95 c.
Solitary play Anak bermain dengan suatu alat sendirian tanpa ada interaksi dengan
orang lain. d.
Parallel activity Anak bermain secara individu, akan tetapi dalam permainannya tersebut
dapat melibatkan orang yang memainkan permainan yang yang sama. Misalnya permainan puzzle.
e. Associative play
Anak bermain dan berinteraksi dengan anak yang lain, akan tetapi dalam aktivitas yang berbeda. Misalnya permainan dokter-dokteran, ada yang
menjadi dokter, dan ada yang menjadi pasiennya. f.
Cooperative or organized supplementary play. Anak bermain dalam suatu group atau tim yang dalam permainan tersebut
mempunyai aturan dan tujuan yang sama. Misalnya permainan sepak bola. Beberapa penjelasan dari para ahli di atas dapat disimpulkan jenis-jenis
permainan antara lain permainan tanpa terlibat, permainan perorangan, permainan dengan 1-2 teman, dan permainan dalam tim atau group.
3. Manfaat permainan
Manfaat permainan menurut Rusmawati 2004 antara lain: a.
Memperkuat motorik anak. b.
Anak dapat menyalurkan energi yang tertumpuk. c.
Anak dapat menyalurkan perasaannya yang terpendam.
96 d.
Melalui permainan yang melibatkan banyak orang dan banyak aturan dapat mengenalkan anak pada lingkungan sosial yang baru. Anak harus
belajar mematuhi peraturan, memupuk sifat jujur maupun sportivitas. e.
Bermain dapat merangsang kognitif anak. f.
Membantu dalam penyesuaian sosial, mengembangkan wawasan sosialnya.
g. Bermain memungkinkan anak menyelesaiakan masalah emosi.
h. Melatih anak untuk berkomunikasi.
i. Sumber belajar.
j. Merangsang kreativitas anak.
Menurut Gunarsa 2007 beberapa manfaat permainan diantaranya adalah: a.
Menyalurkan energi anak yang tertumpuk. b.
Menyalurkan perasaan-perasaan yang terpendam. c.
Anak dapat diperkenalkan pada lingkungan sosial yang baru. d.
Belajar mematuhi peraturan dan menjalani “hukuman’ jika melakukan pelanggaran sehingga membantu dalam perkembangan kepribadiannya.
Beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan manfaat permainan antara
lain, memperkuat motorik anak, anak dapat menyalurkan energi yang tertumpuk,
anak dapat menyalurkan perasaannya yang terpendam, melalui permainan yang melibatkan banyak orang dan banyak aturan dapat mengenalkan anak pada
lingkungan sosial yang baru, anak harus belajar mematuhi peraturan, memupuk sifat jujur maupun sportivitas, bermain dapat merangsang kognitif anak,
membantu dalam penyesuaian sosial, mengembangkan wawasan sosialnya,
97 bermain memungkinkan anak menyelesaiakan masalah emosi, melatih anak untuk
berkomunikasi, sumber belajar, dan merangsang kreativitas anak.
4. Pengertian permainan tradisional
Permainan tradisional atau permainan rakyat adalah suatu hasil budaya masyarakat yang berasal dari jaman yang sangat tua, yang telah tumbuh dan hidup
hingga sekarang Depdikbud, 19801981. Permainan tradisional adalah segala bentuk permainan yang sudah ada sejak jaman dahulu dan diwariskan secara turun
temurun dari generasi ke generasi Purwaningsih, 2006. Menurut Jarahnitra dalam Siagawati dkk, 2007 bahwa permainan
tradisional rakyat merupakan hasil budaya yang besar nilainya bagi anak-anak dalam rangka berfantasi, berekreasi, berolahraga yang sekaligus sebagai sarana
berlatih untuk hidup bermasyarakat, ketrampilan, kesopanan, serta ketangkasan. Dharmamulya dalam Siagawati dkk, 2007 menyatakan bahwa permainan
tradisional merupakan sarana untuk mengenalkan anak-anak pada nilai budaya dan norma-norma sosial yang diperlukan untuk mengadakan hubungan atau
kontak sosial dan memainkan peran yang sesuai dengan kedudukan sosial dalam masyarakat.
Penjelasan beberapa ahli di atas dapat disimpulkan permainan tradisional adalah permainan yang sudah ada sejak jaman dahulu yang merupakan warisan
turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Permainan tradisional juga merupakan sarana untuk memperkenalkan anak-anak terhadap nilai budaya
98 dan norma sosial yang dibutuhkan dalam mengadakan hubungan atua kontak
sosial dalam masyarakat.
5. Jenis-jenis permainan tradisional