PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN.

(1)

PELAKSA PADA A ANAAN PE ANAK TUN LU Diaj un guna PROGRA JUR FA UNIV EMBELAJA NAGRAHIT UAR BIASA ukan kepada Universita ntuk Memenu Memperole Ban NIM AM STUDI RUSAN PEN AKULTAS VERSITAS N ARAN KET TA KATEGO A YAPENA SKRIPSI

a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj

Oleh ngun Prihant M 111032440

PENDIDIK NDIDIKAN S ILMU PEN

NEGERI Y TERAMPIL ORI RINGA AS SLEMAN mu Pendidik ogyakarta n Persyaratan jana Pendidi to 005 KAN LUAR LUAR BIA NDIDIKAN YOGYAKAR   LAN KRIYA AN DI SEK N kan n ikan R BIASA ASA N RTA A KAYU KOLAH


(2)

PELAKSA PADA A ANAAN PE ANAK TUN LU Diaj un guna PROGRA JUR FA UNIV EMBELAJA NAGRAHIT UAR BIASA ukan kepada Universita ntuk Memenu Memperole Ban NIM AM STUDI RUSAN PEN AKULTAS VERSITAS N ARAN KET TA KATEGO A YAPENA SKRIPSI

a Fakultas Il as Negeri Yo uhi Sebagian eh Gelar Sarj

Oleh ngun Prihant M 111032440

PENDIDIK NDIDIKAN S ILMU PEN

NEGERI Y TERAMPIL ORI RINGA AS SLEMAN mu Pendidik ogyakarta n Persyaratan jana Pendidi to 005 KAN LUAR LUAR BIA NDIDIKAN YOGYAKAR LAN KRIYA AN DI SEK N kan n ikan R BIASA ASA N RTA A KAYU KOLAH


(3)

(4)

(5)

(6)

MOTTO

”Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(Thomas Alva Edison)

“Jika engkau akan melihat indahnya fajar, maka engkau harus melalui gelapnya malam”


(7)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang mendalam kupanjatkan kehadiratMu Ya Allah. Dengan

ridho-Mu kupersembahkan karyaku ini untuk:

Bapak dan Ibu tercinta

Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta Nusa, Bangsa, dan Agama


(8)

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN KRIYA KAYU PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH

LUAR BIASA YAPENAS SLEMAN Oleh

Bangun Prihanto NIM 11103244005

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran, ketercapaian hasil dan kemampuan anak dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Subyek penelitian ini adalah seorang guru keterampilan kriya kayu dan dua anak tunagrahita kategori ringan kelas X di SLB Yapenas Sleman. Metode pengumpulan data adalah wawancara, observasi, dan dokumentasi. Langkah menganalisis data dalam penelitian adalah mereduksi data, membuat display dan menyimpulkan data menjadi kesimpulan dari data penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan guru mengawali pembelajaran dengan tahapan persiapan, meliputi tahap asesmen untuk menentukan tujuan pembelajaran, materi dan metode pembelajaran. Materi yang diberikan mengenai tahapan pengerjaan produk dari penyiapan alat dan bahan, proses pengerjaan, dan proses finishing. Metode yang digunakan guru yaitu metode ceramah dan pemberian tugas. Untuk strategi pembelajaran yang digunakan yaitu shaping, prompting, dan fading, guru memulai dengan memberikan contoh kemudian anak menirukan tahapan yang dicontohkan, namun pada tahapan pembuatan pola, pemasangan alat, penggunaan alat masinal dan ketelitian anak perlu dibantu guru. Kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak tidak sama, tergantung karakteristik anak. Subyek BP lebih banyak menguasai kemammpuan teknik kerja kayu karena memiliki kemampuan motorik yang lebih bagus dibandingkan dengan subyek BE. Kedua subyek mampu menyiapkan dan menggunakan peralatan manual, semi manual serta menguasai sebagian teknik kerja kayu. Produk yang sudah dihasilkan berupa meja belajar, kursi, almari, tempat pensil, asbak, gantungan baju, rak buku, pigura, papan nama kelas, puzzle, serta papan pengumuman. Kata kunci: pembelajaran keterampilan kriya kayu, anak tunagrahita kategori ringan


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia yang telah diberikan selama ini, sehingga Penelitian skripsi yang berjudul “Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu Pada Anak Tunagrahita Kategori Ringan Di Sekolah Luar Biasa Yapenas Sleman” dapat terselesaikan dengan baik. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan uluran tangan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak dalam membantu terselesaikannya skripsi ini, antara lain:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan bagi Peneliti untuk menimba ilmu dari masa awal studi sampai dengan terselesaikannya tugas akhir skripsi ini.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang telah membantu kelancaran dalam proses penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Mumpuniarti, M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan masukan selama menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Biasa yang selalu memberikan ilmu.

6. Bapak Marjani, M.Pd. selaku kepala Sekolah Luar Biasa Yapenas Sleman yang telah memberikan ijin penelitian dan kemudahan hingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

7. Bapak Muh Sholihin, S.Ag. selaku guru keterampilan kriya kayu di Sekolah Luarbiasa Yapenas Sleman yang memberikan ijin dan kemudahan hingga penelitian ini berjalan dengan lancar.

8. Seluruh guru dan karyawan Sekolah Luar Biasa Yapenas Sleman atas dukungan dan semangatnya kepada Peneliti untuk menyelesaikan penelitian


(10)

(11)

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN SURAT PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Fokus Penelitian ... 6

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Batasan Istilah ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis Anak Tunarungu 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan ... 10

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ... 12

B. Kajian Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu 1. Pengertian Pembelajaran ... 15


(12)

3. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu ... 16

4. Metode dan Srategi Pembelajaran Keterampila ... 18

5. Bahan dan Alat Keterampilan Kriya Kayu ... 21

6. Teknik Kerja Kriya Kayu ... 24

a. Teknik Kerja Bangju dan Mesin ... 24

b. Teknik Kera Bubut ... 26

c. Teknik KerjaUkir ... 28

d. Teknik Kerja Raut ... 30

e. Teknik Kera Sekrol ... 31

7. Evaluasi Pembelajaran ... 34

C. Penelitian Yang Relevan ... 36

D. Kerangka Pikir ... 38

E. Pertanyaan Penelitian ... 39

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 41

B. Subjek penelitian ... 41

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42

D. Teknik Pengumpulan Data ... 42

E. Instrumen Penelitian ... 44

F. Keabsahan Data... 49

G. Analisis Data ... 50

BABIV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 52

B. Deskripsi Subyek Penelitian ... 54

C. Deskripsi Data dan Pembahasan ... 56

1. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu ... 57

2. Kemampuan Anak dalam Keterampilan Kriya Kayu ... 77

3. Ketercapaian Hasil dalam Keterampilan Kriya Kayu ... 85

BABV KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87


(13)

DAFTAR PUSTAKA ... 91 LAMPIRAN ... 94


(14)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Pedoman observasi pelaksanaan pembelajaran ... 45

Tabel 2. Pedoman observasi kemampuan anak ... 46

Tabel 3. Pedoman observasi keselamatan kerja ... 47

Tabel 4. Pedoman wawancara terhadap guru ... 48

Tabel 5. Jenis - jenis dokumentasi ... 49

Tabel 6. Display data pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pengerjaan pigura ... 65

Tabel 7. Display data pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pengerjaan meja belajar ... 73

Tabel 8. Display data Display Data Kemampuan Anak dalam Pembelajaran keterampilan kriya kayu ... 79


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1. Pedoman observasi proses pembelajaran keterampilan kriya

kayu pada anak tunagrahita kategori ringan

di SLB Yapenas ... 95

Lampiran 2. Pedoman Observasi kemampuan anak dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas ... 96

Lampiran 3. Pedoman wawancara dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu ... 101

Lampiran 4. Pedoman observasi subyek dan lokasi pembelajaran 102 Lampiran 5. Hasil observasi guru dalam proses pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas ... 103

Lampiran 6. Hasil Observasi kemampuan siswa dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas ... 104

Lampiran 7. Hasil wawancara tentang pembelajaran keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas ... 109

Lampiran 8. Hasil observasi subyek dan lokasi pembelajaran ... 112

Lampiran 9. Rencana pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pengerjaan pigura ... 115

Lampiran 10. Catatan lapangan pelaksanaan pembelajaran keterampilan Kriya kayu ... 123

Lampiran 11. Daftar peralatan keterampilan kriya kayu ... 130

Lampiran 12. Daftar inventaris ruang keterampilan kriya kayu ... 131

Lampiran 13. Foto peralatan keterampilan kriya kayu ... 132

Lampiran 14. Foto pemberian contoh dan arahan langsung oleh guru ... 133

Lampiran 15. Foto proses pengerjaan pigura yang dilakukan oleh anak ... 134

Lampiran 16. Foto proses pengerjaan meja belajar yang dilakukan oleh anak ... 135

Lampiran 17. Foto produk hasil keterampilan kriya kayu ... 136

Lampiran 18. Surat keterangan dari lokasi penelitian ... 137

Lampiran 19. Surat ijin penelitia dari Fakultas Ilmu Pendidikan ... 138

Lampiran 20. Surat ijin dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Sleman ... 138


(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hak bagi setiap manusia, tidak terkecuali bagi anak berkebutuhan khusus. Hal tersebut diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan. Dengan demikian berarti anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti juga memiliki kesempatan yang sama seperti anak pada umumnya dalam memperolah pendidikan.

Layanan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus memerlukan perlakuan yang berbeda dengan anak normal pada umumnya, dilihat dari berbagai aspek seperti pendidikan, kemandirian, interaksi sosial dan keterampilan. Sehubungan dengan hal tersebut maka perlu diciptakan langkah-langkah efektif agar pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan yakni menumbuhkan kemandirian anak. Menurut Mimin Casmini (2007:3) Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan salah satu lembaga pendidikan yang dipersiapkan untuk menangani dan memberikan pelayanan pendidikan khusus bagi penyandang jenis kelainan tertentu, termasuk di dalamnya anak tunagrahita. Salah satu klasifikasi anak tunagrahita yaitu anak tunagrahita kategori ringan. Pada dasarnya anak tunagrahita kategori ringan masih mampu untuk mempelajari hal-hal yang bersifat akademik seperti membaca, menulis, dan berhitung yang sifatnya terbatas.


(17)

Anak tunagrahita kategori ringan mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif, sosial, dan perilaku adaptif yang berdampak pada kemampuan belajar, kemampuan beradaptasi serta mengalami hambatan dalam menolong diri, sehingga anak tunagrahita ringan membutuhkan bimbingan (American Psychiatric Association, 2013:33). Meskipun anak tunagrahita kategori ringan memiliki hambatan, namun anak tunagrahita ringan masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Optimalisasi potensi anak tunagrahita kategori ringan dilakukan dengan harapan agar mereka dapat hidup dan memiliki kemandirian, sehingga tidak menggantungkan diri pada orang lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak tunagrahita ringan yaitu memberikan pendidikan keterampilan.

Pendidikan keterampilan diberikan pada anak tunagrahita kategori ringan sebagai salah satu usaha untuk mengembangkan kemampuan dirinya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup sehingga tidak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, karena terdapat kendala keterbatasan dalam diri anak tunagrahita kategori ringan. Hal tersebut mengakibatkan anak sulit untuk menyelesaikan berbagai tugas yang diberikan secara menyeluruh.

Salah satu bentuk keterampilan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita kategori ringan yaitu keterampilan kriya kayu. Pembelajaran keterampilan kriya kayu untuk anak tunagrahita kategori ringan merupakan bidang pengajaran yang diberikan kepada anak untuk melatih keterampilan,


(18)

menciptakan sesuatu karya dari kayu dan mempersiapkan anak dalam bekerja serta usaha untuk mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Keterampilan kriya kayu merupakan salah satu bekal keterampilan yang diberikan di SLB Yapenas untuk menyiapkan siswa dalam menghadapi dunia kerja. Tujuan lain dari pemberian keterampilan kriya kayu tersebut supaya anak dapat memperoleh penghasilan dari keterampilan tersebut.

Materi keterampilan kriya kayu merupakan bagian dalam pembelajaran keterampilan untuk melatih kemampuan anak dalam membuat hasil barang kayu yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan observasi di SLB Yapenas Sleman pelaksanaan pendidikan keterampilan anak tunagrahita kategori ringan dalam keterampilan kriya kayu sudah berjalan dan sudah menghasilkan berbagai macam produk keterampilan dari kayu.

Peralatan yang digunakan dalam keterampilan kriya kayu sudah bervariasi dari peralatan yang tradisional sampai yang modern. Penggunaan peralatan tersebut bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas belum dapat dilakukan dengan baik karena guru baru mengajarkan cara penggunaan peralatan manual dan semimasinal, guru belum mengajarkan pengoperasian peralatan masinal karena memiliki tingkat pengoperasian sulit. Meskipun sekolah sudah memiliki peralatan yang bervasiasi, namun jumlahnya hanya mencukupi untuk sebagian anak. Hal tersebut menyebabkan anak harus menggunakan peralatan secara bergantian. Sementara untuk ruang


(19)

keterampilan kriya kayu dengan luas 6x5 meter menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk melakukan mobilitas.

Anak tunagrahita kategori ringan dalam menggunakan peralatan keterampilan kriya kayu sering tidak tepat atau masih salah dalam penggunaannya. Misalkan, anak masih mengalami kesulitan untuk memotong kayu menggunakan gergaji sesuai ukuran yang ditentukan, anak mengalami kesulitan dalam menggunakan peralatan semimasinal seperti bor dan ketam mesin, serta anak belum dapat menggunakan peralatan masinal seperti mesin bubut dan mesin gergaji duduk. Kesulitan lain yang masih dialami oleh anak tunagrahita kategori ringan dalam keterampilan kriya kayu yaitu desain produk dan pengukuran bahan. Untuk mengurangi kesalahan yang dilakukan oleh anak perlu diberikan latihan dan bimbingan secara terus – menerus.

Pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas tidak terlepas dari peran seolah guru. Guru dalam hal ini adalah sebagi pihak yang bertugas memberikan stimulus dan sebagai fasilitator bagi siswa tunagrahita kategori ringan agar minat dan kemampuannya dalam pelaksanaan keterampilan kriya kayu dapat optimal. Guru diharapkan untuk membuat langkah-langkah pembelajaran yang dapat diikuti oleh siswa dalam keterampilan kriya kayu. Langkah-langkah yang dibuat oleh guru mencangkup perencanaan pembelajaran, jenis-jenis bahan kayu, penggunaan peralatan, tahapan pengerjaan produk, dan finishing produk. Tugas lain guru dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu ini yaitu membimbing dan


(20)

mengarahkan anak untuk mengikuti pembelajaran, penggunaan peralatan selama proses pengerjaan produk, serta keselamatan kerja.

Berhubungan dalam pelaksanaan keterampilan kriya kayu membutuhkan berbagai keterampilan yang saling berhubungan antara kegiatan satu dengan kegiatan yang lain, maka pada kesempatan ini peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada siswa tunagrahita kategori ringa di SLB Yapenas Sleman. Sehingga, hasil deskripsi mengenai pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada siswa tunagrahita kategori ringa di SLB Yapenas Sleman dapat menjadi salah satu refrensi bagi guru atau sekolah lain dalam melaksanakan pembelajaran keterampilan kriya kayu. B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakangan di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas Sleman sudah menghasilkan berbagai produk kerajinan.

2. Sebagian anak belum terampil dalam menggunakan peralatan dalam keterampilan kriya kayu.

3. Anak tunagrahita kategori ringan dalam membuat keterampilan kayu belum memiliki ketelitian yang baik, sehingga hasilnya kurang baik.

4. Belum adanya deskripsi yang mendetail tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.


(21)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan dalam tahapan pelaksanaan pembelajaran, ketercapaian hasil dan bentuk-bentuk keterampilan yang dapat dilakukan oleh masing-masing anak tunagrahita kategori ringan dalam pelaksanaan keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas Sleman.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

2. Bagaimana ketercapaian hasil pelaksanaan keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

3. Bagaimana bentuk-bentuk keterampilan yang dapat dilakukan oleh masing-masing anak dalam pelaksanaan keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

E. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini diarahkan pada:

1. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.

2. Ketercapaian hasil pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.

3. Bentuk-bentuk keterampilan yang dapat dilakukan pada masing-masing anak dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.


(22)

F. Tujuan Penelitian

Melihat permasalahan yang akan diungkap, maka penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai:

1. Pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman, yaitu mulai dari perencanaan, , pengenalan alat dan bahan, tahapan pengerjaan produk dan finishing produk.

2. Ketercapaian hasil dari pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.

3. Bentuk-bentuk keterampilan yang dapat dilakukan oleh masing-masing anak dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman.

G. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat dan kegunaan sebagai berikut:

1. Teoritis : Menambah teori keilmuan di bidang pendidikan luar biasa khususnya tentang pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan.

2. Praktis

a. Bagi peneliti : Menambah pengalaman dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu sebagai modal ketika telah menjadi guru pendidikan luar biasa.


(23)

b. Bagi siswa : Diketemukan metode dan strategi yang tepat dalam pembelajaran, sehingga mereka mendapatkan keterampilan secara efektif ketika belajar

c. Bagi guru : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan untuk meningkatkan pengembangan progam keterampilan kriya kayu uantuk anak tunagrahita kategori ringan.

d. Bagi kepala sekolah : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan untuk menunjang pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan.

H. Batasan Istilah

1. Anak Tunagrahita Kategori Ringan

Anak yang mengalami keterlambatan dalam perkembangan kognitif, sosial dan perilaku adaptif yang berdampak pada kemampuan belajar, kemampuan beradaptasi dengan lingkungan serta mengalami hambatan dalam menolong diri sendiri. Dalam penelitian ini anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang sudah memperoleh pendidikan formal, sehingga pemberian pembelajaran keterampilan kriya kayu ini dapat menjadikan bekal pada anak untuk kemandiriannya.

2. Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu

Proses kegiatan yang ditunjukkan untuk meningkatkan keterampilan anak dalam membuat benda yang mempunyai nilai fungsional maupun hias dengan menggunakan bahan kayu. Pembelajaran keterampilan kriya kayu ini meliputi tahapan perencanaan, pelaksanaan,


(24)

hingga evaluasi. Pada penelitian ini keterampilan kriya kayu meliputi mengolahan bahan dasar atau material kayu menjadi suatu produk baru melalui proses pengerjaan pemilihan bahan, pengolahan dan penyelesaian akhir atau finising dengan menggunakan peralatan yang dipakai dalam membuat produk kerajinan kayu untuk memberikan bekal keterampilan bagi anak dalam menghadapi dunia kerja.

                                 


(25)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan

1. Pengertian Anak Tunagrahita Kategori Ringan

Secara umum American Psychiatric Association (2013:33) menjelaskan “Intellectual disability (intellectual developmental disorder) is a disorder with onset during the developmental period that includes both intellectual and adaptive functioning deficits in conceptual, social, and practical domains”. Pengertian tersebut menjelaskan bahwa anak dengan gangguan intelektual atau gangguan perkembangan intelektual adalah anak yang mengalami gangguan selama periode perkembangan meliputi keterlambatan fungsi intelektual dan konseptual adaptif, sosial serta fungsi praktek. Bentuk keterlambatan fungsi intelektual selama periode perkembangan yang dialami oleh anak tunagrahita seperti keterlambatan dalam penalaran, pemecahan masalah, perencanaan, berfikir abstrak, pembelajaran akademik dan belajar dari pengalaman. Bentuk keterlambatan fungsi adaktif yang dialami seperti kemandirian, tanggung jawab serta sosial dan komunikasi dengan lingkungan sekitar.

Anak tunagrahita kategori ringan merupakan salah satu bagian dari klasifikasi tunagrahita berdasarkan tingkat keterlambatan periode perkembangan dalam kemampuan intelektual maupun sosialnya. Menurut Samuel Krik (dalam Moh Amin, 1995:22) memberikan batasan pengertian anak tunagrahita kategori ringan sebagai berikut:


(26)

“The educable mentally retarded child has been defined as one who has potentialities for development in (1) minimum educatibility in the academicts of school, (2) social adjustment to such a point that he can get a long independently in the community, and (3) minimum occupational adequacy to such a degree that he can later support himself partially or totally at the adult level”

Berdasarkan batasan pengertian tersebut dijelaskan bahwa anak tunagrahita kategori ringan masil memiliki potensi yang dapat dikembangkan dalam, kemampuan akademik yang minumum, penyesuaian sosial, serta kemampuan pekerjaan yang minimum sampai pada tingkat tertentu untuk menolong diri dalam kehidupan sehari-hari.  

Mohamad Efendi (2006:90) juga menjelaskan bahwa anak tunagrahita kategori ringan atau mampu didik adalah anak tunagrahita yang tidak mampu mengikuti progam sekolah biasa tetapi ia masih memiliki kemampuan yang masih dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun tidak maksimal. Pendapat lain dari Sutjihati Soemantri (2007:107) menjelaskan bahwa anak tunagrahita kategori ringan dapat dididik menjadi tenaga kerja semi skilled, seperti pekerjaan laundri, pertanian, peternakan, pekerjaan rumah tangga, bahkan jika dilatih dan dibimbing dengan baik anak tunagrahita ringan dapat bekerja di pabrik-pabrik dengan sedikit pengawasan.

Dari berbagai definisi diatas dapat ditegaskan bahwa anak tunagrahita kategori ringan adalah anak yang mengalami gangguan selama periode perkembangan meliputi keterlambatan fungsi adaptif intelektual dan konseptual, sosial serta fungsi praktek, masih memiliki potensi untuk


(27)

berkembang dalam bidang membaca, menulis, berhitung sederhana, memiliki kekurangan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat dididik keterampilan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat diberikan latihan-latihan keterampilan sederhana untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin sebagai bekal hidup mandiri di masyarakat.

2. Karakteristik Anak Tunagrahita Kategori Ringan

Karakteristik anak tunagrahita kategori ringan banyak dikemukakan oleh para ahli yang masing-masing memiliki kesamaan. Adapun karakteristik anak tunagrahita kategori ringan yang dikemukakan oleh Mumpuniarti (2000:41-42) yaitu anak tunagrahita ringan banyak yang lancar berbicara tetapi kurang perbendaharaan kata-katanya, mengalami kesukaran berfikir abstrak, tetapi mereka masih dapat mengikuti pelajaran akademik baik di sekolah biasa maupun di sekolah khusus. Karakteristik mereka dapat ditinjau secara fisik sedikit mengalami kelambatan dalam kemampuan sensomotori, secara psikis sulit berfikir abstrak maupun berfikir logis, dan secara sosial masih dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan tertentu serta mampu melakukan pekerjaan yang sederhana.

Menurut American Psychiatric Association (2013:34) spesifikasi anak dengan gangguan intelektual kategori ringan dalam ranah konseptual, sosial dan ranah praktek. Untuk ranah konseptual, pada anak prasekolah mengalami kesulitan dalam mempelajari keterampilan akademik yang meliputi membaca, menulis, berhitung, konsep waktu dan


(28)

uang, sedangkan pada usia dewasa mengalami hambatan untuk berfikir abstrak, hambatan fungsi eksekutif serta memori jangka pendek. Untuk ranah sosial, anak dengan gangguan intelektual kategori ringan mengalami kesulitan dalam memahami isyarat sosial teman sebaya, kesulitan dalam hal berkomunikasi, kesulitan dalam mengatur emosi, serta mudah tertipu oleh orang di sekitar. Sementara untuk ranah praktek, anak dengan gangguan intelektual kategori ringan mengalami kesulitan untu mengurus dirinya sendiri dan membutuhkan bantuan dalam melaksanaakan tugas-tugas kompleks dalam kehidupan sehari-hari seperti dalam hal makanan, berbelanja, tranportasi, perawatan rumah, perawatan anak, serta manajemen keuangan.

Menurut Frieda Mangunsong (2014:131-132), karakteristik anak cacat mental mild (ringan) adalah masih mampu didik secara sederhana, tidak terdapat kelainan fisik yang mencolok, pertumhan fisik sama dengan anak lainnya, rentan perhatian pendek, terkadang mengalami frustasi ketika diminta berfungsi secara sosial atau akademis, serta terkadang memperlihatkan rasa malu dan pendiam. Karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan anak normal ini yang menyebabkan tidak terdeteksi sejak awal sebelum masuk sekolah. Anak baru terdeteksi ketika mulai masuk sekolah baik ditinggkat prasekolah ataupun sekolah. Hal tersebut terdeteksi dengan menampakkan citi ketidakmampuan di bidang akademik, maupun pekerjaan di sekolah yang membutuhkan keterampilan motorik. Menurut Wardani (dalam Nunung Apriyanto,


(29)

2012:36) menjelaskan bahwa karakteristik anak tunagrahita kategori ringan yaitu, masih dapat belajar membaca menulis dan berhitung sederhana, kecerdasannya berkembang dengan kecepatan antara setengah dan tiga perempat kecepatan anak normal dan berhenti pada usia muda, serta dapat bergaul dan mempelajari pekerjaan yang hanya memerlukan semi skill.

Berdasarkan pendapat tentang karakteristik anak tunagrahita kategori ringan di atas dapat ditegaskan bahwa karakteristik anak tunagrahita kategori ringan antara lain mengalami keterlambatan dalam perkembangan ranah intelektual atau konseptual, sosial, dan ranah praktek yang ditunjukkan dengan keterlambatan dalam hal kemampuan akademik, berbahasa yang rendah, tidak dapat berfikir secara abstrak, memori jangka pendek, kesulitan dalam mengurus diri, tetapi masih dapat dididik belajar membaca menulis dan berhitung sederhana serta dapat melakukan pekerjaan sederhana. Anak tunagrahita kategori ringan masih dapat dilatih keterampilan untuk dapat dijadikan modal hidupnya dan dapat dilatih pekerjaan yang sifatnya keterampilan rutinitas. Anak tunagrahita ringan dapat dididik merawat diri dan berpartisipasi dalam kegiatan kemasyarakatan dan pembelajaran keterampilan yang tidak melibatkan pemikiran yang tinggi.


(30)

B. Kajian Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Pembelajaran menurut Wina Sanjaya (2006:89) merupakan proses berfikkir bahwa pengetahuan dibentuk oleh individu dalam struktur kognitif yang dimilikinya. Sementara menurut Oemar Hamalik (2011:30) menyatakan bahwa pembelajaran adalah suatu proses ketika guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman edukatif untuk mencapai sebuat tujuan.

Lebih lanjut Suharsimi Arikunto (1993:4) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan sikap. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat ditegaskan bahwa pembelajaran adalah suatu proses pengalaman belajar yang dilakukan oleh peserta didik untuk mencapai penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai.

2. Pengertian Keterampilan Kriya Kayu

Keterampilan yang dimiliki oleh setiap individu merupakan kecakapan yang dapat digunakan untuk bekerja secara cepat dan terampil. Menurut Oemar Hamalik (2003:23) keterampilan adalah serangkaian gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dengan hasil. Dwi Sugiyanto (2011:7) pendidikan keterampilan adalah proses membantu peserta didik mengembangkan kemampuan, kesanggupan dan


(31)

keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan kehidupan. Dapat ditegaskan bahwa keterampilan merupakan suatau proses atau kegiatan yang dilakukan oleh gerakan otot untuk menyelesaikan tugas dan menghasilkan suatu produk.

Seni kriya atau yang sering disebut dengan kerajian yaitu keterampilan yang bertujuan menyajikan kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari. Menurut Yayat Nursantara (2007:1) kriya merupakan keterampilan yang didominasi oleh keterampilan tangan untuk menghasikan suatu produk. Produk yang dihasilkan tidak terlalu besar dan dapat digunakan dalam kebutuhan sehari-hari. Sedangkan Enget (2008:2) berpendapat bahwa seni kriya kayu adalah semua hasil karya manusia yang memerlukan keahlian khusus yang berkaitan dengan tangan atau disebut kerajinan tangan dalam mengolah bahan mentah kayu. Dari kedua penjelasan keterampilan dan kriya kayu diatas dapat ditegaskan bahwa keterampilan kriya kayu adalah serangkaian proses atau kegiatan dalam pengolahan bahan mentah kayu menggunakan berbagai teknik pengolahan kayu untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan dalam kehipan sehari-hari.

3. Tujuan Pembelajaran Keterampilan Kriya Kayu

Pembelajaran keterampilan bagi siswa SLB merupakan bagian dari pelaksanaan proses pembelajaran untuk memberikan bekal dalam kehidupan setiap induvidu agar dapat hidup mandiri, mampu berkompetisi dan berani mempertahankan keberadaannya serta


(32)

membentuk sifat kemandirian. Salah satu dari keterampilan tersebut yaitu keterampilan kriya kayu, dalam keterampilan kriya kayu setiap siswa tunagrahita kategori ringan diberikan pelatihan dasar mengenai proses mebuatan barang kerajinan kayu mulai dari proses pengenalan alat dan bahan, mengukur dan menandai, memotong dan membelah, mengetam, menyambung dan merakit, kerja mesin, finishing Depdinas (2006:1-2). Seperti yang disebutkan dalam Depdinas (2006:1) pembelajran kriya kayu berfugsi untuk memberikan bekal kemampuan mandiri bagi penyandang tunagrahita dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan atau potensi diri. Untuk mencapai hasil yang diinginkan maka pendidikan ketrampilan ini perlu diberikan secara terencana bertahap dan berkesinambungan supaya proses pembelajaran berjalan dengan efektif dan efesien.

Pembelajaran keterampilan kriya kayu menurut Depdiknas (2006:1) bertujuan untuk:

1) Menumbuhkembangkan daya apresiasi dan etos kerja dalam bidang seni dan kerajinan sesuai dengan kemampuan peserta didik.

2) Mengembangkan kemampuan imajinatif, intelektual, kreatifitas, pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai bekal bagi peserta didik di dalam memasuki kehidupan di tengah–tengah masyarakat. 3) Menumbuhkembangkan kepercayaan diri bagi peserta didik agar


(33)

Sejalan dengan fungsi dan tujuan pembelajaran keterampilan kriya kayu menurut Departemen Pendidikan Nasional mengenai panduan pelaksanaan kurikulum pendidikan khusus tersebut maka fungsi pembelajaran keterampilan kriya kayu sebagai sarana untuk latihan dan pengembangan kemampuan dasar keterampilan kriya kayu, sedangkan tujuannya agar anak tungrahita kategori ringan dapat melakukan tahapan-tahapan dalam keterampilan kriya kayu sebagai modal di kehidupan masyarakat.

4. Metode dan Strategi Pembelajaran dalam Keterampilan Kriya Kayu

Penggunaan metode dalam pelaksanaan proses pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan belajar yang akan dicapai. Menurut Daryanto dan Mulyo Rahardjo (2012:148) metode pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara atau teknik yang akan digunakan oleh pengajar dalam menyampaikan materi untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memperhatikan kesesuaian dengan tujuan yang akan dicapai, waktu yang tersedia dalam membahas topik tersebut, ketersediaan fasilitas, pengelompokkan peserta didik dan pelatihan dalam pembelajaran, jenis dan karakteristik pembelajaran dan penggunaan variasi metode.

Penggunaan metode yang sesuai dapat meningkatkan minat belajar siswa dan mendorong tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Secara umum ada sejumlah metode-metode mengajar yang


(34)

dapat di lakukan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu, diantaranya:

a. Metode ceramah yaitu metode yang digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada siswa di kelas. Dalam pelaksanaannya pengajar dapat menggunakan alat bantu seperti gambar dan audio visual. (Suyanto dan Asep Jihad, 2013:141)

b. Metode Latihan (drill) merupakan metode mengajar dengan memberikan latihan-latihan kepada siswa untuk memperoleh suatu keterampilan. (Suyanto dan Asep Jihad, 2013:131)

c. Metode demonstrasi adalah petunjuk tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. (Suyanto dan Asep Jihad, 2013:128)

Sementara bentuk strategi yang dapat digunakan dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan harus disesuaikan dengan tingkah laku anak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Mulyono (Mumpuniarti, 2007:59) strategi pembelajaran yang dimodifikasi dengan tingkah laku anak tunagrahita dalam praktek kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Reinforcement

Bentuk strategi ini berprinsip untuk menunjukkan peningkatan frekuensi respon dengan konsekuensi tertentu. Dalam pembelajaran


(35)

keterampilan kriya kayu, bentuk reinforcement yang diberikan kepada anak yaitu ketika anak dapat melakukan tugas yag diberikan dengan baik maka anak tersebut mendapatkan motivasi berupa pujian.

b. Punishment

Bentuk strategi ini yaitu pemberian bantuan untuk menghilangkan munculnya peristiwa yang tidak diinginkan pada anak tuangrahita. Misalkan anak yang tidak mau memakai peralatan keamanan ketika pembelajaran kriya kayu maka perlu adanya teguran supaya anak mau untuk memakai peralatan keamanan ketika pembelajaran kriya kayu.

c. Extinaction

Penghentian reinforcement dari suatu respon yang muncul pada anak tunagrahita seperti tindakan agresif anak atau menyakiti diri sendiri.

d. Shaping dan backward chaining

Shaping merupakan pemberian bantuan kepada anak tunagrahita ketika permasalahan terlalu kompleks dengan cara memecah satu langkah ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil untuk memudahkan anak dalam melakukannya. Sementara backward chaining adalah melatihkan tahapan-tahapan perilaku yang dipelajari anak tunagrahita secara keseluruhan tanpa adanya pembagian penyelesaian masalah tahap demi tahap.


(36)

e. Prompting dan fading

Prompting merupakan peristiwa yang membantu anak untuk melakukan suatu respon seperti isyarat, gerakan, perintah, pemberian contoh dan model. Sementara fanding yaitu pengurangan sedikit demi sedikit bantuan yang diberikan pada anak

Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa metode dan strategi yang sesuai diterapkan pada pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita yaitu shaping, prompting dan fading. Shaping dilakukan dengan pemberian bantuan kepada anak, prompting dilakukan dengan pemberian contoh atau model dari suatu kegiatan dan fending dilakukan dengan mengurangi bantuan yang diberikan kepada anak secara bertahap. Penerapan strategi pembelajaran dimaksudkan untuk memberikan suatu keahlian keterampilan kriya kayu secara bertahap kepada anak, dari pemberian bantuan pada setiap langkahnya hingga melepaskan anak untuk melakukan suatu kegiatan tanpa bantuan.

5. Bahan dan Alat dalam Keterampilan Kriya Kayu

Pembelajaran keterampilan kriya kayu dalam proses pelaksanaannya membutuhkan ketersediaan beberapa bahan dan peralatan untuk menunjang seluruh aktivitas praktik. Bahan dan peralatan tersebut selain digunakan untuk menunjang aktivitas pembelajan, merupakan faktor pokok dalam mengembangkan kompetensi siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bahan utama yang dibutuhkan dalam keterampilan kriya kayu yaitu kayu. Menurut Enget


(37)

(2008:21) bahan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan keterampilan kriya kayu terdiri dari tiga macam yaitu,

a. Bahan pokok kriya kayu anatara lain kayu alami seperti kayu jati, kayu mahoni, kayu sonokeling, dan kayu suren sementara kayu buatan seperti plywood, tegofilm (MDF Film), blockboard (papan blok), partikel (particle board), MDF, softboard, dan milamin (papan milamin).

b. Bahan pembantu seperti paku, engsel, handle, amplas, sekrup, lem/perekat, dan kaca.

c. Bahan penunjang meliputi busa, kulit, tekstil dan logam.

Pendapat lain dari Depdiknas (dalam Sukijan 2012:14) bahwa bahan yang diperlukan dalam keterampilan kayu antara lain:

a. Kayu jati, kayu mahoni, kayu kamper. Sebagai kayu pengganti dapat menggunakan kayu sonokeling, kayu meranti, dan kayu kruing. b. Bahan untuk finishing antara lain politur dan sanding sealer, wood

filler, wood stain, melamin, dan thinner.

c. Bahan pendukung antara lain: amplas, lem kayu dan paku.

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditegaskan bahwa bahan yang digunakan dalam keterampilan kriya kayu terdiri dari bahan pokok meliputi kayu alami dan buatan, bahan pembantu/pendukung seperti amplas, lem, paku dan kaca,bahan finishing seperti politur, sanding sealer, wood filler, melamin dan thiner, serta bahan penunjang seperti


(38)

busa, kulit, tekstil dan logam. Penentuan bahan disesuaikan dengan kebutuhan dalam membuat suatu produk kerajinan.

Peralatan dalam keterampilan kriya kayu merupakan penunjang dalam pelaksanaan praktek, dalam penggunaan peralatan disesuaikan dengan kebutuhan pelaksanaan praktek. Peralatan yang digunakan dalam keterampilan kriya kayu menurut Enget (2008:63) dibagi dalam tiga jenis yaitu:

a. Peralatan manual meliputi pisau, gunting, gergaji, ketam, dan pahat, sementara peralatan pembantu meliputi alat ukur panjang berupa mistar atau meteran, alat ukur sudut berupa busur derajat, siku-siku, dan jangka, alat penanda berupa pensil, penggores dan perusut, palu, kakatua, obeng, penjepit atau klem, alat pembenan/ penitik, alat untuk menajamkan.

b. Peralatan semi masinal meliputi mesin gergaji, mesin ketam, mesin router, mesin jigsaw, mesin bor, mesin ampelas sabuk/belt sander, dan mesin amplas penghalus/orbital sander.

c. Peralatan masinal meliputi mesin gergaji lingkar, mesin gergaji meja, mesin gergaji lengan radial, mesin ketam perata, mesin ketam penebal, mesin gergaji pita, mesin shaper atau spindle moulder, mesin pelubang, mesin penyedot debu, mesin bor, mesin bor meja.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat ditegaskan bahwa peralatan yang digunakan dalam keterampilan kriya kayu digolongkan menjadi peralatan manual, peralatan semi masinal, dan peralatan masinal.


(39)

Peralatan yang banyak menggunakan pisau tajam mengharuskan anak tunagrahita mendapatkan pendampingan dan pelatihan secara terus menerus untuk mengetahui fungsi dan cara penggunaan setiap alat untuk menghindari kecelakaan kerja yang disebabkan oleh penggunaan alat yang tidak tepat.

6. Teknik Kerja Kriya Kayu

Teknik kerja kriya kayu merupakan keahlian yang harus dimiliki oleh seseorang dalam proses pengerjaan suatu produk yang diinginkan. Teknik kerja kriya kayu dimulai dari tahap pemilihan bahan, pengerjaan, hingga proses finishing. Menurut Enget (2008:229) teknik kerja kriya kayu terbagi menjadi enam teknik kerja yaitu:

a. Teknik kerja bangku dan teknik kerja mesin

Teknik kerja bangku merupakan teknik dasar yang dimiliki oleh sesorang dalam mengerjakan produk kriya kayu. Teknik kerja bangku menurut Enget (2008:229) menekankan pada pembuatan benda kontruksi dengan alat tangan yang dilakukan di bangku kerja. Teknik kerja bangku meliputi berbagai jenis kontruksi geometris, membuat geometris secara terukur, membuat sambungan, dan merakit beberapa komponen dengan bahan papan maupun balok kayu. Pengerjaan teknik kerja bangku dibantu dengan menggunakan alat-alat semi masinal untuk mempercepat poses kerja serta peralatan manual seperti alat potong, ketam, serut, pahat, alat ukur, alat


(40)

penanda, palu alat pembenam/penitik, dan alat penghalus untuk menentukan hasil produk.

Keselamatan kerja alat tangan menurut Enget (2008:252) meliputi penggunaan pakaian kerja yang sesuai, penggunaan alat yang tepat, kebersihan bengkel kerja dari sisa bahan dan peralatan yang berantakan, serta kenyamanan bengkel kerja seperti bangku, penerangan dan suasana bengkel kerja. Sedangkan keselamatan kerja alat mesin semi masinal meliputi, penggunaan pakaian kerja yang sesuai untuk melindungi diri dari polusi udara sisa bahan kayu dan suara mesin, meminimaliris kejadian hubungan arus pendek listrik, serta berhati-hati dalam pengoperasian mesin untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.

Untuk anak tunagrahita, teknik kerja kerja bangku dan teknik kerja mesin ini merupakan teknik kerja yang lebih mudah dilakukan. Pada teknik kerja bangku, anak tunagrahita dilatih untuk menggunakan peralatan manual seperti alat potong, ketam, pahat, dan alat ukur, sedangkan pada teknik kerja mesin, anak tunagrahita dilatih untuk mengoperasikan peralatan semi masinal seperti mesin ketam, gergaji mesin dan mesin bor. Pelatihan penggunaan alat dengan cara pemberian model atau contoh serta pemberian bantuan merupakan strategi yang dapat diterapkan pada anak tunagrahita untuk penguasaan alat sebagai modal awal dalam keterampilan kriya kayu.


(41)

b. Teknik kerja bubut

Membubut menurut Enget (2008:275) ternik kerja bubut merupakan proses yang sering dilakukan dalam pembuatan produk-produk dari kayu menggunakan mesin bubut. Sebelum membuat sebuat produk dengan proses bubut sesorang terlebih dahulu harus dapat menguasai pengetahuan bahan kayu, mengenal besin bubut dan peralatannya. Menurut Enget (2008:277) ada beberapa perangkat mesin bubut yang dibutuhkan dalam proses pembubutan, antara lain:

1) Kepala tetap sebagai rumah/dudukan senter hidup, yang menghubungkan antara senter hidup, puly dan motor/dynamo 2) Kepala lepas sebagai rumah/dudukan senter mati, dapat

disambung maju atau mundur disesuaikan dengan panjang pendeknya benda kerja

3) Senter hidup sebagai pemutar benda pelatihan sekaligus sebagai pembawa benda pelatihan

4) Senter mati sebagai pendukung senter hidup dalam membawa benda pelatihan

5) Pengatur senter sebagai alat pengatur maju mundurnya senter mati

6) Pengunci kepala lepas sebagai alat pengunci kepala lepas agar tidak bergeser mundur

7) Penahan pahat sebagai penahan pahat dalam proses pembubutan 8) Pengunci penahan pahat sebagai pengunci penahan pahat agar

tidak goyang atau kendor

9) Pisau pahat sebagai alat pembentuk kayu\

10)Saklar 0n/off sebagai tombol untuk menghidupkan atau nmematian mesin

11)Rumah puly sebagai rumah/pelindung puly sedangkan puly sendiri berfungsi sebagai pengatur kecepatan putaran benda pelatihan

12)Rangka bodi sebagai penopang komponenkomponenmesin bubut.

Selain mesin bubut sebagai peralatan pokok dalam teknik kerja ini, dibutuhkan peralatan tambahan seperti alat ukur, pensil, jangka luar, dan jangka dalam sebagai penunjang pengoperasian


(42)

mesin bubut. Untuk prosedur pengoperasian mesin bubut menurut menurut Sukijan (2012:19) adalah:

1) Gergajilah kayu berbentuk bujursangkar

2) Gergajilahsecara menyilang pada kedua ujung balok kemudian pada pertemuan garis gergaji buatlah lubang titik untuk senter hidup

3) Pasanglah kayu pada kedua senter

4) Aturlah penahan pahat hingga berjarak 3mm dari benda kerja 5) Hidupkanlah mesin setelah benda kerja terpasang dengan tepat 6) Lakukan pembubutan sesuau dengan prosedur yang benar 7) Matikan mesin dengan benar

8) Lepaskan benda kerja dari kedua senternya

Untuk menjaga keselamatan setiap orang dalam menggoperasikan mesin bubut, maka harus memperhatikan prosedur kerja dan keselamatan kerja untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain atapun peralatan yang digunakan. Menurut Enget (2008:277) untuk menjaga keselamatan kerja harus memperhatikan penggunaan pakaian kerja yang sesuai, kondisi semua komponen dan peralatan mesin bubut, penggunaan peralatan sesuai dengan fungsinya, serta kebersihan bengkel kerja.

Untuk melatihkan teknik kerja mesin bubut pada anak tunagrahita diperlukan latihan secara terus menerus dalam pemberian contoh atau model pengoperasian mesin bubut, pemberian bantuan langsung dan pengawasan ketika praktek supaya anak mengenal dan terbiasa untuk mengoperasikan mesin bubut. Selain melatihkan proses pengoperasian mesin bubut, anak tunagrahita juga perlu mendapatkan pelatihan mengenai penangan jika terjadi kecelakaan


(43)

kerja dalam penggunaan peralatan, misalkan dengan melatihkan anak untuk mematikan mesin ketika terjadi konsleting listrik atau terjadi kerusakan pada mesin.

c. Teknik kerja ukir

Teknik ukir menurut Enget (2008:299) merupakan teknik yang digunakan untuk membuat sebuat produk dengan cara membentuk dan mngurangi bahan dengan menggunakann pahat ukir. Proses pengerjaan teknik kerja ukir memerlukan perlengkapan dan peralatan untuk menunjang pembuatan suatu produk. Menurut Enget (2008:299) teknik kerja ukir kayu memerlukan perlengkapan yaitu meja kerja sebagai tempat landasan untuk mengukir dan kursi sebagai tempat duduk untuk kerja supaya mendapatkan kenyamanan dalam kerja ukir, penerangan ruangan, sistem sirkulasi udara (ventilasi ruangan), ruangan harus memadahi sehinga dengan kelengkapan tersebut diatas akan didapatkan situasi kerja yang nyaman. Peralatan pokok kerja ukir kayu yaitu seperangkat pahat ukir dengan bentuk penguku, penyilat, pengot, kol bentuk V. Sedanangkan alat bantu dalam kerja ukir kayu terdiri dari pensil, alat ukur,sikat ijuk, siku, ketam, alat potong/gergaji mesin/manual, kertas pola, mesin bor, mesin skrol/jigsaw, dan klem.

Sebelum memulai proses mengukir kayu didahului dengan proses persiapan gambar pola ukir yang diinginkan pada kertas dan dicetak pada bahan kayu yang akan diukir. Menurut Enget


(44)

(2008:325-327) proses mengukir kayu terdiri dari lima tahapan yaitu:

1) Nggetaki yaitu membuat pahatan pada permukaan papan ukiran sehingga gambar atau pola dalam kertas berpindal menjadi goresan/pahatan garis pada papan

2) Nggabahi yaitu membentuk secara kasar dari masing-masing bagian motif, sekaligus membuang bidang bidang yang nantinya menjadi dasaran ukiran biasa disebut lemahan

3) Matut yaitu membuat bentuk ukiran yang telah terbentuk secara kasar tadi menjadi lebih halus dan sempurna sehingga bentuk lebih tajam dan permukaan bentuk ukiran menjadi halus.

4) Mbenangi dan mecahi yaitu membuat garis hiasan pada bagian motif sesuai desain. Sehingga bentuk ukiran/motif akan tampak lebih dinamis. Proses mecahi dapat menggunakan 2 jenis pahat bia menggunanakan pahat penguku atau penyilat atau pahat coret

5) Nglemahi yaitu penyempurnakan dasaran ukiran menjadi lebih halus, bersih dan rapi

Teknik kerja ukir kayu memerlukan ketelitian dalam proses pengerjaannya terutama untuk menyesuaikan hasil ukiran dengan pola dan pemilihan alat pahat yang tepat. Kesalahan dalam


(45)

penentuan alat dan pengukuran kedalaman ukiran akan mempengaruhi hasil pengukiran. Untuk melatihkan teknik kerja ukir kayu pada anak tunagrahita membutukan latihan secara terus menerus dimulai dari pemilihan pola, penggunaan alat pahat, teknik mengukir untuk menghasilkan sebuah produk. Bimbingan dan bantuan langsung saat pelaksanaan praktek mengukir pola sederhana merupakan pelatihan yang sesuai jika diterapkan pada anak tunagrahita.

d. Teknik kerja raut

Menurut Enget (2008:335) produk kriya kayu yang dihasilkan dengan teknik kerja raut mirip dengan hasil karya teknik kerja ukir. Perbedaannya terletak pada penggunaan alat yang dipakai yaitu teknik raut menggunakan pisau raut, sedangkan teknik kerja ukir menggunakan pahat ukir. Produk yang dihasilkan dengan teknik kerja raut bentuk-bentuk ukuran yang relatif kecil. Untuk menunjang proses pengerjaan teknik kerja ukir membutuhkan peralatan seperti pisau raut, batu asah dan sekroll, sedangkan dan bahan yang dibutuhkan meliputi: kayu lunak (kayu pulai, kayu damar, kayu sengon) dan amplas


(46)

Menurut Enget (2008:339) langkah kerja dalam teknik kerja raut dapat dilakukan dari tahap persiapan dan pengerjaan sebagai berikut:

1) Tahap persiapan meliputi, a) persiapan bahan dan peralatan yang dibutuhkan, b) tempelkan pola gambar kerja pada bahan yang telah disiapkan, kemudian disekroll sesuai pola, c) cermati bentuk yang akan diraut sesuai pola dan prototype yang disediakan

2) Tahap proses pengerjaan meliputi, a) rautlah bentuk sederhana dengan hati-hati agar bentuk yang diinginkan tercapai sesuai dengan prototype, b) apabila bentuk global sudah tercapai dilanjutkan dengan menghaluskan bentuk dibantu kertas ampelas yang sedang no. I50.I80, c) selanjunnya apabila akan difinishing atau penyelesaiannya akhir dihaluskan lagi dengan kertas ampelas yang halus no. 240/28

Teknik kerja raut lebih menonjolkan keahlian tangan menggunakan pisau raut dalam proses pembuatan suatu produk. Proses yang memerlukan ketepatan koordinasi mata dan gerakan tangan untuk membuat produk sesuai yang diinginkan. Untuk pengerjaannya teknik kerja raut perlu memperhatikan prosedur keselamatan kerja seperti penggunaan pakaian kerja, ketajaman pisau raut, serta kebersihan bengkel kerja. Jika dilatihkan pada anak tunagrahita, teknik kerja raut ini memerlukan latihan secara terus


(47)

menerus melalui pemberian contoh atau bantuan langsung dari hal yang sederhana dalam pelaksanaan praktek. Halo tersebut agar anak terbiasa untuk menggunakan pisau raut untuk membentuk suatu pola. e. Teknik kerja sekrol

Teknik kerja sekrol menurut Enget (2008:345) merupakan proses pembuatan suatu produk dengan menggunakan mesin sekrol, dengan prosedur pengoperasian yang benar sesuai dengan fungsinya. Pada umumnya mesin sekrol digunakan lebih pada pekerjaan potong memotong bentuk baik lurus, lengkung, bulat, sudut dan sebagainya , dengan potongan yang tepat pada garis atau gambar yang telah dibuat. Peralatan pokok dalam teknik kerja sekrol yaitu mesin sekrol yang didukung peralatan tambahan seperti, tang, siku-siku, gergaji, bor, mistar, ketam, pensil dan gunting. Sementara untuk bahan yang digunakan yaitu kayu yang seratnya padat dan multiplek. Untuk prosedur pengoperasiannya, menurut Enget (2008:358) mesin sekrol dapat dioperasikan dengan cara:

1) Hidupkan mesin sekrol dengan menekan tombol ON. 2) Letakkan kayu/triplek diatas meja mesin sekrol.

3) Turunkan penahan kayu/debu di atas benda kerja dengan lobang pipa pembersih debu ke muka mata gergaji.

4) Benda kerja di tekan maju pelan-pelan ke arah mata gergaji sesuai gambar kerja.


(48)

Pengoperasian mesin sekrol harus memperhatikan prosedur keselamatan kerja untuk meminimalisir terjadinya kejelakaan kerja yang tidak diinginkan. Prosedur keselamatan kerja tersebut meliputi penggunaan kelengkapan baju kerja, penerangan yang cukup, ruang kerja yang luas, dan kebersihan bengkel kerja. Pelatihan teknik kerja sekrol ini dapat diberikan kepada anak tunagrahita kategori ringan karena pengoperasian mesin yang tidak terlalu sulit. Pelatihan dapat diberikan dengan cara memberikan contoh penggunaan mesin sekrol dan bantuan ketika anak mulai praktek menggunakan mesin. Dalam pelaksanaan praktek anak harus terus mendapatkan pengawasan untuk meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak sesuai.

Selain kelima teknik tersebut terdapat teknik sambungan kayu untuk menjaga stabilitas serta mengencangkan hubungan satu bagian kayu dengan bagian yang lainnya. Tujuan utama teknik sambungan kayu yakni untuk menahan, mengunci antar bagian kayu baik dalam berbagai posisi serta melindungi kayu dari pergeseran, pergerakan maupun pemuaian. Teknik terakhir dalam keterampilan kriya kayu yaitu tahap akhir atau finishing produk. Menurut Enget (2008:391) teknik dalam finishing ada tiga macam yaitu:

a. Teknik Politur

Teknik politur sering digunakan untuk melapisi produk kayu agar lebih indah dan awet. Selain mudah dalam pengerjan harga politurpun relatif sangat murah. Manfaat politur antar lain melapisi


(49)

permukaan kayu, mempertajam serat kayu dan menambah keawetan kayu.

b. Teknik bakar

Teknik bahar adalah salah satu teknik oles untuk finishing kayu, biasanya diterapkan pada mebel antik dan kerajinan. Produk akan lebih antik jika finishing dikerjakan dengan teknik bakar. Manfaat teknik bakar antara lain, menonjolkan nilai keindahan, keawetan pada produk, biaya murah dan meningkatkan nilai jual. c. Teknik cat duko

Cat duko saat ini banyak digunakan untuk perabot interior dan eksterior. Produk yang difinishing cat duko banyak dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk melapis peroduk mainan anak-anak. Manfaat teknik cat duko antara lain menutup serat kayu, proses cepat, keawetan produk dan banyak pilihan warna.

7. Evaluasi Pembelajaran

Untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran, memperbaiki serta mengarahkan proses belajar mengajar diperlukan sebuah proses evaluasi dalam pembelajaran. Menurut pendapat Asep Jihad dan Abdul Haris evaluasi merupakan proses memberikan atau menentukan terhadap hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Pendapat lain menurut Sukiman (2011:11) evaluasi pembelajaran adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar


(50)

peserta didik yang dikakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan dalam mata pelajaran tertentu di sekolah. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat ditegaskan bahwa evaluasi pembelajaran adalah kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik secara sistematis guna pengambilan keputusan berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Teknik yang dipergunakan dalam proses evaluasi menurut Anas Sudijono (2012:62) ada dua macam teknik yaitu teknik tes dan teknik nontes. Penggunaan teknik tes dalam evaluasi pembelajaran dilakukan dengan jalan menguji peserta didik melalui pemberian tugas atau serangkaian tugas berupa pertanyaan ataupun perintah, sedangkan teknik nontes dilakukan tanpa menguji peserta didik hanya dengan melakukan pengamatan. Sejalan dengan beberapa pengertian tentang evaluasi pembelajaran di atas, secara umum menurut Sukiman (2011:12) tujuan evaluasi pembelajaran untuk memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sampai dimana tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan.


(51)

C. Penelitian yang Relevan

Penelitian terdahulu yang relevan terdapat beberapa kesamaan dalam model keterampilan yang diberikan, sehingga penelitian tersebut menjadi panduan dan sumber acuan dalam penelitian ini. Terdapat dua penelitian yang menjadi panduan dan sumber acuan dalam penelitian ini. Penelitian pertama yaitu Gayuh Tristanti dengan judul “Implementasi Pengembangan Diri Kecakapan Vokasional Produktif Kriya Kayu Anak Tunagrahita SMPLB di SLB N Sragen”. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pengembangan diri kecakapan vokasional kriya kayu dilaksanakan 16 jam pelajaran atau dengan porsi 50% dari seluruh pembelajaran yang diberikan. Ruang lingkup materi keterampilan vokasional kriya kayu pada jenjang SMPLB di SLB Negeri Sragen adalah kerja kayu manual, kerja scrool, pengetahuan bahan kayu, dasar gambar teknik, dan finishing kayu tingkat dasar.

2. Ketercapaian hasil Pelaksanaan pengembangan diri kecakapan vokasional kriya kayu siswa tunagrahita adalah berupa barang yaitu pohon angka, figura, puzzle, meja kursi, rambu-rambu lalu lintas, pegangan sabit, pegangan alat menggoreng, dan vandel.

3. Kendala pelaksanaan pengembangan diri kecakapan vokasional kriya kayu siswa tunagrahita yaitu dari perilaku siswa tunagrahita sulit diarahkan, penyediaan sarana prasarana dan bahan baku, belum adanya tenaga pengajar yang sesuai kualifikasi pendidikan, dan kendala dalam


(52)

Sedangkan penelitian kedua yaitu Sukijan (2012) yang berjudul “Kemampuan Anak Tunagrahita kategori ringan dalam pembelajaran keterampilan bubut kayu di SLB Negeri Pembina Yogyakarta tahun 2011/2012”. Dari penelitian tersesebut dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pembelajaran keterampilan bubut kayu pada siswa kelas VIII di SMPLB

SLB N Pembina telah sesuai dengan tujuan pembelajaran yakni sebagi bekal kemandirian hidup bermasyarakat bagi siswa, materi yang diberikan kepada siswa merupakan materi pembelajaran keterampilan bubut kayupun dipilih yang fungsional dan telah disesuaikan dengan tujuan yang dibuat dalam bentuk analisis tugas, metode yang digunakan sesuai dengan kondisi siswa yakni metode latuhan dan demonstrasi. 2. Kemampuan dalam mengikuti pembelajaran keterampilan bubut kayu

pada anak tunagrahita kategori ringan kelas VIII SMPLB dinilai cukup baik, kemampuan subyek dalam analisis tugas dalam setiap sesi pembelajaran meliputi mempersiapkan alat dan bahan, membubut kayu dan melakukan finishing dimulai cukup baik dengan keterangan subyek mampu melakukan meskipun ada sedikit bantuan dari guru.

Pada penelitian pertama menggambarkan pelaksanaan pembelajaran, produk yang dihasilkan, dan kendala-kendala dalam pelaksanaan pembelajaran. Sementara untuk penelitian kedua hanya berfokus pada salah satu teknik kerja kriya kayu, yaitu teknik bubut kayu. Penelitian kedua menggambarkan pelaksanaan pemebelajaran bubut kayu dan kemampuan anak dalam melakukan teknik bubut kayu. Kedua penelitian di atas cukup


(53)

relevan, karena kedua penelitian tersebut memiliki kesamaan dengan yang akan peneliti lakukan yaitu mengungkap pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas.

D. Kerangka Pikir

Anak tunagrahita kategori ringan merupakan anak yang mengalami gangguan selama periode perkembangan meliputi keterlambatan fungsi intelektual dan konseptual adaktif, sosial serta fungsi praktis yang ditunjukkan dengan keterlambatan dalam hal kemampuan akademik, berbahasa yang rendah, tidak dapat berfikir secara abstrak, memori jangka pendek, kesulitan dalam mengurus diri, tetapi masih dapat dididik belajar membaca,menulis, berhitung sederhana, serta dapat diberikan latihan-latihan keterampilan sederhana untuk mengembangkan potensinya seoptimal mungkin sebagai bekal hidup mandiri di masyarakat, sehingga penekanan pembelajaran lebih pada pembelajaran keterampilan untuk memberikan kecakapan hidup sehingga tidak terlalu bergantung kepada orang lain

Keterampilan kriya kayu merupakan suatu bentuk keterampilan yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita kategori ringan untuk melatih dan memberikan keahlian dalam menciptakan produk dari bahan kayu. Keterampilan kriya kayu dalam pelaksanaannya menggunakan peralatan sederhana hingga peralatan modern yang dilengkapi dengan bantuan mesin. Penggunaan peralatan modern tersebut memudahkan anak dalam melakukan


(54)

pekerjaan dengan berbagai teknik kerja kriya kayu untuk menghasilkan berbagai produk dari bahan kayu secara cepat. Namun dalam pelaksanaannya, penggunaan metode dan strategi yang tepat akan lebih memudahkan anak dalam mengikuti proses pembelajaran keterampilan kriya kayu. Hal tersebut selain untuk mempermudah anak dalam menangkap materi tetapi juga untuk memberikan perlindungan keselamatan kerja setiap anak dalam menggunakan peralatan berupa benda tajam dan mesin listrik. Dengan pembelajaran keterampilan kriya kayu ini anak sudah menyiapkan diri untuk menghadapi dunia kerja sebagai modal dalam memperoleh penghasilan. Melihat permasalahan tersebut, peneliti ingin mengungkap pembelajaran keterampilan kriya kayu anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas dengan jalan mendiskripsikan proses pelaksanaan, ketercapaian hasil produk, dan bentuk-bentuk keterampilan yang dikuasi setiap anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas.

E. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

a. Bagaiman persiapan atau perencanaan dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

b. Bagaimana penerapan penggunaan metode pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?


(55)

c. Bagaimana teknik evaluasi pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman? 2. Bagaimana ketercapaian hasil pelaksanaan pembelajaran keterampilan

kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

a. Apakah jenis-jenis produk keterampilan kriya kayu yang dihasilkan dari pelaksanaan keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

3. Bagaimana bentuk-bentuk keterampilan yang dapat dilakukan pada masing-masing anak dalam pelaksanaan keterampilan kriya kayu bagi anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

a. Bagaimana kemampuan melaksanakan teknik kerja kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas Sleman?

                      


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Menurut pendapat Nana Syaodih (2007:72) penelitian deskriptif ditunjukkan untuk mendeskriptifkan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang bersifat alamiah atau rekayasa manusia. Penelitian ini tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau perubahan pada variabel bebas tetapi hanya menggambarkan suatu kondisi apa adanya.

Pendekatan deskriptif ini bertujuan untuk memdapatkan informasi mengenai pelaksanaan pemebelajaran keterampilan kriya kayu pada siswa tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas keterampilan kriya kayu dan ketercapaian hasil dari permbelajaran keterampilan kriya kayu. Informasi yang diperoleh dengan pendekatan ini disusun dengan uraian catatan, direduksi, dirangkum, dan dipilih yang sesuai dengan tujuan penelitian, serta selanjutnya dianalisis dengan pendekatan kualitatif.

B. Subyek Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:112) subjek penelitian adalah subyek yang ingin dituju untuk diteliti oleh peneliti berupa benda, keadaan, orang, serta tempat data untuk variabel penelitian melekat dan


(57)

dipermasalahkan. Subyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang guru yang mengajar pada kelas keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas dan siswa tunagrahita kategori ringan yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas. Subyek siswa dalam penelitian ini adalah siswa tunagrahita kategori ringan berjumlah 2 orang dan berada di kelas X SLB Yapenas.

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di SLB Yapenas Sleman yang beralamat di Jalan Sepakbola, Ngalren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. SLB Yapenas merupakan unit pelayanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus seperti anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, serta autis dari jenjang taman kanak-kanak sampai dengan jenjang sekolah menengah. Penelitian ini dilakukan di SLB Yapenas karena sekolah melaksanakan pembelajaran keterampilan kriya kayu bagi siswa tunagrahita. Proses pembelajaran tersebut dilaksanaka di ruang keterampilan kriya kayu.

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga Juni 2015. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 2 bulan, waktu tersebut digunakan untuk mengadakan observasi, pengumpulan data dan merefleksi hasil penelitian yang telah diperoleh.

D. Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2010:308) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian karena tujuan utama


(58)

dari penelitian adalah mendapatkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini disesuai dengan arah penelitian untuk melengkapi maupun mengembangkan data yang ada. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Metode Observasi

Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi (2007:70) mengemukakan bahwa observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki. Jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi partisipan dimana peneliti aktif dan ikut serta dalam kegiatan pembelajaran keterampilan kriya kayu untuk memperoleh data mengenai proses permbelajaran tersebut. Teknik observasi merupakan teknik pokok dalam penelitian ini, dikarenakan dengan teknik observasi ini dapat diperoleh deskriptif yang factual sesuai dengan kondisi di lapangan. Kegiatan observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data mengenai pelaksanaan proses pembelajaran keterampilan kriya kayu meliputi, kegiatan untuk mempersiapkan pembelajaran, penggunaan metode saat proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam melaksanakan tugas keterampilan kriya kayu serta ketercapaian hasil dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas.

2. Metode Wawancara

Menurut Muhamad Ali (2013:90) wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan tanya


(59)

jawab dengan sumber data. Wawancara merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mendapatkan informasi yang diperoleh maupun yang belum diperoleh dalam observasi. Metode wawancara dengan guru kelas digunakan untuk memperoleh data mengenai proses pelaksanaan pembelajaran kriya kayu, kesulitan-kesulitan yang dihadapi, ketercapaian hasil dan proses evaluasi dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu. 3. Metode Dokumentasi

Menurut Mahmud (2011:183) teknik dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukkan pada subyek penelitian, tetapi melalui dokumen. Teknik dokumentasi berbentuk catatan harian, biografi, gambar/foto, peraturan, patung, maupun film. Bentuk dokumentasi pada penelitian ini berupa identitas siswa, gambar/foto dan catatan hasil belajar keterampilan kriya kayu anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 160), instrumen penelitian adalah suatu alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen penelitian disusun berdasarkan indikator dari variabel penelitian, dimana indikator tersebut dijabarkan menjadi item-item pernyataan. Untuk mempermudah dalam pelaksanaan pengumpulan data maka dilengkapi dengan menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara.


(60)

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi digunakan untuk mencatat tingkah laku, peristiwa, dan semua hal yang dianggap bermakna dalam penelitian. Pedoman observasi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang proses pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas serta untuk mengetahui kemampuan anak tunagrahita kategori ringan dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu. Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam bentuk table sebagai berikut:

Tabel 1. Pedoman observasi guru dan anak dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan

No Variabel Sub Variabel Indikator

1  1. Pembelajaran

Keterampilan Kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan 1. Pengamatan terhadap guru 2. Pengamatan terhadap anak

1. Cara guru menyampaiakan tujuan

pembelajaran

2. Cara guru menyampaikan materi

pembelajaran

3. Alokasi waktu pembelajaran yang

digunakan guru untuk menyampaikan materi dan praktek

4. Penggunaan sarana dan prasarana oleh

guru dalam pembelajaran

5. Metode dan strategi pembelajaran yang

digunakan guru

6. Cara guru membuka dan menutup

pembelajaran

7. Cara guru mengapersepsi anak pada

pelajaran

8. Cara guru memberikan contoh

9. Cara guru menegur dan memuji anak

10.Cara guru melakukan evaluasi

11.Sikap anak dalam mengikuti

pembelajaran

12.Sikap anak ketika menggunakan

peralatan


(61)

Tabel 2. Pedoman observasi kemampuan anak dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan

No Variabel Sub Variabel Indikator

1. 1. Pembelajaran

Keterampilan Kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan

1. Kemampuan

siswa

mempersiapkan alat dan bahan keterampilan kriya kayu

1. Cara anak menyiapkan bahan pokok dalam

keterampilan kriya kayu seperti kayu alami maupun buatan

2. Cara anak menyiapkan bahan pembantu dalam

keterampilan kriya kayu seperti paku, amplas, maupun kaca

3. Cara anak menyiapkan bahan finishing seperti

politur dan minyak thiner

4. Cara anak menyiapkan peralatan manual seperti pisau, gunting, gergaji, ketam, dan pahat.

5. Cara anak menyiapkan peralatan semi masinal

seperti mesin gergaji, mesin ketam, mesin router, mesin jigsaw, dan mesin bor.

6. Cara anak menyiapkan peralatan masinal

seperti mesin gergaji lingkar/meja/lengan radikal, mesin bubut dan mesin bor beja.

7. Cara anak menyiapkan peralatan pembantu

seperti alat ukur panjang, alat ukur derajat atau siku-siku, palu dan pensil

2. Kemempuan siswa dalam menggunakan peralatan keterampilan kriya kayu

8. Kemampuan siswa menggunakan peralatan

manual seperti pisau, gunting, gergaji, ketam, dan pahat

9. Kemampuan siswa menggunakan peralatan

semi masinal seperti mesin gergaji, mesin ketam, mesin router, mesin jigsaw, dan mesin bor

10.Kemampuan siswa menggunakan peralatan

masinal seperti mesin gergaji lingkar/meja/lengan radikal, mesin bubut dan mesin bor beja

11.Kemampuan siswa dalam menggunakan

peralatan pembantu seperti alat ukur panjang, alat ukur derajat atau siku-siku, palu dan pensil

3. Kemampuan

siswa dalam penguasaan

teknik kriya kayu

12.Kemampuan siswa dalam menghasilkan produk

menggunakan teknik kerja bangku dan teknik mesin

13.Kemampuan siswa dalam menghasilkan produk

menggunakan teknik kerja bubut

14.Kemampuan siswa dalam menghasilkan produk

menggunakan teknik ukir

15.Kemampuan siswa dalam menghasilkan produk

menggunakan teknik kerja raut

16.Kemampuan siswa dalam menghasilkan produk

menggunakan teknik kerja sekrol

4. Kemampuan siswa dalam proses penyelesaian/ finishing produk kriya kayu

17.Kemampuan siswa dalam melakukan teknik

finishing menggunkan politer

18.Kemampuan siswa dalam melakukan teknik

finishing menggunkan teknik bakar

19.Kemampuan siswa dalam melakukan teknik


(62)

Tabel 3. Pedoman observasi keselamatan kerja dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan

No Variabel Sub Variabel Indikator 1. 1. Keselamatan

kerja siswa dalam

pembelajaran kriya kayu

1. Kemampuan

siswa dalam menjaga

keselamatan diri sendiri dalam bekerja

1. Cara anak menggunakan pakaian kerja dalam bekerja

2. Prosedur keselamatan kecelakaan akibat listrik yang dikuasi anak

3. Prosedur keselamatan kecelakaan akibat pengoperasian alat yang dikuasi anak 4. Cara anak menjaga kebersihan bengkel

kerja

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ini bersikan garis besar topik atau masalah yang dijadikan pegangan dalam proses wawancara. Pedoman wawancara dalam penelitian ini berisi tentang pertanyaan-pertanyaan yang terkasit dengan pelaksanaan pembelajaran kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas. Pedoman wawancara ini mengungkap tentang proses pembelajaran kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas. Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam bentuk table sebagai berikut:


(63)

Tabel 4. Pedoman wawancara dalam pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan.

No Responden Variabel Sub

Variabel

Indikator 1 Guru 1. Pembelajaran

keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan 1. Pelaksanaan proses pembelajaran keterampilan kriya kayu

1. Penentuan tujuan pembelajaran 2. Penentuan materi

pembelajaran 3. Waktu pelaksanaan

pembelajaran

4. Sarana prasarana yang digunakan

5. Penggunaan strategi dan metode pembelajaran 6. Penggunaan teknik

evaluasi pembelajaran 7. Kompetensi guru 8. Kendala/kesulitan yang

dihadapi dalam

pemebelajaran kriya kayu dan cara mengatasinya 9. Prosedur keselamatan

kerja

10. Jenis-jenis produk keterampilan kriya kayu yang dihasilkan

2. Kemampuan anak

11. Karakteristik masing-masing anak

12. Kemampuan anak dalam pengetahuan dan

pengoperasian alat 13. Kemampuan anak dalam

pengetahuan bahan 14. Kemmpuan anak dalam

penguasaan teknik kerja 15. Pengetahuan anak


(64)

3. Pedoman Dokumentasi

Jenis dokumentasi yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam penelitian ini yaitu dokumentasi foto dan dokumentasi hasil belajar. Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam bentuk table sebagai berikut

Tabel 5. Jenis jenis dokumentasi

No Jenis dokumentasi Keterangan

1 Foto Untuk mengetahui kegiatan siswa selama

proses pembelajaran keterampilan kriya kayu

2 Hasil belajar Dokumen hasil pekerjaan siswa berupa produk keterampilan kriya kayu F. Keabsahan Data

Valid atau tidaknya suatu data dapat diketahui jika dilakukan beberapa pemeriksaan terhadap data tersebut. Untuk menguji keabsahan dari suatu data diperlukan teknik dalam pemeriksaan keabsahan atau validitas suatu data. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan teknik trianggulasi data. Menurut Trianto (2011:295) trianggulasi data adalah pengujian keabsahan data dengan cara mengecek data yang diperoleh dari sumber yang sama dengan teknik berbeda. Pendapat lain dari Sugiyono (2006:58) menjelaskan bahwa trianggulasi data merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Adapun langkah-langkah data yang diambil dalam penelitian ini yaitu 1. Chek recheck yaitu pengecekan kembali data yang telah diperoleh melalui

berbagai metode, sumber, data, waktu dan tempat

2. Cross chek yaitu melakukan ceking antara metode pengumpulan data yang diperoleh. Misalnya dari data wawancara di padukan dengan observasi


(65)

3. Peer debrefing yaitu informasi dari lapangan dibawa ke forum diskusi dengan guru untuk mendapatkan data yang lebih menunjang terhadap hasil penelitian

Untuk mengetahui keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan cross chek data yang diperoleh dari beberapa metode yaitu data yang diperoleh dari metode wawancara dengan observasi, data wawancara dengan dokumentasi serta mengecek data observasi dengan dokumentasi. Keabsahan data terjadi jika terdapat kesamaan data dalam beberapa metode pengumpulan data, tetapi keabsahan data tidak terjadi jika terdapat perbedaan hasil dalam beberapa metode pengumpulan data.

G. Analisis data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data deskriptif kualitatif yaitu menyajikan data dalam bentuk narasi. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2005:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskanya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Sementara menurut Sugiyono (2010: 338-345) langkah analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal yang pokok serta memfokuskan hal yang penting disesuaikan dengan pelaksanaan


(66)

pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan dan membuang data yang tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan penelitian. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai data yang ingin diperoleh.

2. Display data

Tahap display data yaitu mendeskripsikan data yang telah diperoleh memalui berbagai teknik pengumpulan data, seperti mendeskripsikan data hasil observasi, data hasil wawancara dan hasil dokumentasi. Data yang dideskripsikan yaitu mengenai subyek penelitian, pelaksanaan pembelajaran, kemampuan setiap subyek, serta ketercapaian hasil dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan di SLB Yapenas.

3. Pengambilan kesimpulan

Pengambilan kesimpulan dilakukan dengan cara menggambarkan suatu hal berdasarkan data-data yang telah diperoleh. Penelitian ini menggambarkan pelaksanaan pembelajaran keterampilan kriya kayu, gambaran kemampuan setiap subyek dalam keterampilan kriya kayu serta ketercapaian hasil dari pelaksanaan keterampilan kriya kayu pada anak tunagrahita kategori ringan kelas X di SLB Yapenas. Pengambilan kesimpulan ditegaskan dengan menjawab berbagai pertanyaan penelitian yang diajukan berdasarkan deskriptif hasil penelitian.


(67)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah Luar Biasa (SLB) Yapenas merupakan sebuah lembaga pendidikan yang menyediakan layanan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sejak tahun 1983 di bawah naungan Yayasan Yapenas serta berada di bawah pengawasan Dinas Pendidikan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. SLB Yapeas memiliki dua unit sekolah, unit pertama di Jalan Sepakbola, Ngalren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta, sedangkan gedung unit kedua beralamat di Jalan Panuluh, Prigwulung, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini lebih terfokus dilaksanakan di unit pertama, hal tersebut dikarenakan kegiatan pembelajaran keterampilan untuk kelas besar yang termasuk di dalamnya subyek penelitian lebih banyak dilakukan di unit pertama.

SLB Yapenas memberikan layanan pendidikan dari jenjang dasar sampai menengah dengan pemberian layanan keterampilan akademik dan vokasional bagi anak berkebutuhan khusus. Kegiatan belajar mengajar di SLB Yapenas dibagi menjadi dua tempat yaitu unit pertama untuk kelas menengah sementara unit kedua digunakan untuk kelas dasar. Kondisi bagunan sekolah unit pertama dan kedua terletak di sebuah gang perkampungan yang cukup jauh dari keramaian jalan raya sehingga cukup baik untuk pelaksanaan proses pembelajaran. Bangunan sekolah di unit pertama memiliki dua tingkat yang tidak terlalu luas. Kondisi bagunan unit


(68)

satu tidak memiliki lahaman sekolah karena langsung berhadapan dengan jalan perkampungan yang telah dibatasi dengan pagar besi. Berbeda dengan kondisi di unit pertama, pada unit kedua kondisi sekolah selain sudah memiliki dua lantai juga didukung adanya halaman luas yang dapat dipergunakan untuk kegiatan upacara, olahraga, pramuka serta bermain anak-anak.

SLB Yapenas unit pertama tidak terlalu banyak memiliki ruangan yang dapat digunakan untuk proses belajar mengajar. Terdapat empat ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, ruang keterampilan kriya kayu, ruang keterampilan menjahit, gudang, tempat parkir, toilet, dan sebuah kantin. Pelaksanaan penelitian kali ini terfokus di ruang keterampilan kriya kayu. Ruangan keterampilan kriyakayu terdapat di lantai dasar dengan luas sekitar 5 x 6 m² yang menghadap langsung ke sisi luar sekolahan. Ruang keterampilan kriya kayu digunakan untuk proses pemotongan hingga finishing. Selain digunakan untuk proses pengerjaan, di ruangan tersebut juga digunakan untuk menyimpan peralatan dan bahan yang dibutuhkan dalam setiap pengerjaan keterampilan kriya kayu maupun hasil produk kayu yang ditempatkan dalam sebuah lemari. Tersedianya kipas angin, jendela serta ventilasi udara yang memadai dalam ruangan tersebut sangat mendukung kenyaman pelaksanaan pembelajarn kriya kayu karena mebuat ruangan tidak terlalu panas dan pengap oleh debu-debu limbah produksi kayu


(69)

B. Deskripsi Subyek Penelitian

Subyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang guru yang mengajar pada kelas keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas dan dua siswa tunagrahita kategori ringan kelas X yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar keterampilan kriya kayu di SLB Yapenas.

1. Subyek Guru MS

MS adalah guru yang mengajar di kelas X C SLB Yapenas Sleman dengan 5 siswa laki-laki. MS telah mengapdikan diri untuk mengajar anak berkebutuhan khusus sekitar 13 tahun, dengan pendidikan S1 Pendidikan agama Universitas Sunankalijaga Yogyakarta. Selain menjadi guru kelas, MS juga mengajarkan keterampilan kriya kayu bagi anak-anak tingkat menengah di SLB Yapenas kurang lebih selama 6 tahun. Kemampuan mengajar anak berkebutuhan khusus diperoleh MS dari mengikuti diklat dan pelatihan profesi guru pendidikan luar biasa selama 1 tahun di Universitas Sunankalijaga Yogyakarta, sementara kemampuan mengajar keterampilan kriya kayu diperoleh saat mengikuti pelatihan di Balai Latihan Pendidikan Teknik (BLPT) Yogyakarta selama 3 kali yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Yogyakarta, mengadakan pelatiahn keterampilan kriya kayu dengan menggundang ahli dari beberapa instansi, serta memperdalam keahlihan dari buku ataupun media informasi serupa.


(70)

2. Subyek Siswa BP

BP merupakan seorang anak lai-laki kelahiran Sleman 21 tahun yang lalu. BP saat ini tinggal bersama kedua orangtuanya di Sleman, BP merupakan anak ke 3 dari 3 bersaudara. BP merupakan siswa tunagrahita kategori ringan kelas X di SLB Yapenas, BP secara fisik memiliki ciri-ciri tampak seperti anak pada umumnya, memiliki tinggi badan 175 cm serta berat badan 70 kg. BP memiliki kemampuan motorik kasar dan halus yang berkembang secara baik, hal tersebut ditunjukkan dengan tidak adanya gangguan yang dialami dalam bergerak melakukan aktifitas sehari-hari. Hal lain yang terlihat paling menonjol dari BP yaitu bentuk tubuhnya yang tinggi besar serta didukung oleh kekuatan otot dan tenaga yang kuat. Hal yang dirasa kurang pada diri BP yaitu dalam pembelajaran yang berhubungan dengan daya abstrak berkaitan dengan perencanaan suatu hal, tetapi kekuraangan subyek tersebut tertutupi dengan sikap rajin, pekerja keras, hubungan sosial yang baik dengan lingkungan serta kestabilan emosi yang dimilikinya. Secara khusus BP dapat menggunakan beberapa peralatan yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan kriya kayu, tetapi BE tetap harus mendapatkan pengarahan dan pengawasan mengenai kegunaan masing-masing alat.

3. Subyek Siswa BE

BE adalah anak laki-laki berusia sekitar 20 tahun yang lahir di Yogyakarta. BE merupakan siswa tunagrahita kategori ringan yang duduk di kelas X SLB Yapenas. BE secara fisik memiliki ciri-ciri tampak seperti


(1)

  finish juga dalam kayu jende mend ruang kayu 3. Saran Saran yang serta dimil masin hing. Selain digunakan m setiap pe u yang ditem

ela serta ven dukung keny gan tidak te u

na dan prasar na dan prasar dilengkapi d kipas angin liki meliputi nal. n digunakan untuk meny engerjaan ke mpatkan dal ntilasi udara yaman pelak erlalu panas rana pembela ran yang dim dengan alma n untuk meng

i peralatan 114  untuk prose yimpan pera eterampilan lam sebuah yang mema ksanaan pem dan pengap ajaran miliku oleh se ari, meja kerj

gatur sirkula manual, sem

es pengerjaa alatan dan b kriya kayu

lemari. Ter adai dalam ru mbelajarn kriy p oleh

debu-ekolahan ber a, kursi, rak si udara. Sed mi masinal,

an, di ruanga ahan yang d maupun ha rsedianya ki uangan terse ya kayu kare -debu limba

rupa ruang ke untuk meny dangkan pera dan sediki Pengamat Bangun Prih an tersebut dibutuhkan asil produk ipas angin, ebut sangat ena mebuat ah produksi eterampilan yimpan alat, alatan yang it peralatan hanto


(2)

  L

Lampiran 9. Rencana Peelaksanaan P

115 


(3)

 


(4)

 


(5)

 


(6)

 


Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI SEPEDA MOTOR PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SLB G DAYA ANANDA PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA.

1 19 128

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERCOCOK TANAM SAWI BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PENGGUNAAN MODUL DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 4 249

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT PERMEN ASEM PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS DEPOK SLEMAN.

0 0 164

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN STRATEGI SHAPING TERHADAP PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENGUKUR TEKANAN UDARA BAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS VIII DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

2 4 206

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN MELALUI METODE PERMAINAN SNOWBALL THROWING DI KELAS I SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI 1 SLEMAN.

0 3 350

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPAKAIAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS IV DI SEKOLAH LUAR BIASA NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

1 1 252

PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MENCUCI PAKAIAN PADA SISWA TUNAGRAHITA KATEGORI SEDANG KELAS VA DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) NEGERI PEMBINA YOGYAKARTA.

0 1 275

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN KELAS II DI SEKOLAH LUAR BIASA RELA BHAKTI I GAMPING.

0 0 275

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN MEMBUAT POLA BATIK PADA ANAK TUNAGRAHITA KATEGORI RINGAN DI SEKOLAH DASAR INKLUSI TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA.

0 2 145

PELAKSANAAN KEGIATAN PPL UNY 2014 DI SEKOLAH LUAR BIASA YAPENAS.

0 0 33