25
mati dianggap sebagai manusia atau persona, atau di “personifikasi” kan. Hal ini digunakan untuk memperjelas penggambaran peristiwa dan keadaan itu Waluyo
1991:85. Personifikasi adalah kiasan yang mempersamakan benda dengan manusia,
benda-benda mati dibuat dapat berbuat, berpikir, dan sebagainya seperti manusia. Personifikasi membuat hidup lukisan, di samping itu memberi kejelasan beberan,
memberikan bayangan angan yang konkret Pradopo 1990:75. Menurut Sudjiman dalam Yuwana, dkk. 2000:55 personifikasi atau
insanan adalah majas yang memberikan sifat-sifat manusia kepada barang yang tidak bernyawa. Personifikasi atau prosopopoeia adalah semacam gaya bahasa
kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan Keraf 2000:140.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gaya bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda mati seperti makhluk
hidup yang dapat bergerak.
3. Perbandingan Simile
Waluyo 1991:84 berpendapat bahwa kiasan yang tidak langsung disebut perbandingan atau simile. Benda yang dikiaskan kedua-duanya ada bersama
pengiasnya dan digunakan kata-kata seperti, laksana, bagaikan, bagai, bak, dan sebagainya. Kadang-kadang juga tidak digunakan kata-kata pembanding.
Pradopo 1990:62 mengemukakan bahwa perbandingan atau perumpamaan atau simile adalah bahasa kiasan yang menyamakan satu hal
dengan hal lain dengan mempergunakan kata-kata pembanding seperti: bagai,
26
sebagai, bak, seperti, semisal, seumpama, laksana, sepantun, penaka, se, dan kata- kata pembanding yang lain. Perbandingan atau perumpamaan ini dapat dikatakan
bahasa kiasan yang paling sederhana dan paling banyak digunakan dalam sajak. Menurut Abrams dalam Djojosuroto 2005:18 simile adalah bahasa kias
yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dipersamakan dengan menggunakan kata-kata seperti: serupa, bagaikan, laksana, dan sejenisnya.
Simile adalah majas pertautan yang membandingkan dua hal yang secara hakiki berbeda, tetapi dianggap mengandung segi yang serupa. Keserupaan ini
dinyatakan secara eksplisit dengan kata: seperti, bagai, dan laksana KBBI dalam Prabowo, dkk. 2002:14.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa simile adalah gaya bahasa yang membandingkan dua hal yang berbeda dengan menggunakan kata
penghubung seperti, bagai, bak, laksana, dan sebagainya.
4. Hiperbola
Hiperbola adalah kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapatkan perhatian yang
lebih saksama dari pembaca Waluyo 1991:85. Menurut
Sudjiman dalam
Yuwana, dkk. 2000:60 hiperbola adalah majas yang di dalam ungkapannya melebih-lebihkan apa yang sebenarnya dimaksudkan.
Hiperbola adalah gaya bahasa yang melebih-lebihkan suatu keadaan atau suatu hal maksudnya untuk menyangatkan Baribin 1990:53.
Menurut Keraf 2000:135 menyatakan bahwa hiperbola adalah semacam gaya bahasa yang mengandung suatu pernyataan yang berlebihan, dengan
27
membesarkan-besarkan sesuatu hal. Hiperbola adalah suatu cara untuk menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan Suharianto 2005:69.
Berdasarkan uraian
tersebut, dapat disimpulhan bahwa hiperbola adalah
gaya bahasa yang melebih-lebihkan sesuatu hal, sehingga menimbulkan efek lebih menarik pada puisi tersebut.
5. Ironi