PERBANDINGAN POSTUR MILITER INDONESIA-MALAYSIA DAN IMPLIKASI PADA POTENSI KONFLIK
SKRIPSI
PERBANDINGAN POSTUR MILITER INDONESIA-MALAYSIA DAN
IMPLIKASI PADA POTENSI KONFLIK
Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata-1
Jurusan Hubungan Internasional
Oleh :
Doni Irawansyah
(06260136)
JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2013
(2)
(3)
(4)
(5)
PERNYATAAN ORISINILITAS
Yang Bertanda Tangan dibawah ini :
Nama : Doni Irawansyah
Tempat Tanggal lahir : Lampung, 31 Maret 1986
Nim : 06260136
Jurusan : Hubungan Internasional
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan bahwa karya ilmiah (Skripsi) dengan judul :
PERBANDINGAN POSTUR MILITER INDONESIA-MALAYSIA DAN IMPLIKASI PADA POTENSI KONFLIK
Adalah bukan karya tulisan ilmiah (Skripsi) orang lain, baik sebagai ataupun seluruhnya, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah saya sebutkan sumbernya denagn benar.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi dengan ketentuan yang berlaku.
Malang,
Yang menyatakan,
(6)
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulilah, serta puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan curahan rahmat dan karunia-Nya, Atas izin dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Perbandingan Postur Militer Indonesia-Malaysia Dan Implikasi Pada Potensi konflik” ini dapat terselesaikan.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam mencapai gelar sarjana Ilmu social dan Ilmu politik pada Universitas Muhammadiyah Malang. Disamping itu juga peneliti mengharapkan penelitian ini bisa menjadi karya yang bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengetahuan Hubungan Internasional. Namun keterbatasan dan kelemahan penulislah yang menyebabkan tugas akhir ini mungkin jauh dari kata sempurna.
Selama penyusunan tugas akhir sebagai seorang mahasiswa, penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak berupa sumbangan pemikiran dan tenaga yang ikut ambil bagian didalamnya yang tak terhingga nilainya.pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terhormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, motivasi dan nasihat yang tak ternilai harganya. Saya menyadari, tanpa beliaulah mustahil saya bisaa menjadi sekarang. Begitu banyak pengorbanan yang beliau berikan kepada saya, dari kecil hingga dewasa saat ini. Juga kepada kakakku tercinta M. Neco Maulana, SE dan adik-adikku Romi, Robi, Agung, Lisa dan Seven yang selalu menjadi semangat dalam menyeselasikan skripsi ini.
2. Bapak Ruli Inayah Ramadhoan S, Sos, M.Si dan M. Syaprin Zahidi M.A selaku Dosen pembimbing Skripsi. Hanya dengan petunjuk dan kemudahan beliau berdua skripsi ini dapat diselesaikan. Dan kepada seluruh dosen pengajar Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah Malang.
(7)
3. Seluruh pihak yang memberikan saya dukungan dan motivasi: Anak-anak kontrakan A. Juhairi, S.IP, Audi Fadh, S.IP, M. Abu Bakar, S.IP, Herwanto, S.IP, Jaya, Daus, Jhoni, Dayat, Fery, kinyong, Permadi, Bimo dan semua pihak yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Terima kasih buat canda tawa yang selama ini kawan, kalian semua luar biasa..
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan serta memotivasi selama penyusunan skripsi ini. Bila terdapat kekeliruan maupun kesalahan yang peneliti lakukan baik disengaja maupun tidak disengaja, maka sepatutnyalah peneliti mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sebagai akhir kata penyusunan skripsi yang jauh dari kata sempurna ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.Amien...
Motto : Masa depan anda tidak ditentukan oleh pendidikan tetapi ditentukan pada tekad anda.
Malang,
(8)
DAFTRA ISI
Lembar Persetujuan Skripsi ... i
Lembar Pengesahan ... ii
Berita Acara Bimbingan Skripsi ... iii
Pernyataan Orisinalitas ... iv
Ucapan Terima Kasih ... v
Abstract ... vi
Abstaksi ... vii
Daftar Isi ... viii
Daftar Gambar ... xii
Daftar Tabel ... xiii
BAB I PENDAHULAUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Maslah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Penelitian Terdahulu ... 6
1.5 Konsep dan Teori ... 8
1.5.1 Anarki Internasional ... 8
1.5.2 Security Dilemma ... 10
1.5.3 Konflik Perbatasan ... 13
1.6 Metode Penelitian ... 16
1.6.1 Tipe Penelitian ... 16
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data ... 16
1.6.3 Ruang Lingkup (Batasan) Penelitian ... 17
1.6.4 Kriteria Dan Rasionalisasi Perbandingan ... 17
1.7 Hipotesa ... 18
(9)
BAB II DINAMIKA KAWASAN ASIA TENGGARA DAN KONFLIK BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
2.1 Dinamika Politik Dan Kawasan Asia Tenggara ... 20
2.1.1 Asia Tenggara dan Masalah Perbatasan ... 28
2.2 Gambaran Konflik Perbatasan Bilateral Indonesia-Malaysia ... 34
2.2.1 Konflik Sipadan-Ligitan ... 38
2.2.2 Konflik Blok Ambalat ... 40
2.2.3 Sengketa Karang Unarang ... 42
BAB III POSTUR MILITER INDONESIA-MALAYSIA 3.1 Postue Militer Negara ... 46
3.1.1 Klasifikasi Persenjataan ... 47
3.1.1.1 Klasifikasi Persenjataan Angkatan Darat ... 48
3.1.1.2 Klasifikasi Persenjataan Angkatan Laut ... 49
3.1.1.3 Klasifikasi Persenjataan Angkatan Udara ... 51
3.2 Postur Militer Indonesia ... 53
3.2.1 Personel (Tentara) ... 54
3.2.2 Alutsista ... 55
3.2.3 Budget ... 65
3.2.4 Military Concern Indonesia Tahun 1998 – 2014 ... 65
3.3 Postur Militer Malaysia ... 68
3.3.1 Personil (Tentara) ... 68
3.3.2 Alutsiata ... 69
3.3.3 Budget (Anggaran) ... 77
3.3.4 Military Concern Malaysia ... 77
BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN POSTUR MILITER DAN POTENSI KONFLIK ANTARA INDONESIA-MALAYSIA 4.1 Similarity (Persamaan) Postur Militer Indonesia-Malaysia ... 79
4.1.1 Sumber Daya Militer (Military Resources) ... 79
(10)
4.2 Deferences (perbedaan) Postur Militer Indonesia-Malaysia ... 82
4.2.1 Sumber Daya Militer (Military Resources) ... 82
4.2.2 Military Concern ... 87
4.3 Analisis Potensi Konflik ... 88
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 100
5.2 Rekomendasi ... 102
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Skema Potensi Konflik ... 15
Gambar 1.2 Operasionalisasi Konsep ... 16
Gambar 2.1 Peta Kawasan Asia Tenggara ... 29
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Man Power Indonesia ... 54
Tabel 3.2 Sistem senjata Angkatan Udara Indonesia ... 56
Tabel 3.3 Sistem senjatan Angkatan Laut Indonesia ... 58
Tabel 3.4 Sistem senjata Angakatan Darat Indonesia ... 62
Tabel 3.5 Budgeting ... 65
Tabel 3.6 Man Power Malaysia ... 69
Tabel 3.7 Sitem senjata Angkatan Udara Malaysia ... 70
Table 3.8 Sitem senjata Angkatan Darat Malaysia ... 72
Tabel 3.9 Sistem senjata Angkatan Laut Malaysia ... 75
(13)
DAFTAR PUSTAKA Buku
Anissa, Khoridatul.. Malaysia Macan Asia, Yogyakarta, GARASI, 2009 dalam Barry Buzan, People, States, and Fear: The Nasional Security Problem in the Third World, dalam Azar dan Moon, ed. National Security
Acharya, Amitav. 2001. Constructinga Security Community in Southeast Asia : ASEAN and the
Problem of Regional Order. Routledge : London and New York
Booth, Ken & Nicholas J. Wheeler, 2008, The Security dilemma: Fear, Cooperation and Trust in World Politics, New York, Palgrave
Buzan, Barry and Eric Herring. 1998. The Arms Dynamic in World Politics. London: Lynne Reinner Publishers
Cipto, Bambang Dr. MA. Hubungan Internasional Di Asia Tenggara Teropong Terhadap Dinamika, Realitas, Dan Masa Depan. Pustaka Pelajar
Heryaman, Oman S.IP, M.Si. Postur Militer Negara-Negara Asia Tenggara Dinamika Persenjataan Dan Pergeseran Lingkung Stratrgis Internasional Dari Era Ke Pasca Perang Dingin Bagaimana Supremasi dan Postur Kekuatan Pertahanan Indonesia (TNI).
Jackson, Robert & Georg.Sorensen, 1999. “Pengantar Studi Hubungan Internasional”. Oxford University Press: New York
Jervis, Robert. 1976. The Spiral of International Insecurity, dalam Richard Little dan Michael Smith, Eds. 1980. Perspectives on World Politics. Third Edition, London dan New York.
Jones, Matthew. 2002.Conflict and Confrontation in South East Asia, 1961–1965: Britain, the United States and the Creation of Malaysia, Cambridge, Cambridge University Press
Kusumaatmadja, Mohtar. 1983. Politik Luar Negeri Indonesia dan Pelaksanaannya Dewasa Ini.Alumni: Bandung
Marbun, BN. S.H. 1996. Kamus Politik. Jakrata: Pustaka Sinar Harapan
Sulistyo, Iwan. 2012. Kebijakan Pertahanan Indonesia 1998-2010 dalam Merespon Dinamika Lingkungan Strategis di Asia Tenggara. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Spiegel, Steven l. and Kenneth N. Walst, 1997, Conflict in World Politic, Winthrop Publisher Inc, Massachusetts
(14)
Seokamto, Soedjono. 1990. Sosioligi: Suatu pengantar. Jakarta: Rajawali Press Wallensteen, Peter. 2002. Understanding Conflict Resolution: War, Peace and the
Global System. London: Sage Publication
Widjajanto, Andi, Edy Prasetyono, Makmur Kelit, 2012. Dinamika Persenjataan dan Revitalisasi Industri Pertahanan, Jakarta Universitas Indonesia (UI-Press). Jurnal
Anggoro, Kusnanto. Strategi Pertahanan Kepulauan, Diplomasi Kelautan, dan Kekuatan Matra Laut Indonesia, dalam Jurnal Diplomasi. Vol. 1 No. 2, September, 2009
Butterfield, Herbert. 1950. The Tragic Element in Modern International Conflict, dalam The Review of Politics, Vol. 12, No.2, Cambridge University Press Wulandari, B.Tjandra SH.,MH. Sengketa Wilayah Perbatasan Perairan Ambalat–
Karang Unarang Pasca Kasus Sipadan dan Ligitan (Tinjauan Hukum Laut Internasional).
Herz, John H. 1950. Idealist Internationalism and the Security dilemma, dalam World Politics, Vol. 2, No. 2, Cambridge University Press
ASEAN Selayang Pandang. Edisi-19, 2010: “Sejarah Berdirinya ASEAN Diandra Megaputri Mengko, Media Indonesia.
Bunnell, Frederick. No Title, The Journal of Asian Studies. 1974. Vol. 36, Nomor 01, tahun 1976, hal.186. Review 55 tentang Konfrontasi: The Indonesia–
Malaysia Dispute, 1963–1966, J.A.C. Mackie, Kuala Lumpur, Oxford
University Press
Surat Keputusan Menteri Pertahanan Nomor: SKEP/557/M/VII/2001 tentang Rencana Strategis Pembangunan Pertahanan Tahun 2000-2004.
Dwi Haryono, Indo, Konflik Perbatasan Negara Dikawasan Asia Pasific.
Indonesia Protes Kontrak Malaysia dengan Shell” dalam harian Kompas, diakses 26 Februari 2005.
Skripsi
Fitra Suhermanto, Dedik. 2012. Pengaruh intensitas konflik perbatasan maritim terhadap potensi perlombaan senjata di Asia Tenggara. UMM
(15)
Nadya Herdiani, Gita. 2012. Dinamika Persenjataan Indonesia dan Malaysia: Studi Tentang Peningkatan Kapabilitas Militer Indonesia Berkaitakn Dengan Konflik Ambalat, UI,
Internet
Andrea Sinar Harapan, Faustinus. ASEAN sebagai peredam konflik, Centre for Strategic and International Studies – Jakarta,16 June 2003. http://www.csis.or.id/Publications-OpinionsDetail.php?id=93 diakses 17-05-2013
Antara News, Korsel Sediakan Kerjasama Industri Pertahanan Integratif, di: http://www.antaranews.com/berita/372680/korsel-sediakan-kerja-sama-industri-pertahanan-integratif, diakses 3 Juni 2013
Boundary Dispute”
di:http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_definition_for_Boundary_disp utes_also_definitional locational_perational_and_allocational, diakses pada 4 Juni 2012
Balitbang Kemhan, Strategi Sistem Pertahanan dan Sistem Menajemen
Pertempuran, di:
http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/strategi-perencanaan-sistem-pertahanan-dan-sistem-manajemen-pertempuran, diakses 11 Juni 2013
Centre For Maritime Security And Diplomacy (mima).malaysia’s and indonesia’s
naval development: a comparative analysis. Dalam
http://www.mima.gov.my/mima/wp-content/themes/twentyeleven/cms/uploads/presentation/135.Malaysian%2 0%20Indonesian%20Naval%20Development.pdf diakses tanggal 12-05-2013
Global Fire Power, Daftar Negara Terkuat di Bidang Militer 2013, di: http://www.globalfirepower.com/, diakses 3 Juni 2013
Helvas Ali, Alman. Pembangunan Angkatan Laut Malaysia: Implikasi dan
Respon Indonesia, di: http://www.fkpmaritim.org/?p=1099, diakses 11
Juni 2013
, Alman. Arsitektur Pertahanan Indonesia ke Depan: Mendukung
Strategi dengan Perencanaan Kekuatan, di:
http://www.fkpmaritim.org/?p=1102, diakses 11 Juni 2013
http://www.google.com/imgres?hl=id&noj=1&tbm=isch&tbnid=WSuQAwsvcm- xaM:&imgrefurl=http://tarunalaut.blogspot.com/2009/06/peta-sengketa-ambalat.html&docid=59SNy9bdTljzmM&imgurl=http://1.bp.blogspot.co m/_RMXMVaDZFyU/SjBcr85PemI/AAAAAAAAAaU/UIXt0TTrHnI/s6
(16)
40/image-upload-478-739099.jpg&w=410&h=388&ei=P6yVUb-1BsaXrAfes4GwCw&zoom=1&ved=1t:3588,r:2,s:0,i:86&iact=rc&dur=8 &page=1&tbnh=183&tbnw=194&start=0&ndsp=12&tx=101&ty=73&biw =1024&bih=629, diakses 10-05-2013.
http://www.google.com/imgres?sa=X&hl=id&noj=1&biw=1024&bih=629&tbm= isch&tbnid=F5cPnrJGDzqkdM:&imgrefurl=http://filsufgaul.wordpress.co m/2012/03/04/&docid=Bi5tN8QsfbXTgM&imgurl=http://filsufgaul.files. wordpress.com/2012/03/petaasean.jpg&w=1200&h=750&ei=x6uVUeimG sytrAe_mIHgAg&zoom=1&iact=rc&dur=14&page=1&tbnh=177&tbnw= 284&start=0&ndsp=12&ved=1t:429,r:4,s:0&tx=205&ty=462, diakses 17-05-2013.
Indonesian Navy ships and equipment.Navy Recognition.Dalam
http://www.navyrecognition.com/index.php?option=com_content&task=vi ew&id=811, di akses tanggal 11-05-2013.
Indonésie forces terrestres. Army Recognition. Dalam
http://www.armyrecognition.com/indonesie_armee_indonesienne_forces_terrestre s_fr/indonesie_armee_indonesienne_forces_terrestres_equipements_milita ires_vehicules_blindes_information.html, diakses tanggal 09-05-2013.
Indomiliter, Meneropong Kekuatan Rudal Malaysia, di:
http://indomiliter.com/2013/01/17/meneropong-kekuatan-rudal-malaysia/, diakses 17 Januari 2013
Intelejen, Cina- Malaysia Perkuat Kerjasama Militer, di:
http://www.intelijen.co.id/warta/1637-cina-dan-malaysia-perkuat-kerjasama-militer, dikases 3 Juni 2013
Jaring News, Kerjasama Pertahanan Indonesia dengan China Ditingkatkan, di:
http://www.jaringnews.com/internasional/asia/36987/kerja-sama-pertahanan-indonesia-dengan-china-sedang-ditingkatkan, diakses 2 Juni 2013
Kompas, Indonesia Kirim Pasukan Perdamaian ke Sudan, di: http://www.tempo.co/read/news/2013/04/27/078476291/Indonesia-Kirim-Pasukan-Perdamaian-ke-Sudan, dikases 9 Juni 2013
Kesepakat an Soeharto-Mahathir Bawa Sipadan-Ligitan ke Mahkamah Internasional. http://www.hamline.edu. Diakses May 17, 2010.
Malaysian Air Force aircraft and equipment of Malaysia.Air Recognition. Dalam.
http://www.airrecognition.com/index.php/world-air-force-military-
equipment-aircraft-/asia-air-force-countries-aircraft-military- equipment/malaysia-malaysian-royal-air-force-military-aircraft-fighter-
(17)
aviation-equipment-intelligence-information-description-technical-data- sheet-identification-pictures-photos-video-defence-industry-military-technology-.html, diakses tanggal 02-05-3013.
Malaisie forces terrestres. Army Recognition. Dalam
http://www.armyrecognition.com/malaisie_armee_malaisienne_forces_terr estres_fr/malaisie_armee_malaisienne_forces_terrestres_equipements_mili taires_vehicules_blindes_information_fr.html, diakses tanggal 03-05-2013.
Military Strength Comparison Results
http://www.globalfirepower.com/countries-comparison.asp, diakses 24 febuari 2013
Official Website of TNI, TNI dan ABDB Lanjutkan Kerjasama Militer,di: http://www.tni.mil.id/view-46379-tni-dan-abdb-lanjutkan-kerjasama-militer.html, diakses 3 Juni 2013
PDIP Jatim, Sejarah Konflik Indonesia-Malaysia, di:
http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=3605, diakses 31 Agustus 2010
Territorial Dispute.” di: http://en.wikipedia.org/wiki/Territorial_dispute. diakses pada 4 Juni 2012.
Wazirudin bin Mahfot, Mej. DasarPertahanan Negara: Semasa Era Insurgensi
dan Selepas,
http://www.mafsc.edu.my/administrator/uploads/publications/1318394687 226985_LINK_DASAR_PERTAHANAN_NEGARA_SEMASA_ERA_I NSURGENSI_DAN_SELEPAS.pdf, dikases 9 Juni 2013,
Widjajanto, Andi. Evolusi Doktrin Pertahanan Indonesia, di: http://www.propatria.or.id/loaddown/Paper_Diskusi/Evolusi_Doktrin_Pert ahanan_Indonesia_Andi_Widjajanto.pdf, diakses 9 Juni 2013,
(18)
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepemilikan kekuatan militer yang kuat sangat diperlukan oleh setiap negara di dunia. Kekuatan militer ini tidak hanya diperlukan untuk menjaga stabilitas domestik sebuah negara, tapi juga dibutuhkan untuk meningkatkan nilai tawar politik negara tersebut dalam percaturan politik global. Kenyataan sejarah pun telah membuktikan, negara-negara yang mampu mengontrol politik dunia yang cenderung anarki adalah negara-negara yang memiliki kekuatan militer.
Sejak zaman raja-raja sampai kelahiran negara modern, militer telah menunjukkan kemanfaatannya bagi sebuah kerajaan atau negara untuk mengontrol politik dunia. Misalnya saja, Kerajaan Romawi, Persia, maupun Majapahit di Nusantara. Ketiga kerajaan ini merupakan contoh kecil sejarah yang telah membuktikan bahwa dengan kekuatan militer yang mereka miliki, kontrol politik dunia berada di bawah kekuasaannya. Begitu pula pada era Perang Dunia I dan II, negara-negara yang telibat di dalamnya adalah negara-negara yang memiliki kekuatan militer. Kemudian, pada masa Perang Dingin, Uni Soviet dan Amerika Serikat adalah dua negara dengan kekuatan militer yang luar biasa. Bahkan, pada masa kontemporer ini, keberadaan militer masih sangat signifikan bagi keberadaan sebuah negara.
Indonesia sebagai negara wilayah geografis yang sangat luas, terbagi dalam kepulauan, tentunya sangat membutuhkan kekuatan militer untuk
(19)
2 menjamin keutuhan wilayahnya dari ancaman negara-negara lain. Kenyataan ini memberikan konsekuensi logis bagi Indonesia untuk terus memajukan dan meningkatkan kekuatan militernya. Apalagi sejak runtuhnya Orde Baru, sebagai konsekuensi dari penghapusan peran militer dalam politik, institusi militer Indonesia telah dikembalikan perannya sebagai satu-satunya institusi yang menjamin keutuhan wilayah dan negara.
Fungsi militer sebagai penjaga kedaulatan negara tentu tidak dapat dilepaskan dengan kenyataan bahwa potensi konflik. Menurut Kusnanto Anggoro,1 Peneliti pada Institute of Defence and Security Studies (IODAS), negara yang wilayahnya berupa geografis maritim seperti Indonesia akan dihadapkan pada lima potensi konflik. Pertama, sengketa perbatasan, baik yang terjadi karena sengketa perbatasan darat maupun karena tumpang tindih yurisdiksi maritim; kedua, merebaknya nasionalisme sumber daya (resource nationalism);
ketiga, ancaman-ancaman non-konvensional (misal, perampokan dan terorisme
maritim) yang secara langsung menebar maut pada kewibawaan negara, meskipun jarang terjadi, merupakan ancaman terhadap keutuhan wilayah negara; keempat, perusakan lingkungan; kelima, potensi ancaman lain sebagai konsekuensi (baca: kekhawatiran) negara-negara luar kawasan atas stabilitas dan keamanan wilayah maritim Asia Tenggara.
Potensi-potensi konflik tersebut mengharuskan Indonesia untuk terus memajukan dan meningkatkan kapasitas kekuatan militernya. Apalagi, kekuatan militer Indonesia masih jauh dari negara-negara Asia Tenggara lainnya. Misalnya,
1
Kusnanto Anggoro, Strategi Pertahanan Kepulauan, Diplomasi Kelautan, dan Kekuatan Matra Laut Indonesia, dalam Jurnal Diplomasi, Vol. 1 No. 2, September, 2009, hal. 64-66
(20)
3 pada tahun 2010, personel milter aktif Indonesia berjumlah 302.000 personel, lebih rendah dibanding Thailand dengan 305.860 personel, Myanmar 406.000 personel, dan Vietnam 455.000 personel.2 Kemudian, dari segi persenjataan, artileri Indonesia berjumlah 1.010 unit, lebih rendah dibandingkan Vietnam dengan 3.040 unit dan Thailand 2.473 unit.3 Indonesia bahkan kalah dengan Malaysia dalam kepemilikan persenjataan ACV (Apple Cider Vinegar), sejenis kendaraan tempur infantri. Malaysia memiliki 1.193 unit ACV, sedangkan Indonesia hanya 509 unit ACV.4 Kenyataan ini sangat mengkhawatirkan, apabila mengingat status Indonesia sebagai negara terluas di Asia Tenggara yang tentunya sangat rawan bagi terjadinya konflik bilateral, khususnya dengan Malaysia.
Beberapa tahun belakangan ini, Malaysia sendiri telah melakukan modernisasi alutsistanya. Salah satu contoh, pengadaan jet tempur MiG-29 N/NUB dari Rusia tahun 1995, dilanjutkan dengan pengadaan F/A-18D Hornet pada tahun 1997. Saat itu, boleh dibilang jet tempur Malaysia sudah lebih unggul dari Indonesia. Seolah mengikuti jejak TNI AU yang membeli Sukhoi, maka TUDM (Tentara Udara Diraja Malaysia) juga membeli 18 unit Sukhoi Su-30MKMs yang sudah datang sejak 2007 silam. Sedangkan dari aspek laut, TLDM (Tentara Laut Diraja Malaysia) membangun armada kapal selam sejak tahun 2002.5 Tindakan Malaysia ini tentunya tidak dapat dilepaskan dengan realitas
2
Iwan Sulistyo, 2012, Kebijakan Pertahanan Indonesia 1998-2010 dalam Merespon Dinamika Lingkungan Strategis di Asia Tenggara, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, hal. 109-110 3
Ibid, hal. 110-111 4
Ibid, hal. 110 5
Indomiliter, Meneropong Kekuatan Rudal Malaysia, di:
(21)
4 sejarah yang pernah dialami, terutama dengan negara tetangganya, khususnya Indonesia.
Sejarah hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia seringkali dihadapkan pada kondisi yang tidak harmonis. Kedekatan kultural sebagai bangsa melayu ternyata bukanlah jaminan kedua negara yang bertetangga ini dapat hidup dalam kedamian. Sejak Indonesia merdeka di tahun 1945, sejarah mencatat berbagai peristiwa konfliktual antara Indonesia dan Malaysia telah melengkapi perjalanan hubungan bilateral kedua negera. Kenyataan geografis bahwa keduanya bertetangga, tidak menjamin kehidupan yang harmonis.
Panasnya hubungan kedua negara yang telah terjadi selama berpuluh-puluh tahun tersebut tak kunjung usai, bahkan pemerintah Malaysia seakan tidak bergeming saat menghadapi gelombang protes dari Indonesia. Beberapa kejadian konflik yang berkepanjangan tersebut, menjadi catatan sejarah perjalanan kedua bangsa yang memiliki akar suku bangsa melayu tersebut. Pada tanggal 27 Juli 1963, Bung Karno mencanangkan gerakan Ganyang Malaysia.6 Sejak saat itulah, era konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia dimulai.
Sikap konfrontasi dipicu oleh pandangan Soekarno bahwa keberadaan Malaysia merupakan simbol imperialism yang dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sikap tersebut bertambah parah ketika pada tanggal 16 September 1963, atas dukungan Inggris, Federasi Malaysia resmi dibentuk.7 Konflik konfrontatif ini baru mereda pada era kepemimpinan
6
PDIP Jatim, Sejarah Konflik Indonesia-Malaysia, di:
http://www.pdiperjuangan-jatim.org/v03/index.php?mod=berita&id=3605, diakses 31 Agustus 2010
7 Ibid,
(22)
5 Soeharto. Pasca kepemimpinan Soeharto, hubungan Indonesia dan Malaysia tidak otomatis menjadi harmonis. Keduanya kemudian dihadapkan pada konflik perbatasan, seperti Sipadan-Ligitan dan Ambalat yang mengharuskan perluanya kesiagaan militer walaupun pada akhirnya tidak juga berakibat pada terjadinya konflik terbuka.
Terkait dengan konflik perbatasan Indonesia dan Malaysia ini, Kusnanto Anggoro mengatakan, di masa mendatang tidak tertutup kemungkinan persoalan yang sama akan terjadi.8 Pernyataan ini mengindikasikan bahwa potensi konflik kedua negara di masa depan tidak akan hilang dengan selesainya persoalan Ambalat, Sipidan dan Ligitan. Kerena itulah, apabila kita berbicara dalam konteks pontesi konflik dengan penggunaan kekuatan militer, bukan sesuatu yang mustahil.
Namun, sampai detik ini konflik secara terbuka itu belum juga terjadi. Kenyataan ini sangat menarik bagi peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang perbandingan militer Indonesia dan Malaysia. Sebab, perbedaan postur kekuatan militer yang berbeda dapat berpotensi terjadinya konflik antara kedua negara.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari pertanyaan ini adalah bagaimana perbandingan postur militer Indonesia dan Malaysia? dan sejauhmana implikaisnya pada potensi terjadinya konflik bilateral antara Indonesia dan Malaysia?
8
(23)
6 1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui postur kekuatan militer Indonesia dan Malaysia. Serta, implikaisnya pada potensi terjadinya konflik bilateral antara Indonesia dan Malaysia.
1.4 Penelitian Terdahulu
No Nama Judul Metodologi
dan Penelitian
Hasil
1. Ismah Rustan, 2010. UMM Peran kekuatan militer Indonesia dalam menjaga stabilitas keamanan alur laut kepulauan Indonesia (ALKI) Penelitian ini bersifat induksionis dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Konsep yang dipakai yakni keamanan nasional dan keamanan terotorial serta konsep alur laut kepulauan Indonesia. Penelusuran terhadap kekuatan militer Indonesia dalam upaya mempertahankan keamanan negara dari berbagai ancaman dalam lingkup wilayah perairan Indonesia, Mulai Benggala Sampai Merauke, dari Miangas sampai Rote terutama yang berada dalam kawasan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) yang menjadi kawasan rawan atas ancaman dari negara lain. Menurutnya, Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim tentunya harus memiliki kekuatan militer laut yang memadai dan
(24)
7 diposisikan sebagai penjaga keamanan perairan.
2. Dedik Fitra Suhermanto, 2012. UMM Pengaruh intensitas konflik perbatasan maritim terhadap potensi perlombaan senjata di Asia Tenggara Penelitian bersifat Induksionis dengan jenis penelitian deskriptif. Konsep yang dipakai adalah nasional power, Arm Race. Peran ASEAN maupun ARF dalam penyelesaian
sengketa batas wilayah di maritim adalah sebagai penunjang atau pendukung terjadinya kondisi delema keamanan yang menimbulkan perlombaan senjata. 3 Dirjen HPI
(Tabloid Diplomasi Media Komunikasi dan Interaksi) No.35 Tahun III, Tgl 13 September - 14 Oktober 2010 Upaya Diplomasi Menyelesaikan Sengketa Perbatasan Pendekatannya adalah dengan Hukum Nasional dan Hukum Internasional. Upaya diplomasi Indonesia dalam mempertahankan dan menjaga keutuhan wilayah NKRI adalah sesuatu yang tidak dapat dikompromikan. Perundingan mengenai masalah perbatasan merupakan suatu keharusan yang diamanatkan oleh hukum nasional maupun hukum internasional. Untuk itu, pemerintah Indonesia akan terus mengupayakan percepatan perundingan untuk penyelesaian delimitasi dan pengelolaan perbatasan dengan negar-negara tetangga yang
(25)
8 memiliki perbatasan dengan Indonesia 4. Doni
Irawansyah Perbandingan postur militer Indonesia-Malaysia dan implikasi pada potensi konflik Penelitian ini bersifat Analisis-Komperatif. Konsep dan teori yang digunakan adalah Anarki Internasional, Security Dilemma, model Aksi-Reaksi/Arm Race, Konflik Perbatasan. Indonesia dan Malaysia memiliki perbandingan kekuatan militer yang sangat berbeda. Diferensiasi kekuatan tersebut dapat mengancam hubungan antara kedua negara. Ancaman akan semakin diperkuat oleh hubungan kedua negara selama ini yang seringkali tidak harmonis. Pengalaman sejarah telah membuktikan adanya konflik-konflik bilateral antara Indonesia dan Malaysia.
1.5 Konsep dan Teori 1.5.1 Anarki Internasional
Realisme memiliki pandangan bahwa pada dasarnya manusia itu agresif, melakukan apapun demi memuaskan keinginan, egois, mau menang sendiri, serta homo homini lupus (manusia itu serigala bagi manusia lain). Hal-hal semacam inilah yang menimbulkan konfliktual yang terjadi diantara manusia. Bisa dibayangkan jika manusia saja sangat berpotensi untuk berkonflik dengan manusia lain, apalagi negara-negara. Potensi antar negara untuk saling berkonflik tentulah sangat besar. Fakta bahwa semua negara harus mengejar kepentingan
(26)
9 nasionalnya sendiri berarti bahwa negara dan pemerintahan lainnya tidak akan pernah diharapkan sepenuhnya.9
Ada beberapa asumsi dasar dari kaum realis: Pertama adalah Hubungan Internasional bersifat “anarchic”. Apa yang dimaksud dengan anarchic disini adalah tidak adanya kekuasaan yang lebih tinggi dari negara; Kedua adalah negara merupakan kesatuan dan bersifat rasional. Dalam kata lain adalah prudence, yang artinya adalah negara akan berhati-hati tidak akan bertindak di luar kemampuannya karena tanggung jawab negara adalah untuk melindungi rakyat dari negara tersebut. Ketiga adalah negara sebagai aktor yang utama yang melakukan hubungan dengan negara lain dengan berbagai tendensi seperti untuk memperoleh kepentingan atau interest-nya; Keempat adalah konsentrasi utama sebuah negara yaitu survival, yang dimaksud dengan survival adalah kemampuan negara untuk mempertahankan apa yang menjadi hak-haknya dan untuk mempertahankan eksistensinya; Kelima adalah moralitas yang dianggap oleh kaum realis memiliki tempat terbatas atau tidak penting dalam politik Internasional. Disini terjadi perdebatan antara kaum realis dengan kaum neorealis yang masih memiliki pandangan bahwa moral itu penting dalam Hubungan Internasional termasuk politik Internasional. Keenam adalah kemenangan relatif diatas kemenangan mutlak. Realis berpendapat bahwa tidak ada yang absolut; dan Ketujuh adalah politik Internasional yang lebih penting dari pada politik domestik, sehingga permasalahan pribadi negara tidak dapat menjadi concern kaum realis.
9
Jackson, Robert & Georg.Sorensen, 1999. “Pengantar Studi Hubungan Internasional”. Oxford University Press: New York,
(27)
10 Politik domestik menjadi penting bagi kaum realis ketika memiliki hubungan dengan politik Internasional.
1.5.2 Security Dilemma
Konsep security dilemma pertama kali dikemukakan oleh John Herz dalam jurnal world politics.10 Herz berargumen bahwa negara yang hidup dalam sebuah sistem yang anarki harus memperhatikan masalah keamanannya, baik dari serangan ataupun dominasi negara lain. Oleh karena itu, negara tersebut akan berusaha untuk meningkatkan kekuatannya agar bisa terhindar dari ancaman kekuatan negara lain. Hal ini akan menyebabkan negara lain menjadi tidak aman dan berasumsi mengenai kemungkinan yang terburuk. Karena tidak ada yang bisa merasa aman sepenuhnya dalam dunia yang penuh dengan kompetisi ini, maka akhirnya muncullah vicious circle of security (lingkaran setan keamanan) dan upaya peningkatan kekuatan yang sebesar-besarnya.11
Vicious circle of security merupakan gambaran bahwa dalam sistem
Internasional negara-negara terjebak dalam situasi kekhawatiran antara satu sama lain ketika dihadapkan dengan masalah keamanan. Setiap negara selalu merasa terancam apabila terjadi peningkatan kekuatan pada negara lainnya dan selalu merespon dengan peningkatan kekuatan juga. Argumen Herz tersebut juga memperlihatkan pada kita bahwa rasa tidak aman yang disebabkan oleh
10
John H Herz, 1950, Idealist Internationalism and the Security dilemma, dalam World Politics, Vol. 2, No. 2, Cambridge University Press.
11
(28)
11 ketidakpastian atas tujuan dari tindakan negara lain merupakan penyebab terjadinya kondisi tersebut.12
Sementara itu Herbert Butterfield menggambarkan adanya rasa tidak percaya yang berkembang di antara dua aktor sehingga menyebabkan security dilemma. Hal ini dapat kita temukan dalam pernyataanya:
“For you know that you yourself mean him no harm, and you want nothing from him save guarantees your own safety; and it is never possible for you to realize or remember properly that since he cannot see the inside of your mind, he can never have the same assurance of your intentions that you have. As this operates on both sides the Chinese puzzle is complete in all its interlockings–and neither party sees the nature of the predicament he is in, for each only imagines that the other party is being hostile and unreasonable. It is even possible for each to feel that the other is wilfully withholding the guarantees that would have enabled him tohave a sense of security.”13
Dalam hal ini, melalui pernyataannya tersebut Butterfield memandang bahwa aktor-aktor dalam sistem Internasional diliputi oleh rasa tidak percaya satu sama lainnya. Seorang aktor tidak akan bisa memahami maksud dari tindakan aktor lainnya. Oleh karena itu, masing-masing aktor akan berasumsi bahwa aktor lain berniat jahat dan akan berusaha untuk meningkatkan keamanan. Skema yang digambarkan oleh Butterfield dalam narasinya juga merupakan sebuah pola kontinuitas aksi dan reaksi yang kemudian juga akan berakhir pada konflik.
Pengembangan konsep security dilemma ini terlihat dari karya Robert Jervis.14 Jervis menggambarkan jika sebuah negara meningkatkan kemampuan untuk mempertahankan diri, maka peningkatan itu bisa terlalu banyak dan terlalu
12
Booth dan Wheeler menyebutnya sebagai security paradox.Baca Ken Booth dan Nicholas J. Wheeler, 2008, The Security dilemma: Fear, Cooperation and Trust in World Politics, New York, Palgrave, hal. 22
13
Herbert Butterfield, 1950, The Tragic Element in Modern International Conflict, dalam The Review of Politics, Vol. 12, No.2, Cambridge University Press, hal. 154-155.
14
Robert Jervis, 1976, The Spiral of International Insecurity, dalam Richard Little dan Michael Smith, Eds., 1980, Perspectives on World Politics, Third Edition, London dan New York.
(29)
12 sedikit, terlalu banyak karena kemampuan tersebut juga bisa digunakan untuk menyerang negara lain, terlalu sedikit karena negara lain yang merasa terancam akan meningkatkan kemampuannya juga dan akan membuat negara pertama menjadi tidak aman.15 Akibatnya akan terjadi fenomena aksi-reaksi dalam peningkatan kualitas dan kuantitas persenjataan.
Barry Buzan dan Eric Herring dalam tulisannya The Arms Dynamic in World Politics, menjelaskan mengenai aksi-reaksi yang menyatakan bahwa:
“The basic proposition of the action-reaction model is that states strengthen their armaments because of the threats the states perceive from other state. States will arm themselves either to seek security against the threats posed by others or increase their power to achieve political objectives through use of force, implicit or explicit threats, or symbolism. Balances (including balances in political status as well as balances of military power) will emerge at higher or lower levels of armament, depending on how willing states are to drive up the price of achieving their objectives.16
Penjelasan diatas memberikan pemahaman bahwa proposisi dasar dari model aksi-reaksi adalah suatu negara memperkuat persenjataannya karena adanya ancaman yang datang dari negara lain. Kerangka pemikiran ini memberikan keleluasaan dalam melihat penggunaan kekuatan militer untuk mencapai tujuan politik dengan menggunakan kekerasan, ancaman implisit atau eksplisit, atau simbolisme, yang disertai adanya campuran motif kekuasaan dan keamanan dalam perilaku negara.
Pada umumnya instrumen militer dapat digunakan untuk melakukan penyerangan yang bertujuan defensif. Sulit bagi setiap negara untuk membedakan antara negara-negara lain dalam mengambil tindakan untuk membela diri mereka
15
Robert Jervis, Ibid, hal. 55 16
Barry Buzan and Eric Herring, 1998, The Arms Dynamic in World Politics, London: Lynne Reinner Publishers, hal. 83.
(30)
13 sendiri dan tindakan mereka dalam meningkatkan kemampuan mereka yang bertujuan agresi. Oleh sebab itulah, diperlukan adanya penyesuaian yang dilihat oleh beberapa negara lain sebagai kemungkinan ancaman, bahkan suatu sistem di mana semua negara hanya mencari pertahanan mereka sendiri, sehingga menghasilkan akumulasi kompetitif kekuatan militer.
Arm race atau biasa disebut perlombaan senjata, dalam Ilmu politik Internasional adalah sebagai bentuk konkrit dari security dilemma. Sebagaimana menurut Barry Buzan, perlombaan senjata adalah “..self simulating military rivalry between states, in which their efforts to defend them selves military cause them toenchance the treaths they pose to each other..”17
untuk menjelaskan arm
race ini harus menganalisa bagimana suatu perlombaan senjata bisa terjadi
dimana adanya dinamika yang terjadi antara 2 atau lebih negara yang berinteraksi. 1.5.3 Konflik Perbatasan
Konflik secara konseptual yaitu dengan konflik dimaksudkan perwujudan dan/atau pelaksanaan beraneka pertentangan antara dua pihak, yang dapat merupakan dua orang atau bahkan golongan besar seperti negara. Kadang-kadang konflik digunakan untuk menyebut pertentangan antara pandangan dan perasaan seseorang (psikologis; percecokan; bentrokan).18 Sedangkan penyebab terjadinya konflik disebutkan oleh Steven L. Spiegel yaitu : Conflik is produced by a clash of Culture, a disharmony of Interest, a disparity of perception, all of which result
17Barry Buzan, “
An Introductionto Strategic studies: Military Technology and Internasional Relations” dalam Dedik Fitra Suhermanto, 2012, Pengaruh Intensitas
Konflik Perbatasan Maritim Terhadap Potensi Perlombaan Senjata di Asia Tenggara, hal 23. 18
(31)
14 mobility of the parties to accept separately and together the evironment they line in.19
Soerjono Soekanto menyatakan sebab-sebab timbulnya konflik dapat dibedakan sebagai berikut:20 Pertama, perbedaan antara individu–individu, Perbedaan pendirian sikap dan perasaan mungkin melahirkan bentrokkan antar mereka. Kedua, perbedaan kebudayaan, Setiap kelompok masyarakat tidak lepas dari pola-pola yang menjadi latar belakang pembentuk serta perkembangan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Perbedaan itu baik disebabkan oleh perbedaan fisik maupun lingkungan sosial budayanya. Ketiga, perbedaan kepentingan, Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik dan sebagainya. Keempat, perubahan sosial, Perubahan sosial yang begitu pesat apalagi di era-globalisasi ini secara langsung akan berpengaruh juga terhadap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Sebagian kelompok masyarakat tersebut ada yang siap menerima perubahan namun ada pula yang tidak siap menerima perubahan. Akibat ketidaksiapan itu dapat saja memicu konflik dalam masyarakat. Istilah konflik biasanya mengacu pada kondisi dimana suatu kelompok manusia (baik etnis, bahasa, budaya, agama, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya) terlibat dalam pertentangan secara sadar dan atau lebih kelompok manusia lainnya karena kelompok ini mengejar atau mempunyai perbedaan sasaran.
Conflict as a social situation in which in minimum two actors (parties) strive to acquire at the same moment in time an available set of scarce
19
Steven l. Spiegel and Kenneth N. Walst, 1997, Conflict in World Politic, Winthrop Publisher Inc, Massachusetts, hal. 4.
20
(32)
15
source.21“A territorial dispute is a disagreement over the possession/control of
land between two or more state or over the possession or control of land by a new state and occupying power after it has conquered the land from a former state no longer currently recognized by the new state.”22
Konflik perbatasan dapat diartikan juga sebagai “Boundary dispute is over all states arguing over their
boundaries or how they function.”23 Jadi, konflik perbatasan atau konflik atas
klaim suatu wilayah merupakan ketidaksepakatan atas kepemilikan dan kontrol atas suatu wilayah yang disengketakan oleh dua negara atau lebih. Adapun potensi konflik bilateral yang dapat terjadi dapat diperjelas dalam skema berikut.
Gambar 1.1 Skema Potensi Konflik
21“Territorial Dispute.”
di: http://en.wikipedia.org/wiki/Territorial_dispute. diakses pada 4 Juni 2012.
22“Boundary Dispute”
di:http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_definition_for_Boundary_disputes_also_definitional
locational_perational_and_allocational, diakses pada 4 Juni 2012. 23
Peter Wallensteen. Understanding Conflict Resolution: War, Peace and the Global System. 2002. London: Sage Publication. hal. 95-96.
Security Dilemma
Anarki
Aksi–Reaksi/arm race AncamanPeningkatan Kapabilitas Militer
Intensitas Konflik perbatasan
(33)
16 1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah Analisis-Komperatif. Artinya, dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan perbandingan kekuatan militer antara Indonesia dan Malaysia dalam bentuk diskripsi. Kemudian, setelah peneliti mengetahui postur kekuatan militer masing-masing negara, peneliti akan mencoba meninjau lebih jauh mengenai potensi konflik bilateral yang dapat terjadi.
Gambar 1.2 Operasionalisasi konsep
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat studi kepustakaan. Maka, dalam kegiatan pengumpulan data peneliti menggunakan dokumen-dokumen yang sudah ada, seperti buku, majalah dan karya-karya ilmiah yang lain. Di lain hal, peneliti juga memanfaatkan data-data yang terdapat dalam media cetak dan elektronik, yaitu: koran dan internet. Artinya, data-data yang digunakan merupakan data-data sekunder.
Postur militer Indonesia
Postur militer Malaysia
Security dilemma
Menimbulkan: 1. Ancaman
2. Aksi reaksi/arm race
konflik perbatasan:
(34)
17 1.6.3 Ruang Lingkup (Batasan) Penelitian
Penelitian ini mencakup dua hal, yaitu, batasan materi dan batasan waktu. Batasan materi penelitian menfokuskan pada postur militer Indonesia dan Malaysia dan intensitas potensi konflik antara kedua negara dengan kekuatan militer yang dimilikinya tersebut. Sedangkan batasan waktunya adalah dari Tahun 1998-2014.
Batasan waktu tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada kedua periode itu, tuntutan demokratisasi semakin menguat di masing-masing negara. Sehingga, dengan sendirinya hal akan berakibat pada posisi militer. Sebagaimana kita ketahui, demokrasi tidak menghendaki intervensi militer dalam politik pemerintahan.
1.6.4 Kriteria dan Rasionalisasi Perbandingan
Kriteria perbandingan postur militer Indonesia dan Malaysia meliputi dua hal, yaitu: sumber daya militer (military resource) dan fokus perhatian penguatan keamanan negara (military concern). Sumber daya militer terdiri dari jumlah personel (Tentara), Budget (anggaran belanja militer) dan alutsista (alat utama sistem persenjataan). Sedangkan military concern merupakan fokus pengembangan militer pada era 1998-2014.
Selain itu, peneliti juga merumuskan rasonalisasi perbandingannya. Dalam hal ini, negara yang memiliki wilayah geografis lebih luas memiliki kebutuhan jumlah personel yang lebih banyak dibandingkan dengan negara dengan geografis lebih kecil dalam menjamin keamanan nasionalnya. Sebagai negara bergeografis lebih luas membutuhkan alutsista lebih banyak dan berkualitas dibandingkan
(35)
18 negara bergeografis kecil. Begitu juga dengan budget negara untuk membelanjakan kebutuhan militernya.
1.7 Hipotesa
Dengan adanya perbandingan postur kekuatan militer antara Indonesia-Malaysia, Dan juga diwarnai dengan konflik-konflik bilateral salah satunya konflik perbatasan. Maka kedua Negara tersebut merasa terancam sehingga menimbulkan peningkatan kapabilitas kekuatan militernya, dan potensi konflik sangatlah mungkin terjadi antara Indonesia dan Malaysia.
1.8 Struktur Penulisan
Struktur penulisan dalam kegiatan penelitian ini terbagi ke dalam 5 (lima) bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab yang pertama ini meliputi beberapa hal, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan atau manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, hipotesa dan struktur penelitian.
BAB II DINAMIKA KAWASAN ASIA TENGGARA DAN KONFLIK BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
Pada bab ini, penulis akan menggambarkan mengenai dinamika kawasan Asia Tenggara dan konflik bilateral antara Indonesia-Malaysia mengenai masalah perbatasan. Bab ini kami bagi lagi kedalam beberapa sub-bab.
(36)
19 BAB III POSTUR MILITER INDONESIA-MALAYSIA
Pada bab ini penulis selanjutnya memfokuskan pada kajian postur militer Indonesia dan Malaysia. Bab ini kami dibagi lagi kedalam beberapa sub-bab. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN POSTUR MILITER DAN POTENSI KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA
Bab IV ini menfokuskan pada kajian analitis mengenai postur militer Indonesia-Malaysia dan potensi konflik Indonesia dan Malaysia yang peneliti kaitkan dengan realitas kekuatan militer kedua negara yang terdapat dalam Bab II dan Bab III.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan ataupun pelaporan kegiatan penelitian. Bab terakhir ini terdiri dari kesimpulan dan beberapa rekomendasi untuk dilakukannya kegiatan penelitian lanjutan.
(1)
mobility of the parties to accept separately and together the evironment they line in.19
Soerjono Soekanto menyatakan sebab-sebab timbulnya konflik dapat dibedakan sebagai berikut:20 Pertama, perbedaan antara individu–individu, Perbedaan pendirian sikap dan perasaan mungkin melahirkan bentrokkan antar mereka. Kedua, perbedaan kebudayaan, Setiap kelompok masyarakat tidak lepas dari pola-pola yang menjadi latar belakang pembentuk serta perkembangan kebudayaan kelompok yang bersangkutan. Perbedaan itu baik disebabkan oleh perbedaan fisik maupun lingkungan sosial budayanya. Ketiga, perbedaan kepentingan, Perbedaan kepentingan ini menyangkut kepentingan ekonomi, politik dan sebagainya. Keempat, perubahan sosial, Perubahan sosial yang begitu pesat apalagi di era-globalisasi ini secara langsung akan berpengaruh juga terhadap nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Sebagian kelompok masyarakat tersebut ada yang siap menerima perubahan namun ada pula yang tidak siap menerima perubahan. Akibat ketidaksiapan itu dapat saja memicu konflik dalam masyarakat. Istilah konflik biasanya mengacu pada kondisi dimana suatu kelompok manusia (baik etnis, bahasa, budaya, agama, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya) terlibat dalam pertentangan secara sadar dan atau lebih kelompok manusia lainnya karena kelompok ini mengejar atau mempunyai perbedaan sasaran.
Conflict as a social situation in which in minimum two actors (parties) strive to acquire at the same moment in time an available set of scarce
19
Steven l. Spiegel and Kenneth N. Walst, 1997, Conflict in World Politic, Winthrop Publisher Inc, Massachusetts, hal. 4.
20
(2)
source.21“A territorial dispute is a disagreement over the possession/control of land between two or more state or over the possession or control of land by a new state and occupying power after it has conquered the land from a former state no
longer currently recognized by the new state.”22
Konflik perbatasan dapat
diartikan juga sebagai “Boundary dispute is over all states arguing over their boundaries or how they function.”23 Jadi, konflik perbatasan atau konflik atas klaim suatu wilayah merupakan ketidaksepakatan atas kepemilikan dan kontrol atas suatu wilayah yang disengketakan oleh dua negara atau lebih. Adapun potensi konflik bilateral yang dapat terjadi dapat diperjelas dalam skema berikut.
Gambar 1.1 Skema Potensi Konflik
21“Territorial Dispute.”
di: http://en.wikipedia.org/wiki/Territorial_dispute. diakses pada 4 Juni 2012.
22“Boundary Dispute”
di:http://wiki.answers.com/Q/What_is_the_definition_for_Boundary_disputes_also_definitional
Security Dilemma
Anarki
Aksi–Reaksi/arm raceAncaman
Peningkatan Kapabilitas Militer
Intensitas Konflik perbatasan
(3)
1.6 Metode Penelitian 1.6.1 Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah Analisis-Komperatif. Artinya, dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan perbandingan kekuatan militer antara Indonesia dan Malaysia dalam bentuk diskripsi. Kemudian, setelah peneliti mengetahui postur kekuatan militer masing-masing negara, peneliti akan mencoba meninjau lebih jauh mengenai potensi konflik bilateral yang dapat terjadi.
Gambar 1.2 Operasionalisasi konsep
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini bersifat studi kepustakaan. Maka, dalam kegiatan pengumpulan data peneliti menggunakan dokumen-dokumen yang sudah ada, seperti buku, majalah dan karya-karya ilmiah yang lain. Di lain hal, peneliti juga memanfaatkan data-data yang terdapat dalam media cetak dan elektronik, yaitu: koran dan internet. Artinya, data-data yang digunakan merupakan data-data
sekunder.
Postur militer Indonesia
Postur militer Malaysia
Security dilemma Menimbulkan:
1. Ancaman
2. Aksi
reaksi/arm race
konflik perbatasan:
(4)
1.6.3 Ruang Lingkup (Batasan) Penelitian
Penelitian ini mencakup dua hal, yaitu, batasan materi dan batasan waktu. Batasan materi penelitian menfokuskan pada postur militer Indonesia dan Malaysia dan intensitas potensi konflik antara kedua negara dengan kekuatan militer yang dimilikinya tersebut. Sedangkan batasan waktunya adalah dari Tahun 1998-2014.
Batasan waktu tersebut didasarkan pada kenyataan bahwa pada kedua periode itu, tuntutan demokratisasi semakin menguat di masing-masing negara. Sehingga, dengan sendirinya hal akan berakibat pada posisi militer. Sebagaimana kita ketahui, demokrasi tidak menghendaki intervensi militer dalam politik pemerintahan.
1.6.4 Kriteria dan Rasionalisasi Perbandingan
Kriteria perbandingan postur militer Indonesia dan Malaysia meliputi dua hal, yaitu: sumber daya militer (military resource) dan fokus perhatian penguatan keamanan negara (military concern). Sumber daya militer terdiri dari jumlah personel (Tentara), Budget (anggaran belanja militer) dan alutsista (alat utama sistem persenjataan). Sedangkan military concern merupakan fokus pengembangan militer pada era 1998-2014.
Selain itu, peneliti juga merumuskan rasonalisasi perbandingannya. Dalam hal ini, negara yang memiliki wilayah geografis lebih luas memiliki kebutuhan jumlah personel yang lebih banyak dibandingkan dengan negara dengan geografis lebih kecil dalam menjamin keamanan nasionalnya. Sebagai negara bergeografis
(5)
negara bergeografis kecil. Begitu juga dengan budget negara untuk membelanjakan kebutuhan militernya.
1.7 Hipotesa
Dengan adanya perbandingan postur kekuatan militer antara Indonesia-Malaysia, Dan juga diwarnai dengan konflik-konflik bilateral salah satunya konflik perbatasan. Maka kedua Negara tersebut merasa terancam sehingga menimbulkan peningkatan kapabilitas kekuatan militernya, dan potensi konflik sangatlah mungkin terjadi antara Indonesia dan Malaysia.
1.8 Struktur Penulisan
Struktur penulisan dalam kegiatan penelitian ini terbagi ke dalam 5 (lima) bab, sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab yang pertama ini meliputi beberapa hal, diantaranya: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan atau manfaat penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, hipotesa dan struktur penelitian.
BAB II DINAMIKA KAWASAN ASIA TENGGARA DAN KONFLIK BILATERAL INDONESIA-MALAYSIA
Pada bab ini, penulis akan menggambarkan mengenai dinamika kawasan Asia Tenggara dan konflik bilateral antara Indonesia-Malaysia mengenai masalah perbatasan. Bab ini kami bagi lagi kedalam beberapa sub-bab.
(6)
BAB III POSTUR MILITER INDONESIA-MALAYSIA
Pada bab ini penulis selanjutnya memfokuskan pada kajian postur militer Indonesia dan Malaysia. Bab ini kami dibagi lagi kedalam beberapa sub-bab. BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN POSTUR MILITER DAN POTENSI KONFLIK INDONESIA-MALAYSIA
Bab IV ini menfokuskan pada kajian analitis mengenai postur militer Indonesia-Malaysia dan potensi konflik Indonesia dan Malaysia yang peneliti kaitkan dengan realitas kekuatan militer kedua negara yang terdapat dalam Bab II dan Bab III.
BAB V PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan ataupun pelaporan kegiatan penelitian. Bab terakhir ini terdiri dari kesimpulan dan beberapa rekomendasi untuk dilakukannya kegiatan penelitian lanjutan.