Enzim-enzim proteolisis ditemukan pada keseluruhan jaringan makhluk hidup. Distribusi dan aktivitasnya berbeda-beda. Aktivitas protease tertinggi
ditemukan pada bagian organ dalam dan hati, tetapi aktivitasnya pada jaringan sangat signifikan, dimana enzim berperan dalam protein turnover. Enzim protease
endogeneus dari ikan terletak pada cairan intraseluler dan sarkoplasma, atau berasosiasi dengan organel sel. Pada ikan hidup, protease berfungsi dalam protein
turnover. Setelah mati, regulasi biologis terhenti, dan enzim menghidrolisis protein daging dan terlibat dalam kontraksi rigor mortis Foegeding et al. 1996.
Aktivitas protease ditemukan pada beberapa organ dalam ikan bandeng. Tiro dan Benitez 1985 meneliti aktivitas protease dari berbagai organ dalam ikan
bandeng. Terdapat aktivitas protease pada ekstrak kasar organ pencernaan, seperti esofagus, pilorik kaeka, anterior usus, posterior usus, hati dan pankreas. Aktivitas
protease berbeda pada setiap organ dalam, tergantung pada jenis makanan ikan bandeng. Aktivitas protease pada lambung sangat kecil, bahkan hampir tidak
terdeteksi. Hal tersebut disebabkan suasana pH yang asam yaitu pH 2,0 sehingga hanya jenis protease tertentu yang aktif pada kondisi tersebut, seperti pepsin.
Beberapa enzim protease yang telah diisolasi dari organ dalam ikan antara lain, pepsin, kimosin, tripsin, kimotripsin, elastase, katepsin B, mettaloproteinase dan
kolagenase Simpson 2000; An Vessesanguan 2000. Protease secara umum, berdasarkan sisi aktifnya, digolongkan menjadi
empat kelas. Kelas-kelas tersebut adalah serin, sistein, metallo dan aspartik protease. Protease juga digolongkan menjadi dua kelas, berdasarkan cara
kerjanya. Kelas yang pertama, yaitu endopeptidase, adalah protease yang menghidrolisis ikatan peptida pada bagian tengah rantai. Kedua, yaitu
eksopeptidase, yaitu protease yang terlibat dalam hidrolisis rantai peptida pada bagian terminal residu asam amino dari rantai polipeptida Beynon Bond 2001.
2.3 Proses Kemunduran Mutu Ikan
Ikan merupakan bahan pangan yang mudah mengalami kerusakan dan kemunduran mutu perishable food. Kerusakan ini dapat terjadi secara
biokimiawi maupun mikrobiologis. Proses kerusakan ikan ini berlangsung cepat terutama di daerah tropis yang mempunyai kelembaban harian yang tinggi.
Proses tersebut dipercepat dengan praktek-praktek penangkapan atau pemanenan
yang tidak baik, cara penanganan yang kurang tepat, sanitasi dan higiene yang tidak memadai, terbatasnya sarana distribusi dan sarana pemasaran dan
sebagainya. Wang
et al. 1998 melaporkan bahwa setelah ikan mati, perubahan-
perubahan biokimiawi berlangsung diikuti dengan perubahan secara fisik pada dagingnya. Pada keadaan relaksasi, fosfat berenergi tinggi ATP diperoleh dari
penguraian keratin fosfat. Adenosin trifosfat ATP mulai mengalami penguraian ketika konsentrasi keratin fosfat sama dengan ATP. Penurunan ATP disebut
sebagai fase rigor mortis, dan fase rigor mortis secara penuh tercapai ketika ATP berkurang hingga 1
μmolg. Pada fase ini daging ikan mengkerut dan menjadi kaku karena terbentuknya ikatan secara permanen antar protein aktin dan myosin
menjadi protein kompleks aktomyosin. Pada fillet daging ikan Atlantic salmon Salmo salar yang diambil post mortem, fase ini dapat diperlambat dengan
penyimpanan pada suhu 0
o
C sehingga fase rigor mortis secara penuh dapat dicapai pada jam ke- 60 sampai dengan jam ke-70.
Daging ikan menjadi lunak pada fase rigor mortis hingga fase post rigor. Pelunakan ini bukan disebabkan oleh terpecahnya protein aktomyosin yang telah
terbentuk tetapi karena kerusakan jaringan daging ikan. Kerusakan ini disebabkan oleh aktivitas enzim-enzim proteolisis yang memecah protein menjadi molekul
yang lebih sederhana autolisis. Biasanya proses autolisis diikuti dengan meningkatnya jumlah bakteri, sebab semua hasil penguraian enzim selama proses
autolisis merupakan media yang sangat cocok untuk pertumbuhan bakteri dan mikroorganisme lain. Pelunakan tekstur daging ikan akibat autolisis, terjadi
sebelum flavor off dan odor off akibat aktivitas bakteri Clucas Ward 1996. Enzim-enzim yang terlibat dalam peristiwa autolisis antara lain: katepsin
dalam daging, tripsin, kemotripsin dan pepsin dalam organ pencernaan, serta enzim dari mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh ikan. Enzim-enzim yang
dapat menguraikan protein berperan penting dalam proses penurunan mutu ikan. Selain itu kalpain, katepsin dan kolagenase diketahui berperan dalam perubahan
sifat tekstur daging ikan pada post mortem Hultman 2003. Aktivitas protease tergantung pada lokasi pada daging, siklus hidup ikan,
pH dan temperatur, endogeneus aktivator dan inhibitor inhibitor spesifik
ditemuakan pada daging ikan. Enzim protease ini terlibat dalam katabolisme proteiin daging, pematangan gonad selama proses sexual maturation, dan migrasi
spawning ikan tidak makan, tetapi menggunakan protein untuk mematangkan gonad. Ikan dari budidaya, perlakuan terhadap kultur dapat mempengaruhi
kandungan enzim dan aktivitas enzim dalam daging ikan Tiro Benitez 1985; Haard 1992.
2.4 Peranan Kolagenase pada Perubahan Tekstur Daging Ikan