Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Ringan

berbeda dengan anak normal, dapat membina dirinya, dan dapat bergaul dengan baik. Bidang pekerjaannya adalah hal-hal yang kurang membutuhkan pemikiran. Contoh, bagi pria dapat bekerja di pabrik tenun, atau di penggergajian kayu, di bidang pekerjaan yang kurang membutuhkan pikiran; sedangkan bagi wanita dapat bekerja di perusahaan busana, home industry misalnya khusus menyetrika, memasang kancing, atau memasak makanan ringan.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Ringan

Anak tunagrahita kategori ringan tidak memiliki perbedaan secara fisik dengan anak normal pada umumnya. Anak tunagrahita kategori ringan tidak banyak memiliki perbendaharaan kata karena anak tunagrahita kategori ringan tidak dapat berpikir secara abstrak yang mengakibatkan hambatan dalam berkomunikasi. Mumpuniarti 2000: 41 menyatakan bahwa karakteristik anak tunagrahita kategori ringan dapat ditinjau secara fisik, psikis, dan sosial yang diuraikan sebagai berikut: a. Karakteristik Fisik Anak tunagrahita nampak seperti anak normal, secara fisik anak tunagrahita kategori ringan tidak mengalami kecacatan, hanya saja mengalami keterlambatan dalam kemampuan motorik. b. Karakteristik Psikis Secara psikis anak tunagrahita kategori ringan mengalami hambatan dalam kemampuan berpikir abstrak, kurang memiliki kemampuan analisis, mudah dipengaruhi, tidak dapat membedakan baik dan buruk, dan kurang mengendalikan perasaan. 10 c. Karakteristik Sosial Dilihat dari karakteristik sosial anak tunagrahita kategori ringan tidak mengalami hambatan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan bersosialisasi dengan orang lain. Terdapat sebagian anak tunagrahita kategori ringan yang mampu mandiri dalam masyarakat dan melakukan pekerjaan sederhana yang tidak melibatkan kemampuan berpikir abstrak. Carol L. Prache Mumpuniarti 2003: 28-29 mengemukakan beberapa karakteristik anak tunagrahita kategori ringan antara lain: perubahan-perubahan yang rutin dan mengatasi situasi yang baru anak mengalami kebingungan dan kerepotan; keterampilan komunikasi terbatas karena kosa kata, tata bahasa, dan penggunaan kalimat tertinggal dan tidak teratur; anak mempunyai sedikit kemampuan untuk belajar keterampilan, tetapi tidak tahu cara pendekatannya atau memutuskan aktivitas baru. Pendapat tersebut diatas menegaskan bahwa anak tunagrahita mengalami permasalahan berkomunikasi, sulit untuk menempatkan diri dilingkungan dan kondisi yang baru, tidak dapat menentukan pilihan untuk memilih aktivitas yang baru.

B. Kajian Tentang Pembelajaran