2 pasar uang dan valas, 3 koperasi simpan pinjam,
4 perum pegadaian, 5 perusahaan sewa guna usaha,
6 perusahaan anjak piutang, 7 modal ventura,
8 dana pensiun, 9 kartu plastik.
2. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility
Terobosan besar konteks Corporate Social Responsibility ini dilakukan oleh John Elkington melalui bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks,
The Triple Bottom Line Twentieth Century Business” yang diterbitkan pada tahun 1997. Elkington mengembangkan tiga komponen penting pembangunan
keberlanjutan melalui konsep “3P” profit, planet dan people. Elkington
berpendapat bahwa jika perusahaan ingin operasinya terus berlanjut, maka ia perlu memperhatikan 3P, yakni, bukan hanya profit yang diburu, namun juga
harus memberikan kontribusi positif kepada masyarakat people dan ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan planet.
The World Business Council for Sustainable Development WBCSD mendefinisikan CSR sebagai “kelanjutan komitmen oleh suatu entitas bisnis
untuk bertindak secara etis dan berperan untuk pembangunan ekonomi dengan meningkatkan kualitas hidup di tempat kerja dan terhadap keluarga mereka
seperti halnya masyarakat lokal dan masyarakat yang lebih luas”. Selain itu,
ISO 26000 mengenai Guidance on Social Responsibility juga memberikan definisi CSR yang mulai ditetapkan tahun 2010, pedoman CSR Internasional
ini bisa dijadikan rujukan. Menurut ISO 26000, CSR adalah:
Universitas Sumatera Utara
Tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan
lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan
masyarakat; mempertimbangkan harapan pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang berlaku yang ditetapkan dan norma-norma
perilaku internasional; serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh International Standard ISO 26000 Guidance on Social
Responsibility, 2010.
Tujuh isu pokok dalam masalah CSR jika dikaitkan dengan ISO 26000 adalah:
a. pengembangan masyarakat;
b. konsumen;
c. praktek kegiatan institusi yang sehat;
d. lingkungan;
e. ketenagakerjaan;
f. hak asasi manusia; dan
g. organizational governence.
Menurut Anggusti 2010 : 33, setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu
tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya. 1.
Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila peusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat.
2. Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbiosis mutualisme sehingga bisa tercipta harmonisasi hubungan bahkan pendongkrakan citra dan performa perusahaan.
3. Kegiatan tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk
meredam bahkan menghindari konflik sosial.
Universitas Sumatera Utara
3. Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial