Metafora Personifikasi Unsur Bahasa Figuratif Gaya Bahasa

23 Kiasan gaya bahasa berarti mempunyai makna lebih luas dengan gaya bahasa kiasan karena mewakili apa yang secara tradisional disebut gaya bahasa secara keseluruhan yang mempunyai tujuan untuk menciptakan efek lebih kaya, lebih efektif, dan lebih sugestif dalam bahasa puisi. Kiasan gaya bahasa terdiri atas: metafora kiasan langsung, persamaan kiasan tak langsung, personifikasi, hiperbola overstatement, euphemisme understatement, sinekdoce, dan ironi Waluyo 1991:83. Pradopo 1990:62 mengelompokkan bahasa figuratif menjadi tujuh jenis, yaitu simile, metafora, epik-simile, personifikasi, metonimi, sinekdoks, dan allegori, sedangkan Sudjiman dalam Yuwana, dkk. 2000:53 mengemukakan bahwa majas atau bahasa figuratif dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu majas perbandingan meliputi umpamaan, metafora atau kiasan, antologi, insanan, majas pertentangan meliputi ironi, hiperbola, litotes, dan majas pertautan meliputi metonimia, sinekdoke, kilatan, eufimisme. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa terdiri atas: metafora, personifikasi, perbandingan simile, hiperbola, dan ironi.

1. Metafora

Metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa, sehingga dalam metafora terdapat dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang diperbandingkan dan pembandingnya Pradopo dalam Jabrohim, dkk. 2003:45. Menurut Becker dalam Pradopo 1990:66 metafora adalah bahasa kiasan seperti perbandingan, hanya tidak mempergunakan kata-kata pembanding, seperti: 24 bagai, laksana, seperti, dan sebagainya. Metafora melihat sesuatu dengan perantaraan benda yang lain. Metafora adalah bahasa kiasan yang menyatakan sesuatu sebagai hal yang sama atau seharga dengan hal lain, yang sesungguhnya tidak sama Altenbernd dalam Pradopo 1990:66. Menurut Wahab dalam Djojosuroto 2005:17 metafora adalah ungkapan kebahasaan yang tidak dapat diartikan secara langsung dari lambang yang dipakai, karena makna yang dimaksud terdapat pada predikasi ungkapan kebahasaan itu. Dalam menciptakan metafora, penyair dipengaruhi oleh lingkungannya, karena persepsi penulis terhadap gejala alam dan gejala sosial tidak dapat lepas dari lingkungannya. Menurut Jabrohim, dkk. 2003:45 metafora adalah bentuk bahasa figuratif yang memperbandingkan sesuatu hal dengan hal lainnya yang pada dasarnya tidak serupa, sehingga dalam metafora ada dua hal yang pokok, yaitu hal-hal yang diperbandingkan dan pembandingnya. Metafora kiasan adalah majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna diantaranya Sudjiman dalam Yuwana, dkk. 2000:53. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metafora adalah gaya bahasa yang membandingkan suatu hal dengan hal yang lain secara langsung.

2. Personifikasi

Personifikasi adalah gaya bahasa yang mengiaskan suatu keadaan atau peristiwa alam sebagai keadaan atau peristiwa yang dialami oleh manusia. Benda 25 mati dianggap sebagai manusia atau persona, atau di “personifikasi” kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu Waluyo 1991:85. Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia, benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan beberan, memberikan bayangan angan yang konkret Pradopo 1990:75. Menurut Sudjiman dalam Yuwana, dkk. 2000:55 personifikasi atau insanan adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia kepada barang yang tidak bernyawa. Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan Keraf 2000:140. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda mati seperti makhluk hidup yang dapat bergerak.

3. Perbandingan Simile