Laporan Akhir 19
2454‐ 1991 tentang Tata Cara Pengelolaan Teknik Sampah Perkotaan, SNI tentang Spesifikasi Controlled Landfill, SK SNI S‐04‐
1992‐03 tentang Spesifikasi Timbulan Sampah Kota Sedang dan Kota Kecil, SNI 03‐3242‐1994 tentang Tata Cara Pengelolaan
Sampah Permukiman, SNI 03‐3241‐1994 tentang Tata Cara Pemilihan Lokasi TPA, SNI 19‐3964‐1994 tentang Metode
Pengambilan dan Pengukuran Contoh Timbulan dan Komposisi Sampah.
e. Pengaturan penyelenggaraan pembangunan bidang persampahan dilakukan melalui peraturan daerah perda yang pada umumnya
terdiri dari perda pembentukan institusi, ketentuan umum kebersihan dan retribusi. Selain itu juga diperlukan perda yang
mengatur mengenai peran serta swasta, penanganan limbah B3 rumah sakit dan lain‐lain.
2.2.5. Aspek Peran Serta Masyarakat dan Kemitraan Peran Serta Masyarakat
Peran aktif masyarakat dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan diperlukan sejak dari perencanaan sampai dengan operasi dan
pemeliharaan Peran serta masyarakat berkaitan dengan penyelenggaraan prasarana
dan sarana persampahan dapat berupa usulan, saran, pertimbangan, keberatan serta bantuan lainnya atau pelaksanaan program 3R baik untuk skala individual
maupun skala kawasan. Peningkatan peran serta masyarakat dapat dilakukan melalui pendidikan
formal sejak dini, penyuluhan yang intenssif, terpadu dan terus menerus serta diterapkannya sistem insentif dan disinsentif
Masyarakat bertanggung jawab atas penyediaan dan pemeliharaan fasilitas pewadahan dan atau meyelenggarakan pengumpulan pengolahan
Laporan Akhir 20
sampah Kemitraan Pemerintah memberikan peluang kepada pihak swasta untuk menyelenggarakan pembangunan dan pengelolaan prasarana dan sarana
persampahan serta dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif Kemitraan dapat dilakukan terhadap sebagian atau seluruh kegiatan sistem pembangunan
persampahan, termasuk melakukan upaya pengendalian pencemaran lingkungan. Pola kemitraan dapat dilakukan melalui studi kelayakan dengan memperhatikan
keterjangkauan masyarakat, kemampuan Pemda, peluang usaha dan keuntungan swasta. Kemitraan dapat dilakukan dengan sistem BOO, BOT, kontrak
manajemen, kontrak konsesi dan lain‐lain.
2.3. Dampak Pencemaran Akibat Sampah 2.3.1. Potensi Dampak
Dalam kenyataannya banyak pengelola kebersihan menghadapi berbagai masalah dan kendala sehingga mereka tidak dapat menyediakan pelayanan yang
baik sesuai dengan ketentuan teknis dan harapan masyarakat. Disana sini sering terjadi pencemaran akibat pengelolaan yang kurang baik sehingga menimbulkan
berbagai masalah pencemaran selama pelaksanaan kegiatan teknis penanganan persampahan
yang meliputi:
pewadahan, pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir. Berbagai potensi yang
menimbulkan berbagai dampak dapat meliputi :
a. Perkembangan vektor penyakit Wadah sampah merupakan tempat yang
sangat ideal bagi pertumbuhan vektor penyakit terutama lalat dan tikus. Hal ini disebabkan dalam wadah sampah tersedia sisa makanan dalam jumlah yang
besar. Tempat Penampungan Sementara Container juga merupakan tempat berkembangnya vektor tersebut karena alasan yang sama. Sudah barang tentu
akan menurunkan kualitas kesehatan lingkungan sekitarnya. Vektor penyakit terutama lalat sangat potensial berkembangbiak di lokasi TPA. Hal ini terutama
disebabkan oleh frekwensi penutupan sampah yang tidak dilakukan sesuai ketentuan sehingga siklus hidup lalat dari telur menjadi larva telah berlangsung
sebelum penutupan dilaksanakan. Gangguan akibat lalat umumnya dapat ditemui