PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(1)

i ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE)

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh ENDRALELA

Masalah dalam penelitian ini rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wayhalom pada mata pelajaran IPA khususnya materi pesawat sederhana. Terbukti dari 28 siswa, yang tuntas hanya 12 siswa (42,86%) dan selebihnya 16 siswa (57,14%) belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 51,40.

Tujuan penelitian ini Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Wayhalom dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri I Wayhalom yang berjumlah 28 siswa. Setiap siklus menggunakan teknik pengumpulan data berupa tes tertulis dan observasi. Instrumen tes tertulis digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa, sedangkan instrumen observasi digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dan kinerja guru dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil analisis data, diketahui pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan nilai rata-rata kelas secara berturut-turut yaitu 59,46 dengan persentase ketuntasan sebesar 53,57% dan 73,39 dengan persentase ketuntasan sebesar 85,71%. Hasil observasi menunjukkan adanya peningkatan aktivitas siswa pada setiap siklusnya, yaitu 61,11% dengan kategori cukup aktif, dan 80,5% dengan kategori aktif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri I Wayhalom.


(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu masalah rutin yang umumnya dilaksanakan guru di kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan tetapi terkait dengan berbagai faktor dan unsur. Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak hanya diukur dari penguasaan materi pelajaran atau menyiapkan perangkat-perangkat media yang diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan kondisi belajar yang kondusif.

Selama ini perhatian sangat besar ditujukan pada upaya memberikan materi sebanyak-banyaknya kepada siswa, sangat jarang diperhatikan perbedaan-perbedaan individu dan suasana kelas yang sesungguhnya sangat mempengaruhi proses belajar mengajar.

Berdasarkan pengamatan di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan motivasi dan aktivitas siswa. Masih banyak tenaga pendidik yang lebih dominan verbal secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh guru. Dalam penyampaian materi biasanya guru menggunakan tipe ceramah dimana siswa hanya duduk, mencatat dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Dengan


(3)

demikian suasana pembelajaran menjadi tidak kondusif sehingga siswa menjadi pasif.

Proses pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut adanya partisipasi aktif dari seluruh siswa. Jadi kegiatan belajar berpusat pada siswa, guru sebagai motivator dan fasilitator didalamnya agar suasana kelas lebih hidup.

Sebagai bahan penelitian, salah satu kompetensi dasar yang sesuai dengan pembelajaran IPA yaitu menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa, mengenai materi pesawat sederhana yang diperoleh masih rendah. Meskipun materi tersebut sudah sering diajarkan kepada siswa, tetapi hasil yang diperoleh belum mencapai KKM yang ditentukan sekolah sebesar 60,00. Hasil penjajakan lapangan yang penulis lakukan didapatkan hasil bahwa proses pembelajaran IPA di kelas V SDN 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang masih kurang optimal. Terbukti dari 28 siswa, yang tuntas hanya 12 siswa (42,86%) dan selebihnya 16 siswa (57,14%) belum tuntas dengan nilai rata-rata kelas hanya mencapai 51,40 (Data Sekolah: 2010).

Rendahnya hasil tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Dalam kenyataan yang terjadi di kelas, guru menghadapi anak yang sulit memahami materi pelajaran, meskipun guru sudah berupaya sebaik mungkin dalam menjelaskan materi, tetapi sebagian anak masih belum memahami apa yang telah dijelaskan. Selain itu, lingkungan sangat mempengaruhi pada diri siswa misalnya lingkungan di luar sekolah yang kurang memotivasi siswa dalam belajar,


(4)

sedangkan kendala guru misalnya belum menerapkan secara efektif metode pembelajaran yang digunakan.

Selama ini guru telah melakukan berbagai cara dengan menggunakan metode yang bervariasi, media dan lain lain untuk membantu siswa supaya lebih aktif dan dapat menguasai materi pelajaran sehingga hasil belajarnya lebih baik, tetapi kenyataannya hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Dalam proses pembelajaran siswa kurang aktif, kurang merespon, kurang bersemangat, bila diberi pertanyaan asal menjawab saja, bila diberi tugas tidak dikerjakan serta kurang percaya diri.

Berdasarkan permasalahan di atas maka alternatif pemecahannya yang dirasa cocok untuk pelajaran IPA adalah melalui model pembelajaran kooperatif. Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang bisa memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Salah satu tipe kooperatif adalah tipe TPS. Tipe TPS yang dikembangkan oleh Kagan (dalam Lie, A, 2002) ini mengajarkan siswa untuk lebih mandiri dalam mengerjakan soal-soal yang diberikan sehingga dapat membangkitkan rasa percaya diri siswa, dimana siswa dapat bekerja sama orang lain dalam kelompok kecil yang heterogen. Keunggulan dari pendekatan ini adalah


(5)

optimalisasi partisipasi siswa, selain itu dalam pembelajaran menghendaki siswa untuk lebih banyak berfikir, menjawab, dan saling membantu dalam kelompok kecil yang heterogen baik secara akademik maupun jenis kelamin. Kelompok kecil ini diharapkan siswa lebih aktif belajar untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik dan semua anggota kelompok merasa terlibat didalamnya. Untuk menanggulangi permasalahan di atas diterapkanlah model pembelajaran tipe TPS.

Bertolak dari pandangan bahwa belajar adalah mengalami sesuatu, prosesnya dapat berupa berbuat, bereaksi, mengalami sesuatu, menghayati sesuatu. Mengalami sesuatu berarti menghayati situasi-situasi yang sebenarnya dan mereaksi terhadap berbagai aspek situasi itu untuk tujuan-tujuan yang nyata bagi siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membangkitkan motivasi belajar siswa. Maka untuk memecahkan permasalahan pembelajaran konsep IPA yang sulit dipahami, peneliti akan mencoba memberikan upaya melalui pembelajaran kooperatif dengan tipe TPS.

Beranjak dari latar belakang serta temuan yang ada di sekolah tersebut maka, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudu

Model Kooperatif Tipe TPS pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1


(6)

Dari hasil observasi yang telah dilakukan dalam rangka mengetahui beberapa permasalahan, yang berhubungan dengan peningkatan pembelajaran IPA di SD Negeri 1 Wayhalom, beberapa identifikasi masalah adalah :

1. Minat siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA masih tergolong rendah. 2. Guru kurang memotivasi siswa dalam belajar.

3. Guru belum menerapkan secara efektif model pembelajaran Kooperatif Tipe TPS.

4. Rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPA.

C.Pembatasan Masalah

Masalah dalam penelitian ini penulis batasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPA melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe TPS pada siswa kelas V SD Negeri 1 Wayhalom.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas siswa kelas V SD Negeri 1 Wayhalom dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Wayhalom ?

3. Bagaimanakah kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 1 Wayhalom ?


(7)

Sesuai dengan perumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Wayhalom dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA kelas V SD Negeri 1 Wayhalom dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Meningkatkan kinerja guru dalam pembelajaran kooperatif tipe TPS.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Siswa

Kegiatan pembelajaran dengan kooperatif tipe TPS dapat meningkatkan motivasi belajar dan meningkatkan kegairahan belajar, karena bisa menarik perhatian siswa dengan anggota kelompoknya yang akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup, maka hasil belajarnya pun meningkat.

2. Bagi Guru

Kegiatan pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat menciptakan situasi belajar mengajar yang efektif dan efisien (suasana belajar yang kondusif), mengetahui strategi pembelajaran yang bervariasi dan inovatif serta meningkatkan pemahaman guru dalam melakukan tindakan kelas.


(8)

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guna peningkatan kualitas pembelajaran IPA. Selain itu juga memotivasi kepada guru - guru agar menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS.

4. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan serta wawasan peneliti dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada pembelajaran IPA.


(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan paham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok yang tingkat kemampuannya berbeda (Isjoni, 2009: 55). Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Menurut Anita (2010: 29), model pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yang efektif kalau memperhatikan dua prinsip inti berikut. Yang pertama adalah adanya saling ketergantungan yang positif. Semua anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yang kedua adalah tanggungjawab


(10)

pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok harus memiliki kontribusi aktif dalam bekerja sama.

Dari uraian di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi belajar dimana setiap siswa dapat bekerja sama dengan teman-temannya dalam satu kelompok dalam rangka memecahkan suatu permasalahan dalam pembelajaran dan diharapkan semua siswa dalam kelompok tersebut paham dan menguasai bahan yang dipelajarinya.

B. Hakikat Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran yang sukses di mana tim kecil, masing-masing dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda, menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang suatu subjek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi bersama-sama. Siswa bekerja melalui penugasan sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan menyelesaikannya.

Pembelajaan kooperatif dikembangkan berdasarkan teori perkembangan kognitif Vygotsky (dalam Isjoni, 2009: 55), dalam teorinya, Vygotsky percaya bahwa anak aktif dalam menyusun pengetahuan mereka. Menurut Santrock (2008: 61), ada tiga klaim dalam inti pandangan Vigotsky, yaitu (1) keahlian kognitif anak dapat dipahami apabila dianalisis dan diinterpretasikan secara developmental; (2) kemampuan kognitif dimediasi dengan kata, bahasa dan bentuk diskursus, yang berfungsi sebagai alat psikologis untuk membantu dan mentransformasikan aktivitas mental; dan (3) kemampuan kognitif


(11)

berasal dari relasi sosial dan dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural. Implementasi teori Vygotsky untuk pendidikan anak mendorong pelaksanaan pengajaran yang menggunakan strategi pembelajaran kolaboratif atau pembelajaran kooperatif.

Dari tinjauan fisiologi otak, neuron-neuron yang berperan dalam pemrosesan informasi membentuk modul-modul yang saling berhubungan dan membentuk jalur majemuk yang pada gilirannya membentuk daerah atau komunitas korteks. Setiap modul memiliki rancangan genetik khusus yang menjadikannya ahli dalam satu arena interaksi dengan dunia. Beberapa sirkuit memproses sejumlah emosi, beberapa memproses interaksi sosial, beberapa memproses indrawi, dan lainyya menangani pikiran atau hal-hal terkait dengan gerakan, warna dan sebagainya. Oleh karena semua sistem kompleks ini memproses informasi secara khusus, maka disebut sebagai sistem pembelajaran.

Dari tinjauan psikologi belajar, Djamarah (2008: 22) mengemukakan bahwa belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dalam pengertian tersebut, belajar melibatkan dua unsur penyusun tubuh manusia, yaitu jiwa dan raga. Untuk mendapatkan perubahan, gerak raga harus sejalan dengan proses jiwa. Dengan demikian, perubahan yang diperoleh bukanlah perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan gerakan fisik sebagai sebab masuknya kesan-kesan baru.


(12)

Sistem pembelajaran dipandu oleh kode genetik dan dipengaruhi oleh input lingkungan dalam membentuk pola respons. Aspek genetik merupakan aspek bawaan dan bersifat permanen sedangkan input lingkungan yang paling kuat adalah pola pengasuhan dalam hal ini orang tua dan guru. Struktur dalam pembelajaran kooperatif, memberikan peluang yang sangat tinggi dalam mengembangkan lima sistem pembelajaran primer anak, yaitu emosional, sosial, kognitif, fisik dan reflektif.

Menurut Given (2007: 29), untuk meningkatkan efektivitas belajar, guru perlu menciptakan iklim kelas yang kondusif bagi keamanan emosional dan hubungan pribadi untuk siswa. Guru yang memupuk sistem emosional berfungsi sebagai mentor bagi siswa dengan menunjukkan antusiasme yang tulus terhadap anak didik, dengan menemukan hasrat untuk belajar, dengan membimbing mereka mewujudkan target pribadi yang masuk akal, dan mendukung mereka dalam upaya menjadi apapun yang bisa mereka capai. Jika pembelajaran memenuhi kriteria ini, maka kecemasan akademis diperkecil dan sistem emosional siswa siap untuk belajar.

Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok, dihormati dan menikmati perhatian dari yang lain. jika sistem emosioanl bersifat pribadi, berpusat pada diri dan internal, maka sistem sosial berfokus pada interaksi dengan orang lain atau pengalaman interpersonal. Kebutuhan sosial siswa menuntut sekolah dikelola menjadi komunitas pelajar, tempat guru dan siswa bisa bekerja sama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata. Dengan berfokus pada kelebihan siswa dalam konteks kelas, kita menerima perbedaan


(13)

sebagai berkah individual untuk dihormati, dan bukan sebagai perbedaan yang harus diperbaiki. Cara ini dapat memaksimalkan perkembangan sosial melalui kerja sama tulus anta-individu, perbedaan di antara mereka justru menciptakan petualangan kreatif dalam pemecahan masalah.

Menurut Slavin (2010: 11), pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi terutama jika disediakan penghargaan tim atau kelompok dan tanggung jawab individual.Penghargaan atau pengakuan diberikan kepada kelompok sehingga anggota kelompok dapat memahami bahwa membantu orang lain adalah demi kepentingan mereka juga. Sedangkan tanggung jawab individual merupakan bentuk akuntabilitas individu di mana setiap orang memiliki kontribusi yang penting bagi tim atau kelompok.

Metode pembelajaran kooperatif telah banyak digunakan oleh para guru di sekolah selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi dan sebagainya. Namun, penelitian terakhir di Amerika dan beberapa negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematis dan praktis yang ditujukan unutk digunakan sebagai elemen utama dalam pola pengaturan di kelas.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa hakikat pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat diterapkan secara efektif dengan membentuk tim atau kelompok belajar dan adanya tanggung jawab siswa bukan hanya untuk belajar tetapi untuk membantu rekan belajarya dalam rangka mencapai prestasi bersama-sama.


(14)

C. Elemen Pembelajaran Kooperatif

Hanya dalam kondisi tertentu bahwa usaha-usaha koperatif dapat diharapkan untuk menjadi lebih efektif dan produktif daripada upaya kompetitif dan individualistis. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif didesain sebagai pola pembelajaran yang dibangun oleh lima elemen penting sebagai prasyarat, sebagai berikut:

1. Saling ketergantungan secara positif (Positive Interdependence). Bahwasanya setiap anggota tim saling membutuhkan untuk sukses. Sekecil apapun perannya, sebuah tim membutuhkan saling ketergantungan dengan individu lain. Ibarat pepatah, tenggelam atau berenang bersama-sama.

2. Interaksi langsung (Face-to-Face Interaction). Memberikan kesempatan kepada siswa secara individual untuk saling membantu dalam memecahkan masalah, memberikan umpan balik yang diperlukan antar anggota untuk semua individu, dan mewujudkan rasa hormat, perhatian, dan dorongan di antara individu-individu sehinga mereka termotivasi untuk terus bekerja pada tugas yang dihadapi.

3. Tanggung jawab individu dan kelompok (Individual & Group Accountability). Bahwasanya tujuan belajar bersama adalah untuk menguatkan kemampuan akademis siswa, sehingga kontribusi siswa harus adil. Guru perlu mengatur struktur kelompok agar tidak ada siswa yang tidak berkontribusi, sehingga tanggung jawab seorang siswa tidak boleh dilebihkan dari yang lain. Dalam kelompok, tidak ada menumpang dan tidak ada bermalas-malasan.

4. Keterampilan interpersonal dan kelompok kecil (Interpersonal & small-Group Skills). Asumsi bahwa siswa akan secara aktif mendengarkan,


(15)

menjadi hormat dan perhatian, berkomunikasi secara efektif, dan dapat dipercaya tidak selalu benar. Sering kali, kita harus menyisihkan waktu untuk memperhatikan hal ini dan menunjukkan bahwa keterampilan kerja sama tim sangat penting untuk mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu cara untuk meningkatkan kerja sama tim dan keterampilan sosial siswa adalah untuk menyisihkan waktu secara berkala untuk membahas hal ini dengan siswa. Keterampilan sosial harus mengajarkan kepemimpinan, pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, komunikasi, keterampilan manajemen konflik.

5. Proses kerja kelompok (group processing). Proses kerja kelompok memberikan umpan balik kepada anggota kelompok tentang partisipasi mereka, memberikan kesempatan untuk meningkatkan keterampilan pembelajaran kolaboratif anggota, membantu untuk mempertahankan hubungan kerja yang baik antara anggota, dan menyediakan sarana untuk merayakan keberhasilan kelompok.One strategy is to ask each team to list three things the group has done well and one that needs improvement (Smith, 1996: 72). Salah satu strateginya adalah meminta setiap tim untuk mendaftar tiga hal telah lakukan dengan baik oleh kelompok dan satu yang perlu perbaikan. Guru juga dapat mendorong proses kerja bagi kelas, dengan mengamati kelompok-kelompok dan memberikan umpan balik yang baik untuk kelompok-kelompok individu atau ke seluruh kelas.

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS

Model Pembelajaran TPS menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai


(16)

pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Thinking

mengajukan pertanyaan atau isu terkait dengan pelajaran untuk dipikirkan oleh peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada mereka memikirkan jawabannya.

Pairing

-pasangan. Beri kesempatan kepada pasangan-pasangan itu untuk berdiskusi. Diharapkan diskusi ini dapat memperdalam makna dari jawaban yang telah dipikirkannya Intersubjektif dengan pasangannya.

Hasil diskusi intersubjektif di tiap-tiap pasangan hasilnya dibicarakan dengan pasangan seluruh kelas. Tahap ini dike sharing

ini mengharapkan terjadi tanya jawab yang mendorong pada pengontruksian pengetahuan secara intergratif. Perserta didik dapat menemukan struktur dari pengngetahuan yang di pelajarinya.

Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih bersifat konvensional, Pembelajaran keoperatif memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya di lihat dari aspek siswa, Adalah memberi peluang kepada siswa agar mengngemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.

Dengan melaksanakan pada pembelajaran keoperatif, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga, bisa keterampilan berpikir (thinking skil) maupun keterampilan sosial (social


(17)

skill), seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima sasaran dan masukan dari orang lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya prilaku yang menyimpang dalam kehidupan kelas.

Langkah-langkah model pembelajaranTPSadalah sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.

3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.

5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok ermasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

6. Kesimpulan/Penutup.

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran TPS memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis. Siswa bukan lagi sebagai objek pembelajaran, namun bisa juga berperan sebagai tutor bagi teman sebayanya.

E. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni terjadinya perubahan tingkah laku sebagai dampak dari pengalaman


(18)

individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang sengaja diciptakan oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebelajar biasa disebut proses pembelajaran. Proses ini biasa dirancang oleh guru. Istilah belajar berarti suatu proses perubahan sikap dan tingkah laku pada diri individu yang biasanya terjadi setelah adanya interaksi dengan sumber belajar, sumber belajar ini dapat berupa buku, lingkungan, guru atau sesama teman.

Dalam pengertian yang sangat luas, Anita (dalam Mawarni dan Suryani, 2005: 176), mengatakan bahwa belajar terjadi ketika pengalaman menyebabkan suatu perubahan pengetahuan dan prilaku yang relative permanen pada individu. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkahlaku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.

Adapun istilah mengajar adalah menciptakan situasi yang mampu merangsang siswa untuk belajar. Hal ini tidak harus berupa proses transformasi pengetahuan dari guru kepada siswa. Reber (dalam Agus Suprijono, 2009: 3) mengatakan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan.

Belajar sebagai konsep mendapatkan pengetahuan dalam praktiknya banyak dianut. Guru bertindak sebagai pengajar yang berusaha memberikan ilmu pengetahuan yang sebanyak-banyaknya dan peserta didik giat mengumpulkan atau menerimanya. Kegiatan belajar mengajar


(19)

sebagai salah satu bentuk pendidikan yang multi variabel sudah tentu dalam proses penyelenggaraannya akan turut dipengaruhi serta melibatkan faktor-faktor lain.

Faktor tersebut secara umum terbagi atas tiga macam berupa:

1) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa seperti halnya minat, bakat dan kemampuan.

2) Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan disekitar siswa seperti keadaan keluarga, latar belakang ekonomi dan kemampuan guru dalam mengajar.

3) Faktor pendekatan mengajar, berupa upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian, untuk menciptakan proses pembelajaran yang tepat dibutuhkan suatu formula bentuk pembelajaran yang utuh dan tentu saja menyeluruh, dalam arti proses pembelajaran melibatkan aktivitas siswa.

Jadi pada hakekatnya, belajar adalah wujud keaktifan siswa walaupun derajatnya tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya dalam suatu proses belajar mengajar di kelas. Tetapi terdapat banyak keaktifan yang tak dapat dilihat dengan mata atau tak dapat diamati, misalnya menggunakan hasanah ilmu pengetahuannya untuk memecahkan masalah, memilih teorama-teorama untuk membuktikan proposisi, melakukan asimilasi dan atau akomodasi untuk memperoleh ilmu pengetahuan baru.


(20)

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud belajar secara aktif adalah belajar dengan melibatkan keaktifan mental walaupun dalam banyak hal diperlukan keaktifan fisik.

2. Pengertian Hasil Belajar

Setelah berakhirnya proses pembelajaran biasanya diperoleh hasil belajar yang merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

Gagne (dalam Suprijono, 2009: 4) mengungkapkan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Dari pendapat para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku atau keterampilan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap dan aspek lain, melalui serangkaian kegiatan membaca, mengamati, mendengar, meniru, menulis, dan lain sebagainya, sebagai bentuk pengalaman individu dengan lingkungan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Hasil belajar dipengaruhi 2 faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa) Faktor ini meliputi faktor fisiologis maupun psikologis. Faktor fisiologis antara lain: cacat badan, kesehatan dan sebagainya. Faktor psikologis antara lain


(21)

berupa motivasi, minat, reaksi, konsentrasi, organisasi, repetisi, komprehensif, dan sebagainya.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar diri siswa). Faktor ini datangnya dari luar diri siswa, faktor ini melipui faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketersediaan sarana dan prasarana atau adanya laboratorium.

Hasil belajar dapat digolongkan pada hasil yang bersifat penguasaan sesaat dan penguasaan berkelanjutan. Penguasaan sesaat contohnya pengetahuan tentang fakta, teori, istilah-istilah, pendapat dan sebagainya. Hasil belajar yang bersifat berkelanjutan harus dilakukan terus menerus dalam hampir setiap kegiatan belajar. Penguasaan berkelanjutan misalnya keterampilan tertentu dalam mengolah suatu produk, menyelesaikan perhitungan dan sebagainya.

Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa tinggi dan berkualitas, tujuan pengajaran yang dicapai juga tinggi, sangat dipengaruhi oleh proses interaksi antara guru dan siswa. Interaksi antara guru dan siswa akan baik bila komunikasi antara guru dan siswa juga berjalan dengan baik.

Kemudian untuk mengukur hasil belajar dalam penentuan keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran yang sering digunakan adalah berupa tes hasil belajar. Tes hasil belajar disusun berdasarkan tujuan penggunaan tes itu sendiri, misalnya dalam bentuk pretes dan postes. Pretes adalah tes yang diberikan sebelum suatu pelajaran dimulai yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana siswa telah menguasai bahan yang akan diberikan. Sedangkan postes adalah tes yang diberikan sesudah


(22)

suatu pelajaran selesai diajarkan, tujuannya adalah untuk mengetahui sejauhmana siswa tersebut telah menguasai bahan yang telah diajarkan. Perbedaan hasil kedua jenis tes ini akan ditentukan oleh kualitas pembelajarannya. Jika proses pembelajaran baik maka pengaruhnya ialah terdapat perbedaan yang besar antara postes dengan pretes. Pertanyaan-pertanyaan pada pretes harus dibuat sama dengan Pertanyaan-pertanyaan-Pertanyaan-pertanyaan pada postes, supaya kedua hasil tes ini dapat dibandingkan.

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah faktor internal (dalam diri siswa) dan eskternal (luar diri siswa). Hasil belajar yang dicapai siswa akan optimal apabila terjadi proses interaksi atau komunikasi yang baik antara guru dan siswa.

4. Motivasi Belajar

MC Donal (dalam Mawarni dan Suryani, 2005: 177) mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri /pribadi seseorang yang di tandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan.

Agar pembelajaran menjadi lebih berkualitas maka guru harus dapat membangkitkan motivasi siswa untuk belajar, sebab jika tidak ada dorongan dalam diri siswa untuk belajar, maka proses pembelajaran tidak akan efektif. Siswa yang termotivasi belajar akan berpartisipasi secara aktif dalam pelajaran yang berlangsung tanpa rasa terpaksa, tetapi secara sukarela atas inisiatif sendiri. Sebagai akibat dari hal ini maka hasil belajar yang dicapai akan lebih lama diserap, karena dengan adanya motivasi


(23)

belajar tersebut maka dorongan dalam diri siswa akan terpenuhi; dan siswa akan merasa puas dengan hasil belajar yang dirasakan sebagai pemenuhan kebutuhan. Dalam kegiatan belajar di kelas ada tiga hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu: (1) kemana siswa menuju pada akhir kegiatan, (2) bagaimana caranya agar siswa tiba pada sasaran yang dituju, dan (3) bagaimana agar dapat diketahui apakah sasaran yang dituju itu sudah tercapai atau belum.

Agar melalui ketiga hal tersebut guru harus menciptakan kondisi yang dapat merangsang timbulnya motivasi belajar siswa yaitu mengikat perhatian siswa, menggiatkan semangat belajar, menyediakan kondisi yang optimal untuk belajar. Oleh karena itu, maka guru harus membangkitkan motivasi belajar siswa terlebih dahulu sebelum proses pembelajaran dimulai. Selanjutnya ia mengemukakan bahwa motivasi juga dapat berfungsi untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya, khususnya untuk menemukan jalan untuk mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini diharapkan siswa dapat menyelesaikan tugas yang diberikan dalam kelompoknya mengenai materi pelajaran yang dipelajarinya.

Berdasarkan penyebab timbulnya, ada dua jenis motivasi; yaitu motivasi ekstrinsik dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul dari luar diri individu, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun oleh keadaan alam dan lingkungan. Seperti keluarga, masyarakat, sekolah. Motivasi instrinsik yaitu motivasi yang timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa tekanan dari luar.


(24)

Motivasi instrinsik jauh lebih kuat dari pada motivasi ekstrinsik, karena timbulnya motivasi instrinsik ini sepenuhnya disadari oleh individu yang terlibat, tanpa desakan atau dorongan apapun. Motivasi instrinsik dapat mengubah sikap seseorang dari malas menjadi giat belajar. Motivasi ekstrinsik dapat membantu timbulnya motivasi instrinsik, yang berpengaruh lebih kuat terhadap keberhasilan belajar.

Kemungkinan penyebab rendahnya motivasi belajar siswa diantaranya, siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPA itu sulit, kemungkinan lainnya adalah model pembelajaran yang digunakan masih berorientasi pada guru sehingga siswa belum terlibat aktif secara maksimal dalam proses pembelajaran, oleh karena itu maka perlu upaya untuk membangkitkan motivasi belajar dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA agar hasil pembelajaran menjadi bermakna perlu menggunakan pendekatan yang sesuai, antara lain dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif(cooperative learning).

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dari luar individu yang berfungsi karena adanya perangsang dari laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain sebagainya.


(25)

F. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran Salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.


(26)

Oleh karena itu, pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.


(27)

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut. 1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa proses pembelajaran IPA meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran IPA dengan menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

G. Lingkungan Belajar dan Prosedur Pembelajaran

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh peran aktif siswa dalam menemukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Iklim demokratis dikembangkan oleh guru dalam mengambil keputusan terhadap pemecahan masalah yang timbul dalam pembelajaran. Dalam pembentukan kelompok, guru menerapkan suatu struktur dengan memperhatikan heterogenitas kemampuan, jenis kelamin, suku, kelas sosial, agama, kepribadian, usia, bahasa dan lain sebagainya.


(28)

Semua prosedur didefinisikan secara baik sehingga semua siswa memahaminya. Namun, siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan aktivitas mereka di dalam kelompoknya untuk mencapai tujuan yang ditargetkan bersama.

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. pembelajaran tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, tujuan yang diingin dicapai bukan hanya tujuan akademik atau pengetahuan akan konten (kompetensi), akan tetapi juga unsur kerja sama dalam upaya penguasaan kompetensi tersebut. Penekanan pada kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif .

Menurut Sanjaya (2009: 67), prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu: (a) penjelasan materi, (b) belajar dalam kelompok, (c) penilaian dan (d) pengakuan tim.

a. Penjelasan Materi

Proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa siswa belajar dalam kelompok. Tahapan bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini, guru memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang selanjutnya siswa akan diperdalam pada pembelajaran kelompok. Guru dapat menggunakan metode ceramah, brainstorming, tanya jawab, presentasi atau demonstrasi. Penggunaan media dalam hal ini sangat penting agar penyajian dapat lebih menarik.


(29)

Pada tahap ini siswa bekerja dalam kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Kelompok dibentuk secara heterogen dan mengakomodasi sebanyak mungkin variabel pembeda. Melalui pembelajaran dalam kelompok, siswa didorong untuk melakukan tukar-menukar informasi dan pendapat, mendiskusikan permasalahan secara bersama, membandingkan jawaban mereka, dan mengoreksi hal-hal yang kurang tepat.

c. Penilaian

Penilaian dalam pembelajaran kooperatif dapat dilakukan dalam bentuk tes atau evaluasi. Penilaian dapat dilakukan secara individual maupun secara kelompok. Penilaian individual akan memberikan informasi kemampuan setiap siswa secara individu, dan penilaian kelompok akan memberikan informasi kemampuan setiap kelompok. Hasil akhir penilaian dapat mengekuilibrasi penilaian individu dan penilaian kelompok. Nilai setiap kelompok memiliki nilai yang sama terhadap semua anggota kelompoknya, karena nilai kelompok merupakan hasil kerja sama setiap kelompok.

d. Pengakuan Tim

Pada tahap ini, guru memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap siswa. Di mana penetapan tim yang dianggap paling menonjol dan berprestasi untuk kemudian diberikan perhargaan. Pengakuan dan pemberian penghargaan diharapkan dapat memotivasi siswa dan tim untuk terus membangkitkan semangat berprestasi.


(30)

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif telah banyak dilakukan, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams-Gamestournament (TGT) sebagai Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Siswa pada Pokok Bahasan Peluang dan Statistika di SMP Negeri 4 Depok Yogyakarta Kelas IX C

an Minat Siswa dalam Pembelajaran Kooperarif Tipe Student Teams Achievement Division(STAD) terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Semester II dalam Pokok Bahasan Penjumlahan dan Pengurangan Berbagai Bentuk Pecahan di SD Negeri Kalirejo Tahun Pelajaran 2006/2007

Usaha Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Konsep Bangun Datar Melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Memanfaatkan Alat Peeraga Bangun Datar di Kelas VII SMP Negeri 3 Secang Magelang Tahun Pelajaran 2004/2005

Dari ketiga hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

I. Kerangka Berpikir

Model pembelajran kooperatif TPS menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Model pembelajran kooperatif TPS dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, mengajak siswa melatih daya pikir sehingga timbul keberanian dan keterampilan dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.

Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap


(31)

mengacu pada materi/tujuan pembelajaran. Keunggulan model pembelajaran kooperatif TPS dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan kearah satu pandangan kelompok.

Pembelajaran Sains menekankan pada pemberian belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses (Badan Standar Pendidikan Nasioal: 2006). Maka dengan hal ini untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan adanya penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi.

J. Hipotesis Tindakan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, akan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wayhalom Tahun


(32)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pelajaran 2011/2012 selama 3 bulan yaitu dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2012.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 1 Wayhalom sebanyak 28 siswa yang terdiri atas 12 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Peneliti mengambil subjek siswa kelas V mengingat karakteristiknya cenderung lebih pasif dibandingkan kelas lain dan berdasarkan dari hasil belajar pada konsep materi sebelumnya masih dianggap relatif rendah.

Sedangkan partisipan yang terlibat dalam penelitian ini adalah rekan sejawat yang merupakan guru sekolah disekolah tersebut sebagai kolaborator.


(33)

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) atau dalam bahasa Inggris disebutClassroom Action Research(CAR). Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa yang berkaitan dengan proses pembelajaran di kelas, dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS .

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Dalam penelitian ini peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan mengikuti draft pelaksanaan penelitian sebagai berikut.

Bagan Alur Siklus PTK

(Suharsimi, 2010: 137) Penjelasan alur di atas sebagai berikut.

SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan Refleksi

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan Perencanaan


(34)

1. Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Pelaksanaan/Tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa.

3. Pengamatan (observasi), dengan mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Observasi dibagi dalam dua siklus dimana masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes tertulis diakhir pembelajaran.

4. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh observer. Berdasarkan hasil refleksi tersebut kemudian dapat diputuskan apakah dilanjutkan pada siklus berikutnya ataukah tidak.

E. Urutan Siklus Penelitian Tindakan Kelas I. Siklus I

a. Perencanaan

Siklus pertama diawali dengan perencanaan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengadakan perencanaan kegiatan yang akan dilakukan setelah melihat dan mengamati keadaan pembelajaran sebenarnya di lapangan. Rencana kegiatan ini didapat setelah diadakan diskusi antara peneliti dan kolaborator.


(35)

1. Membuat pemetaan, silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Guru merancang sekenario pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

3. Membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana proses belajar mengajar dikelas berlangsung.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sebagaimana yang telah direncanakan berdasarkan rencana pelaksaaan pembelajaran (RPP) dengan indikator yang telah ditetapkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

1. Pertemuan Pertama

A. Kegiatan Awal (10 menit)

1. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk mengawali pelajaran.

2. Mengkondisikan siswa pada pembelajaran yang efektif, mendata kehadiran siswa.

3. Apersepsi dan memotivasi siswa dengan menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

4. Guru menginformasikan model pembelajaran, yaituCooperative Learningtipe TPS.


(36)

Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Guru menjelaskan peta konsep tentang pesawat sederhana. 2. Guru meminta siswa untuk berfikir tentang pengertian pesawat

sederhana.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dengan melakukan kegiatan diskusi tentang jenis pesawat sederhana, antara lain:

Tuas (pengukit)Bidang miringKatrol

Roda

2. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya yaitu setiap kelompok siswa menyebutkan jenis-jenis pesawat sederhana.

3. Masing-masing kelompok mengerjakan jawaban soal di papan tulis.

4. Guru memberi latihan pendalaman materi dengan memberi lembar kerja siswa (LKS).

Konfirmasi


(37)

1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa.

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

C. Kegiatan Akhir (10 menit)

1. Memberikan kesimpulan bahwa setiap alat yang berguna bagi manusia disebut pesawat dan pada tuas golongan pertama posisi titik tumpu berada di antara beban dan kuasa.

2. Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru meminta siswa mempelajari kembali di rumah materi yang telah diterimanya.

4. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

5. Memberikan salam penutup.

2. Pertemuan Kedua

A. Kegiatan Awal (10 menit)

1. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk mengawali pelajaran.

2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

4. Menginformasikan model pembelajaran, yaitu Cooperative Learningtipe TPS.


(38)

5. Guru menginformasikan kelompok.

B. Kegiatan Inti (50 menit)Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Guru menjelaskan peta konsep tentang pesawat sederhana.

2. Guru meminta siswa untuk berfikir tentang pengertian pesawat sederhana.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Memahami peta konsep tentang pesawat sederhana.

2. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dengan melakukan kegiatan diskusi.

3. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok melakukan pengamatan terhadap jenis-jenis pesawat sederhana dan kemudian mengelompokkannya berdasarkan jenisnya.

5. Masing-masing kelompok menyebutkan hasil diskusi kelompoknya tentang pengelompokkan pesawat sederhana dan manfaatnya bagi kehidupan.

6. Guru memberi latihan pendalaman materi dengan memberi lembar kerja siswa (LKS).

Konfirmasi

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:


(39)

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

C. Kegiatan Akhir (10 menit)

1. Memberikan kesimpulan bahwa tuas adalah pesawat sederhana, bagian-bagian tuas adalah beban, kuasa, dan titik tumpu, tuas dibedakan menjadi tiga golongan berdasarkan posisi dari kuasa, beban dan titik tumpu.

2. Siswa melaksanakan evaluasi secara tertulis.

3. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

4. Memberikan salam penutup. c. Tahap Pengamatan/Observasi

Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat atau observer dalam rangka memantau proses Kegiatan Belajar Mengajar (PBM) yang sedang berlangsung menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada siklus I.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap refleksi ini. Jika dalam refleksi pada siklus pertama ini masih ada kekurangan atau kendala yang ditemukan, maka untuk selanjutnya akan disusun kembali rencana-rencana pembelajaran dengan berorientasi pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS yang lebih baik lagi pada siklus berikutnya.


(40)

II. Siklus II

a. Perencanaan

Prosedur penelitian pada siklus II juga sama seperti siklus I yaitu dengan membuat perencanaan antara teman sejawat dan peneliti secara kolaboratif, antara lain:

1. Membuat pemetaan, silabus dan Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP) pembelajaran IPA pada materi pesawat sederhana dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2. Menyiapkan media pembelajaran. 3. Membuat lembar kerja siswa.

4. Menyiapkan lembar observasi aktivitas guru dan siswa untuk melihat bagaimana proses pembelajaran di kelas.

5. Menyusun instrumen evaluasi pembelajaran, berupa soal postes.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Pertemuan Pertama

A. Kegiatan Awal (10 menit)

1. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk mengawali pelajaran.

2. Mengkondisikan siswa pada pembelajaran yang efektif, mendata kehadiran siswa.

3. Apersepsi dan memotivasi siswa dengan menjelaskan tujuan dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan.


(41)

4. Guru menginformasikan model pembelajaran, yaituCooperative Learningtipe TPS.

B. Kegiatan Inti (50 menit)Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Guru menjelaskan peta konsep tentang pesawat sederhana. 2. Memahami pengertian bidang miring.

3. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru:

1. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dengan melakukan kegiatan diskusi tentang keuntungan menggunakan benda miring.

2. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya yaitu setiap kelompok siswa menyebutkan keuntungan bidang miring dan contohnya.

3. Masing-masing kelompok mengerjakan jawaban soal di papan tulis.

4. Guru memberi latihan pendalaman materi dengan memberi lembar kerja siswa (LKS).

Konfirmasi


(42)

1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan.

C. Kegiatan Akhir (10 menit)

1. Memberikan kesimpulan bahwa bidang miring adalah pesawat sederhana. Bidang miring berguna untuk memindahkan benda yang terlalu berat.

2. Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

3. Guru meminta siswa mempelajari kembali di rumah materi yang telah diterimanya.

4. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

5. Memberikan salam penutup.

2. Pertemuan Kedua

A. Kegiatan Awal (10 menit)

1. Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing untuk mengawali pelajaran.

2. Guru mengingatkan kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan sebelumnya.

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

4. Menginformasikan model pembelajaran, yaitu Cooperative Learningtipe TPS.


(43)

5. Guru menginformasikan kelompok.

B. Kegiatan Inti (50 menit)Eksplorasi

Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

1. Guru menjelaskan peta konsep tentang pesawat sederhana. 2. Guru meminta siswa untuk berfikir dalam memahami peta

konsep pesawat sederhana.

3. Guru menjelaskan pengertian katrol dan roda.

Elaborasi

Dalam kegiatan elaborasi, guru: 1. Menyebutkan jenis katrol

Katrol tetapKatrol bebasKatrol majemuk

2. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing dengan melakukan kegiatan diskusi.

3. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok melakukan pengamatan terhadap penggunaan katrol dan roda.

4. Masing-masing kelompok menyebutkan hasil diskusi kelompoknya tentang penggunaan katrol dan roda.

5. Guru memberi latihan pendalaman materi dengan memberi lembar kerja siswa (LKS).


(44)

Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

1. Guru bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa

2. Guru bersama siswa bertanya jawab meluruskan kesalahan pemahaman, memberikan penguatan dan penyimpulan

C. Kegiatan Akhir (10 menit)

1. Memberikan kesimpulan bahwa tiga jenis katrol adalah katrol tetap, katrol bebas dan katrol majemuk. Roda memudahkan pemindahan benda. Roda termasuk katrol tetap.

2. Siswa melaksanakan evaluasi secara tertulis.

3. Guru memberi kata-kata pujian kepada siswa atas keikutsertaan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran.

4. Memberikan salam penutup.

c. Observasi

Observasi dilakukan observer pada saat pelaksanaan tindakan siklus II. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memantau proses Kegiatan Belajar Mengajar (PBM) yang sedang berlangsung menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Data yang diolah digeneralisasi agar diperoleh kesimpulan yang akurat sehingga dapat direfleksi.

d. Refleksi

Hasil yang diperoleh dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dalam tahap refleksi siklus II untuk menentukan kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan model


(45)

pembelajaran kooperatif tipe TPS dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi, dan tolak ukur keberhasilan. Kesemua teknik ini diharapkan dapat melengkapi dalam memperoleh data yang diperlukan.

1) Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang sangat ampuh dalam penelitian kualitatif. Keuntungan yang diperoleh melalui observasi adalah pengalaman yang diperoleh secara mendalam, dimana peneliti berhubungan secara langsung dengan subjek peneliti. Melalui hubungan langsung tersebut peneliti dapat melihat apa yang terjadi sebenarnya di lapangan. Tujuan utama dari observasi adalah untuk memantau proses, hasil, dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

Langkah-langkah observasi terdiri dari tiga tahap yaitu : Pertemuan, pendahuluan, pelaksanaan observasi, dan pertemuan balikan. Pertemuan pendahuluan sering disebut sebagai pertemuan perencanaan dilakukan sebelum observasi berlangsung dengan tujuan menyepakati hal-hal yang akan diamati dengan mitra peneliti.

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan di sekolah dan dikelas untuk mengamati kegiatan belajar mengajar dan untuk memperoleh data tentang aktifitas guru dalam pembelajaran IPA, misalnya cara guru menjelaskan dan menutup pelajaran dalam pelajaran IPA.


(46)

Selain itu teknik ini juga digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktifitas siswa dalam proses pembelajaran, misalnya bagaimana siswa merespon sistem pengajaran, bagaimana siswa bertanya dan mengeluarkan pendapat serta aspek-aspek lainnya. Dalam proses pembelajaran IPA melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS.

2) Wawancara

Observasi tidak memadai dalam melakukan penelitian, itu sebabnya observasi harus dilengkapi oleh wawancara. Dengan melakukan wawancara penelitian dapat memasuki Dunia pilihan dan perasaan responden. Selanjutnya menurut Nasution, tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung dalam hati dan pikiran orang lain, bagaimana pandangannya tentang hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui observasi. Teknik ini akan peneliti tempuh dengan melakukan wawancara hati-hati dan mendalam berdasarkan instrument yang telah dipersiapkan dan bersifat terbuka dengan maksud pertanyaan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan data yang diperlukan.

Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti sendiri bekerja sama dengan teman sejawat (kolaborator). Pedoman wawancara digunakan untuk menjaring data dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru, terutama guru IPA dan siswa yang dijadikan subjek penelitian, serta Kepala Sekolah dan tenaga pendidikan lainnya di sekolah terhadap model pembelajaran Kooperatif tipe TPS dalam pembelajaran IPA, baik sebelum dan sesudah dilakukan program tindakan.


(47)

Untuk diketahui bahwa sebelum wawancara dilakukan, peneliti terlebih dahulu memberitahukan tujuan wawancara tersebut kepada narasumber. Adapun bentuk pertanyaan wawancara pada waktu pra survey atau studi pendahuluan adalah wawancara tak berstruktur, sedangkan pada waktu mengembangkan model pembelajarann, wawancara yang dilakukan adalah wawancara berstruktur yang jawabannya bersifat terbuka. Isi pertanyaan wawancara dalam pengembangan model pembelajaran ini berkenaan dengan pendapat responden tentang pembelajaran.

3) Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan hasil lembar kerja siswa dan foto-foto penelitian. Metode dokumentasi digunakan untuk mencari data-data yang mendukung permasalahan yang akan diteliti.

4) Tolok Ukur Penilaian

Untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA selama penelitian tindakan kelas ini berlangsung, maka pada setiap akhir pembelajaran pada setiap siklus, akan selalu diadakan post test. Untuk menentukan tingkat keberhasilan siswa dengan tolok ukur penilaian di bawah ini.

Tabel 3.1 Tolok Ukur Penilaian Skor Maksimal 100

No Rentang Skor Tingkat Kemampuan

1 85 - 100 Sangat Baik

2 75 - 84 Baik

3 60 - 74 Cukup


(48)

5 0 - 39 Sangat Kurang (Nurgiantoro, 2001:399).

G. Validitas Data

Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas dalam penelitian ini adalah dengan menggunkan teknik triangulasi data. Validitas data ini dilakukan antara lain untuk :

1. Mengetahui peningkatan kineraja guru dalam mengelola pembelajaran yaitu pada lembar observasi kinerja guru.

2. Mengetahui peningkatan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yaitu pada lembar observasi aktivitas siswa.

3. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa.

H. Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Analisis ini dihitung dengân menggunakan statistik sederhana, yaitu :

1. Untuk menilai ulangan atau tes tertulis

Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes tertulis dapat dirumuskan sebagai berikut.

Dengan : X = Nilai rata-rata N

X X


(49)

X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa

Diadopsi dari Muncarno (2004: 15)

2. Untuk ketuntasan belajar

Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai nilai 60 dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut mencapai daya serap lebih dan atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar klasikal digunakan rumus sebagai berikut.

%

100

×

Siswa

belajar

tuntas

yang

Siswa

=

P

Diadopsi dari Mulyasa (2003: 102)

3. Presentase aktivitas belajar setiap siswa diperoleh dengan rumus:

Keterangan:

NP : Nilai persen yang dicari atau diharapkan R : Skor mentah yang diperoleh siswa SM : Skor maksimum dari tes yang ditentukan 100 : bilangan tetap

Diadopsi dari Ngalim Purwanto (2009: 102)

I. Indikator Keberhasilan 100 SM

R NP


(50)

Tolok ukur keberhasilan dalam penelitian ini apabila hasil belajar siswa pada pokok bahasan pesawat sederhana, yaitu nilai rata-rata yang dihasilkan 60 atau lebih dan siswa yang mendapat nilai 60 atau lebih sejumlah minimal 75% dari jumlah siswa (Mulyasa, 2003: 102).


(51)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari seluruh kegiatan penelitian tindakan kelas di kelas V SD Negeri 1 Wayhalom, disimpulkan sebagai berkut.

1. Dengan menggunakan model pembelajaran TPS, aktivitas siswa mengalami peningkatan yang posistif. Siklus I persentase aktivitas siswa 61,11% dan siklus II meningkat menjadi 80,5%. Dengan demikian, model pembelajaran TPS dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa.

2. Penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Thinks Pair Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Wayhalom, Tanggamus dalam materi pesawat sederhana. Hal ini terbukti dari hasil evaluasi yang diperoleh dimana setiap siklusnya mengalami peningkatan. Siklus I nilai rata-rata mencapai 59,46 dengan persentase ketuntasan (53,57%), siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 73,39 dengan persentase ketuntasan (85,71%).

B. Saran

Dari pengalaman selama melaksanakan penelitian tindakan kelas di kelas V SD Negeri 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus, dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut.


(52)

2

Sebelum berdiskusi secara kelompok hendaknya siswa telah mempunyai pendapat dari pemikirannya sendiri dan didiskusikan terlebih dahulu dengan teman pasangannya sehingga suasana diskusi kelompok akan lebih hidup.

2. Untuk Guru

Guru sebaiknya membentuk kelompok-kelompok belajar agar siswa dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan menggunakan model pembelajaran TPS agar siswa dapat lebih memahami materi yang diajarkan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3. Untuk Sekolah

Sekolah sebaiknya memfasilitasi dan mendukung penuh kegiatan belajar kooperatif agar dapat terlaksana dengan maksimal.

4. Untuk Peneliti

Penelitian ini hanya mengimplementasikan pendekataan kooperatif tipe TPS pada materi pesawat sederhana. Bagi peneliti yang tertarik dengan pendekataan kooperatif tipe TPS, dapat menjadikan penelitian ini sebagai rujukan dan tindak lanjut pada penelitian untuk materi yang lainnya.


(53)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE)

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Penelitian Tindakan Kelas)

Oleh

ENDRA LELA NPM 1013127010

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(54)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Hasil Evaluasi Siklus I ... 64

2. Hasil Evaluasi Siklus II... 74

3. Data Ketuntasan Siswa Siklus I dan Siklus II ... 81

4. Kenaikan Persentase Aktivitas Siswa Siklus I dan Siklus II... 82


(55)

xi DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GRAFIK... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR ... 8

A. Pembelajaran Kooperatif... 8

B. Hakikat Pembelajaran Kooperatif ... 9

C. Elemen Pembelajaran Kooperatif... 13

D. Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS... 15

E. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar ... 17

F. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ... 25

G. Lingkungan Belajar dan Prosedur Pembelajaran ... 28

H. Hasil Penelitian yang Relevan... 30

I. Kerangka Berpikir ... 30

J. Hipotesis Tindakan... 32

BAB III. METODE PENELITIAN ... 33

A. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 33

B. Subjek Penelitian... 33

C. Desain Penelitian... 34

D. Prosedur Penelitian... 34

E. Urutan Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Validitas Data ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 50

I. Indikator Keberhasilan ... 52


(56)

xii

A. Gambaran Umum SD Negeri 1 Wayhalom... 53

B. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran ... 54

C. Hasil Penelitian ... 55

D. Deskripsi Siklus... 56

E. Tahap Pelaksanaan Siklus ... 59

F. Pembahasan ... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 84

A. Kesimpulan ... 84

B. Saran... 84

DAFTAR PUSTAKA ... 86


(57)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1984.Didaktik Metodik. Semarang: C.V. Toha Putera.

Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori Aplikasi dan Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 3.

Anita, Lie. 2004.Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo. Hlm 29.

Dahar, Ratna Wilis. 1986. Interaksi Belajar Mengajar IPA. Jakarta: Universitas Terbuka.

Depdikbud Rooyakkers. 1984.Mengajar dengan Sukses. Bandung: Gramedia. Depdiknas. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta.

Dharmawati, D.Made. 2009. Modul Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Muhamadiyah Prof. Dr. Hamka

Dimyati. 1999.Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.

Mawarni Sri, dan Suryani, Lilis. 2005.Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta: UHAMKA. Hlm. 176

Muncarno. 2012. Statistik Pendidikan. Metro. PGSD.

Isjoni. 2009. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hlm 55.

Purwanto, Ngalim. 1998.Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.Bandung: Remaja Rosda Karya.

Slavin, Robert E. 2010.Cooperative Learning Teori Riset dan Praktik.Bandung: Nusamedia. hlm 11

Sudjana, N. 2005. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Supriajono, Agus. 2009.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar. Syah, Muhibin. 1995.Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:


(58)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Tolok Ukur Penilaian Skor Maksimal 100 ... 50

4.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Setiap Siklus ... 55

4.2. Skor Kumulatif Hasil Evaluasi Siklus I ... 63

4.3. Analisis Hasil Evaluasi Siklus I ... 65

4.4. Skor Kumulatif Hasil Evaluasi Siklus II... 73

4.5. Analisis Hasil Evaluasi Siklus II... 74

4.6. Data Ketuntasan Siswa Siklus I dan Siklus II... 80

4.7. Data Aktivitas Belajar Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif tipe TPS... 81


(59)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE)

PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh ENDRALELA

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2012


(60)

iii

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertandangan di bawah ini: Nama Mahasiswa : Endralela

NPM : 1013127010

Jurusan : Ilmu Pendidikan Program Studi : S1 PGSD

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul Peningkatan Aktivitas san Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Wayhalom Tahun Pelajaran 2011/2012 adalah hasil pekerjaan sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi hasil penelitian yang telah dipublikasikan atau ditulis orang lain dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada Universitas Lampung atau pada universitas/institut lain.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata peryataan ini tidak benar, maka saya bersedia dituntut berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku.

Bandarlampung, Agustus 2012 Yang membuat pernyataan,

Endralela


(61)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

1. Judul PTK : Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Wayhalom Tahun Pelajaran 2011/2012 2. Penelitian

a. Nama Mahasiswa : Endra Lela

b. NPM : 1013127010

c. Program Studi : S-1 PGSD

d. Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan e. Jurusan : Ilmu Pendidikan

f. Perguruan Tinggi : Universitas Lampung 3. Lokasi Penelitian : SD Negeri 1 Wayhalom 4. Lama Penelitian : Tiga Bulan

Bandar Lampung, April 2012 Peneliti,

Endra Lela

NPM 1013127010 MENYETUJUI,

Pembimbing

Dr. Sultan Djasmi, M.Pd. NIP 195205041979031002 Ketua Jurusan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP 195105071981031002


(62)

v

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sultan Djasmi, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing: Drs. Muncarno, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(63)

viii

MOTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat

(Al Mujahadah : 11)

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga


(64)

vii

PERSEMBAHAN

yang memunyai segala keindahan dan kesempurnaan yang abadi. Allah telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orangtua (almarhum) yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang;

2. Kakak dan Adikku tercinta;

3. Teman-teman guru di SD Negeri 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sehingga kita selalu dapat menjalankan amanat-Nya dan menjadi umat-Nya yang selalu bersyukur dan bertaqwa pada-Nya. Amin


(65)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting, Kabupaten Tanggamus, pada 21 Oktober 1959. Penulis adalah anak ke-4 dari 13 bersaudara pasangan dari Bapak Mamat Basyrie dan Ibu Imtisal.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Talangpadang lulus 1971, SMP Muhammadiyah Talangpadang lulus 1974, SPG Muhammadiyah Talangpadang Cabang Tanjung Karang lulus 1977, dan Diploma 2 Universitas Terbuka Pokjar Talangpadang lulus 2003.

Tanggal 1 Desember 1983, penulis mulai mengajar di SD Negeri 1 Wayhalom, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus sebagai Guru Kelas sampai saat ini.

Tahun 2010, penulis mengikuti Program Pendidikan S-1 dalam Jabatan dari Dinas Pendidikan di FKIP Unila. Penulis sudah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program Pemantapan Mengajar (PKM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 1 Wayhalom tempat penulis mengajar yang beralamatkan di Pekon Wayhalom, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus.


(66)

ix

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Wayhalom Tahun Pelajaran 2011/2012 . Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad , serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman. Amin.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Dr. Darsono, M.Pd., selaku Ketua Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar PPKHB Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(67)

x

4. Bapak Dr. Sultan Djasmi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan PTK ini;

5. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd. selaku Dosen Pembahas dan Penguji, yang telah memberikan tuntunan dan masukan sehingga PTK ini menjadi lebih sempurna; 6. Bapak Drs. Ahmad Rosidi, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Wayhalom

Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus atas izin yang diberikan selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian penulisan PTK ini;

7. Ibu Martun, S.Pd., selaku teman sejawat penelitian ini atas kerjasama dan bantuannya;

8. Segenap keluarga besar SD Negeri 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan PTK ini.

Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih ada kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Bandarlampung, Juli 2012 Penulis,


(1)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Sultan Djasmi, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing: Drs. Muncarno, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(2)

viii MOTO

Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berilmu pengetahuan dengan beberapa derajat

(Al Mujahadah : 11)

Barang siapa berjalan untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga


(3)

PERSEMBAHAN

yang memunyai segala keindahan dan kesempurnaan yang abadi. Allah telah memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orangtua (almarhum) yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang;

2. Kakak dan Adikku tercinta;

3. Teman-teman guru di SD Negeri 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya kepada kita, sehingga kita selalu dapat menjalankan amanat-Nya dan menjadi umat-Nya yang selalu bersyukur dan bertaqwa pada-Nya. Amin


(4)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gisting, Kabupaten Tanggamus, pada 21 Oktober 1959. Penulis adalah anak ke-4 dari 13 bersaudara pasangan dari Bapak Mamat Basyrie dan Ibu Imtisal.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 1 Talangpadang lulus 1971, SMP Muhammadiyah Talangpadang lulus 1974, SPG Muhammadiyah Talangpadang Cabang Tanjung Karang lulus 1977, dan Diploma 2 Universitas Terbuka Pokjar Talangpadang lulus 2003.

Tanggal 1 Desember 1983, penulis mulai mengajar di SD Negeri 1 Wayhalom, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus sebagai Guru Kelas sampai saat ini.

Tahun 2010, penulis mengikuti Program Pendidikan S-1 dalam Jabatan dari Dinas Pendidikan di FKIP Unila. Penulis sudah melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) atau Program Pemantapan Mengajar (PKM) dan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 1 Wayhalom tempat penulis mengajar yang beralamatkan di Pekon Wayhalom, Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus.


(5)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Model Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share) pada Pembelajaran IPA Kelas V SD Negeri 1 Wayhalom Tahun Pelajaran 2011/2012 . Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad , serta para sahabat, keluarga, dan pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman. Amin.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala bantuan, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;


(6)

x

4. Bapak Dr. Sultan Djasmi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing, yang tak henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan penulisan PTK ini;

5. Bapak Drs. Muncarno, M.Pd. selaku Dosen Pembahas dan Penguji, yang telah memberikan tuntunan dan masukan sehingga PTK ini menjadi lebih sempurna; 6. Bapak Drs. Ahmad Rosidi, selaku Kepala Sekolah SD Negeri 1 Wayhalom

Kecamatan Talangpadang Kabupaten Tanggamus atas izin yang diberikan selama mengikuti perkuliahan dan penyelesaian penulisan PTK ini;

7. Ibu Martun, S.Pd., selaku teman sejawat penelitian ini atas kerjasama dan bantuannya;

8. Segenap keluarga besar SD Negeri 1 Wayhalom Kecamatan Talangpadang, Kabupaten Tanggamus, yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan laporan PTK ini.

Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih ada kekurangan dan kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat bagi kita semua.

Bandarlampung, Juli 2012 Penulis,


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS V SD NEGERI 8 METRO SELATAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA KELAS V SD NEGERI 3 CANDIMAS T.P 2011/2012

0 12 49

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANALISIS IPA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE TPS PADA SISWA KELAS V DI SD NEGERI 2 KEDONDONG KECAMATAN KEDONDONG KABUPATEN PESAWARAN TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 8 25

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE TPS (THINK PAIR SHARE) PADA PEMBELAJARAN IPA KELAS V SD NEGERI 1 WAYHALOM TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 67

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS V B SDN 1 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2011/2012

5 23 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 53

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 METRO UTARA TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 5 66

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD SISWA KELAS V SD NEGERI 1 GUNUNG MAS TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 11 51

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 SUKAMULYA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 11 67