleh Koperasi LEPP-M3 di Kabupaten Tuban.
1.2. Perumusan Masalah
Kabupaten Tuban adalah salah satu Kabupaten yang dipilih oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mengenalkan skim kredit pola Grameen Bank. Kabupaten Tuban adalah suatu Kabupaten di Jawa Timur, Ibu Kotanya berada di Kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km2 dan panjang pantai mencapai 65 km dengan penduduk berjumlah 1 juta jiwa. Lokasi target yang ditetapkan untuk cakupan wilayah pola Grameen Bank: (1) Desa Leran Kec. Palang; (2) Desa Mondokan Kec. Tuban; (3) Desa Penambangan Kec. Semanding; (4) Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding; (5) Dusun Tlogo Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding; (6) Dusun Princik Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding; (7) Dusun Jarum Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding. Dari uraian yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian, maka dirumuskan permasalahan yang akan dianalisis adalah :
1. Bagaimana penerapan pemberian kredit pola Grameen Bank oleh koperasi LEPP-M3 Tuban?
(22)
4
2. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam pemberian kredit pola Grameen Bank?
3. Apakah pengetahuan, Penerapan dan manfaat yang didapat dalam pemberian kredit pola Grameen Bank?
4. Bagaimana Pengaruh pemberian kredit pola Grameen Bank terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat pesisir?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan pelaksanaan tugas akhir ini adalah:
1. Mengetahui proses penerapan sebagai gambaran umum pemberian kredit pola
Grameen Bank oleh koperasi LEPP-M3 Tuban.
2. Mengidentifikasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pemberian kredit pola Grameen Bank.
3. Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, peranan dan manfaat apa saja yang didapat dalam penerapan pemberian kredit pola Grameen Bank.
4. Menganalisis pengaruh pemberian kredit pola Grameen Bank terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat pesisir sebelum dan sesudah pelaksanaan pola Grameen Bank.
(23)
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Grameen Bank
Hadiah Nobel perdamaian bagi Muhammad Yunus dengan Grameen Bank -nya di Bangladesh, memberikan pelajaran akan penting-nya institusi keuangan mikro bagi kaum miskin, khususnya dikalangan kaum perempuan. Hal penting lain yang dapat kita ketahui adalah bahwa perempuan memegang peranan penting dalam mentransfer kredit mikro ke keluarga dan lebih lanjut mengentaskan keluarga dari kemiskinan. Hal ini mengingat bahwa 97 persen nasabah Grameen Bank adalah perempuan. Program kredit mikro, yang memberikan akses kredit yang lebih luas kepada kaum miskin, telah dianggap sebagai suatu program kunci bagi upaya pemberantasan kemiskinan, mengingat selama ini masyarakat miskin mendapat banyak halangan untuk mengakses sistem atau lembaga perbankan lainnya.
Program kredit mikro Grameen Bank, yang bermula dari pilot proyek kecil-kecilan yang dijalankan dengan bantuan mahasiswa-mahasiswa M. Yunus yang semuanya berasal dari daerah setempat. Gagasan ini yang bermula di desa Jobra sebuah desa kecil di Bangladesh yang bersebelahan dengan Chittagong University tempat M. Yunus mengajar. Dekatnya dengan desa Jobra menjadikan sebuah pilihan sempurna bagi M. Yunus untuk mata kuliahnya yang baru dan memutuskan untuk menjadi mahasiswa kembali dan warga Jobralah yang akan menjadi dosen-dosen-nya untuk belajar sebanyak mungkin tentang desa tersebut. Universitas – universitas yang ada sekarang menciptakan kesenjangan hebat antara mahasiswanya dengan kenyataan hidup sehari-hari di Bangladesh. M. Yunus ingin mengajari mahasiswanya cara memahami kehidupan orang miskin. Perjalanan berulang kali ke pedesaan di sekitar kampus Chittagong Unversity membuahkan temuan-temuan yang penting dalam mendirikan Grameen Bank. Kaum miskin mengajarkan ilmu ekonomi yang sepenuhnya baru. Dengan mempelajari masalah-masalah yang mereka hadapi dari perspektif mereka sendiri dengan mencoba banyak hal ada yang berjalan lancar ada yang tidak, salah satu yang berjalan baik adalah menawari sedikit pinjaman kepada
(24)
6
masyarakat untuk membangun usaha mandiri. Pinjaman ini menyediakan titik awal bagi industri rumah tangga dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan pendapatan yang memanfaatkan keterampilan yang sudah dimiliki oleh masyarakat peminjam itu sendiri. M. Yunus tidak pernah menbayangkan bahwa program kredit
mikro ini akan menjadi basis bagi “bank untuk kaum miskin” berskala nasional yang
melayani 2,5 juta orang, dan diadaptasi di lebih dari 114 negara di 5 benua. Saat ini telah berkembang dan menjangkau tujuh juta orang miskin di 73.000 desa Bangladesh, 97 persen diantaranya perempuan. Grameen Bank memberikan kredit bebas agunan untuk mata pencaharian, perumahan, sekolah dan usaha mikro untuk keluarga-keluarga miskin dan menawarkan setumpuk program tabungan yang atraktif, dana pensiun, dan asuransi untuk para anggotanya. Sejak diperkenalkan tahun 1984, kredit perumahan telah membangun 640.000 rumah. Kepemilikan legal rumah-rumah ini menjadi hak para perempuan itu sendiri. Secara kumulatif, Grameen Bank
telah memberikan kredit sebesar sekitar US$ 6 miliar dengan tingkat pengembaliannya 99 persen dan telah mampu mengangkat 58 persen nasabah dari garis kemiskinan. Grameen Bank telah memperoleh pengakuan dari pemerintah Bangladesh dan telah dipayungi oleh satu undang-undang tersendiri (Yunus, 1997) 2.2. Metode Pemberian kredit pola Grameen Bank
Grameen Bank mempunyai pengertian bank desa, kata grameen merupakan bahasa Bengali berarti desa. Bank yang awalnya mengkhususkan untuk menyalurkan kredit bagi masyarakat miskin desa Jobra dan sekitarnya di wilayah Chittagong, Bangladesh dalam kurun waktu 1976-1979. Grameen Bank merupakan sistem kredit mikro yang direncanakan dan dijalankan pertama kali oleh Dr. Muhammad Yunus dari Chittagong University pada tahun 1976 dengan pendekatan yang ramah dengan orang miskin.
Latar belakang yang mendasari Dr. Muhammad Yunus mendirikan dan menjalankan kredit mikro Grameen Bank adalah: (1) Banyak orang miskin di desa terlilit hutang pada rentenir, (2) Orang miskin dalam berusaha tidak bisa mengakses modal ke lembaga keuangan resmi, (3) Kredit di lembaga keuangan menggunakan
(25)
7
agunan yang tidak dimiliki orang miskin, (4) tidak ada produk pinjaman/kredit yang ramah terhadap orang miskin (KKP, 2009).
Dan sampai saat ini skim kredit sistem Grameen Bank telah berkembang pesat di Bangladesh bahkan sekarang sistem ini telah diadopsi oleh lebih dari 114 negara dengan bantuan lembaga international PBB. Dan pada tahun 2006, Dr. Muhammad Yunus mendapatkan hadiah nobel perdamaian sebagai tokoh yang mengentaskan kemiskinan.
2.2.1. Falsafah Dasar Grameen Bank
1) Pemberian bantuan pada orang miskin yang didasari pada belas kasihan dan juga cuma-cuma (charity), tidak akan membantu orang miskin tersebut untuk lepas dari kemiskinannya. Sebaliknya justru akan menjerumuskan mereka ke dalam jurang kemiskinan yang lebih dalam.
2) Setiap pemberian bantuan pinjaman kepada orang miskin harus didasarkan pada keikhlasan dan juga pemdampingan yang terus-menerus.
3) Penyaluran kredit kepada orang miskin hanya sebagai entry point
saja dari serangkaian kegiatan pendampingan yang ditujukan untuk penguatan kepada orang miskin (KKP, 2009).
2.2.2. Visi Gramen Bank dan Misi Grameen Bank
Visi dari Grameen Bank adalah Bank untuk golongan termiskin. Adapun Misi dari Grameen Bank yaitu:
1) Atas dasar persamaan (HAM)
2) Membantu mereka yang benar-benar memerlukan 3) Membantu orang miskin keluar dari kemiskinannya 4) Pemberdayaan perempuan
5) Mendukung pembangunan yang menyeluruh 6) Memastikan kadar pembayaran yang tinggi
(26)
8
2.2.3. Prinsip Dasar Pemberian kredit pola Grameen Bank
Prinsip dasar atau tata cara penyaluran kredit sistem Grameen Bank
memiliki kriteria sebagai berikut:
1) Sasaran orang atau keluarga miskin khususnya perempuan
2) Pinjaman diberikan setelah adanya pendidikan secara terstruktur atau latihan wajib kumpulan
3) Pinjaman diberikan secara kelompok dan setiap kelompok terdiri dari 5 orang
4) Setiap minimal 2 kelompok membentuk satu center meeting sebagai tempat semua kegiatan
5) Pinjaman diberikan dengan pola 2 2 1 atau 3 2 sesuai dengan kebutuhan
6) Semua transaksi dilakukan di pertemuan center (center meeting)
7) Setiap transaksi pinjaman dikenakan biaya, yang dibayarkan oleh client dan dibayarkan bersamaan dengan angsuran
8) Pinjaman diberikan dengan jangka waktu yang cukup panjang sehingga dimanfaatkan secara maksimal
9) Angsuran dilakukan setiap seminggu sekali di center meeting
10) Selain produk pinjaman, juga dibuat produk tabungan untuk melatih anggota menyisihkan pendapatan untuk hal-hal yang lebih penting 11) Setelah lunas pinjaman pertama, maka client harus memperoleh
pinjaman berikutnya sepanjang menunjukkan progress yang meningkat
12) Setiap kegiatan center meeting, dilakukan dengan motivasi baik
berupa ikrar maupun pembaca do’a
13) Isi ikrar atau doa mencerminkan tujuan jangka panjang dari program dalam rangka meningkatkan kualitas hidup client di masa yang akan datang
14) Semua pelaksanaan program harus dilakukan secara professional dan transparan
(27)
9
15) Berbagai isu diluar kegiatan mikro kredit menjadi prioritas berikutnya setelah kegiatan utama berjalan dengan baik
Kriteria lebih khusus sistem Grameen Bank sebagai berikut: 1) Sasaran khusus kepada golongan termiskin
a) Golongan sasaran dikenal pasti dan jelas b) Termiskin diantara yang miskin
2) Sistem penyaluran modal, khusus dibuat untuk golongan termiskin a) Syarat pinjaman mudah
b) Modal dibawa langsung kepada yang termiskin c) Perempuan sebagai sasaran
d) Pendekatan secara berkumpulan
e) Mengutamakan tanggung jawab bersama f) Pinjaman kecil-kecil
g) Pinjaman berkelanjutan tergantung “rapor” h) Angsuran mingguan
i) Ada tabungan
j) Modal dipakai untuk usaha sesuai pilihannya sendiri k) Komitmen kepada latihan
3) Tenaga pelaksana professional dan terlatih
a) Latihan dan proyek lapangan selama 6 bulan b) Latihan lebih bertumpu pada belajar sendiri 4) Program dilaksanakan dengan kaedah “perbankan”
a) Tenaga pelaksana profesional
b) Pinjaman dikenakan biaya administrasi c) Program dijalankan secara terbuka
d) Pinjaman adalah pelanggan dan nantinya ikut memiliki saham di
(28)
10 2.2.4. Proses Pengajuan Pinjaman
Dalam proses pengajuan pinjaman kredit pola Grameen Bank (Gambar 1) terdapat beberapa tahap-tahap berikut Penjelasannya:
(1) Anggota yang mengajukan permohonan pinjaman tampil kedepan pertemuan center/rembung pusat. Sambil berdiri menghadap pada anggota center, yang bersangkutan secara lisan menyampaikan usulan pinjaman untuk mendapatkan persetujuan dari semua anggota. Usulan tersebut adalah jumlah pinjaman dan tujuan/rencana penggunaannya. (2) Apabila semua anggota telah menyetujui usulan tersebut, maka staf
lapangan mencatat dalam Formulir Pengajuan Pinjaman (FPP), kemudian anggota yang bersangkutan menandatangani di ikuti oleh semua anggota kumpulan.
(3) Staff lapang melapor kepada Manager Cabang disertai penjelasan mengenai identitas dan kelayakan anggota yang bersangkutan.
(4) Manager Cabang akan mengajukan kepada regional Manager untuk mendapatkan jumlah pinjaman yang disetujui.
(1)
(2)
(3) (9)
(7)
(8) (6)
(5)
(4) Anggota
Kasir
Center
Branch Manager Staff Lapang
Regional
(29)
11
(5) Regional Manager akan mengembalikan formulir setelah menyetujui jumlah pinjaman.
(6) Manager Cabang mengembalikan berkas usulan kepada staff lapang setelah diteliti dan ditanda tangani (untuk persetujuan).
(7) Staff lapang menyerahkan berkas usulan pinjaman untuk mendapatkan uang pinjaman dan mempersiapkan: Formulir Permohonan Pinjaman (FPP), rincian angsuran, cacatan kejadian, pengajuan pinjaman Dana Tabungan Kumpulan dan buku pinjaman umum perorangan.
(8) Staff lapang menerima uang sebelum berangkat ke pertemuan Center minggu berikutnya.
(9) Realisasi pinjaman kepada anggota. Anggota penerima pinjaman menandatangani Formulir Penggunaan Pembiayaan (FPP) sebagai bukti tanda terima.
(10) Satu minggu setelah pinjaman diberikan, ketua kumpulan dan ketua Center memeriksa penggunaan pinjaman anggotanya. Setelah mereka membubuhi tanda tangan dalam Formulir Pemeriksaan Penggunaan Pinjaman (FP3). Selanjutnya formulir tersebut disampaikan kepada staff lapang.
2.2.5. pembentukan Kelompok
Pembentukan Kelompok merupakan tahap awal untuk terbentuknya sebuah kelompok.
1) Syarat-syarat kelompok: a) Perempuan miskin
b) Umur anggota hampir sama c) Tingkat pendidikan hampir sama
d) Tidak ada hubungan darah, misal : Ibu dan anak, adik dan kakak tidak bisa menjadi satu kelompok tapi harus beda kelompok
e) Rumah berdekatan
(30)
12
g) Telah mendapatkan ijin dari suami ataupun keluarga. 2) Cara melakukan Pembentukan Kelompok (PK) :
a) Kelompok yang mendaftar anggotanya hadir dengan membawa semua anggota kelompoknya yang telah dibentuk oleh mereka sendiri sebelumnya.
b) Apabila anggota kelompoknya tidak lengkap maka kelompok tersebut tidak bisa didaftarkan.
c) Kelompok tersebut akan diwawancarai langsung oleh Manager dan juga Field Officer (FO)/staff lapang yang telah ditugaskan di desa tersebut.
d) Hal-hal yang disampaikan oleh Manager kepada kelompok dalam Pembentukan Kelompok, antara lain:
1. Memastikan tidak ada hubungan darah sesama anggota dalam kelompok tersebut.
2. Memastikan mereka saling mengenal secara pribadi maupun usaha masing-masing anggota.
3. Mamastikan pekerjaan dan tujuan dari pinjaman masing-masing calon anggota.
4. Menjelaskan jumlah pinjaman dan angsuran.
5. Kesanggupan untuk mengikuti Latihan Wajib Kumpulan ( LWK). 6. Kesanggupan untuk hadir di pertemuan center setiap minggunya. 7. Kesanggupan untuk system tanggung-renteng untuk anggota
kelompoknya. 2.3. Pendapatan
Pendapatan adalah kenaikan kotor dalam aset atau penurunan dalam liabilitas atau gabungan dari keduanya selama periode yang berakibat dari investasi yang halal, perdagangan, memberikan jasa, atau aktivitas lain yang bertujuan meraih keuntungan (Antonio, 2001). Dalam akuntansi, pendapatan merepresentasi capaian atau hasil dan biaya merepresentasi upaya. Dengan demikian, konsep upaya dan hasil mempunyai
(31)
13
implikasi bahwa pendapatan dihasilkan oleh biaya. Artinya hanya dengan biaya, pendapatan dapat tercipta. Pendapatan timbul karena peristiwa atau transaksi pada saat tertentu dan bukan karena proses selama satu periode (Suwardjono, 2005).
Pendapatan baru dapat diakui setelah suatu produk selesai diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi yang ditandai dengan penyerahan barang. Pendapatan belum dapat dinyatakan ada dan diakui sebelum terjadinya penjualan yang nyata. Sumber pendapatan dapat terjadi dari transaksi modal atau pendanaan (financing); laba dari penjualan aktiva seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan; revaluasi aktiva; hadiah, sumbangan atau penemuan dan penyerahan produk perusahaan (hasil penjualan produk). Dari kelima hal yang disebutkan yang merupakan sumber utama pendapatan adalah hasil penjualan produk (Suwardjono, 2005).
Pendapatan suatu usaha tergantung dari modal yang dimiliki, jika modal besar maka hasil produksi tinggi sehingga pendapatan yang didapat juga tinggi. Namun jika modal kecil maka hasil produksi rendah sehingga pendapatan yang diperoleh rendah. Untuk menambah modal usaha guna meningkatkan pendapatan maka dibutuhkan suatu pembiayaan.
2.4. Pengaruh Pemberian kredit pola Grameen Bank Terhadap Pendapatan Pendapatan adalah peningkatan jumlah aktiva atau penurunan kewajiban perusahaan yang timbul dari penyerahan barang/jasa atau kegiatan usaha lainnya (Mardiasmo, 1995). Pendapatan merupakan salah satu faktor penunjang usaha atau aktifitas untuk memenuhi kebutuhan dan kesejahteraan hidup.
Hal ini mendorong manusia untuk melakukan kegiatan-kegiatan untuk eksistensi dirinya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Tindakan-tindakan ini dilakukan karena seiring terdorong oleh kuatnya minat dan keinginan manusia untuk memperhatikan hidupnya, dimana dalam hal ini terdapat persoalan bagaimana usaha yang diinginkannya. Untuk mendapatkan keinginan tersebut diperoleh suatu pendapatan sebagai penunjang.
(32)
14
Suatu pendapatan usaha tergantung dari besar kecilnya modal yang digunakan. Jika modal besar maka produk yang dihasilkan juga besar sehingga pendapatannya pun meningkat. Begitu juga sebaliknya jika modal yang digunakan kecil maka produk yang dihasilkan hanya sedikit dan pendapatan yang diperoleh juga sedikit. Untuk itu diperlukan pembiayaan untuk meningkatkan pendapatan usaha kecil.
Peningkatan usaha kecil kunci utamanya adalah modal. Bagi usaha kecil, sering dijumpai pemerolehan modal diiringi dengan membayar bunga yang cukup tinggi dan diharuskannya jaminan. Sehingga pinjaman menjadi beban yang sewaktu-waktu dapat menjadi boomerang bila terjadi kemacetan angsuran dan tidak bisanya mendapatkan modal karena tidak ada benda berharga yang bisa dijaminkan. Pada umumnya pedagang kecil dan industri rumah tangga mempunyai margin (keuntungan) atau pendapatan yang cukup tinggi namun tidak bisa lepas dari keterbatasan modal. Untuk itu perlu adanya bantuan dalam pembiayaan.
2.5. Keadaaan Umum Masyarakat Pesisir
Kemiskinan bukanlah suatu gejala baru bagi masyarakat Indonesia. Pada saat ini, walaupun sudah hidup dalam kemerdekaan selama puluhan tahun, yang dalam statusnya sebagai negara berkembang, kondisi kemiskinan itu selalu nyata di tengah-tengah masyarakat, baik di kota maupun di desa. Masyarakat pesisir merupakan bagian dari masyarakat Indonesia yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dalam kebijakan pembangunan. Jika pada masyarakat petani terdapat berbagai program subsidi, seperti subsidi pupuk dan benih, maka pada masyarakat nelayan subsidi seperti itu hampir tidak pernah mereka peroleh. Memang di beberapa daerah kadang ada semacam bantuan peralatan tangkap untuk nelayan, namun sering tidak bisa dimanfaatkan oleh nelayan, karena kendala yang bersifat struktural seperti keharusan adanya agunan yang tidak mereka miliki serta sistem angsuran yang tidak sesuai dengan pola pendapatan mereka. Akibatnya, walaupun beberapa program sudah dijalankan oleh pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir namun tetap saja kehidupan masyarakat pesisir masih akrab dengan
(33)
15
kemiskinan, menghadapi sejumlah masalah politik, sosial dan ekonomi yang kompleks. Masalah-masalah tersebut di antaranya adalah sebagai berikut: (1) kemiskinan, kesenjangan sosial, dan tekanan-tekanan ekonomi yang datang setiap saat, (2) keterbatasan akses modal, teknologi, dan pasar, sehingga mempengaruhi dinamika usaha, (3) kelemahan fungsi kelembagaan sosial ekonomi yang ada, (4) kualitas SDM yang rendah sebagai akibat keterbatasan akses pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik, (5) degradasi sumberdaya lingkungan, baik di kawasan pesisir, laut, maupun pulau-pulau kecil, dan (6) belum kuatnya kebijakan yang berorientasi pada kemaritiman sebagai pilar utama pembangunan nasional (Kusnadi, 2009).
Kemiskinan merupakan suatu konsep yang cair, dan bersifat multi dimensional. Disebut cair karena kemiskinan bisa bermakna subyektif, bermakna relatif, tetapi sekaligus juga bermakna absolut. Sedangkan disebut multidimensional, selain kemiskinan itu dapat dilihat dari sisi ekonomi, juga dari segi sosial, budaya dan politik. Dalam hal ini istilah kemiskinan itu lebih diartikan sebagai suatu kondisi yang serba kekurangan, yang merupakan suatu definisi umum yang digunakan untuk menjelaskan tentang kemiskinan. Pemerintah terus berupaya untuk mengurangi jumlah orang miskin di Indonesia. Untuk mendukung kebijakan tersebut diperlukan langkah-langkah yang tepat, agar upaya penanggulangan kemiskinan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat tercapai dengan maksimal. Sementara itu, masyarakat sendiri sebetulnya tidak tinggal diam. Mereka selalu berusaha dengan berbagai cara untuk keluar dari jerat kemiskinan yang membelenggu kehidupan mereka (Imron dan Manan, 2009).
Bertolak dari pemikiran tersebut maka upaya penanggulangan kemiskinan harus didasarkan pada definisi kemiskinan yang jelas, penentuan garis kemiskinan yang tepat dan pemahaman yang jelas mengenai sebab-sebab timbulnya persoalan kemiskinan tersebut. Pada umumnya konsep kemiskinan lebih banyak dikaitkan dengan dimensi ekonomi. Kemiskinan juga dapat dikaitkan dengan dimensi sosial budaya dan sosial politik. Dalam dimensi ekonomi, kemiskinan dapat dilihat dalam bentuk ketidakmampuan suatu keluarga dalam memenuhi berbagai kebutuhan dasarnya, seperti pangan, sandang, perumahan dan kesehatan, yang secara kualitatif
(34)
16
hal ini dapat dilihat pada kondisi perumahan yang kumuh, perabotan rumah tangga yang seadanya, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan kesehatan yang rendah, dan kondisi pendidikan yang juga rendah. Dalam kaitanya dengan dimensi sosial budaya, kemiskinan lebih sulit untuk diukur, dan tidak dapat dihitung dengan angka-angka. Meskipun demikian, dimensi sosial budaya dari kemiskinan itu dapat dilihat dan dirasakan, karena muncul dalam bentuk budaya kemiskinan misalnya, menyatakan adanya respon tertentu yang dilakukan oleh masyarakat miskin dalam menyikapi hidup, seperti boros dalam membelanjakan uang, mudah putus asa, merasa tidak berdaya, dan apatis. Semua ini merupakan budaya yang muncul karena kemiskinan yang dihadapi oleh generasi sebelumnya, dan diwariskan secara terus-menerus kepada generasi berikutnya, karena digunakan sebagai desain kehidupan bagi orang miskin untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya. Budaya kemiskinan yang demikian itu sekaligus menjerumuskan mereka ke dalam kemiskinan yang lebih dalam, karena menghambat mereka untuk berjuang dalam melawan kemiskinan yang dialami. Adapun dalam dimensi sosial politik, kemiskinan muncul dalam bentuk terpinggirnya kelompok miskin dalam struktur sosial yang dibawah, dan tidak dilibatkannya mereka dalam proses pengambilan keputusan. Hal itu muncul dengan termarginalisasinya kelompok miskin, sehingga tidak mempunyai akses, misalnya, terhadap lembaga keuangan. Begitu pula dalam program-program untuk perbaikan kelompok ini, mereka tidak punya akses untuk berpartisipasi dalam menentukan masa depannya, karena penentuan program biasanya dilakukan oleh orang luar yang merasa tahu atas permasalahan mereka, walaupun secara riil masyarakat miskin itulah yang sebetulnya merasakan dan tahu persis permasalahan yang dihadapi (Imron dan Manan, 2009).
2.6. Tinjauan Penelitian
Sumber data didapat dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan dan belum pernah dipublikasi (Siregar, 2010). Data
(35)
17
sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahannya (Siregar, 2010).
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari populasi sasaran yaitu usaha-usaha kecil yang telah menjadi anggota Koperasi Pola Grameen Bank sebanyak 423, Pengelola Koperasi LEPP-M3, dan tokoh masyarakat di Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Menurut Sekaran (2006), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi.
Metode penarikan sampel pada penelitian ini menggunakan Stratified Random Sampling. Stratified Random Sampling Metode pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling) adalah metode pemilihan sampel denga cara membagi populasi ke dalamkelompok-kelompok yang homogen yang disebut strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata tersebut. (Anderson, 2008).
2.7. Tinjauan Pengujian Validitas dan Reabilitas Instrumen 2.7.1. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya > 0,3 (Sugiyono, 2009) maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat. Jadi berdasarkan analisis faktor itu disimpulkan bahwa isntrumen tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik dengan rumus pearson product moment (Riduwan, 2004):
2 2 22 ( )
) ( Y Y n X X n Y X XY n rhitung Dimana :
rhitung = Koefisien korelasi ∑X = Jumlah skor item
(36)
18
∑Y = Jumlah skor total (seluruh item) N = Jumlah responden
Validitas dalam penelitian dijelaskan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur penelitian tentang isi atau arti sebenarnya dari apa yang diukur. Pengujian ini berfungsi menunjukkan tingkat kemampuan alat pengukur agar dapat memberikan apa yang menjadi sasaran pokok pengukuran. Validitas menunjukkan sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa ingin diukur. Tahap-tahap pengujian validitas:
1) Mendefinisikan secara operasional konsep yang diukur.
2) Uji coba skala pengukuran dalam instrumen kepada sejumlah responden. 3) Mempersiapkan tabel tabulasi jawaban yang berbentuk matrik a x b,
dimana a menyatakan banyaknya responden dan b menyatakan jumlah item pertanyaan.
4) Menghitung korelasi antara masing-masing item pernyataan dengan skor total yang menggunakan rumus teknik korelasi Product Moment.
5) Menghitung korelasi terkoreksi
6) Membandingkan angka korelasi terkoreksi (rpq) dengan r tabel yang berderajat bebas n-2, criteria pengujiannya adalah:
a) bila rpq dari hasil olahan uji tersebut diperoleh item-item pernyataan dengan rpq bernilai positif dan rpq > r tabel maka tolak H0 sehingga item tersebut valid.
b) bila rpq bernilai negatif dan rpq ≤ r tabel, maka item tersebut tidak valid berarti item pernyataan tersebut dinyatakan gugur.
Pengukuran validitas pada instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana pertanyaan dapat dimengerti dan dipahami oleh responden. 2.7.2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Setelah instrumen penelitian tersebut dinyatakan valid, kemudian peneliti melakukan uji reliabilitas terhadap instrumen-instrumen penelitian
(37)
19
yang mencakup variabel-variabel yang diteliti dengan mengambil hasil jawaban dari responden yang dianggap valid.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk memperkirakan reliabilitas adalah metode konsistensi internal. Dalam metode konsistensi internal, reliabilitas dapat ditunjukkan melalui besarnya nilai Cronbach Alpha
(α). Adapunpenghitungan α didapatkan dari formula berikut:
Dimana:
α = Cronbach Alpha
k = jumlah item pernyataan
Σ σ2
(yi) = jumlah varians item pernyataan σx2= varians skor total
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel), akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga, sehingga apabila datanya memang benar dan sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan memberikan hasil yang sama.
(38)
20
III. METODELOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian
Dari skema kerangka pemikiran sebagaimana Gambar 2, didapat penjelasan bahwa proses penelitian dimulai dengan mengidentifikasi masalah didasarkan pada latar belakang penelitian mengenai analisis dampak pemberian kredit pola Gramen Bank terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat Pesisir oleh Koperasi LEPP-M3 di Kabupaten Tuban. Tahap selanjutnya setelah mengidentifikasi masalah dilanjutkan dengan merumuskan masalah berdasarkan tujuan penelitian, kemudian variabel penelitian disusun dalam sebuah kuesioner (Lampiran 2) untuk menjawab tujuan. Kuesioner di uji apakah sudah valid dan reliabel dengan uji validitas dan reabilitas, tahap-tahap tersebut adalah metode penyusunan kuesioner. Setelah kuesioner disusun maka dilakukan penarikan contoh alias wawancara. Metode
sampling yang digunakan adalah Cluster Sampling merupakan teknik pengambilan sampel dimana pemilihannya mengacu pada kelompok-kelompok subjek dan antara satu kelompok dengan kelompok lain bukan pada individu tanpa adanya strata atau tingkatan. Setelah penarikan sampel dan wawancara selesai, maka dilakukan interprestasi data untuk menjawab tujuan.
Dalam menjawab tujuan dilakukan dua cara yaitu untuk menjawab tujuan mengenai: (1) Mengetahui proses penerapan sebagai gambaran umum pemberian kredit pola Grameen Bank oleh Koperasi LEPP-M3 Tuban; (2) Mengidentifikasi kendala-kendala apa saja yang dihadapi dalam pemberian kredit pola Grameen Bank, dan (3) Mengidentifikasi tingkat pengetahuan, peranan dan manfaat apa saja yang didapat dalam penerapan kredit pola Grameen Bank dijawab melalui deskriptif statistik dengan menggunakan nilai pemusatan (median) dan tabel/grafik (Lampiran 3). Sedangkan untuk menjawab tujuan menganalisis pengaruh pemberian kredit pola
Grameen Bank terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil masyarakat pesisir sebelum dan sesudah pelaksanaan pola Grameen Bank dijawab dengan melakukan
(39)
21
Ya Identifikasi Masalah
Perumusan Masalah
Penentuan Variabel Penelitian
Penentuan Hipotesis Penyusunan
Kuesioner
Valid dan Reliabel? Tidak
Pencacahan dengan kuesioner
Pengolahan Data
Dokumentasi Wawancara
Pengujian Hipotesis Deskriptif Statistik
Kesimpulan
Gambar 2. Kerangka Pikir Penelitian
uji-t berpasangan (Paired t-Test). Rangkaian pencacahan dan pengolahan data disajikan pada kerangka alur penelitian Gambar 2.
(40)
22 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di USP Swamitra Mina Koperasi LEPP-M3 Tuban yang bertempat di Jalan Panglima Sudirman No. 314 Tuban, Provinsi Jawa Timur Gambar 3. Secara geografi Kabupaten Tuban terletak pada posisi 111°30’ - 112°35’ Bujur Timur dan 6°40’ - 7°18’ Lintang Selatan dengan batas wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa; sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lamongan; sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro; dan sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora (Jawa Tengah). Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban, Luas wilayah Kabupaten Tuban 183.994.562 Ha yang secara administrasi terbagi menjadi 20 Kecamatan dan 328 desa/kelurahan. Panjang pantai 65 km membentang dari arah timur Kecamatan Palang sampai barat Kecamatan Bancar, Sedangkan luas wilayah lautan meliputi 22.608 Km2. Jumlah penduduk di Kabupaten Tuban tahun 2010 menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 mencapai 1.117.539 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 551.869 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 565.670 jiwa. Kota Tuban terletak pada ketinggian 0-100 meter diatas permukaan air laut. Sebagian besar wilayahnya berupa daratan dengan kemiringan 0-2% di wilayah bagian barat dan sebagian selatan merupakan wilayah berbukit dengan kemiringan rata-rata lebih dari 15%. Secara fisik Kota Tuban sangat berdekatan dengan pantai yang memiliki suhu udara antara 25°-27.5° C dengan iklim tropis kering. Curah hujan bervariasi dari rata-rata berkisar 1483 mm per tahun.
Pemilihan lokasi kajian dilakukan secara purposive yang didasarkan pada 2 (dua) pertimbangan, yaitu (1) Lokasi kajian adalah daerah pesisir di Provinsi Jawa Timur letaknya dua jam dari Kota Surabaya. (2) Salah satu lokasi diimplementasikannya program kredit pola Grameen Bank oleh Kementerian Kelautan dan Perikann. Waktu kajian dilaksanakan pada bulan Desember 2011 - Februari 2012.
(41)
23
(42)
24 3.3. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data Primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumber pertama atau tempat objek penelitian dilakukan. Dalam hal ini objeknya adalah pemilik usaha-usaha kecil yang memperoleh skim kredit dari Koperasi pola Grameen Bank . Data yang dianalisis adalah data tentang pendapatan usaha-usaha kecil sebelum dan sesudah memperoleh skim kredit dari Koperasi pola Grameen Bank.
3.4. Penentuan Jumlah Sampel dan Metode Penarikan Sampel 3.4.1. Penentuan Jumlah Sampel
Sampel dalam penelitian ini diperoleh dari populasi sasaran yaitu usaha-usaha kecil yang telah menjadi anggota Koperasi Pola Grameen Bank sebanyak 423, Pengelola Koperasi LEPP-M3, dan tokoh masyarakat. Dalam penelitian ini penentuan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin sebagai berikut :
Di mana :
N = jumlah populasi
n = jumlah contoh
e = derajat kesalahan
Berdasarkan rumus Slovin dengantingkat kepercayaan 95% (taraf signifikansi 0,05), maka dari populasi 423 anggota Koperasi LEPP-M3 pola Grameen Bank di Kabupaten Tuban, jumlah contoh (n) atau jumlah responden yang diambil adalah :
) (0,1) x (423 1
423
n 2
=
(0,01) 423 1
423
= 5,23
423 = 80,8795
Dengan demikian ukuran sampel minimal dalam penelitian ini adalah sebanyak 80,8795 sampel (untuk penelitian ini dibulankan menjadi 85 orang
(43)
25
sampel, selain itu juga diwawancara pengurus dan tokoh masyarakat masing-masing 4 orang sehingga total kesemuanya 8 orang).
3.4.2. Teknik Penarikan Sampel
Pada penelitian ini, teknik penarikan sampel (Tabel 1) menggunakan
Cluster atau Area Sampling. Adapun cluster sampel digunakan berdasarkan desa asal sampel. Alasan menggunakan teknik Area Sampling ini adalah karena populasi anggota koperasi berdomisili di beberapa desa.
Tabel 1. Jumlah Populasi dan Sampel Menurut Desa Pemukiman Anggota
Desa Jumlah Anggota (orang) Sampel (orang)
Desa Leran 60 12
Desa Penambangan 60 12
Desa Prunggahan Kulon 63 13
Desa Mondokan 60 12
Desa Tlogo 60 12
Desa Jarum Prunggahan Kulon 60 12
Desa Princik Perunggahan Kulon 60 12
TOTAL 423 85
Pengambilan sampel dari masing-masing stratum:
a. Desa I = 60/423 x 85 = 12, 06 = 12 (dibulatkan kebawah) b. Desa II = 60/423 x 85 = 12, 06 = 12 (dibulatkan kebawah) c. Desa III = 63/423 x 85 = 12, 65 = 13(dibulatkan keatas) d. Desa IV = 60/423 x 85 = 12, 06 = 12 (dibulatkan kebawah) e. Desa V = 60/423 x 85 = 12, 06 = 12 (dibulatkan kebawah) f. Desa V I = 60/423 x 85 = 12, 06 = 12 (dibulatkan kebawah) g. Desa VI I = 60/423 x 85 = 12, 06 = 12 (dibulatkan kebawah)
Penarikan sampel di setiap desa dilakukan dengan accidental sampling, dimana responden yang dipilih pada tiap kelompok dilakukan secara kebetulan.
(44)
26 3.5. Metode Pengumpulan Data
Proses untuk mendapatkan data primer menggunakan teknik pengumpulan data dalam bentuk wawancara, kuesioner dan observasi langsung (Lampiran 1) yang telah diuji validitas dan reabilitasnya. Data sekunder diperoleh dengan cara pencarian informasi dan data kepustakaan, dokumen-dokumen Koperasi LEPP-M3 pola
Grameen Bank dan data dari instansi-instansi terkait. Hasil menunjukkan bahwa poin-poin pertanyaan pada kuisioner Tingkat Pengetahuan Tentang Koperasi LEPP-M3, Penerapan Pemberian Kredit Pola Grameen Bank dan Manfaat Penerapan Pemberian kredit pola Grameen Bank seluruhnya valid (Lampiran 4). Dinyatakan valid jika Corrected Item-Total Correlation (Rhit)> r tabel. Pengukuran Hasil menunjukkan bahwa poin-poin pertanyaan pada kuisioner Tingkat Pengetahuan Tentang Koperasi LEPP-M3, Penerapan Pemberian Kredit Pola Grameen Bank dan Manfaat Penerapan Pemberian kredit pola Grameen Bank seluruhnya memenuhi kriteria reabilitas (Lampiran 4). Dinyatakan reabilitas terpenuhi jika Guttman Split-half sesuai kriteria diatas.
3.6. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data 3.6.1. Pengolahan Data
Program yang digunakan untuk melakukan olah data pengujian validitas dan reabilitas serta pengujian hipotesis pada penelitian ini adalah
SPSS versi 11.4 for Window, sedangkan untuk mengolah deskriptif statistik menggunakan nilai pemusatan (median), tabel dan grafik.
3.6.2. Analisis Data
a. Deskriptif Statistik
1) Deskriptif Data Responden
Deskriptif data responden memperlihatkan latar belakang responden (anggota koperasi) yang dirangkum kedalam bentuk tabel dan grafik yang memperlihatkan jenis usaha anggota, usia anggota dan pendidikan terakhir.
(45)
27
2) Deskriptif Tingkat Pengetahuan Anggota
Deskriptif tingkat pengetahuan anggota memperlihatkan sejauh mana responden (anggota koperasi) mengetahui tentang pemberian kredit pola Grameen Bank.
3) Deskriptif Tingkat Penerapan Pola Gramen Bank
Deskriptif tingkat Penerapan pola Grameen Bank
memperlihatkan sejauh mana pengurus mensosialisasikan program Grameen Bank.
4) Deskriptif Tingkat Manfaat Pola Grameen Bank
Deskriptif tingkat mamfaat pola Grameen Bank
memperlihatkan sejauh mana manfaat dari program Grameen Bank.
b. Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang disusun untuk menjawab tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1) Formulasi hipotesis
HO = : 1 = : 2 = pinjaman/kredit yang diberikan tidak berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan usaha kecil.
H1 = : 1 ≠ : 2 = pinjaman/kredit yang diberikan berpengaruh terhadap peningkatan usaha kecil. 2) Level of significant = 0.05 /2 (n-1)
Selanjutnya hipotesis untuk mengetahui pengaruh mutlak pendapatan bersih pada para usaha-usaha kecil sebelum dan sesudah pemberian kredit pola Grameen Bank dianalisis menggunakan uji t berpasangan (Paired t-Test), dengan rumus sebagai berikut :
(46)
28
dimana dadalah selisih antara pendapatan sebelum dan sesudah program dan n adalah jumlah data.
c. Variabel Penelitian dan Skala Pengukuran Data 1) Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah pendapatan usaha-usaha kecil merupakan variabel terikat. Sedangkan pemberian kredit merupakan variabel bebas.
i. Pendapatan
Pendapatan ditunjukkan dengan aliran aktiva baru yang masuk ke perusahaan dari konsumen sebagai penukar produk perusahaan baik berupa barang atau jasa. Rekening pendapatan mencerminkan dan berguna untuk mengukur kenaikan aktiva atau sumber ekonomi perusahaan yang berasal dari kegiatan usahanya. Pendapatan diukur ketika telah terjadi penjualan. Pendapatan yang diukur sesuai jumlah rupiah produk yang terjual, baru akan menjadi pendapatan yang sepenuhnya setelah produk tersebut selesai diproduksi dan penjualan benar-benar terjadi.
ii. Pola Pemberian Kredit Grameen Bank
Pemberian Kredit berjumlah kecil kepada warga paling miskin untuk membiayai proyek yang dia kerjakan sendiri untuk menghasilkan pendapatan yang memungkinkan mereka peduli terhadap diri sendiri dan untuk keluarganya.
Kisi-kisi dari instrumen penelitian yang digunakan dalam pencacahan ditunjukkan oleh Tabel 2.
(47)
29 2) Skala Pengukuran Data
Untuk mengukur variabel komitmen organisasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen organisasi digunakan metode rating yang dijumlahkan (Method of Summated Ratings). Metode ini popular dengan nama skala Likert. Skala likert merupakan metode pernyataan sikap yang menggunakan respon subjek sebagai dasar penentuan nilai skalanya. Dalam skala likert, item-item dalam kuesioner/daftar pernyataan terbagi menjadi dua, yaitu item positif dan item negatif. Item negatif memiliki skor yang merupakan kebalikan dari skor positif (Saifuddin. 1988) dalam penelitian ini menggunakan item positiif. Sistem pemberian skor dalam penelitian ini dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 2. Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel Indikator Butir Pertanyaan
Manfaat pemberian kredit pola Grameen Bank dan Pengaruh penerapan Pemberian kredit pola
Grameen Bank terhadap peningkatan pendapatan
a. Peningkatan nilai pendapatan b. Pendapatan
sebelum
c. Pendapatan sesudah
a. Tingkat Pengetahuan tentang Koperasi LEPP-M3 Pola
Grameen Bank
(48)
30 masyarakat pesisir
sebelum dan sesudah menjadi anggota
d. opini masyarakat e. Upaya
Penanggulangan kemiskinan
informasi untuk anggota
Kendala yang dihadapi dalam penerapan Pemberian kredit pola
Grameen Bank
a. Penyaluran kredit Pemberian kredit pola Grameen Bank
tersosialisasikan dengan baik b. Penyaluran kredit
Grameen Bank
lancar
Manfaat penerapan Penyaluran kredit pola Grameen Bank pada atribut Anggota Grameen Bank poin 4, atribut tokoh masyarakat poin 4 dan 5, atribut pengurus / pengelola Koperasi poin 8
Proses penerapan Pemberian kredit pola
Grameen Bank Opini anggota tentang pemberian dan pengembalian kredit penerapan Pemberian kredit pola Grameen Bank
Tabel 3. Pemberian Skor
Pilihan Jawaban Item Positif Item Negatif
Sangat Tidak Setuju 1 5
Tidak Setuju 2 4
Ragu-ragu 3 3
Setuju 4 2
(49)
31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Penerapan Kredit Pola Grameen Bank di Tuban 4.1.1. Kondisi Umum Kabupaten Tuban
Kabupaten Tuban adalah salah satu Kabupaten yang dipilih oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk mengenalkan skim kredit pola
Grameen Bank. Kabupaten Tuban adalah suatu Kabupaten di Jawa Timur, Ibu Kotanya berada di Kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km2 dan panjang pantai mencapai 65 km dengan jumlah desa pantai 28 desa dan dilintasi oleh 15 sungai besar dan sedang, sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor perikanan dan kelautan, kondisi sosial ekonomi sebagian besar masyarakatnya antara miskin dan sangat miskin umumnya buruh nelayan dan buruh pengolah dan hanya beberapa yang berada di atas garis kemiskinan itu biasanya adalah pedagang/bakul, pengolah, dan taoke/juragan kapal. Jumlah penduduk menurut profesi terdiri dari nelayan 15.630 orang, pembudidaya 5.510 orang dan pengelola 931 orang (KKP, 2009). Tuban disebut sebagai kota wali karena Tuban adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara, dengan batas-batas wilayah: (1) utara laut Jawa; (2) sebelah timur Lamongan; (3) sebelah selatan Bojonegoro; (4) barat Rembang; dan (5) Blora Jawa Tengah. Lokasi target yang ditetapkan untuk cakupan wilayah pola Grameen Bank: (1) Desa Leran Kec. Palang; (2) Desa Mondokan Kec. Tuban; (3) Desa Penambangan Kec. Semanding; (4) Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding; (5) Dusun Tlogo Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding; (6) Dusun Princik Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding; (7) Dusun Jarum Desa Prunggahan Kulon Kec. Semanding.
(50)
32
4.1.2. Angka Kemiskinan di Kabupaten Tuban
Hasil sensus penduduk tahun 2010 kabupaten Tuban, data-data demografi normatif yang dilaporkan seperti laju pertumbuhan penduduk Tuban yang rata-rata 0.61 persen, berikut distribusi per kecamatan, kepadatan penduduk per km persegi per kecamatan, dan tentunya jumlah penduduk Tuban yang mencapai 1.117.539 jiwa (551.869 Laki-laki dan 565.670 perempuan). Data tingkat kemiskinan terkini kabupaten Tuban menurut data program nasional pengentasan kemiskinan (PNPM) Bappenas tahun 2011 yang disusun berdasarkan sumber data Potensi Desa (Podes) BPS tahun 2008, di ketahui bahwa jumlah orang miskin di kabupaten Tuban sebanyak 211.458 jiwa atau 18.54% dari total penduduk kabupaten Tuban. Prosenatase ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk kabupaten Tuban menurut data Podes 2008 yang dilaporkan sebanyak 1.140.513 jiwa. Artinya, tingkat kemiskinan di kabupaten Tuban lebih parah dibanding rata-rata tingkat kemiskinan nasional tahun 2010 yang ada dalam kisaran 13,33%.
Dilihat dari distribusi tingkat kemiskinan per kecamatan ada 7 kecamatan dengan tingkat kemiskinan di atas 20%, yaitu Kerek (21,0%), Bangilan (21,2%), Semanding (21,6%), Bancar (22,2%), Senori (23,4%), Plumplang (26,1%) dan yang paling parah kecamatan Grabagan di mana tingkat kemiskinan mencapai 38,1%, dengan tingkat kemiskinan 20% artinya ada 1 orang dari tiap 5 warga Tuban hidup dalam kemiskinan. Demikian pula jika tingkat kemiskinan mencapai 25% artinya dari 4 orang warga tuban, 1 orang di antaranya hidup dalam kondisi miskin.
4.1.3. Kondisi Usaha Koperasi LEPP M3 Kabupaten Tuban
Koperasi Perikanan dan Kelautan LEPP-M3 Kabupaten Tuban didirikan pada tanggal 28 April 2004 melalui penetapan Badan Hukum Koperasi No. 593.32/BH/007/414.045/2004 yang tercatat sebagai salah satu pengelola Dana Ekonomi Produktif (DEP) di Dinas Kelautan dan Perikanan setempat dengan No. 523/951/KPTS/414.044/2004. Unit Usaha Koperasi
(51)
33
LEPP-M3 Kabupaten Tuban yaitu: (1) Unit Simpan Pinjam Swamitra Mina; (2) Unit Simpan Pinjam Pola Grameen Bank; (3) Kedai Pesisir . Dana permodalan koperasi ini bersumber dari modal pemerintah berjumlah Rp. 2.749.071.000, simpanan anggota Rp. 40.588.947, dan pihak ketiga Rp. 1.000.000.000, dalam hal ini adalah perbankan. Dana yang bersumber dari pihak pemerintah telah dihentikan sejak tahun 2006. Pada tahun yang sama dana hanya bersumber dari simpanan anggota. Baru pada tahun 2007 koperasi ini mendapatkan sumber dana baru yaitu dari pihak perbankan (KKP, 2009). Hingga tahun 2009 kelompok pemanfaat koperasi ini telah berjumlah 394 orang, yang terdiri dari 203 nelayan, 82 orang pembudidaya, 16 orang pengolah, 81 orang pedagang/bakul, dan 12 orang yang berasal dari masyarakat pesisir lainnya. Kondisi USP Grameen Bank Koperasi LEPP-M3 Kabupaten Tuban yang mulai beroperasi pada tahun 2009 dengan jumlah anggota 165 orang, 137 orang client. (KKP, 2009). Hasil survei yang dilakukan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan bahwa wilayah pesisir Kabupaten Tuban adalah sangat potensial untuk melakukan program perkreditan sistem Grameen Bank, karena: (1) wilayahnya cukup padat; (2) Jarak antara desa tidak berjauhan; (3) Lokasi wilayahnya cukup mudah untuk dijangkau; (4) Tingkat kemiskinan cukup merata; (5) Belum ada lembaga yang melayani mereka secara spesifik.
Koperasi LEPP M3 Tuban sudah mempersiapkan secara baik dan matang guna memperlancar program Grameen Bank dengan menyiapkan 1 ruangan disamping kantor koperasi yang diperuntukkan untuk kantor USP
Grameen Bank. Dalam kantor sendiri sudah siap dengan perangkat lunaknya seperti 1 unit komputer dan printer, 2 meja kerja sudah tertata rapi di kantor. Memiliki modal yang akan dipergunakan sebagai modal awal USP pola
(52)
34
4.1.4. Skema Organisasi Grameen Bank di Kabupaten Tuban
Awal mulanya Grameen Bank berdiri dikarenakan permasalahan yang umum dihadapi oleh masyarakat pesisir berkaitan dengan akses modal dimana untuk mendapatkan kredit dari Usaha Simpan Pinjam Swamitra Mina calon anggota tidak memiliki agunan sebagai syarat untuk mendapat modal dari koperasi. Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2008 mulai mengadopsi sebuah sistem yang ramah terhadap orang miskin dimana dalam mendapatkan kredit calon anggota tidak dibebankan dengan adanya agunan, sistem ini dikenal dengan sistem Grameen Bank. Koperasi LEPP-M3
Grameen bank secara legal merupakan lembaga keuangan yang harus berbadan hukum bisa berupa PT (perseroan terbatas), koperasi dan secara umum organisasi Grameen Bank adalah sebagai berikut (Gambar. 4):
Sedangkan skema usaha Koperasi LEPP-M3 Kabupaten Tuban (Gambar 5) memiliki 3 (tiga) unit usaha yaitu: (1) Unit Usaha Simpan Pinjam Swamitra Mina; (2) Unit Usaha Simpan Pinjam Pola Grameen Bank; (3) Kedai Pesisir.
DIREKTUR UTAMA -Manager Kredit -Manager Operasi -Manager Keuangan
-Manager Pelatihan Koordinator Wilayah
Rembug Pusat
Cabang-cabang Cabang-cabang
Rembug Pusat Rembug Pusat
Cabang-cabang
Kumpulan Kumpulan Kumpulan
Anggota-anggota
(1)
85
A. Tingkat Pengetahuan Tentang Koperasi LEPP-M3
Tingkat Pengetahuan Tentang Koperasi LEPP-M3
Mean Std Dev Cases
A1 3.6941 0.5569 85
A2 3.8471 0.732 85
A3 4.1529 0.8932 85
A4 3.7529 0.7055 85
A5 4.0706 1.0667 85
Correlation Matrix
A1 A2 A3 A4 A5
A1 1
A2 0.0007 1
A3 0.3824 0.2001 1
A4 -0.0734 0.825 0.0796 1
A5 0.3374 0.3342 0.7008 0.3556 1
N of Cases = 85.0
Item-total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation (Rhit)
Squared Multiple Correlation
Alpha if Item Deleted
A1* 15.8235 6.5756 0.2535 0.1828 0.7313
A2* 15.6706 5.4378 0.4792 0.7053 0.6607
A3* 15.3647 4.7345 0.5345 0.568 0.6345
A4* 15.7647 5.6821 0.4251 0.7328 0.6806
A5* 15.4471 3.6787 0.6827 0.6024 0.5572
r-tabel 0.1786
(N-2),0.05
*Valid (Rhit>Rtab)
Reliability Coefficients 5 items
Correlation between
forms 0.7076
Equal-length
Spearman-Brown 0.8287
Guttman Split-half * 0.8286
Unequal-length
Spearman-Brown 0.8336
Alpha for part 1 0.4216 Alpha for part 2 0.4932
*Kriteria reabilitas
0,80 – 1,00 sangat tinggi
0,60 – 0,80 tinggi
0,40 – 0,60 cukup tinggi
0,20 – 0,40 rendah
0,00 – 0,20 sangat rendah (tidak berkorelasi).
(2)
86
B. Penerapan Pemberian Kredit Pola Grameen Bank
Penerapan Pemberian Kredit Pola Greenman
Mean Std Dev Cases
B1 3.7059 0.9979 85
B2 3.7412 1.0136 85
B3 4.1059 0.7075 85
B4 3.9412 0.7769 85
B5 4.0471 0.95 85
Correlation Matrix
B1 B2 B3 B4 B5
B1 1
B2 0.0062 1
B3 0.0615 0.4205 1
B4 0.2692 0.449 0.228 1
B5 0.3036 0.1859 0.2405 0.3586 1
N of Cases = 85.0
Item-total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation (Rhit)
Squared Multiple Correlation
Alpha if Item Deleted
B1* 15.8353 5.8059 0.2272 0.14 0.6365
B2* 15.8 5.1857 0.3641 0.3226 0.5613
B3* 15.4353 6.1297 0.3608 0.2043 0.5656
B4* 15.6 5.3857 0.5282 0.316 0.4851
B5* 15.4941 5.2053 0.4121 0.2014 0.5322
r-tabel 0.1786
(N-2),0.05
*Valid (Rhit>Rtab)
Reliability Coefficients 5 items
Correlation between forms 0.5136 Equal-length Spearman-Brown 0.6786
Guttman Split-half * 0.6669 Unequal-length Spearman-Brown 0.6853
Alpha for part 1 0.3266 Alpha for part 2 0.5202
*Kriteria reabilitas
0,80 – 1,00 sangat tinggi
0,60 – 0,80 tinggi
0,40 – 0,60 cukup tinggi
0,20 – 0,40 rendah
0,00 – 0,20 sangat rendah (tidak berkorelasi).
(3)
87
C. Manfaat Penerapan Pemberian Kredit Pola Grameen Bank
Manfaat Penerapan Pemberian kredit pola Grameen Bank
Mean Std Dev Cases
C1 3.9882 0.994 85
C2 3.8 1.1318 85
C3 4.4 0.727 85
Correlation Matrix
C1 C2 C3
C1 1
C2 0.6434 1
C3 0.402 0.5324 1
N of Cases = 85.0
Item-total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation (Rhit)
Squared Multiple Correlation
Alpha if Item Deleted
C1* 8.2 2.6857 0.6227 0.4189 0.6525
C2* 8.3882 2.0975 0.7089 0.5034 0.554
C3* 7.7882 3.7165 0.5198 0.2895 0.779
r-tabel 0.1786
(N-2),0.05
*Valid (Rhit>Rtab)
Reliability Coefficients 5 items
Correlation between forms 0.5198 Equal-length Spearman-Brown 0.6841
Guttman Split-half * 0.5111 Unequal-length Spearman-Brown 0.7032
Alpha for part 1 0.779 Alpha for part 2
*Kriteria reabilitas
0,80 – 1,00 sangat tinggi
0,60 – 0,80 tinggi
0,40 – 0,60 cukup tinggi
0,20 – 0,40 rendah
0,00 – 0,20 sangat rendah (tidak berkorelasi).
(4)
88
Nomor pendapatan sebelum (Rp) pendapatan sesudah (Rp)
1 450000 600000
2 650000 800000
3 500000 750000
4 480000 700000
5 470000 600000
6 680000 700000
7 560000 700000
8 440000 700000
9 500000 600000
10 500000 800000
11 600000 900000
12 660000 850000
13 570000 700000
14 490000 800000
15 700000 900000
16 620000 850000
17 540000 750000
18 570000 750000
19 470000 650000
20 450000 750000
21 450.000 850.000
22 550.000 800.000
23 700.000 900.000
24 450.000 750.000
25 520.000 800.000
26 590.000 850.000
27 680.000 700.000
28 680.000 800.000
29 620.000 680.000
30 670.000 850.000
31 500.000 700.000
32 500.000 900.000
33 450.000 750.000
34 450.000 750.000
35 700.000 800.000
36 650.000 800.000
37 660.000 850.000
38 450.000 750.000
(5)
89
Nomor pendapatan sebelum (Rp) pendapatan sesudah (Rp)
39 500.000 850.000
40 500.000 800.000
41 650.000 750.000
42 460.000 600.000
43 460.000 800.000
44 450.000 600.000
45 600.000 700.000
46 600.000 650.000
47 650.000 750.000
48 560.000 800.000
49 500.000 800.000
50 560.000 700.000
51 540.000 750.000
52 550.000 800.000
53 450.000 600.000
54 750.000 900.000
55 560.000 800.000
56 650.000 650.000
57 490.000 500.000
58 490.000 750.000
59 480.000 800.000
60 550.000 600.000
61 560.000 600.000
62 580.000 750.000
63 760.000 900.000
64 600.000 700.000
65 600.000 750.000
66 500.000 900.000
67 450.000 600.000
68 460.000 500.000
69 560.000 900.000
70 500.000 800.000
71 520.000 690.000
72 500.000 900.000
73 450.000 500.000
74 450.000 550.000
(6)
90
Sumber : Data Kuesioner 85 Responden tahun 2011
Nomor pendapatan sebelum (Rp) pendapatan sesudah (Rp)
75 490.000 750.000
76 500.000 800.000
77 600.000 650.000
78 650.000 900.000
79 650.000 850.000
80 480.000 850.000
81 480.000 750.000
82 500.000 800.000
83 500.000 800.000
84 650.000 900.000
85 650.000 780.000